NURSAN HASAN
NIM 1813040016
DOSEN PEMBIMBING
Drs. Muh. Jasri Djangi, M.Si
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN
NURSAN HASAN
NIM 1813040016
Mengetahui,
Abstrak
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merosotnya prestasi Indonesia ini telah menjadi perhatian banyak
kalangan pendidik. Jumlah mata pelajaran yang banyak ditambah lagi dengan
jumlah bahan yang harus dipelajari untuk setiap mata pelajaran, menjadi salah
satu faktor yang menghambat dalam peningkatan mutu pendidikan, akibatnya
proses belajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan optimal karena guru
hanya akan berusaha untuk mengajarkan seluruh bahan yang telah ditentukan
dalam selang waktu yang sangat terbatas. Sementara itu, siswa juga akan
dipaksa untuk menerima sedemikian banyak bahan pelajaran tanpa memiliki
waktu yang cukup untuk mendalaminya. Dewasa ini, telah dikenal media
pembelajaran inovatif yaitu mind mapping (peta pikiran). Mind mapping
dapat membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan
meringkas materi-materi pelajaran menjadi beberapa lembar mind mapping
yang jauh lebih mudah dapat dipelajari dan diingat oleh siswa. Melalui mind
mapping, seluruh informasiinformasi kunci dan penting dari setiap bahan
pelajaran dapat diorganisir dengan menggunakan struktur radian yang sesuai
dengan mekanisme kerja alami otak sehingga lebih mudah untuk dipahami
dan diingat.
Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak
dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata
pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
Salah satu dari budaya dan karakter bangsa adalah belajar kreatif. Belajar
kreatif telah menjadi bagian penting dalam wacana peningkatan mutu
pembelajaran. Hingga kini kreativitas telah diterima baik sebagai kompetensi
yang melekat pada proses dan hasil belajar.
Ausubel menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat penting dalam
proses mengajar belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa
materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa
dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam
mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi
pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Fakta di
lapangan, sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan
seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat
menjembatani informasi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah
diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud oleh Ausubel dalam
teori belajar bermaknanya adalah advance organizer.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik dan bermaksud untuk
meneliti akan adanya Pengaruh Mind Mapping dalam Pembelajaran Advance
Organizer terhadap Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Kimia SMA.
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ii adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Media Mind Mapping dan bagaimana
penerapannya?
2. Apa ang dimaksud dengan Advance Organizer dan bagaimana
penerapannya?
3. Bagaimana pengaruh Mind Mapping dan Advance Organizer dalam
pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Berikut adalah tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh Media Mind Mapping terhadap kreativitas siswa dalam belajar
dalam pembelajaran Advance Organizer
2. Pengaruh media mind mapping dalam pembelajaran advance organizer
terhadap hasil belajar kimia siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara penerapan penggunaan media Mind Mapping dengan
Advance Organizer.
2. Mengetahui pengaruh Mind Mapping dan Advance Organizer terhadap
kualitas siswa.
3. Dapat meningkatkan kualitas siswa dengan memanfaatkan media Mind
Mapping.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Lingkupan bahan ajar kimia dalam penelitian ini adalah hidrokarbon,
salah satu senyawa karbon sederhana. Materi ini diajarkan di awal pertemuan
tentang kimia karbon. Indikator kompetensi yang diadaptasi dari Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dilibatkan dalam
percobaan ini untuk SMA adalah:
Indikator 1. Pengenalan hidrokarbon Indikator
Indikator 2. Mengenali rumus umum dan memberi nama senyawa alkana
Indikator 3. Mengenali rumus umum dan memberi nama senyawa alkena
Indikator 4. Mengenali rumus umum dan memberi nama senyawa alkuna
Indikator 5. Menjelaskan konsep isomer dan penerapannya pada sifat
senyawa
hidrokarbon
B. Landasan Teori
Menurut UUD 1945 Pasal 1 No.1 Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. No.6: Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. No.7-9 Tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan; Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat
yang bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik;
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar-mengajar.
Media pembelajaran merupakan media informasi kegitan belajar
mengajar sehingga mampu memberikan efektifitas dan interaktifitas dalam
pembelajaran. adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan dapat
membantu guru dan siswa dalam pembelajran lebih visual, interaktif,
menarik, mudah dan cepat dimengerti (Wibowo, 2013: 75).
Model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang
digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya
terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian
pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara atau tahapan
yang digunakan dalam interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan materi
dan mekanisme metode pembelajaran (Affandi, & dkk. 2013: 16).
Menurut Ausubel (Dahar, (2006) dalam (Yuniati, 2013: 131)) ada dua
jenis belajar yaitu: 1) belajar bermakna (meaningful learning) dan 2) belajar
menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar
dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila siswa
mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan struktur konsep
yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan
struktur yang telah dipunyai siswa. Sedangkan belajar menghafal adalah
siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru
atau yang dibaca tanpa makna.
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausubel di atas dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut: 1) menentukan tujuan pembelajaran, 2) melakukan identifikasi
karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan
sebagainya), 3) memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa
dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti, 4) mengidentifikasi
prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut, 5) menyajikan
suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dikuasai siswa, 6)
menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance
organizer yang akan dipelajari siswa, 7) mempelajari konsep-konsep inti
tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret, dan 8) melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa. Menurut Ausubel dan Novak (1977)
ada tiga kelebihan dari belajar bermakna yaitu: 1) informasi yang dipelajari
secara bermakna lebih tahan lama dapat diingat, 2) informasi baru yang telah
dikaitkan dengan konsep-konsep yang relevan sebelumnya dapat
meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan
proses pembelajaran berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip, dan 3)
informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih
meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses pembelajaran untuk
materi pelajaran yang mirip walaupun telah “lupa”. Berdasarkan uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna adalah suatu proses
belajar dimana mahasiswa dapat menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna
diperlukan dua hal yakni materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa dan situasi belajar yang bermakna
yang dipengaruhi motivasi (Yuniati, 2013: 132-133).
Secara etimologis kata Mind Map berasal dart bahasa Inggris Mind
yang berarti pikiran dan Map yang berarti peta, dengan demikian Mind Map
dapat diartikan sebagai peta pikiran. Berdasarkan makna tersebut, maka Mind
Map dapat digambarkan sebagai sebuah cara untuk menggambarkan atau
memetakan secara visual pemikiran seseorang. Mind Map pertama kali
dikembangkan oleh Buzan berdasarkan atas kenyataan bahwa kemampuan
manusia untuk menyimpan dan mengolah informasi dalam memorinya
sangatlah terbatas. Di sisi lain, berdasarkan temuan di bidang neurologi
terlihat bahwa otak manusia secara fungsional dapat dibagi atas dua bagian
yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda. Belahan otak sebelah kanan
berperan pada pemikiran yang bersifat imajinatif, kreatif, ruang (Spatial),
holistik dan non-linear. Sedang belahan otak sebelah kiri sangat berperan
pada pemikiran yang bersifat logis, matematis dan linier. Sebuah informasi
akan mudah untuk disimpan, diingat dan dipanggil kembali bila informasi
tersebut dikelola dengan memaksimalkan fungsi dua belahan otak tersebut.
Bentuk peta konsep lain adalah Mind Map yang ditemukan oleh Tony Buzan
sekitar tahun 1974 lalu. Mind Map menurut Heuer (2001:2) dapat
memvisualisasikan jalan pikiran, serta menunjukan bagaimana ideide saling
terkait satu dengan yang lainnya dan membantu menyajikan informasi secara
cepat, serta untuk memahaminya. Oleh penemunya, Mind Map terutama
ditujukan untuk mengatasi keterbatasan memori yang dimiliki manusia. Pada
perkembangannya Mind Map digunakan dalam berbagai bidang terutama
untuk memetakan pemikiran atau konsep sehingga mudah dipahami, diingat
serta dipanggil kembali (Susanto, 2005: 297).
C. Kerangka Pikir
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan dating. Prestasin pendidikan di Indonesia semakin menurun
diakibatkan oleh umlah mata pelajaran yang banyak ditambah lagi dengan
jumlah bahan yang harus dipelajari untuk setiap mata pelajaran. Sebagai
dampaknya adalah peningkatan SDM Indonesia yang tidak dibarengi dengan
peningkatan kualitas Manusia.
Pendidikan formal dimulai pada usia dini hingga remaja 5-17 tahun dan
dilanjutkan pada perguruan tinggi, lulusan-lulusan sarjana diluar sana tidak
sedikt yang hanya menjadi pengangguran atau kerja namun tidak pada
“sarjananya”. Hal tersebut diakibatkan kurangnya kualitas maupun kreativitas
individu keluaran pendidikan Indonesia. Pendidikan Indonesia dalam hal
kualitas siswa perlu ditingkatkan, dengan adanya media dan metode
pembelajaran diharapkan mampu menarik perhatian dan menumbuhkan minat
belajar siswa serta meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesa yang diajukan oleh penulis dalam percobaan ini adalah
ada pengaruh media mind mapping terhadap kreativitas dan hasil belajar
kimia siswa pada pembelajaran advance organizer dan ada hubungan antara
kreativitas siswa dan hdengan hasil belajar kimia siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian perbandingan hasil,
yaitu hasil belajar siswa dan kreativitasnya dalam dalam media pembelajaran
Mind Mapping menggunakan Advance Organizer.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penilitian ini adalah media Mind Mapping dan Advance
Organizer. Mind Mapping merupakan suatu media pembelajaran dimana
siswa menggambarkan peta pemikirannya sedangkan Advance Organizer
adalah alat penghubung menurut Ausubel yang dapat menghubungkan
informasi atau ide baru yang dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh
siswa.
Affandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model dan Pembelajaran di
Sekolah. Semarang: UNISSULA Press.