Anda di halaman 1dari 7

1. Jelaskan secara singkat deskripsi tabel 2.

4 mengenai distribusi kepemilikan di


benua Asia!
Jawab:

Tabel 2.4 menjelaskan mengenai distribusi atas pemegang saham besar yang
dikendalikan oleh family, state, institutional investor (perusahaan keuangan) dan perusahaan
industri. Terlepas dari Jepang dan Filipina, sebagian besar perusahaan dari semua negara lain
dikendalikan oleh keluarga, jika kontrol hak suaranya sebesar 10% atau lebih. Namun, di Filipina
hanya 42% perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga. Persentase ini lebih tinggi daripada
13% pada perusahaan Jepang yang di mana keluarga sebagai pemegang saham pengendali
mereka. Hampir 39% dari perusahaan Jepang memiliki pemegang saham institusional dengan
hak kepemilikan setidaknya 10% sebagai pemegang saham terbesar mereka. Di Indonesia, bank
tidak diperbolehkan memiliki saham di perusahaan lain dan ini dapat menjelaskan persentase
yang relatif rendah dari perusahaan yang dikendalikan oleh investor institusi di negara tersebut.
Persentase perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah juga tinggi di Malaysia sebesar 18%
dan Singapura sebesar 24% suara.
Ketika kontrol dinyatakan sekitar minimal 20%, perbedaan tiap-tiap negara menjadi lebih
jelas. Persentase perusahaan di Jepang yang dikendalikan keluarga sekarang turun menjadi
sekitar 10% dari 13%, di Korea menjadi 48% dari 68%, dan di Taiwa menjadi 48% dari 66%.
Pada seluruh negara, persentase perusahaan yang dikendalikan oleh investor institusi juga
menurun. Pada negara Jepang, terjadi penurunan secara substansial dari sekitar 39% menjadi
hanya 7%. Penurunan substansial ini bisa jadi disebabkan karena adanya peraturan. Misalnya di
Hong Kong, Jepang, Korea dan Singapura, ada batasan persentase kepemilikan bank yang bisa
dimiliki di negara lain.
Dari hal di atas, Jepang dan sampai batas tertentu, dan juga Korea, menonjol dalam hal
kontrol perusahaan mereka. Kedua negara memiliki kekhasanya tersendiri. Misalkan di Jepang,
beberapa perusahaan membentuk bagian yang disebut keiretsu. Keiretsu adalah grup-grup
perusahaan industri yang memiliki ikatan dekat dengan satu bank yang bertindak sebagai
pemberi pinjaman utama untuk grup tersebut. Bank juga memiliki kepemilikan dalam
perusahaan grup dan biasanya ada Cross-holdings antara perusahaan grup. Cross holding terdiri
dari perusahaan A yang memegang saham di perusahaan B dan sebaliknya. Keiretsu berasal dari
zaibatsu periode pra-Perang Dunia ke-2. Zaibatsu adalah kelompok perusahaan industri atau
konglomerat yang dikendalikan oleh keluarga melalui perusahaan induk dan bank sebagai salah
satu perusahaan kelompok yang menyediakan pembiayaan. Contoh keiretsu yang dimulai
sebagai zaibatsu adalah grup perusahaan Mitsubishi yang terdiri dari sekitar 300 perusahaan
dengan inti 28 perusahaan. Kelompok ini termasuk bank, yaitu Bank of Tokyo Mitsubishi.
Industri Korea didominasi oleh chaebol yang kuat. Chaebol adalah sekelompok perusahaan
industri yang dikendalikan oleh keluarga. Contoh perusahaan konglomerat yang terkenal yaitu
Hyundai, LG dan Samsung.
Menurut saya, faktor yang mempengaruhi struktur kepemilikan di sebuah negara ada dua,
yaitu budaya dan aturan yang berlaku. Misalnya di Jepang, ada istilah keiretsu dan zaibatsu.
Istilah tersebut telah ada semenjak perang dunia ke-2, bahkan sebelumnya. Tradisi seperti itu
ternyata terbawa hingga saat ini yang diaplikasikan dalam kepemilikan suatu perusahaan.
Sehingga dengan adanya tradisi tersebut, jepang cenderung menganut struktur cross holding.
Sama halnya dengan Korea, ada chaebol yang merupakan sekelompok perusahaan yang
dikendalikan oleh keluarga beserta keturunan-keturunannya. Mereka tergolong orang-orang yang
berkonglomerat. Selain itu juga, struktur kepemilikan juga dipengaruhi oleh undang-undang dan
peraturan yang berlaku di sebuah negara. Misalnya di Indonesia ada larangan kepemilikan silang
atau cross holding yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, apabila
perseroan memiliki saham yang dikeluarkan oleh perseroan lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2. Jelaskan perbedaan dengan gambar, one tier dan two tier board system yang
membedakan struktur kepemilikan di Indonesia dengan negara maju. Apa dampak
dari perbedaan struktur kepemilikan tersebut.
Jawab:
a. One tier board system

General Meeting of the


Shareholders

Board of Directors
Executive Non-Executive
Directors Directors

Manajemen

Sistem one tier digambarkan sebagai sebuah struktur yang hanya ada pimpinan tanpa
adanya pemisahan tersendiri untuk fungsi pengawasan dan tidak adanya batasan dalam
fungsinya, yaitu hanya dewan direksi. Dewan direksi ini membawahi dan dibantu oleh pihak
manajemen perusahaan dalam melaksanakan tata kelola perusahaan. Kemudian dewan direksi
bertanggung jawab kepada rapat pemegang saham.
Pengambilan kebijakan merupakan kewenangan dewan direksi sebagai satu kesatuan
dewan sehingga semua anggota dewan direksi dapat berpartisipasi dalam melaksanakan fungsi
tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional ditunjuk satu atau beberapa anggota dewan
direksi yaitu disebut sebagai executive directors. Sedangkan pelaksanaan fungsi monitoring dan
pengawasan dilakukan oleh beberapa anggota dewan direksi lainnya yang disebut non-executive
directors (NEDs). NEDs pada umumnya bekerja secara paruh waktu.
b. Two tier board system

General Meeting of the


Shareholders

Board of Commissioners

Board of Directors

Manajemen

Dalam sistem two tier terdapat dua dewan yang terpisah, satu dewan yang bertanggung
jawab dalam menetapkan kebijakan dan mengelola operasional perusahaan (dewan direksi) dan
satu lagi dewan yang tugasnya memonitorng dan pengawasan (dewan komisaris). Pemisahan
fungsi penetapan kebijakan dan pelaksanaan operasional dengan fungi monitoring dan
pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menghindari benturan kepentingan yang diharapkan
memberikan hasil yang lebih baik. Disini, yang mengangkat dewan direksi adalah dewan
komisaris.
Indonesia

RUPS

Dewan Dewan
Komisaris Direksi

Manajemen

Sedangkan di Indonesia menganut sistem two tier board (menurut UU No. 20 Tahun
2007), karena di Indonesia memisahkan kewenangan pengurus perusahaan dan pengawasan yang
selama ini dikenal dengan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris. Sama seperti sistem
sebelumnya, dewan direksi membawahi dan membantu manajemen dalam mengoperasikan
perusahaannya, kemudian dewan direksi bertanggung jawab kepada dewan komisaris serta
dewan komisaris memiliki tugas dalam menasihati dewan direksi. RUPS memegang segala
wewenang yang tidak diserahkan kepada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris. Sehingga,
seluruh dewan bertanggung jawab terhadap RUPS. Apabila ada rencana kerja tahunan, mereka
harus menyampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.
Namun, sedikit berbeda dengan negara lainnya. Di negara lain, two tier board system
bahwa dewan direksi bertanggung jawab kepada dewan komisaris selaku pengawas, sedangkan
di Indonesia dewan komisaris dan dewan direksi memiliki kesejajaran posisi, dalam artian
kedudukan dewan komisaris tidak sekuat dewan komisaris di negara maju lainnya yang
menganut sistem sama ini. Di mana, seharusnya dewan komisaris memiliki wewenang lebih
tinggi daripada dewan direksi. Dengan adanya kesejajaran posisi ini, dewan komisaris bisa jadi
tidak memiliki wewenang dalam mengangkat atau memberhentikan dewan direksi. Dewan
direksi tidak harus bertanggungjawab terhadap dewan komisaris. Hal ini dapat memunculkan
pemahaman bahwa dewan komisaris tidak mengawasi dewan direksi, tetapi malah menjadi
“kawan” karena kedudukannya sama, sehingga tugas dan wewenang mereka kurang efektif jika
dijalankan. Itulah dampak yang sekiranya terjadi karena adanya perbedaan struktur Indonesia
dengan negara maju lainnya.
3. Mengenai Struktur Kepemilikan Silang dan Piramida Terbalik
Kepemilikan saham silang atau Cross Holding diatur dalam Pasal 63 Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada prinsipnya, saham yang dikeluarkan
oleh Perseroan merupakan suatu upaya Perseroan untuk mengumpulkan modal, namun dalam
Pasal ini menyatakan bahwa Perseroan dilarang untuk mengeluarkan saham baik untuk dimiliki
sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan. Cross Holding terjadi apabila Perseroan memiliki saham
yang dikeluarkan oleh Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut
Struktur kepemilikan silang terbagi menjadi dua, yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Struktur kepemilikan silang secara langsung adalah apabia perseroan pertama
memiliki saham pada perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan pada satu “Perseroan antara”
atau lebih dan sebaliknya perseroan kedua memiliki saham pada perseroan pertama. Sedangkan
struktur kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan perseroan pertama atas
saham pada perseroan kedua melalui kepemilikan pada satu “perseroan antara” atau lebih dan
sebaliknya perseroan kedua memiliki saham pada perseroan pertama.
Di Indonesia, sesuai dengan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, bahwa
adanya larangan kepemilikan silang. Namun, ketentuan kepemilikan saham tersebut, tidak
berlaku apabila kepemilikan saham yang diperoleh berdasarkan peralihan karena hokum, hibah,
atau hibah wasiat sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (2). Sesuai penjelasan pasal ini,
dikatakan karena tidak ada pengeluaran saham yang memerlukan setoran dana dari pihak lain,
maka hal ini tidak melanggar ketentuan larangan pengeluaran saham sebagaimana pada pasal 36
ayar (1).
Selanjutnya, saham yang diperoleh lewak hukum, wasiat, dan hibah berdasarkan pasal 36
ayat (2), dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak
lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam Perseroan. Apabila perseroan lain tersbut
merupakan perusahaan efek, maka berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal.
Selanjutnya, kepemilikan piramida terbalik adalah kepemilikan secara tidak langsung
terhadap suatu perusahaan melalui perusahaan lain, baik melalui perusahaan publik maupun
perusahaan non publik.
Seperti tampak pada gambar tersebut, Keluarga B memiliki saham di PT H, PT I, dan PT
J masing-masing 5%, 30%, dan 40%. Selanjutnya PT I dan PT J memiliki saham PT H masing-
masing 10% dan 20%. Ada tiga jalur kepemilikan Keluarga B terhadap PT H, yaitu kepemilikan
langsung, melalui PT I, dan melalui PT J.

Kepemilikan immediate ownership adalah kepemilikan langsung terhadap perusahaan


publik. Berdasarkan konsep kepemilikan ini, rangkaian kepemilikan tidak ditelusuri dan
besarnya kepemilikan seorang pemegang saham ditentukan berdasarkan persentase saham yang
terlulis atas nama dirinya. Kepemilikan ultimate ownership adalah kepemilikan langsung dan
tidak langsung terhadap perusahaan publik. Berdasarkan konsep kepemilikan ini, rangkaian
kepemilikan harus ditelusuri sampai dengan pemilik ultimat dapat diidentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai