Anda di halaman 1dari 22

MEMBANGUN CITRA BANGSA INDONESIA

Disusun guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : R.Soeyono

Disusun Oleh :

Suci Lintiasri ( 12120432 )


PGSD / 2i

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya bisa menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Membangun Citra
Bangsa Indonesia", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari empat pilar ini.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Semarang, 22 Juni 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wacana gagasan strategis mengenai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara,
yaitu : NKRI, Pancasila, UUD’45, dan Bhineka Tunggal Ika di tengah hiruk pikuk reformasi
Indonesia yang mengapung dan kehilangan arah, merupakan sebuah penemuan kembali
(reinventing) jati diri ke-Indonesiaan kita. Karena gagasan itulah orang kemudian terkejut
dan mulai menyadari bahwa reformasi bangsa Indonesia selama ini ternyata berjalan di atas
rel yang salah, atau mengapung tak tentu arah. Reformasi yang sedang berjalan nyatanya
keluar dari jalur yang pernah ditetapkan oleh para pendiri bangsa Indonesia dan tak menentu
ujung akhirnya. Gagasan mengenai Empat Pilar bangsa ini, karenanya, menjadi semacam
peringatan keras agar bangsa Indonesia menempatkan kembali arah reformasinya ke atas
jalur sejarah, sebagaimana diletakkan oleh para pendiri bangsa, dan diteguhkan kembali oleh
konsensus nasional oleh generasi-generasi sesudahnya. Dengan kata lain, gagasan mengenai
Empat Pilar Bangsa  merupakan titik strategis di mana reformasi Bangsa Indonesia harus
ditempatkan kembali di dalam jalur sejarah, sesuai dengan apa yang sudah diletakkan dasar-
dasarnya oleh para pendiri bangsa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara? Terdiri dari apa
saja?
2. Mengapa ada Bhineka tunggal ika dalam 4 pilar tersebut?
3. Apakah 4 pilar ini perlu untuk anak didik?
4. Bagaimana implementasi empat pilar kebangsaan melalui strategi pengembangan
kebudayaan nasional?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan wawasan dan sedikit ilmu
pengetahuan agar kiranya pembaca lebih mendalami empat pilar kebangsaan dan bernegara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Setelah ada amanat UU No 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD pasal
15 ayat 1 huruf e, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-
Undang Dasar. Sertamerta berbagai wacana baik dari unsur pemerintahan maupun organisasi
politik dan kemasyarakatan, mulai mengungkap bahwa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara terdapat kesepakatan yang disebut sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Empat pilar ini adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pilar
adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang ini rapuh
maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga di tengah ini disebut soko guru
yang kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram dan
memberi kenikmatan. Empat pilar itu pula, yang menjamin terwujudnya kebersamaan dalam
hidup bernegara. Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa tenteram dan
bahagia.
Empat pilar tersebut juga fondasi atau dasar dimana kita pahami bersama kokohnya
suatu bangunan sangat bergantung dari fondasi yang melandasinya. Dasar atau fondasi
bersifat tetap, statis sedangkan pilar bersifat dinamis. Salah satu tugas dari MPR adalah
Sosialisasi Empat pilar bernegara yang diamanatkan dalam UU No 27 tahun 2009 tentang
MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat (1) huruf e, yakni mengkoordinasikan anggota
MPR untuk memasyarakatkan Undang Undang Dasar.

Sebelum lebih lanjut mebahas empat pilar tersebut, ada baiknya bila kita merenung
sejenak bahwa di atas empat pilar tersebut terdapat pilar utama yakni Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Tanpa adanya pilar utama
tersebut tidak  akan timbul adanya empat pilar dimaksud. Antara proklamasi kemerdekaan,
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dilukiskan secara indah dan nyata dalam lambang
negara Garuda Pancasila.

Sejak tahun 1951, bangsa Indonesia, dengan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951,
menetapkan lambang negara bagi negara-bangsa yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.  Ketetapan tersebut dikukuhkan dengan perubahan UUD 1945 pasal 36A yang
menyebutkan: ”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika.”  Lambang negara Garuda Pancasila mengandung konsep yang sangat esensial
dan merupakan pendukung serta mengikat pilar-pilar dimaksud.

Burung Garuda yang memiliki 17 bulu pada sayapnya, delapan bulu pada ekornya, 45
bulu pada leher dan 19 bulu pada badan di bawah perisai, menggambarkan tanggal berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perisai yang digantungkan di dada Garuda
menggambarkan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Sementara itu Garuda mencengkeram pita yang bertuliskan
”Bhinneka Tunggal ika,” menggambarkan keanekaragaman komponen bangsa yang harus
dihormati, didudukkan dengan pantas dan dikelola dengan baik. Dengan demikian terjadilah
suatu kesatuan dalam pemahaman dan mendudukkan pilar-pilar tersebut dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia mengandung konsep dan prinsip yang


sangat mendasar yakni keinginan merdeka bangsa Indonesia dari segala macam penjajahan.
Tidak hanya merdeka atau bebas dari penjajahan fisik tetapi kebebasan dalam makna yang
sangat luas, bebas dalam mengemukakan pendapat, bebas dalam beragama, bebas dari rasa
takut, dan bebas dari segala macam bentuk penjajahan modern. Konsep kebebasan ini yang
mendasari pilar yang empat dimaksud.

B. PANCASILA

Mengapa bangsa Indonesia menetapkan  Pancasila sebagai pilar kehidupan  berbangsa


dan bernegara? Berikut alasannya.
Pilar atau tiang penyangga suatu bangunan harus memenuhi syarat, yakni disamping
kokoh dan kuat, juga harus sesuai dengan bangunan yang disangganya. Misal bangunan
rumah, tiang yang diperlukan disesuaikan dengan jenis dan kondisi bangunan. Kalau
bangunan tersebut sederhana tidak memerlukan tiang yang terlalu kuat, tetapi bila bangunan
tersebut merupakan bangunan permanen, konkrit, yang menggunakan bahan-bahan yang
berat, maka tiang penyangga harus disesuaikan dengan kondisi bangunan dimaksud.

Demikian pula halnya dengan pilar atau tiang penyangga suatu negara-bangsa, harus
sesuai dengan kondisi negara-bangsa yang disangganya. Kita menyadari bahwa negara-
bangsa Indonesia adalah negara yang besar, wilayahnya cukup luas seluas daratan Eropah
yang terdiri atas berpuluh negara, membentang dari barat ke timur dari Sabang sampai
Merauke, dari utara ke selatan dari pulau Miangas sampai pulau Rote, meliputi ribuan
kilometer.  Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17 000
pulau lebih, terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki beraneka adat dan budaya, serta
memeluk berbagai agama dan keyakinan, maka belief system yang dijadikan pilar harus
sesuai dengan kondisi negara bangsa tersebut.

Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia yang
pluralistik dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman
yang terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan
yang dipeluk atau dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator dari
berbagai agama, sehingga dapat diterima semua agama dan keyakinan.

Demikian juga dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Sedang kehidupan berbangsa dan
bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan
untuk kesejahteraan perorangan atau golongan.
Nampak bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang
pluralistik. Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari belief system yang
terdapat di seantero wilayah Indonesia, sehingga memberikan jaminan kokoh kuatnya
Pancasila sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pancasila

Konsep dasar religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas


tersebut kemudian terjabar menjadi prinsip berupa lima sila yang diacu oleh bangsa
Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh Bung Karno sila-
sila Pancasila itu disebut the five principles of Pancasila. Prinsip adalah gagasan dasar,
berupa aksioma atau proposisi awal yang memiliki makna khusus, mengandung
kebenaran berupa doktrin dan asumsi yang dijadikan landasan dalam menentukan sikap
dan tingkah laku manusia. Prinsip dijadikan acuan dan dijadikan dasar menentukan pola
pikir dan pola tindak sehingga mewarnai tingkah laku pendukung prinsip dimaksud. Sila-
sila Pancasila itulah prinsip-prinsip Pancasila. Berikut disampaikan prinsip-prinsip
Pancasila dan penjabarannya.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dari konsep religiositas terjabar menjadi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
berisi ketentuan  sebagai berikut:

o Pengakuan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa;
o Setiap individu bebas memeluk agama dan kepercayaannya;
o Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada pihak lain;
o Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing;
o Saling hormat-menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan;
o Saling menghargai terhadap keyakinan yang dianut oleh pihak lain;
o Beribadat sesuai dengan keyakinan agama yang dipeluknya, tanpa mengganggu
kebebasan beribadat bagi pemeluk keyakinan lain;
o Dalam melaksanakan peribadatan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
umum

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab


Dari konsep humanitas berkembang menjadi prinsip kemanusiaan yang adil dan
beradab dengan ketentuan-ketentaun sebagai berikut:

o Hormati disposisi/kemampuan dasar manusia sebagai karunia Tuhan dengan


mendudukkan manusia sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya
o Hormatilah kebebasan manusia dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat
o Hormatilah sifat pluralistik bangsa

c. Persatuan Indonesia

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam prinsip Persatuan Indonesia adalah:

o Bangga pada negara-bangsanya atas kondisi yang terdapat pada negara-


bangsanya serta prestasi-prestasi yang dihasilkan oleh warganegaranya.
o Cinta pada negara-bangsanya serta rela berkorban demi negara-bangsanya.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/


perwakilan
Berisi ketentuan sebagai berikut:

o Dalam mengambil keputusan bersama diutamakan musyawarah untuk mencapai


mufakat. Win win solution dijadikan acuan dalam mencari kesepakatan bersama.
Dengan cara ini tidak ada yang merasa dimenangkan dan dikalahkan.
o Dalam mencari kesepakatan bersama tidak semata-mata berdasarkan pada suara
terbanyak, tetapi harus berlandasan pada tujuan yang ingin diwujudkan dalam
kehidupan  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap keputusan bersama
harus mengandung substansi yang mengarah pada terwujudnya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia serta terwujud dan kokohnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
o Tidak menerapkan prinsip tirani minoritas dan hegemoni/dominasi mayoritas.
Segala pemangku kepentingan atau stakeholders dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dilibatkan dalam penetapan kebijakan bersama sesuai dengan peran,
kedudukan dan fungsi masing-masing.
o Mengacu pada prinsip politiek-economische demokratie (Bung Karno), bahwa
demokrasi harus mengantar rakyat Indonesia menuju keadilan dan kemakmuran,
sociale rechtvaar-digheid. 

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Berisi ketentuan sebagai berikut:

o Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;


o Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasasi hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
o Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
o Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara;
o Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
o Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
o Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan serta wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
o Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.

 Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila


a. Kedamaian
b. Keimanan
c. Ketaqwaan
d. Keadilan
e. Kesetaraan
f. Keselarasan
g. Keberadaban
h. Persatuan dan Kesatuan
i. Mufakat
j. Kebijaksanaan
k. Kesejahteraan

 Pancasila Ideologi Nasional Bangsa Indonesia


Suatu ketika Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, suatu ketika dipandang
sebagai ideologi nasional, suatu ketika sebagai pandangan hidup dan suatu ketika sebagai
ligatur bangsa. Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai acuan bagi warganegara
dalam memahami hak dan kewajibannya sebagai warganegara, sehingga berkaitan
dengan pengelolaan dan implementasi peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Negara Kesatuan Redpublik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berfungsi
sebagai acuan bagi bangsa Indonesia dalam mengelola berbagai kegiatan dalam mencapai
tujuan yang ingin diwujudkan oleh negara. Kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya
dan hankam dikelola sesuai dengan konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

C. PILAR  UNDANG-UNDANG  DASAR  1945


 Pengertian UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar yang menetapkan struktur dan prosedur organisasi
yang harus diikuti oleh otoritas publik agar keputusan-keputusan yang dibuat mengikat
komunitas politik.
 Kedudukan UUD 1945
Sebagai sumber hukum tertinggi dan sumber segala kewenangan karena UUD 1945
itu merupakan sumber dari segala sumber hukum, sumber dari segala kewenangan,
sumber dari segala badan kenegaraan.
Fungsi UUD 1945 adalah sebagai pedoman acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara.

 Pokok pikiran UUD 1945


1. Sepakat untuk tidak mengubah pembukaan UUD 1945
2. Sepakat untuk mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Sepakat untuk mempertahankan sistem presidensil (menyempurnakan agar betul-
betul memenuhi ciri-ciri umum sistem presidensil )
4. Sepakat untuk memindahkan hal-hal normative yang ada dalam penjelasan UUD
1945 kedalam pasal-pasal UUD 1945.

 Prinsip yang Terkandung Dalam Batang Tubuh UUD 1945


1. Segala warga Negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
2. Tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Kebebasan berserikat, berpendapat dan berpolitik
4. Kebebasan memeluk dan melaksanakan agama / kepercayaan
5. Hak dan kewajiban membela Negara

 Sistem Ketatanegaraan
Sistem Negara Indonesia adalah “Kesatuan“ maksudnya adalah Negara Republik
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang berciri nusantara memiliki wilayah yang
sangat luas dan memiliki pemerintahan daerah, propinsi dan kabupaten / kota yang
bersifat otonom. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
kesatuan yang berbentuk Republik, Negara kesatuan menunjukkan bentuk Negara,
sedangkan istilah “Republik“ menunjukkan bentuk pemerintahan. Jadi Negara kesatuan
merupakan bentuk Negara yang kekuasan tertinggi untuk mengatur seluruh daerah ada di
tangan pemerintah pusat.
 Sejarah Awal
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah badan yang menyusun rancangan UUD
1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei 1945 s/d 1 Juni
1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara“ yang diberi nama
Pancasila.
Pengesahan UUD 1945 dilakukan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa sidang kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
( BPUPK ). Nama badan ini tanpa kata “ INDONESIA “, karena hanya diperuntukkan
untuk tanah Jawa saja. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945,
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
 Penyimpangan Dan Penyelewengan UUD 1945
1. Periode 1945-1949
UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang
disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

2. Periode 1959-1966
Terdapat sebagai penyimpangan UUD 1945:
a. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil ketua MPR / DPR dan MA serta wakil
ketua DPA menjadi Menteri Negara.
b. MPRS menetapkan Soekarno menjadi presiden seumur hidup.
c. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia.

3. Periode 1966-1968
Pemerintah menyatakan kembali menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara
murni dan konsekuen, namun dalam pelaksanaannya terjadi juga penyelewengan
UUD 1945 yang mengakibatkan terlalu besarnya kekuasaan pada presiden.

UUD Negara adalah peraturan perundang-undangan yang tertinggi dalam Negara


dan merupakan hukum dasar Negara tertulis yang mengikat berisi aturan yang harus
ditaati. Hukum dasar Negara meliputi keseluruhan system ketatanegaraan yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan mengatur pemerintahannya. UUD
merupakan dasar tertulis (convensi).
Oleh karena itu UUD menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naska yang
memaparkan karangan dan tugas-tugas pokok cara kerja badan tersebut. ( Kaelan.
Pendidikan Pancasila.2008:178 ) UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat kekuasaan
itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama lainnya. UUD merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam suatu Negara. UUD disebutkan bersifat singkat dan super
karena hanya memuat 37 pasal adapun pasal-pasal yang lain, hanya memuat aturan
peralihan dan aturan tambahan. Hal ini bermakna :
1. UUD 1945 hanya memuat aturan pokok, memuat GBHN intruksi kepala
pemerintahan pusat dan lain-lain untuk menyelenggarakan Negara.
2. Sifatnya yang super atau elastis maksudnya senantiasa harus ingat bahwa
masyarakat harus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Memang sifat
aturan yang tertulis semakin supel sifat aturannya semakin baik agar tidak
ketinggalan zaman.

D. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)


Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena melalui peristiwa proklamasi
tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia
luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Apabila ditnjau dari sudut hukum tata negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1945 belum sempurna sebagai negara, mengingat saat itu
Negara Kesatuan Republik Indonesia baru sebagian memiliki unsur konstitutif berdirinya
negara. Untuk itu PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah melengkapi
persyaratan berdirinya negara yaitu berupa pemerintah yang berdaulat dengan mengangkat
Presiden dan Wakil Presiden, sehingga PPKI disebut sebagai pembentuk negara. Disamping
itu PPKI juga telah menetapkan UUD 1945, dasar negara dan tujuan negara.
Para pendiri bangsa (the founding fathers) sepakat memilih bentuk negara kesatuan
karena bentuk negara kesatuan itu dipandang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang
memiliki berbagai keanekaragaman, untuk mewujudkan paham negara integralistik
(persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham individu atau golongan dan negara
mengutamakan kepentingan umum.Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang
dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan (nasionlisme) oleh bangsa Indonesia yang
bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosil.

Pengertian Tujuan dan Fungsi Negara Secara Universal


Antara tujuan dan fungsi negara merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Namun demikian keduanya memiliki arti yang berbeda yaitu :
No. Tujuan Fungsi
1. Berisi sasaran–sasaran yang hendak Mencerminkan suasana gerak, aktivitas nyata
dicapai yang telah ditetapkan. dalam mencapai sasaran.
2. Menunjukkan dunia cita yakni suasana Merupakan pelaksanaan/penafsiran dari
ideal yang harus dijelmakan/diwujud tujuan yang hendak dicapai.
kan.
Besifat abstrak – ideal. Bersifat riil dan konkrit.

3.

Apabila kita hubungkan dengan negara, maka :

 Tujuan menunjukkan apa yang secara ideal hendak dicapai oleh suatu negara, sedangkan
 Fungsi adalah pelaksanaan cita–cita itu dalam kenyataan.

Tujuan Negara
Rumusan tujuan sangat penting bagi suatu negara yaitu sebagai pedoman :

 Penyusunan negara dan pengendalian alat perlengkapan negara.


 Pengatur kehidupan rakyatnya.
 Pengarah segala aktivitas–aktivitas negara.
Setiap negara pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan Undang–Undang
Dasarnya. Tujuan masing–masing negara sangat dipengaruhi oleh tata nilai sosial, kondisi
geografis, sejarah pembentukannya serta pengaruh politik dari penguasa negara. Secara
umum negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut :

1. Memperluas kekuasaan semata


2. Menyelenggarakan ketertiban umum
3. Mencapai kesejahteraan umum
Fungsi Negara
Secara umum terlepas dari ideologi yang dianutnya, setiap negara menyelenggarakan
beberapa fungsi minimum yang mutlak harus ada. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan penertiban (Law and order) : untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan–bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan
penertiban. Dalam fungsi ini negara dapat dikatakan sebagai stabilisator.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan : fungsi ini sangat diperlukan untuk menjamin tegaknya kedaulatan negara
dan mengantisipasi kemungkinan adanya serangan yang dapat mengancam kelangsungan
hidup bangsa (negara). Untuk itu negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan : fungsi ini dilaksanakan melalui lembaga peradilan.
Keseluruhan fungsi negara tersebut di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Fungsi negara dapat juga diartikan sebagai tugas organisasi negara. Secara umum tugas
negara meliputi :

1. Tugas Essensial adalah mempertahankan negara sebagai organisasi politik yang


berdaulat, meliputi : (a). Tugas internal negara yaitu memelihara ketertiban, ketentraman,
keamanan, perdamaian dalam negara serta melindungi hak setiap orang; dan (b). Tugas
eksternal yaitu mempertahankan kemerdekaan/kedaulatan negara.
2. Tugas Fakultatif adalah menyelenggarakan dan memperbesar kesejahteraan umum.
Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan negara :

1. Plato : tujuan negara adalah memajukan kesusilaan manusia.


2. Roger H Soltau : tujuan negara adalah mengusahakan agar rakyat berkembang serta
mengembangkan daya cipta sebebas mungkin.
3. John Locke : tujuan negara adalah menjamin suasana hukum individu secara alamiah atau
menjamin hak–hak dasar setiap individu.
4. Harold J Laski : tujuan negara adalah menciptakan keadaan agar rakyat dapat memenuhi
keinginannya secara maximal.
5. Montesquieu : tujuan negara adalah melindungi diri manusia sehingga dapat tercipta
kehidupan yang aman, tentram dan bahagia.
6. Aristoteles : tujuan negara adalah menjamin kebaikan hidup warga negaranya.

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945


Tujuan negara kesatuan Republik Indonesia dirumuskan dalam sidang periode II BPUPKI
(10 – 16 Juli 1945) dan tujuan tersebut disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Tujuan negara kesatuan Republik Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV yang meluputi :

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial
Tujuan negara kesatuan Republik Indonesia tersebut di atas sekaligus merupakan fungsi
negara Indonesia.

E. BHINEKA TUNGGAL IKA


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh burung Garuda dan
pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara Indonesia pertama kali pada Sidang
Kabinet Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Februari 1950. Bhinneka Tunggal Ika
berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna
yaitu : Kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad
ke-14.
Dalam Kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhinneka Tunggal Ika lebih
ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan kepercayaan
di kalangan masyarakat Majapahit. Bila diterjemahkan secara per kata, Bhinneka Tunggal
Ika adalah :
 Bhinneka artinya beraneka ragam atau berbeda-beda menjadi pembentuk kata
“aneka”
 Tunggal artinya satu
 Ika artinya itu
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna
meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras,
suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kutipan ini berasal dari Pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa.
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen?
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan :
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam
kebenaran.

Sejarah Bhineka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva dilontarkan pada masa Majapahit.
Sesungguhnya Bhineka Tunggal Ika telah dimulai sejak masa Wisnuwarddhana, ketika aliran
Tantrayana mencapai puncak tertinggi perkembangannya. Oleh karena itulah Nararyya
Wisnuwarddhana didharmakan pada dua loka di Waleri bersifat Siwa dan di Jajaghu (Candi
Jago) bersifat Buddha. Juga putra mahkota Kertanagara (Nararyya Murddhaja) ditahbiskan
sebagai JINA (Jnyanabajreswara atau Jayaneswarabajra).

Inilah fakta bahwa Singasari merupakan embrio yang menjiwai keberadaan dan
keberlangsungan kerajaan Majapahit. Narayya Wijaya sebagai pendiri kerajaan tak lain
merupakan kerabat sekaligus menantu Sang Nararyya Murddhaja (Sri Kertanagara : Raja
Singasari terakhir). Sehubungan bahwa semboyan tersebut embrio dari Singasari yakni pada
masa Wisnuwarddhana sang dhinarmmeng Ring Jajaghu (Candi Jago), maka baik semboyan
Bhinneka Tunggal Ika maupun bangunan Candi Jago kemudian disempurnakan pada masa
Majapahit. Oleh sebab itu kedua simbol (wijaksara dan bangunan) tersebut lebih dikenal
sebagai hasil peradaban era Majapahit. Padahal sesungguhnya merupakan hasil proses
perjalanan sejarah sejak awal.
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharmma Mangrva oleh Mpu Tantular
pada dasarnya pernyataan daya kreatif dalam upaya mengatasi keanekaragaman kepercayaan
dan keagamaan, sehubungan dengan usaha bina negara kerajaan Majapahit kala itu, telah
memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap sistem pemerintahan pada masa kemerdekaan,
dimana telah menyadari bahwa menumbuhkan rasa dan semangat persatuan itulah Bhinneka
Tunggal Ika yang akhirnya diangkat menjadi semboyan yang diabadikan dalam lambang
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Dalam lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengertian Garuda Pancasila
diperluas menjadi tidak terbatas dan diterapkan tidak hanya pada perbedaan kepercayaan dan
keagamaan, melainkan juga terhadap perbedaan suku, bahasa, adat istiadat (budaya) dan beda
kepulauan (antara nusa) dalam kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu. Memberi makna secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada
hakekatnya satu, satu bangsa dan satu Negara Republik Indonesia. Lambang Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah nomor 66 Tahun 1951, pada tanggal 17 Oktober dan
diundangkan pada tanggal 28 Oktober 1951 tentang Lambang Negara. Bahwa usaha bina
negara baik pada masa pemerintahan Majahapahit maupun pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama yaitu semangat rasa persatuan,
kesatuan dan kebersamaan sebagai modal dasar dalam tegaknya negara Indonesia.
Sementara semboyan “Tanhana Dharmma Mangrva” digunakan sebagai semboyan
Lambang Pertahanan Nasional (LemHamNas). Makna kalimat tersebut adalah “Tidak ada
kebenaran yang bermuka dua”. Kemudian oleh LemHaNas semboyan kalimat tersebut diberi
pengertian ringkas dan praktis yakni “Bertahan karena benar” “Tidak ada kebenaran yang
bermuka dua” sesungguhnya memiliki pengertian agar hendaknya setiap manusia senantiasa
berpegang dan berlandaskan pada kebenaran yang satu. Sebagai bahan catatan, bahwa
realitas kemajemukan bangsa adalah warisan sejarah panjang perjalanan Indonesia selama
berabad-abad sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan luas wilayah Nusantara yang hampir 2 juta kilometer persegi, terdiri dari
sekitar 13.700 pulau besar dan kecil, lebih dari 300 ragam etnis, dengan adat istiadat, budaya
dan keyakinan agama yang berbeda-beda, menyimpan potensi keretakan yang kapan saja bisa
mengemuka apabila tidak ada alasan atau raison de’etre sebagai bangsa untuk bersatu.
Bahwa raison de’etre untuk menjadi satu bangsa, bukan sekedar perasaan subjektif para
pendiri bangsa menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945, melainkan mendapatkan pijakan
sejarah selama berabad-abad seperti yang telah dibuktikan.
Dan kesadaran sebagai putra-putri dari sebuah bangsa besar yang telah melahirkan
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, kiranya menjadi tugas sejarah untuk terus
memperjuangkan, menjaga dan mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia dan menjadi obor
penyuluh, ketika sebagian anak-anak bangsa mulai dijangkiti penyakit sektarian sempit,
fanatisme agama dan egoisme kelompok serta golongan yang hanya akan mengorbankan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam situasi tersebut, kita harus memahami perjalanan sejarah, dengan eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rumah kita bersama dengan mempertaruhkan:
Bhinneka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi Tetap Satu Jua”. Merdeka!!!

F. Perlunya Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara untuk anak didik


Perlukah empat pilar ini untuk anak didik? Jawabannya adalah ya perlu, karena diera
globalisasi ini banyak pengaruh-pengaruh baik maupun buruk yang masuk kedalam
lingkungan anak didik. Maka dari itu dibutuhkan empat pilar ini untuk menjadi landasan
anak didik agar mampu berkehidupan nasionalis dan pancasilais yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Empat pilar juga bisa memperkokoh persatuan sehingga empat pilar ini sangat bagus
untuk diterapkan dilingkungan anak didik mulai dari PAUD hingga SMA. Empat pilar ini
perlu diterapkan, karena didalam empat pilar ini mengandung banyak nilai dari pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Dari pancasila saja, kita bisa menjabarkannya
ke segala arah berdasarkan sila-sila didalamnya. Kemudian UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika juga menandung banyak nilai-nilai yang penting seperti pancasila.

G. Implementasi Empat Pilar Kebangsaan melalui Strategi Pengembangan Kebudayaan


Nasional
Upaya untuk membangun kesejahteraan bangsa ke depan harus dibangun dengan nilai-
nilai empat pilar. empat pilar kebangsaan ini bisa mengukuhkan rasa kebangsaan dan
menguatkan persatuan serta kesatuan bangsa. Taufiq Kiemas juga menegaskan bahwa
kekuatan yang bisa mengikat seluruh bangsa Indonesia, adalah adanya nilai dasar bangsa ini
yakni Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk
melaksanakan empat pilar bangsa ini dengan penuh kecintaan.
Kharakter bangsa terancam hilang. Fakta keanekaragaman hayati, agama, budaya,
bahasa,  dan etnis sebagai mozaik, yang merupakan modal kekuatan bangsa, juga terancam
hilang.  Disisi lain, semangat kebangkitan nasional perlu disesuaikan dengan kondisi dan
posisi Indonesia sebagai bagian masyarakat dunia. "Untuk itu diperlukan pemimpin dan
kepemimpinan nasional yang berfikir global tetapi bertindak lokal, tegas tapi punya hati,
dengan rekam jejak yang memenuhi syarat sebagai pemimpin yang bersih," kata Thobi. [L-8]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Empat pilar kehudupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang ini rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga di
tengah ini disebut soko guru yang kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan memberikan
rasa aman tenteram dan memberi kenikmatan.
Empat pilar itu pula, yang menjamin terwujudnya kebersamaan dalam hidup bernegara.
Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa tenteram dan bahagia. Empat pilar
tersebut juga fondasi atau dasar dimana kita pahami bersama kokohnya suatu bangunan
sangat bergantung dari fondasi yang melandasinya. Dasar atau fondasi bersifat tetap, statis
sedangkan pilar bersifat dinamis.

B. SARAN
Disarankan kepada pemerintah untuk menggerakkan atau lebih mensosialisasikan tentang
empat pilar ini, dan dimasukkan kedalam materi pembelajaran. Disarankan pula kepada
pembaca untuk membaca sumber lain selain makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kaelan. Pendidikan Kewareganegaraan. PARADIGMA:Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org

http://blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai