Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PKN

Unsur-Unsur Negara

Suatu organisasi dalam masyarakat baru dapat dikatakan sebagai negara apabila telah
memenuhi beberapa unsur yang harus ada dalam suatu negara. Menurut Konvensi
Montevideo tahun 1933 yang diselenggarakan oleh negara-negara Pan-Amerika di Kota
Montevideo, bahwa suatu negara harus mempunyai unsur-unsur : (a) penduduk yang tetap,
(b) wilayah tertentu, (c) pemerintah, dan (d) kemampuan mengadakan hubungan dengan
negara lain. Sedangkan Oppenheim-Lauterpacht berpandangan, bahwa unsur-unsur
pembentuk (konstitutif) negara adalah :  (a) harus ada rakyat, (b) harus ada daerah, dan (c)
pemerintah yang berdaulat. Selain unsur tersebut ada unsur lain yaitu adanya pengakuan oleh
negara lain (deklaratif).

Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari keempat unsur dari negara, yaitu :

a.   Rakyat yang bersatu

Rakyat merupakan unsur terpenting dalam suatu negara, karena rakyatlah yang pertama kali
berkehendak untuk membentuk negara. Rakyat adalah semua orang yang berada di wilayah
suatu negara, yang menjadi penghuni suatu negara. Rakyat suatu negara meliputi penduduk
dan bukan penduduk atau orang asing.

Penduduk ialah semua orang yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan undang-
undang dan bertujuan untuk bertempat tinggal, menetap atau berdomisili di dalam wilayah
suatu negara tertentu. Sedangkan mereka yang berada dalam wilayah suatu negara hanya
untuk sementara bukan penduduk, misalnya turis atau tamu asing. Penduduk terdiri dari
warga negara dan bukan warga negara atau warga negara asing.

Warga negara adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan merupakan


anggota dari suatu negara. Mereka yang berada dalam wilayah negara, tetapi bukan anggota
dari suatu negara, bukan warga negara.

Menurut pasal 26 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Yang menjadi warga negara ialah
orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara”. Kemudian dalam pasal 26 ayat (2) UUD 1945 disebutkan
bahwa : “Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.

Perbedaan antara warga negara dengan orang asing menimbulkan perbedaan hak dan
kewajiban dalam beberapa hal. Misalnya dalam beberapa negara hanya warga negara saja
yang mempunyai hak pilih dalam Pemilu.

Selain itu, warga negara dibedakan pula antara warga negara asli dan warga negara keturunan
asing. Perbedaan ini pun menimbulkan perbedaan hak dan kewajiban dalam beberapa hal.
Misalnya di Indonesia, hanya warga negara Indonesia asli yang dapat dipilih menjadi
presiden.

Selain istilah rakyat, untuk menyebut penghuni negara dipakai pula istilah bangsa. Menurut
Ernest Renan, bangsa adalah soal perasaan dan kehendak untuk tetap hidup bersama yang
timbul dari segolongan manusia yang memiliki nasib yang sama, seperti sama-sama pernah
dijajah oleh bangsa lain atau menderita akibat kekuasaan raja yang absolut.
 Berkaitan dengan masalah warga negara dikenal adanya beberapa asas kewaraganegaraan,
yaitu :

·      Ius Soli (tempat kelahiran) : cara menentukan kewarganegaraan menurut negara tempat
ia dilahirkan.

·    Ius Sanguinis (keturunan) : cara menentukan kewarganegaraan menurut keturunan atau
pertalian darah

·    Naturalisasi = pewarganegaraan yang diperoleh warga negara asing setelah memenuhi
syarat dalam undang-undang

·      Apatride = tidak mempunyai status kewarganegaraan

·      Bipatride = mempunyai kewarganegaraan rangkap

Selain itu juga dikenal beberapa stelsel kewarganegaraan yaitu :

·  Stelsel aktif —-status kewarganegaran yang diperoleh melalui permohonan kepada


lembaga berwenang secara aktif.

·      Stelsel pasif —-tanpa melalui permohonan atau pengajuan yang meliputi :

-      Hak Opsi = hak memilih suatu kewarganegaraan

-      Hak Repudiasi = hak menolak suatu kewarganegaraan

b.  Wilayah

Setiap negara menduduki wilayah/daerah tertentu di muka bumi dengan batas-batas tertentu.
Negara memerlukan suatu wilayah tertentu yang jelas sebagai tempat menetap rakyat dan
tempat untuk menyelenggarakan pemerintahannya. Mengenai luas atau sempitnya wilayah
tidak menjadi permasalahan, tetapi yang penting ada wilayah.

Wilayah merupakan unsur penting dari sebuah negara. Karena pentingya, sehingga masalah
batas wilayah negara sering menimbulkan pertikaian di antara dua negara yang berbatasan.

Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah (daratan), tetapi juga laut di
sekelilingnya (perairan) dan angkasa/udara di atasnya. Batas wilayah suatu negara dapat
ditentukan secara alam, astronomis, buatan dan perjanjian. Batas alam, misalnya sungai dan
pegunungan. Batas astronomis, misalnya garis-garis lintang dan garis bujur. Batas buatan,
misalnya tembok Cina dan tembok Berlin. Melalui perjanjian antar negara, misalnya
perjanjian bilateral atau multilateral yang berbentuk konvensi dan traktat.

Adapun wilayah NKRI adalah kepulauan Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa dan
memiliki batas yaitu 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT.
c.   Pemerintah yang berdaulat

Yang dimaksud dengan pemerintah ada tiga pengertian, yaitu :

1)  Pemerintah dalam arti luas, sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan atau
gabungan alat-alat perlengkapan negara dalam arti yang luas, baik badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif.

2)  Pemerintah sebagai kepala negara atau badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah di wilayah negara.

3)  Pemerintah dalam arti sempit, yaitu badan eksekutif saja seperti presiden atau perdana
menteri dan para menteri (kabinet).

Pemerintah sebagai unsur negara adalah pemerintah dalam arti yang luas yang mencakup
badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Pemerintah sebagai unsur negara harus merupakan pemerintah yang berdaulat (berkuasa
penuh) untuk menentukan penyelenggaraan negara dalam mencapai tujuan negara. Menurut
Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam negara yang bersifat permanen, asli,
tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas. Permanen artinya tetap ada selama negara tetap berdiri.
Asli artinya tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi. Tidak terbagi-bagi, artinya
hanya satu-satunya kekuasaan tertinggi. Tidak terbatas artinya tidak ada yang membatasi.

Selanjutnya Jean Bodin mengemukakan, bahwa kedaulatan mencakup :

1)  Kedaulatan ke dalam, yaitu kekuasaan untuk mengatur negara, baik yang berkaitan
dengan rakyat maupun wilayahnya.

2)  Kedaulatan ke luar, yaitu kekuasaan untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan
negara lain untuk kepentingan bangsa dan negara, sehingga diakui dan dihormati oleh negara
lain.

Ada lima macam teori yang menjelaskan tentang asal/sumber kedaulatan, yaitu teori
kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan raja, teori kedaulatan negara, teori kedaulatan hukum dan
teori kedaulatan rakyat.

d.   Pengakuan dari negara lain

Pengakuan dari negara lain dipandang dari sudut hukum internasional sangat penting sebelum
negara baru tersebut menjalin hubungan dengan negara lain, yakni sebagai bentuk
penerimaan yang sejajar dengan negara lain.

Pengakuan dari negara lain ada dua macam, yaitu :

1)    Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan (secara fisik) negara baru
yang telah memenuhi syarat ada rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat.

2)    Pengakuan de jure, yaitu pengakuan dari negara lain secara resmi menurut hukum
internasional bahwa negara tersebut telah sah sebagai negara. Misalnya NKRI secara de jure
baru diakui oleh Inggris pada tanggal 31 Maret 1947, Amerika Serikat pada tanggal 17 April
1947 dan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.

Perbedaan pengakuan de facto dan de jure antara lain :

·      Hanya negara atau pemerintah yang diakui secara de jure yang dapat mengajukan klaim
atas harta yang berada dalam wilayah negara yang mengakui.

·      Wakil-wakil dari negara yang diakui secara de facto, secara hukum tidak berhak atas
kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa diplomatic penuh.

·      Pengakuan de facto karena sifatnya sementara, pada prinsipnya dapat ditarik kembali.

·      Apabila suatu negara berdaulat yang diakui secara de jure, memberikan kemerdekaan
pada suatu wilayah jajahan, maka negara yang baru merdeka tersebut harus diakui secara de
jure.

Bila disimpulkan unsur atau syarat negara itu ada dua, yaitu unsur konstitutif mencakup
rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat. Sedangkan pengakuan dari negara lain
merupakan unsur deklaratif (berifat menerangkan).

Berkaitan dengan upaya pembelaan negara, salah satu sasaran yang penting dan mesti dibela
oleh pemerintah dan setiap warga negara adalah wilayah negara. Wilayah negara (territorial)
merupakan wadah, alat dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan upaya
pembelaan negara.

Wilayah NKRI terbentang sangat luas dan terdiri atas beribu-ribu pulau. Keberadaan pulau-
pulau terluar Indonesia yang berhadapan langsung dengan negara tetangga seringkali
menimbulkan konflik perbatasan yang mengganggu dan mengancam keutuhan wilayah
NKRI. Seperti lepasnya Sipadan dan Ligitan dari wilayah NKRI, juga terjadinya konflik
perbatasan antara negara kita dengan Malaysia di Blok Ambalat, Kalimantan Timur.

Dilihat dari posisinya, negara kita dikelilingi oleh dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, dan juga diapit oleh dua benua besar yaitu Benua Asia dan Benua
Australia. Kondisi dan posisi seperti ini selain membawa dampak positif juga membawa
dampak negatif bagi pertahanan dan keamanan negara kita.

Untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan teritorial dan keutuhan wilayah negara,
diperlukan alat pertahanan dan keamanan negara didukung oleh peran aktif dan loyalitas
setiap warga negara. Karena pentingnya keutuhan wilayah dan kedaulatan negara, maka
UUD 1945 menegaskan, bahwa keikutsertaan setiap warga negara dalam mempertahankan,
mengamankan dan membela negara merupakan hak dan sekaligus kewajiban.

Berdasarkan kasus-kasus dan posisi wilayah negara kita seperti di atas, setiap warga negara
mempunyai kewajiban untuk menjaga keutuhan wilayah negara sesuai dengan posisi dan
kemampuannya masing-masing. Kalian sebagai siswa berkewajiban untuk ikut serta menjaga
keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolah masing-masing dari berbagai ancaman dan
gangguan yang dihadapi.
Dalam kaitannya dengan konsep upaya pembelaan negara, keempat unsur negara tersebut
memiliki keterkaitan dan kedudukan yang sangat penting. Unsur penduduk (dalam arti warga
negara) merupakan unsur pendukung dalam penyelenggaraan pertahanan dan keamanan
negara. Warga negara dalam posisinya masing-masing memiliki peranan penting dalam
menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah negara dari berbagai
ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri.

Unsur pemerintah yang berdaulat memiliki posisi sangat penting, baik sebagai penentu
kebijakan maupun sebagai pelaksana kebijakan. Pemerintah mengkoordinasikan kegiatan
pertahanan dan keamanan negara dalam upaya pembelaan terhadap negara. Pemerintah yang
dilengkapi dengan TNI dan Polri merupakan komponen utama dalam pertahanan dan
keamanan negara yang selalu siap siaga menghalau setiap ancaman dari luar maupun dari
dalam negeri.

 Sedangkan unsur wilayah merupakan wadah, alat dan kondisi juang bagi berlangsungnya
penyelenggaraan upaya pembelaan negara. Keterlibatan Indonesia secara aktif dalam
menjamin stabilitas dan perdamaian dunia telah ditunjukkan melalui pengiriman pasukan
perdamaian ke sejumlah negara yang dilanda konflik. Keterlibatan TNI dalam pasukan PBB
telah dimulai sejak tahun 1957 dengan mengirimkan Kontingen Garuda (KONGA-I) ke
Mesir dengan kekuatan 559 pasukan.

3. Sifat-Sifat Negara

Pada hakikatnya negara sebagai organisasi mempunyai sifat-sifat khusus yang merupakan
pencerminan dari kekuasaan yang dimilikinya. Sifat-sifat ini hanya dimiliki oleh negara dan
tidak dimiliki oleh organisasi lainnya. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh negara adalah :

a.          Sifat memaksa

Adanya sifat memaksa terletak ketika negara membuat peraturan, kebijakan dan kodifikasi
hukum yang akan menuntut rakyat untuk mentaatinya, sehingga ketertiban dalam masyarakat
akan tercapai. Jika rakyat melanggarnya, maka negara berhak menggunakan kekuasaannya
untuk menjatuhkan sanksi sesuai hukum yang berlaku, bahkan negara mempunyai kekuasaan
untuk menggunakan kekerasan fisik secara legal (sah).

b.          Sifat monopoli

Maksudnya bahwa kegiatan yang menyangkut hidup orang banyak dimonopoli (dikuasai)
oleh negara. Misalnya, segala sumber kekayaan alam yang terkandung di dalam tubuh bumi
(seperti bahan bakar dan bahan tambang) dikuasai oleh negara.

c.          Sifat mencakup semua

Bahwa semua bentuk perundang-undangan yang ada berlaku pada semua orang, tanpa
pengecualian dan diskriminasi apapun.
Alasan Pentingnya Pembelaan Negara

Setiap manusia normal secara naluriah pasti akan selalu melindungi, membela dan
mempertahankan apa yang dimilikinya dari gangguan orang lain. Lebih-lebih jika sesuatu itu
sangat disenangi, penting dan berharga.

Hal lain yang sangat penting bagi kehidupan kita adalah negara. Pada dasarnya setiap orang
membutuhkan suatu organisasi yang disebut negara. Apa yang akan terjadi bila tidak ada
negara ? Thomas Hobbes pernah melukiskan kehidupan manusia sebelum adanya negara
yaitu “manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya” (Homo homini lupus) dan “perang
manusia lawan manusia” (Bellum omnium contra omnes). Dengan demikian, jika tidak ada
negara niscaya tidak akan ada ketertiban, keamanan dan keadilan.

Supaya hidup tertib, aman dan damai maka diperlukan negara. Negara akan tegak berdiri, jika
dipertahankan oleh setiap warga negaranya. Oleh karena itu membela negara sangat penting
dilakukan oleh setiap warga negaranya.

CONTOH-CONTOH SIKAP UPAYA BELA NEGARA

Di Keluarga

Menghargai antar anggota keluarga


saling menghormati antar anggota keluarga
mengikuti/mematuhi aturan yang sudah dibuat di rumah
saling membantu apabila sedang mengerjakan sesuatu

Di Sekolah

belajar dengan sungguh-sungguh


mematuhi peraturan sekolah
rajin mengerjakan PR dan tugas
menjaga nama baik sekolah

Di Masyarakat

mengikuti kegiatan siskamling


gotong royong
membuat organisasi misalnya: karang taruna
ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
Negara

menjaga nama baik negara


mematuhi peraturan perundang-undangan
melaksanakan penertiban
mempertahankan kedaulatan dan ketertiban wilayah

Pengertian Pembelaan Negara

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa negara merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak (in abstracto). Bila demikian, apa yang mesti kita bela ? Yang mesti kita bela adalah
unsur-unsur dari negara tersebut.

Untuk mengetahui pengertian usaha pembelaan negara dapat dilihat dalam UU No. 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara. Istilah yang digunakan dalam undang-undang tersebut
bukan “usaha pembelaan negara”, tetapi digunakan istilah lain yang mempunyai makna sama,
yaitu “upaya bela negara”. Dalam penjelasan tersebut ditegaskan, bahwa upaya bela negara
adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian tersebut, apabila kalian pernah ikut serta menjaga wilayah negara
termasuk lingkungan wilayah sekitar dari gangguan atau ancaman yang membahayakan
keselamatan bangsa dan negara, berarti kalian sudah berpartisipasi dalam usaha pembelaan
negara. Sikap hormat terhadap bendera, lagu kebangsaan, dan menolak campur tangan pihak
asing terhadap kedaulatan NKRI juga menunjukkan suatu sikap dalam usaha pembelaan
negara.

Pengertian usaha pembelaan negara tidak terbatas pada memanggul senjata saja, tetapi
meliputi berbagai sikap dan tindakan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara. Untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta meningkatkan kesejahteraan warga negara, misalnya dengan usaha
untuk mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan, keamanan energi, keamanan
ekonomi. Misalnya yang telah dilakukan oleh Elan Wukak Victor dari NTT yang telah
berhasil merubah tanah tandus 21 ribu hektar di Kecamatan Lawa, Sumba Barat, menjadi
hutan jati dan lamtoro (sumber : Tempo, 24 – 30 Desember 2007). Kegiatan ini merupakan
contoh usaha pembelaan negara dalam bentuk keamanan lingkungan. Oleh karena itu usaha
pembelaan negara dapat ditampilkan dalam berbagai sikap dan perilaku di berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dasar Hukum Pembelaan Negara

Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur bela negara adalah sebagai
berikut :

a.    UUD 1945

1)   Pasal 27 ayat (3) Amandemen Kedua UUD 1945.

2)   Pasal 30 ayat 1 – 5 Amandemen Kedua UUD 1945.

Dalam pasal 27 ayat (3) dinyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”. Ikut serta dalam pembelaan negara tersebut diwujudkan
dalam kegiatan penyelenggaraan pertahanan negara, sebagaimana ditegaskan dalam UU No.
3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Dalam pasal 30 ayat (1) ditegaskan bahwa : “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Sedangkan dalam pasal 30 ayat (2)
disebutkan bahwa : “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”.

Berdasarkan pasal 30 ayat (1) dan (2) tersebut ada beberapa hal yang perlu dipahami, yaitu :

·      Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan
kewajiban.

·      Pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (Sishankamrata).

·      Kekuatan utama dalam sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan sistem keamanan
adalah Polri.

·      Kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai kekuatan pendukung.

b.   Tap MPRRI No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999 – 2004.

Dalam bab IV arah kebijakan Pertahanan dan Keamanan antara lain disebutkan
mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Hankamrata)
yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan TNI, Polri sebagai kekuatan utama didukung
komponen lainnya dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara dengan meningkatkan
kesadaran bela negara melalui wajib latih dan membangun kondisi juang serta mewujudkan
kebersamaan TNI, Polri dan rakyat.

c.    Tap MPRRI No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri.
Salah satu tuntutan reformasi, MPR membuat sebuah ketetapan tentang pemisahan TNI dan
Polri yang dilatar belakangi oleh ketetapan dan tumpang tindihnya peran TNI sebagai
kekuatan pertahanan negara dengan peran dan tugas Polri sebagai kekuatan Kamtibmas.

d.   Tap MPRRI No. VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri.

Ketetapan ini terdiri dari 2 bab, yaitu bab 1 tentang TNI dan bab 2 tentang Polri. Dalam bab 1
di jelaskan :

1)       Pasal 1 : Jati Diri TNI

a)   TNI merupakan bagian dari rakyat, lahir dan berjuang bersama rakyat demi membela
kepentingan negara.

b)  TNI berperan sebagai komponen utama dalam sistem pertahanan negara.

c)   TNI wajib memiliki kemampuan dan keterampilan secara profesional sesuai dengan
peran dan fungsinya.

2)       Pasal 2 : Peran TNI

a)   TNI merupakan alat negara yang berperan sebagai alat pertahanan NKRI.

b)  TNI sebagai alat pertahanan negara, bertugas pokok menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.

c)   TNI melaksanakan tugas negara dalam penyelenggaraan wajib militer bagi warga negara
yang diatur dengan undang-undang.

e.    Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.

Dalam pasal 2 UU No. 2/2002 tersebut dijelaskan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam pasal 4 UU No. 2/2002 dijelaskan bahwa Kepolisian Negara RI bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya Kamtibmas, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat,
serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

f.     Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

UU ini sebagai pengganti UU No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara RI. Di dalam ketentuan umum UU No. 3/2002  antara lain disebutkan
sebagai berikut :
1)   Pertahanan negara adalah segala usaha mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. (Pasal 1 ayat (1)

2)   Sistem pertahanan negara, adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang
melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya naional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah
dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman.

Dalam pasal 9 ayat (1) UU No. 3 tahun 2002 ditegaskan bahwa : “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara”. Kemudian dalam bagian menimbang, huruf (c)
ditegaskan antara lain : “Dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Kata
“wajib” yang diatur dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (3) dan UU No. 3 tahun 2002 pasal 9
ayat (1) mengandung makna, bahwa setiap warga negara, dalam keadaan tertentu dapat
“dipaksakan” oleh negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Namun demikian,
di negara kita sampai saat ini belum ada keharusan untuk mengikuti wajib militer (secara
masal) bagi segenap warga negara Indonesia seperti diberlakukan di beberapa negara lain.
Sekalipun demikian, adakalanya orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (biasanya
sarjana) yang dibutuhkan negara dapat diminta oleh negara untuk mengikuti tes seleksi
penerimaan anggota TNI sekalipun orang tersebut tidak pernah mendaftarkan diri.

Anda mungkin juga menyukai