Joko, anak laki-laki usia 5 tahun dibawa orang tuanya ke Poli Umum RSMH dengan keluhan
utama bengkak seluruh tubuh. Pada alloanamnesis, bengkak timbul sejak 3 bulan yang lalu
mulai dari kelopak mata, kemudian sembab menjalar keseluruh muka, dan diikuti dengan
bengkak pada perut, kedua tungkai dna telapak kaki. Sejak 3 hari yang lalu, Joko mengeluh
warna urinnya tampak keruh seperti air susu, jumlahnya berkurang menjadi kira-kira 1 gelas
(200 ml)/hari. Joko pernah berobat dan diberi 2 macam pil warna putih dan hijau tapi tidak
sembuh. Penyakit ini baru pertama kali dialami Joko. Penyakit seperti ini tidak ditemukan
pada anggota keluarga lain
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadara compos mentis
Vital sign : Nadi : 96x/menit, RR : 32x/menit, T : 37 C, TD : 100/70 mmHg, BB 20 kg, TB
136 cm
Pemeriksaan Khusus
Kepala : edema (+) pada muka dan kedua kelopak mata
Mulut : tenggorokan dan kedua tonsil tenang
Leher : tidak ada pembengkakan, JVP normal
Thoraks : jantung dan paru-paru dalam batas normal
Abdomen : asites (+), hepar dan lien sulit teraba
Genitalia : scrotal edema (+)
Ekstremitas : pitting edema (+) pada kedua tungkai dan telapak kaki
Pemeriksaan Laboratorium :
Urinalysis :
Proteinuria +3, RBC 5-10/LPB, WBC 5-10/LPB, torak hialin (+), torak noktah (+), oval fat
bodies(+), berat jenis 1.015
Kimia darah :
Total protein 5 g/dl, albumin serum 1,5 g/dl, globulin 3,5 g/dl, ureum 75 mg/dl, kreatinin
serum 1,2 mg/dl, kolestrol 260 mg/dl
Darah tepi :
Hb 8,5/dl leukosit 8500/mm3, trombosit 400.000/mm3, LED 100/jam
ANALISIS MASALAH
1. Joko, anak laki-laki usia 5 tahun dibawa orang tuanya ke Poli Umum RSMH dengan
keluhan utama bengkak seluruh tubuh. Pada alloanamnesis, bengkak timbul sejak 3
bulan yang lalu mulai dari kelopak mata, kemudian sembab menjalar keseluruh muka,
dan diikuti dengan bengkak pada perut, kedua tungkai dna telapak kaki
Menempel pada
membrana basalis
glomerulus
Perubahan intehritas
M.B glomerulus
Punya sifat kaya
akan muatan (-)
Terjadi pengeluaran
protein massif
edema
Edema terjadi pertama kali di kelopak mata
Karena kelopak mata terdiri dari jaringan ikat longgar mudah dimasuki cairan
Pada dasarnya sekitar mata juga terdiri dari jaringan ikat longgar, namun terlebih
dahulu terkena kelopak mata karena kulit pada kelopak mata lebih tipis
Karena rongga peritoneal adalah rongga jaringan yang besar maka cairan
dalam kapiler yang berdekatan dengan rongga peritoneal akan berdifusi tidak
hanya ke dalam cairan interstisial tetapi juga ke dalam rongga peritoneal
Menjalar ke kaki
Gaya gravitasi
2. Sejak 3 hari yang lalu, Joko mengeluh warna urinnya tampak keruh seperti air susu,
jumlahnya berkurang menjadi kira-kira 1 gelas (200 ml)/hari
A. APA MAKNA 3 HARI YANG LALU WARNA URIN JOKO KERUH SEPERTI
AIR SUSU ?
Telah terjadi kebocoran/pengeluaran protein secara masif sehingga terjadi
perubahan warna urin
Menempel pada
membrana basalis
glomerulus
Perubahan intehritas
M.B glomerulus
Punya sifat kaya
akan muatan (-)
Terjadi pengeluaran
protein massif
3. Joko pernah berobat dan diberi 2 macam pil warna putih dan hijau tapi tidak sembuh.
Penyakit ini baru pertama kali dialami Joko. Penyakit seperti ini tidak ditemukan pada
anggota keluarga lain
A. APA KEMUNGKINAN 2 MACAM OBAT YANG PERNAH DIKONSUMSI
JOKO ?
Pil warna putih diuretik
Pil warna hijau kortikosteroid
B. BAGAIMANA FARMAKOKINETIK DAN DINAMIK ?
Diuretik kuat
Diuretik kuat atau loop diuretic bekerja ansa henle asenden bagian epitel tebal
dengan cara menghambat kotransport Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air
dan elektrolit
Furosemid
Farmakodinamik : Loop diuretik yang membantu ekskresi natrium, klorida, dan
kalium dengan menghambat sistem transport gabungan Na+/K+/Cl2- pada
ascending limb loop of henle
Farmakokinetik :
Absorbsi : Kadar puncak plasma jika diberikan peroral ± 0,5-1 jam dan
bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan lamanya 2,5 jam.
Absorbsinya diusus hanya lebih kurang 50%.
Distribusi : volume distribusi 0,1 l/kg, ikatan protein 98%.
Metabolisme : di hepar 10%
Ekskresi : Waktu paruh ( t ½ ) dalam plasma 30-60 menit. Ekskresi
melalui urin secara utuh, pada dosis tinggi juga melalui empedu
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat bermanfaat pada sindrom nefrotik yang disebabkan lupus
eritematosus sistemik atau penyakit ginjal primer
Prednison
Farmakodinamik:
Mekanisme kerja
Menurunkan konsentrasi limfosit, monosit, eosinofil, basofil serta
meningkatkan konsentrasi neutrofil dalam sirkulasi.
Menurunkan sintesis prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating
factor, yang dihasilkan dari aktifasi fofolipase A2.
Mengurangi biosintesis prostglandin melalui penurunan ekskresi enzim
sikolooksigenase (COX1 dan COX2) sehingga proses inflamasi dapat di
hambat.
Menurunkan permeabilitas kapiler dengan menurunkan jumlah histamin
yang dirilis oleh basofil dan sel mast
Menyebabkan vasokonstriksi dengan cara menekan degranulasi sel mast
Farmakokinetik :
Absorbsi :Pemberian peroral di absorbsi dengan cepat di GI tract,
bioavailabilitas 70%.
Distribusi : 90% terikat dengan protein kortikosteroid binding globulin dan
albumin (terikat lemah),
Metabolisme : di metabolisme terutama di hati menjadi prednisolon.
Ekskresi : Ekskresi melalui urin, waktu paruh 1 jam
4. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Vital sign : RR : 32x/menit BB : 20 kg TB : 136 cm
A. INTERPRETASI
Keadaan umum : tampak sakit sedang
o Normal keadaan umum : tidak sakit
RR : 32x/menit takipnea
o Normal : 15-30x/menit
BB : 20kg TB : 136cm
o Nilai normal pertumbuhan fisis anak laki-laki usia 2-18 tahun
menurut persentil NCHS
o BB: 16-25 kg
o TB: 102-118 cm
B. MEKANISME
o Karena edema anasakra keadaan umumnya pun tampak sakit
sedang
o Penurunan volum intravaskuler autoregulasi macula densa
kirim sinyal ke juxtaglomerular pengeluaran renin
angiotensinogen angiotensin I angiotensin II sekresi
aldosteron ADH retensi garam dan air CO meningkat
kerja jantung meningkat namun pada kasus belum sampai
hipertensi namun sudah diikuti dengan takipnea
5. Pemeriksaan Khusus :
Kepala : edema (+) pada muka dan kedua kelopak mata
A. MEKANISME
Proses auto imun terjadi reaksi ag-ab menempel di membrana basalis
glomerulus kerusakan pada membrana basalis glomerulus perubahan
integritas MB glomerulus aliran protein menjadi tidak terhambat terjadi
pengeluaran protein massif tekanan ontik menurun transudasi cairan dari
intravaskuler ke interstisial EDEMA ANASARKA
6. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalysis :
Proteinuria +3, RBC 5-10/LPB, WBC 5-10/LPB, torak hialin (+), torak noktah
(+), oval fat bodies(+), berat jenis 1.015
Kimia darah :
Total protein 5 g/dl, albumin serum 1,5 g/dl, globulin 3,5 g/dl, ureum 75 mg/dl,
kreatinin serum 1,2 mg/dl, kolestrol 260 mg/dl
A. INTERPERTASI
URINALISIS
PROTEIN URIN = +3 PROTEINURIA
o Normal : tidak ada protein di urin
RBC = 5-10/LPB HEMATURIA
o Normal : tidak ditemukan RBC didalam urin
WBC = 5-10/LPB LEUKOSITURIA
o Normal : tidak ditemukan Leukosit di urin
TORAK HIALIN, NOKTAH (+) ADA GAMBARAN PROTEIN DI
URIN
OVAL FAT BODIES (+)
KIMIA DARAH
TOTAL PROTEIN = 5gr/dl Hypoproteinemia (6,5-8,5 g/dl)
ALBUMIN SERUM = 1,5gr/dl Hypoalbumin (Normal (≤ 2,5 g/dL)
UREUM = 75mg/dl uremia (normal :10-50 mg/dl)
KREATININ =1,2mg/dl meningkat (normal :0,6-1,2 mg/dl)
KOLESTEROL = 260 mg/dl Hyperlipidemia (Normal : 125 – 250
mg/dL
B. MEKANISME
Proses auto imun terjadi reaksi ag-ab menempel di membrana
basalis glomerulus kerusakan pada membrana basalis glomerulus
perubahan integritas MB glomerulus aliran protein menjadi tidak
terhambat terjadi pengeluaran protein massif proteinuria torak
noktah dan hialin (+) total protein darah menurun hipoproteinemia
dan hipoalbumin
Kita dapat menghitung GFR dengan data Kreatinin
o GFR for male: (140 – age) x wt(kg) / [72 x Serum Creatinine]
GFR for female: GFR(females) = GFR(males) x 0.85
Kelompok umur
Hb gr/dl
dan jenis kelamin
6 bln – 59 bulan <11
5 – 11 tahun <11,5
12 – 14 tahun <12
Wanita tidak hamil < 15 tahun <12
Wanita hamil <11
Laki-laki < 13 tahun <13
Sumber : WHO,UNICEF,UNU (2001)
Hb 8,5 ANEMIA
Terjadi Proses auto imun terjadi reaksi ag-ab menempel di
membrana basalis glomerulus kerusakan pada membrana basalis
glomerulus terjadi gangguan pada sel juxtaglomerularis
eritropoietin terganggu Hb turun
3. APA WD KASUS
Sindroma Nefrotik
4. Tatalaksana
Pemberian diet protein tinggi tidak diperlukan mengingat protein tinggi dapat
merusak glomerulus ginjal. Oleh karena itu cukup diberi protein normal saja
yaitu 1 – 2 gr /Kg BB/ hari
Pengobatan SN dimulai dengan pemberian prednison dosis penuh (full dose)
60 mg/m2LPB/hari atau 2mg/kgBB/hari (maksimal 80mg/hari), dibagi 3 dosis,
untuk menginduksi remisi
Pada pasien yang tidak responsif terhadap kortikosteroid, untuk mengurangi
proteinuri digunakan terapi simptomatik dengan angiotensin converting
enzyme inhibitor (ACEI), misal kaptopril atau enalapril dosis rendah, dan
dosis ditingkatkan setelah 2 minggu atau obat antiinflamasi non-steroid
(OAINS), misal indometasin 3×50mg
Indikasi pulang:
Penderita dipulangkan bila keadaan umum baik, komplikasi teratasi, dalam
keadaan remisi.
Remisi lengkap
- proteinuri minimal (< 200 mg/24 jam)
- albumin serum >3 g/dl
- kolesterol serum < 300 mg/dl
- diuresis lancar dan edema hilang
Remisi parsial
- proteinuri <3,5 g/harI
- albumin serum >2,5 g/dl
- kolesterol serum <350 mg/dl
- diuresis kurang lancar dan masih edema
Selama mendapat steroid kontrol sekali seminggu secara berobat jalan. Setelah
steroid dihentikan kontrol sekali sebulan selama 3-5 tahun bebas gejala. 15
tahun juga merupakan indikasi untuk melakukan biopsi ginjal
5. Komplikasi
7. Kdu
2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke
spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
8. Pi
Rasulullah berpesan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus
obat, dan telah menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan
berobat dengan yang haram