Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA PANGAN

“WARNA BAHAN MAKANAN”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Kimia Pangan

DISUSUN OLEH :
Kelompok III

Nurul Muthmainna (1813040006)


Hikmawati (1813040010)
Rahimah Rahmah (1813040022)
Putri Azzahra (1813042002)
Annisa Tiara Ayu (1813042014)
Jasmin (1813042018)

KELAS PENDIDIKAN KIMIA B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh

karena itu makanan yang kita makan bukan hanya harus memenuhi gizi dan mempunyai bentuk

yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan

bahan bahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan penyakit. Perusahaan makanan dan

minuman kemasan di Indonesia saat ini berkembang dengan sangat pesat. Ditemukan makanan

dan minuman kemasan yang diproduksi hanya mementingkan aspek selera konsumen tanpa

memperdulikan aspek kesehatan.

Zat pewarna makanan banyak sekali di gunakan, salah satu tujuannya untuk menambah
daya tarik konsumen untuk memakannya karena warnanya yang menarik. Warna memegang
peran penting dalam keterterimaan makanan. Selain itu, warna dapat memberi petunjuk
mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan.
Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik. Zat pewarna
sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia.

Di indonesia, sejak dahulu sudah mengenal zat pewarna alami, yaitu yang terbuat dari
tumbuhan misalnya kunyit, pandan, dan buah naga. Namun seiring dengan kemajuan teknologi
yang semakin pesat, banyak di buat bahan pewarna makanan sintetis atau yang biasa dikenal
dengan bahan aditif.

Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi
menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit
menghasilkan warna yang stabil. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak
pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen. Namun penggunaan zat pewarna sintetis jika
berlebihan dapat menjadi racun dalam tubuh. Oleh sebab di atas, untuk mengetahui tentang zat
pewarna sintetis pada makanan dan bahayanya bagi tubuh, maka makalah ini di buat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian zat pewarna pada makanan ?
2. Apa saja jenis-jenis zat pewarna pada makanan ?
3. Apa saja dampak penggunaan zat pewarna sintetis terhadap tubuh ?
4. Berapa kadar takaran penggunaan zat pewarna sintetis yang diperbolehkan pada
makanan?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian zat pewarna pada makanan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis zat pewarna pada makanan
3. Untuk mengetahui dampak penggunaan zat pewarna sintetis terhadap tubuh
4. Untuk mengetahui kadar takaran penggunaan zat pewarna sintetis yang diperbolehkan
pada makanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zat Pewarna

Warna makanan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan konsumen untuk
memilih dan memilah makanan. Sehingga penggunaan pewarna dalam makanan seakanakan
menjadi keharusan bagi setiap produsen makanan. Adanya dampak pada kesehatan terhadap
penggunaan pewarna sintetis menjadikan alasan bagi kita untuk back to nature dengan
menggunakan pewarna alami. Indonesia merupakan Negara dengan kekeyaan sumber pewarna
alami baik karotenoid, anthosianin, betalain dan klorofil. Selain sebagai pewarna yang dapat
diaplikasikan pada makanan, pewarna alami juga memiliki kemampuan dalam menjaga
kesehatan, mencegah dan meminimalkan terjadinya beberapa penyakit seperti diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, kanker dan sebagainya. Oleh karena itu konsep kembali ke pewarna alami
meskipun dengan beberapa kekurangan namun tetap memiliki kelebihan yaitu aman dan
bermanfaat bagi kesehatan.1

Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau
memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan
lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan pangan. Diantara beberapa bahan
tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis dan pewarna sintetis. Zat Pewarna
adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau
menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan agar
kelihatan lebih menarik.2

Menurut PERMENKES RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan


tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Warna pada

1
Nugraheni, Mutiara.2012.Pewarna Alami Makanan Dan Potensi Fungsionalnya.Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

2
Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
makanan merupakan indikator kesegaran atau kematangan. Zat pewarna makanan dapat
diperoleh dari bahan alam atau dari bahan buatan.3

Menurut International food information council foundation (IFIC) 1994,pewarna pangan


adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkanwarna suatu produkpangan,
sehingga menciptakan image tertentu dan membuatproduk lebih menarik.

Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi
warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksud untuk memperbaiki warna
makanan yang berubah atau memucat selama proses pengolahan atau memberi warna pada
makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.4

2.2 Jenis-jenis Zat Pewarna pada Makanan dan Takarannya


Aneka jenis pewarna ini ada yang berupa bubuk, pasta atau cairan. ada dua jenis zat
pewarna yaitu certified color dan unceretified color.Certified color merupakan zat pewarna
sintetik yang terdiri dari dyedan lake, sedangkan uncertified color adalah zat pewarna yang
berasal dari bahan alami.5
a. Uncertified Color Additive (pewarna alami)
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan
seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan, dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami
tersebut antara lain :
 Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering
disebut zat warna hijau daun.
 Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging.
 Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, yang
terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah,
wortel.

3
PERMENKES RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
4
Noviana.Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus dan Tomat Saus Cabe yag Dipasarkan di Pasar Lambaro Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2005. [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara.2005.
5
Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda TahuBahan Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia.
 Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin merah, biru violet biasanya
terdapat pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color adalah zat pewarna alami
(ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun ada juga
beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat dibuat sintetik.
Untuk penggunaannya, zat warna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan termasuk dalam
daftar yang telah tetap. Satu-satunya zat pewarna uncertified yang penggunaannya masih
bersifat sementara adalah Carbon Black. Tabel berikut mencantumkan jenis pewarna
alami dan sintesis pada produk makanan dan batas maksimal penggunaannya.6

Tabel 1. Jenis pewarna alami pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya.

Batas Penggunaan
No. Nama BTM Jenis / Bahan Makanan
Maksimun
1 Anato Es krim, lemak, minyak
100 mg – 600 mg /
kacang, margarin, keju,
kg
minyak kelapa
2 β-Apo-8’ Es krim, lemak, minyak 100 mg – 200 mg /
karotenal makan, jem, jeli kg
3 Etil β -Apo-8’ Es krim, lemak, minyak 100 mg – 200 mg /
karotenoat makan, jem, jeli kg
4 Kantaxantin Es krim, lemak, minyak
makan, jem, jeli, udang 30 mg – 60 mg / kg
Kalengan
5 Karamel, Es krim, jem, jeli, jamur
ammonia sulfit kalengan, acar ketimun 150 mg – 3 g / kg
process dalam botol. Yoghurt,

6
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI
marmalade
6 Karamel jem, jeli, jamur kalengan,
150 mg – 300 mg /
acar ketimun dalam botol,
kg
Yoghurt
7 Karmin Yoghurt 20 mg / kg
Keju, kapri kalengan,
acar ketimun dalam botol,
Β-karoten es krim, lemak, minyak 100 mg / kg
makan, minyak kacang,
8 minyak kelapa, mentega
9 Klorofil jem, jeli, keju 200 mg / kg
10 Klorofil tembaga Es krim, acar ketimun 100 mg – 300 mg /
Complex dalam botol, keju kg
11 Kurkumin Es krim, lemak, minyak
makan, minyak kelapa, 500 mg / kg
Mentega
12 Riboflavin Acar ketimun dalam 50 mg – 300 mg /
botol, keju, es krim kg
13 Titanium Kembang gula Secukupnya
Dioksida

b. Certified Color (pewarna sintesis)


Ada 2 macam yang tergolong Certified Color yaitu Dye dan Lake. Keduanya adalah
zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah melalui
prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Food and Drug Administration
(FDA). Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dari 1 warna dasar, tidak merupakan
warna campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified color terdapat spesifikasi
yang mencantumkan keterangan penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya berbentuk
garam, kelarutan dan residu yang terdapat didalamnya.7
1. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya
dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah gliserin, alkohol dan
propilenglikol. Dye juga dapat diberikan dalam bentuk kering apabila proses
pengolahan produk tersebut kemudian ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam
bentuk bubuk, butiran, pasta maupun cairan yang penggunaannya tergantung dari
kondisi bahan, kondisi proses dan zat pewarnanya sendiri. Dye terbagi atas 4 kelompok
yaitu Azo dye, Triphenylmethane dye, Flourescein, dan Sulfonated Indigo.8
a. Azo dye
Azo dye terdiri dari :
 FD&C Red No. 2 (Amaranth) No Indeks 16185
Amaranth termasuk golongan monoazo yang mempunyai satu ikatan
N=N. Amaranth berupa tepung berwarna merah kecoklatan yang mudah larut
dalam air, menghasilkan larutan berwarna merah lembayang atau merah
kebiruan. Selain itu juga mudah larut dalam propilonglikol, gliserol, dan larut
sebagian dalam alkohol 95%. Agak tahan terhadap cahaya, asam asetat 10%, HCl
10-30%, dan NaOH 10%, sedangkan terhadap NaOH 30% kurang tahan dan
menjadi agak keruh.9
Sebelumnya di Amerika penggunaan zat warna amaranth diizinkan secara
bebas tanpa adalanya keluhan atau laporan mengenai terjadinya keracunan. Pada
akhir tahun 1970 muncul hasil penelitian dua grup penelitian Soviet mengenai
amaranth tersebut. Grup pertama melaporkan, zat warna amaranth bersifat
karsiogenik (menyebabkan kanker) sedangkan grup kedua menyimpulkan bahwa
zat warna tersebut bersifat embritoksik (meracuni janin). Setelah dilakukan
penelitian lanjutan dan hasilnya menyatakan bahwa zat warna amaranth bersifat
karsiogenik dan embritoksik maka sejak itu penggunaan zat warna amaranth di

7
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.

8
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.

9
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.
amerika tidak diperbolehkan.10
Selain bersifat karsiogenik dan embritoksik, zat warna amaranth dalam
jumlah besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada saluran pernapasan
dan menyebankan hiperaktif pada anak.11
 Yellow No 5 (Tartrazine) No Indeks 19140

Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut


dalam air, menghasilkan larutan kuning keemasan. Kelarutanya dalam alkohol
95% hanya sedikit, dalam gliserol dan glikol mudah larut. Tartanizie tahan
terhadap cahaya, asam asetat, HCL, dan NaOH 10%, NaOH 30% akan
menjadikan warna berubah kemerah-merahan. Penggunaan tartrazine dapat
menyebabkan reaksi alergi, khususnya pada pada individu yang sensitif terhadap
asam asetilsiklik dan asam benzoat. Selain itu juga dapat menyebabkan hiperaktif
pada anak.12
 FD&C Yellow No 5 (Sunset Yellow) No Indeks 150985
Sunset Yellow termasuk golongan monazo, berupa tepung berwarna
jingga, sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga
kekuningan. Sedikit larut dalam alkohol 95% dan mudah larut dalam gliserol dan
glikol. Pemakaian alat-alat, mudah larut dalam alkohol tembaga akan
menyebabkan warna larutan zat warna menjadi keruh, coklat dan opaque.13
Penggunaan sunset yellow dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya
pada pada individu yang sensitif terhadap asam asetilsiklik dan asam benzoat.

10
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.
11
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (StudiKasus : Sekolah Dasar di Kecamatan
MargaasihKabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.

12
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.
13
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
Selain itu juga dapat menyebabkan hiperaktif pada anak. Pada jumlah yang
sedikit sunset yellow dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung,
sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan saluran pencernaan.14
 FD&C Red No 4 (Panceau SX) No Indeks 14700
Panceau SX berupa tepung merah, mudah larut dalam air dan memberikan
larutan berwarna jingga. Larutan dalam gliserol dan glikol, mudah larut dalam
alkohol 95%. Sifat ketahanannya hampir sama dengan amaranth, sedikit luntur
oleh asam asetat 10%, NaOH 30% akan membuat larutan berwarna kekuningan.
Cu membuat warna larutan menjadi kuning, gelap, dan keruh baik pada larutan
netral maupun asam.15
 Triphenymethane dye
Triphenymethane dye terdiri dari:
 FD&C Blue No 1 (Brilliant Blue) No Indeks 42090
Zat pewarna ini termasuk Triphenylmethane dye, merupakan
tepung berwarna ungu perunggu. Bila dilarutkan dalam air menghasilkan
warna hijau kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam
alkohol 95%. Zat warna ini tahan terhadap asam asetat, tetapi agak luntur
oleh cahaya agak tahan terhadap HCl 10%, tetapi menjadi berwarna
kehijauan, sedangkan dalam HCl 30% akan membentuk warna merah
anggur.16
 FD&C Green No 3 (Fast Green) No Indeks 42053
Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu
kecoklatan dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau
kebiruan. Zat ini juga larut dalam alkohol 95%, tetapi lebih mudah larut
dalam campuran air dan alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan
glikol. Fast Green agak mudah luntur dengan adanya cahaya dan tidak

14
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (StudiKasus : Sekolah Dasar di Kecamatan
MargaasihKabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.
15
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
16
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
tahan terhadap HCl 30%, bila ditambahkan alkali, akan berwarna ungu.
kontak dengan Cu akan menjadikan warna coklat.17
 FD&C Violet No 1 (Benzylviolet 4B)
Zat pewarna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam air,
gliserol, glikol dan alkohol 95%. Menghasilkan warna ungu cerah, tidak
larut dalam minyak dan eter. Zat pewarna ini mudah luntur oleh cahaya,
sedangkan terhadap asam asetat agak tahan.18
 Fluorescein
Fluoresein terdiri dari :
 FD&C Red No 3 (Erytrosine) No Indeks 45430
Zat pewarna ini termasuk golongan Fluorescein. Berupa tepung
coklat larutannya dalam alkohol 95% menghasilkan warna merah yang
berfluoresensi sedangkan larutannya dalam air berwarna merah cherry
tanpa fluoresensi. Larut dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan
terhadap cahaya dan oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH
10%.19
 Sulfonated Indigo
Sulfonated Indigoterdiri dari :
 FD&C Blue No 2 (Indigotin/Indigo Carmine) No Indeks 73015
Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat,kemerah-
merahan, mudah laut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam
gliserol dan glikol, sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat warna ini sangat
tidak tahan terhadap cahaya, karena itu warnanya cepat menghilang.20
2. Lake
FD&C Lake diizinkan pemakainnya sejak tahun 1959, dan penggunannya

17
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
18
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
19
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
20
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
meluas dengan cepat. Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye)
dengan radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina. Lake stabil
pada Ph 3,5-9,5 dan diluar selang tersebut lapisan alumina pecah dan dye yang
dikandungnya terlepas.Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, zat pewarna
ini digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak dan minyak daripada
dye, karena FD&C lake larut dalam lemak. Daya mewarnai FD&C lake adalah
dengan membentuk dispersi yang menyebar pada bahan yang diwarnai.21
Di Indonesia, karena undang-undang penggunaan zat pewarna belum ada,
terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat warna. Penggunaan pewarna
yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per IX/88, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang
digunakan dalam makanan. Pewarna yang diizinkan serta batas penggunannya
termasuk penggunaan bahan pewarna alami.22
Khusus untuk bahan pewarna, Departemen Kesehatan telah menerbitkan
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 2985/B/SK/79
tanggal 12 Nopember 1979 tentang wajib daftar pewarna makanan dan Peraturan
Menkes RI No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya. Penerbitan peraturan ini bertujuan untuk mencegah
pemakaian zat warna yang bukan untuk makanan ke dalam makanan.23

Tabel 2. Nama-nama zat pewarna sintesis yang dilarang digunakan di dalam


makanan

No Nama Indeks Warna


1 Auramine ( CI Basic Yellow 2) 41000
2 Alkanet 75520

21
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
22
Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda TahuBahan Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia.

23
Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda TahuBahan Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia.
3 Butter Yellow (CI Solvent Yellow 2) 11020
4 Black 7984 (Food Black 2) 27755
5 Burn Umber (CI Basic Orange 7) 77491
6 Chrysoidinie (CI Basic Orange 2) 11270
7 Chrysoine S (CI Food Yellow AB) 14270
8 Citrus Red No.2 12156
11 Fast Yellow AB (CI Food Yellow 2) 13015
12 Guinea Green B (CI Acid Green No 3) 42085
15 Methanyl Yellow 13065
16 Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2) 12100
17 Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7) 12170
18 Oil Yellow AB (CI Solvent Yellow AB) 11380
19 Oil Yellow OB (CI Solvent Yellow 6) 11390
20 Orange G (CI Food Orange 4) 16230
21 Orange GGN (CI Food Orange 2) 15980
22 Orange RN 15970
23 Orchil dan Orcein -
24 Ponceu 3R (CI Red 6) 16155
25 Ponceu SX (CI Food Red 1) 14700
26 Ponceu 6R (CI Food Red 8) 16290
27 Rhodamine B (CI Food Red 15) 45170
28 Sudan I (CI Solvent Yellow 14) 12055
29 Scarlet GN (Food Red 2) 14815
30 Violet 6B 42640
Sumber : Depkes, RI (1995)

2.3 Dampak penggunaan zat pewarna sintetis terhadap tubuh


Beberapa zat pewarna yang berdampak negatif terhadap kesehatan antara lain :
a. RhodamineB
Bahan pewarna RhodamineB untuk warna merah dan Metanil Yellow untuk warna
kuning, merupakan zat pewarna sintesis yang dilarang untuk produk makanan karena dalam
bahan tersebut mengandung residu logam berat yang sangat membahayakan bagi kesehatan.24
Rhodamine B adalah bahan pewarna untuk kertas, bulu domba dan sutera. Rodamine B
berasal dari Metaliniat dan Dipanel Alanin sehingga mudah mudah larut dalam alkohol.
Struktur rhodamin B dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar .Rhodamin B

Molekul C28H31ClN2O3. Bobot Molekul (BM) 479. Titik Lebur 1650C. Kelarutan
sangat larut dalam air dan alkohol; sedikit larut dalam asam hidroklorida dan natrium
hidroksida.25
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan
dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati,
gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.26
Rhodamin B merupakan zat pewarna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam
produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik, dalam penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan kerusakan hati, pembengkakan ginjal, dan kanker.
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan
dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati,
gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.27

24
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (StudiKasus : Sekolah Dasar di Kecamatan
MargaasihKabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.
25
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD (StudiKasus : Sekolah Dasar di Kecamatan
MargaasihKabupaten Bandung). Thesis. ITB. Bandung.
26
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Tentang Tanda Khusus Pewarna
Makanan.
27
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Tentang Tanda Khusus Pewarna
Makanan.
Zat pewarna sintesik Rhodamin B dan Methanyl Yellow masih sering ditambahkan
pada jajanan agar membuat warna jajanan lebih mencolok dan anak-anak tertarik untuk
mengkonsumsinya. Padahal kenyataannya kedua zat ini merupakan zat warna tambahan yang
dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan karena bersifat karsinogenik sehingga
dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker.28
b. Tartrazine&Indigotine
Sebagian besar zat pewarna makanan yang digunakan mengandung zat tartrazine
atau indigotine yang berasal dari batubara . Kedua zat tersebut merupakan racun bagi
tubuh. Racun ini umumnya ditemukan pada jus minuman, bumbu masak, bahkan
beberapa jenis keju.
c. Zat Pewarna Makanan Jenis Carnicogen
Zat pewarna makanan mengandung carnicogen, tartrazine dan indigotine yang
dapat memicu penyakit kanker, kanker kemih, tumor ginjal, tumor tiroid dan komplikasi
pada kalenjar andrenal. Semua jenis pewarna tersebut kerap digunakan sebagai zat
pewarna makanan anak – anak seperti permen gula, permen cheri, koktail buah, minuman
ringan, biskuit, dll.

2.4 Kadar Takaran Penggunaan Zat Pewarna Sintetis yang di Perbolehkan Pada Makanan
Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh Departemen
Kesehatan (Depkes) RI atau oleh FDA dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti
timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh kandungan arsen melebihi
0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. Adapun batas konsumsi untuk zat pewarna buatan
yang direkomendasikan oleh Depkes berkisar 1,25-1,5 mg/kg berat badan (untuk warna
merah), 2,5 mg/kg, berat badan (untuk warna biru), 12,5 mg/kg berat badan (untuk warna
hijau), dan 5-7,5 mg/kg (untuk warna kuning).29

28
Pertiwi, Dian dkk. 2014. Analiis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow Pada Jajanan Anak Di Sdn Kompleks
Mangkura Kota Makassar. Makassar : UNHAS.
29
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten
Sukabumi. FMIPA. UMMI.
Tabel. 3 Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya
Batas Maksimum
No. Nama BTM Jenis / Bahan Makanan
penggunaan
1. Biru berlian Kapri kalengan, ercis 100 mg – 300 mg /
kalengan, es krim, jem, acar kg
ketimun dalam botol, saus
apel kalengan, makanan lain,
jeli
2 Coklat HT Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
3 Eritrosin Es krim, buah pir 15 mg – 300 mg /
kalengan, jem, udang kg
beku, saus apel kalengan,
makanan lain, jeli,
4 Hijau FCF yoghurt, irisan daging 100 mg – 300mg /
olahan, Es krim, buah pir kg
kalengan, jem, saus apel
kalengan, makanan lain,
jeli
5 Hijau S Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
6 Indigotin Es krim, jem, saus apel
kalengan, makanan lain, 6 mg – 300 mg /
jeli, Yoghurt kg
7 Karmiosin Minuman ringan, makanan
lain, makanan cair, es 57 mg – 300 mg /
krim, Yoghurt kg
8 Kuning FCF Minuman ringan, makanan
lain, makanan cair, es 12 mg – 300 mg /
krim kg
9 Kuning kuinolin Es krim, makanan lain 50 mg – 300 mg /
kg
10 Merah Alura Minuman ringan, makanan 70 mg – 300 mg /
lain, makanan cair kg
11 Ponceau 4R Minuman ringan, makanan
lain, es krim, yoghurt, 30 mg – 300 mg /
jem, jeli kg
12 Tartrazin Minuman ringan, makanan
cair, makanan lain, es 18 mg – 300 mg /
krim, Yoghurt kg
Sumber : Depkes, RI (1995).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi
warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksud untuk memperbaiki
warna makanan yang berubah atau memucat selama proses pengolahan atau memberi
warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
2. Terdapat dua jenis zat pewarna yaitu certified color dan unceretified color.Certified color
merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dyedan lake, sedangkan uncertified color
adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami.
3. Zat pewarna sintetik jika dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan dampak negatif
terhadap tubuh, seperti kanker, tumor, gangguan hati, dll. Sehingga penggunaan pewarna
sintetik harus sesuai dengan batas yang telah ditetapkan oleh kementrian kesehatan.
3.2 Saran
1. Penggunaan pewarna sintetik makanan sebaiknya dalam kadar yang telah ditentukan, agar
tidak menyebabkan penyakit dalah tubuh.
2. Lebih baik menggunakan bahan pewarna alami makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik IndonesiaJakarta.

Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Tentang Tanda Khusus Pewarna Makanan.
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B)
Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten Sukabumi. FMIPA. UMMI

Noviana. 2005. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah Pada Saus dan Tomat
Saus Cabe yang Dipasarkan di Pasar Lambaro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2005.
[skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara.
Nugraheni, Mutiara.2012.Pewarna Alami Makanan Dan Potensi Fungsionalnya.Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.

Pertiwi, Dian dkk. 2014. Analiis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl
Yellow Pada Jajanan Anak Di Sdn Kompleks Mangkura Kota Makassar. Makassar :
UNHAS.
Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda TahuBahan
Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar.

Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan Anak SD
(StudiKasus : Sekolah Dasar di Kecamatan MargaasihKabupaten Bandung). Thesis. ITB.
Bandung.

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai