Anda di halaman 1dari 21

Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada udia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab,yaitu:

 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada


kehamilan sebelum usia 8 minggu.
 Kelainan pada plasenta,misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
 Faktor maternal,seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan
toksoplasmosis.
 Kelainan taktus genitalia,seperti inkompetensi serviks(untuk abortus pada
trisemester kedua), retroversi uteri,mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
1) Berdasarkan kejadiannya
- Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan
kekuatan sendiri
- Abortus buatan senagaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya
menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :
 Indikasi medis
 Indikasi sosial
2) Berdasakan pelaksanaannya
Abortus buatan terapeutik. Dilakukan oleh tenaga medis secara legalitas
berdasarkan indikasi medis.
3) Berdasarkan gambaran klinis
Keguguran lengkap (abortus kompletus), Keguguran tidak lengkap (abortus
inkompletus) , Keguguran mengancam (abortus imminen) . Keguguran tak
terhalangi (abortus insipien). Keguguran dengan infeksi (abortus infeksius).

1
Etiologi

Penyebab terjadinya keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, Tetapi
beberapa faktor yang berpengaruh adalah :

1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi

2. Kelainan plasenta

3. Penyakit ibu

4. Penyakit infeksi

5. Anemia

6. Penyakit menahun

7. Kelainan rahim

Patogenesis

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian
uterua berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,vili korialis belum menembus desidua secara dalam,
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu
,penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 mingg, janin dikeluarkan
lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk,seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum) ,janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,fetus kompresus, maserasi, atau Fetus
papiraseus.

2
Manifestasi klinis

 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


 Pada pemeriksaan fisik :keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun,tekanan darah normal atau menurun,denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam,mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis,sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
 Pemeriksaan genikologi:
1. Inspeksi vulva:perdarahan pervaginam,ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo:perdarahan daei kavum uteri,ostium uteri terbuka atai sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina:porsio masih terbuka atau sudah tertutup,teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,tidak
nyeri saat porsio digoyang,tidak nyeri pada perabaan adneska,kavum douglasi
tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan penunjang

 Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
 Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

Komplokasi

 Perdarahan,perforasi,syok,dan infeksi.
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.

3
Diagnosis

Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan,abortus dibagi atas :

1. Abortus iminens,perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,


tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens,bila perdarahan diikuti denhan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit,bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus.bila
abortus inkomplit disertai infeksi genetalia desebut abortus infeksiosa.
4. Abortus komplit,bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus.
5. Missed abortion,kematian janim sebelum 20 minggu tetapi tidak dikeluarkan selama
8 minggu atau lebih.

Penatalaksanaan

1.Abortus imenens

 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
 Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidaj panas dan tiap
empar jam bila pasien panas.
 Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif ,mungkin janin sudah mati,
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Berikan obat penenang,biasanya fenobartibal 3x30mg. Berikan oreparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600-1.000mg
 Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
 Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk s
 mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

4
2.Abortus insipiens

 Bila perdarahan tidak banyak,tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan


selama 36 jam dengan diberikan morfin.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu,yang biasanya disertai perdarahan,ditangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cuman abortus,disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit dan dinaikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit
 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

3.Abortusinkomplit

 Bila disertai syok karena perdarahan,berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
 Setelah syok dilatasi,lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular.
 Bila janin sudah keluar l, tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

4.Abortus komplit

 Bila kondisi pasien baik,berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5 hari.
 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfusi darah.
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
 Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin, dan mineral.

5
5.Missed abortion

 Bila kadar fibrinogen normal,segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam


ovum lalubdengan kuret tajam.
 Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagamg laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks denngan dilalator
Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu,berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infus
oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes permenit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100
IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat
satu hari.
 Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.

6
Penatalaksanaan aborsi

Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :

1. Abortus Iminens

Penatalaksanaan

a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas

c. Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat


hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg

e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus Insipiens

Penatalaksanaan :

a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin

b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

7
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi
abortus komplit.

3. Abortus Inkomplit

Penatalaksanaan :

a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah

b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin
0,2 mg intramuskular

c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.

d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeks

4. Abortus Komplit

Penatalaksanaan :

a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari

b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah

c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

8
5. Abortus Abortion

Penatalaksaan :

a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam

b. Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi

c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.

d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus


oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.

e. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang
infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.Bila fundus uteri sampai 2 jari
bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam
kavum uteri melalui dinding perut.

6. Abortus Septik

a. Penanggulangan infeksi :

- Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12


jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6
jam

- Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam


ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam

- Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan


metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.

9
b. Tingkatkan asupan cairan

c. Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah

d. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :

Di rumah sakit :

a. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi

b. Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

c. Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan

d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan

e. Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit

f. Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin

g. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi


silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.

h. Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan
sumber infeksi

i. Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun,
tekanan darah menurun dan sesak nafas.

LANDASAN ASKEP

A. Pengkajian Fisik

10
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal hal yang perlu di kaji adalah :

 Biodata:

mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;

- Nama :

- Umur :

- Agama :

- suku bangsa :

- Pendidikan :

- Pekerjaan :

- Status :

- Alamat :

 Keluhan utama:

- Kaji adanya menstruasi tidak lancer dan adanya pendarahan pervagina berulang

 Riwayat kesehatan:

1.Riwayat kesehatan sekarang yaitu

11
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.

3.Riwayat penyakit yang pernah dialami:

Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi ,
masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.

4.Riwayat kesehatan keluarga:

Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

5.Riwayat kesehatan reproduksi:

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna
dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya

6.Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.

7.Riwayat pemakaian obat:

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

8.Pola aktivitas sehari-hari:

12
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

B. Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :

a. pemeriksaan umum

· Keadaan umum tampak lemah

· kesadaran menurun,

13
· Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

· tanda-tanda vital :

- tekanan darah normal atau menurun,

- denyut nadi normal atau cepat dan kecil,

- suhu badan normal atau meningkat.

b. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi:

· mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi


terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya

 b. Palpasi :

· Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat


kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

· Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan


posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

· Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri


yang abnormal

· Pemeriksaan abdomen

· Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat pada
abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan
intra abdomen.

 Auskultasi:

14
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

d. Pemeriksaan laboratorium:

- Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.

- Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

e. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :

1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus

Tujuan : kecemasan ibu berkurang

Intervensi :

- Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien

- Berikan informasi tentang abortus

- Yakinkan pasien tentang diagnose

2. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan

Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.

Intervensi :

- Kaji kondisi status hemodinamika

- Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki


karekteristik bervariasi

15
- Ukur pengeluaran harian

- Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal

3. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :

Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi :

- Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

- Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan


masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

- Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

- Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ


reproduksi

- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

- Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi :

- Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

16
- Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun
dsekripsi.

- Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

- Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetika

- Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian


analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

5. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi :

- Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

- Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi

- Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan

- Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar

- Lakukan perawatan vulva

17
- Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan
ineksi.

e. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang
telah disusun dengan mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam


memenuhi kebutuhan klien.tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan.

Berdasarkan perencanaan di atas maka hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :

1. kecemasan ibu berkurang

2. Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.

3. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

4. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

5. Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa
kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan abortus.
Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang merupakan salah satu dari perdarahan
dalam masa kehamilan.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan.

Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari abortus
ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak bentuk-bentuk abortus yang kita temui.

19
Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari faktor ibu,
bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya abortus atau
kehamilan yang tidak dapat dipertahankan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-hal


yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus dalam kehamilan.

b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan program


kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi dini terhadap
kehamilan-kehamilan yang beresiko.

c. Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan yang
telah dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau
bekerjasama dalam upaya peningkatan tingakat kesehatan masyarakat, terutama
menyangkut kehamilan yang beresiko ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Monsjoer,arif.2001.kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media


aesculapius.

2. Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka

3. Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka

4. Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka.

5. Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

20
6. Wiknjosastro,hanifa dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan
neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.

7. Hidayat, Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika

21

Anda mungkin juga menyukai