MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Managemen Laboratorium yang dibina oleh
Dr. Sulisetijono, M.Si.
Oleh:
A. Latar Belakang
Laboratorium sains banyak menggunakan bahan kimia dari berbagai tipe dan tingkat
bahaya. Biologi merupakan salah satu bidang yang secara intensif dan ekstensif menggunakan
bahan kimia untuk kelas laboratorium dan eksperimen lainnya. Kecelakaan karena bahan
kimia di laboratorium sangat mungkin terjadi apabila eksperimen dilakukan oleh pengguna
laboratorium yang kurang pemahaman dan pengalaman serta tidak mengetahui bahaya atau
risiko terkait bahan kimia yang digunakan di laboratorium. Bahkan pengguna laboratorium
yang sudah sangat berpengalaman pun juga berisiko terhadap terjadinya kecelakaan, jika
mereka salah dalam mengikuti petunjuk keamanaan selama bekerja dengan bahan-bahan yang
berbahaya (Olewski dan Snakard, 2017).
Terdapat beberapa laporan tentang kecelakaan karena zat kimia pada laboratorium
sains akibat kesalahan dalam penanganan ataupun kesalahan dalam penggunaan zat kimia.
Misalnya, kecelakaan pada Laboratorium Farmasi Universitas Indonesia (2015) dan
kecelakaan pada Laboratorium Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala (2017). Kecelakaan pada
Laboratorium Farmasi UI mengakibatkan 14 orang mahasiswa terluka sedangkan kecelakaan
pada Laboratorium Kimia FKIP Unsyiah melukai seorang dosen dan mahasiswa
bimbingannya (Okezonenews.com, 2015; Serambinews.com, 2017). Beberapa Perguruan
Tinggi di Malaysia juga pernah mengalami kecelakaan laboratorium, diantaranya kebakaran
pada Laboratorium Kimia Universitas Malaya (2001), Laboratorium Teknik pada Universitas
Putra (2002) dan Laboratorium Fisika pada Universitas Kebanson (2005) (Sarifah, dkk, 2010).
Laporan lainnya juga menyebutkan bahwa 49% kecelakaan terkait universitas di Taiwan
disebabkan karena penggunaan bahan kimia di laboratorium yang tidak tepat (Su dan Hsu,
2008). Menurut American Industrial Hygiene Association, setidaknya 18 kecelakaan
kebakaran berbasis alkohol di AS telah terjadi dalam demonstrasi pendidikan sejak 2011
(AIHA, 2016). Sebuah Kecelakaan parah karena zat kimia terjadi pada Laboratorium Kimia
Organik Universitas California, Los Angles, yang mengakibatkan meninggalnya seoran
asisten riset (Benderly, 2015). Pada laporan lainnya, seorang profesor kimia dari Dartmouth
College (AS) meninggal kerana keracunan merkuri setelah tetesan kecil dimethylmercury
meresap melalui sarung tangan latex yang dia gunakan. Hasil invertigasi menunjukkan bahwa
sarung tangan berbahan latex tidak cocok digunakan apabila bekerja dengan
dimethylmercury (Bloom, 2016). Ini adalah beberapa kasus kecelakaan yang bisa menjadi
pembelajaran bagi semua pengguna bahan kimia laboratorium di manapun.
Bekerja di laboratorium membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan yang tinggi
mengingat peralatan dan bahan yang digunakan mengandung potensi bahaya. Kecelakaan
dapat terjadi kapan saja dengan berbagai akibat yang membahayakan kesehatan bahkan
keselamatan jiwa pengguna laboratorium. Kecelakaan laboratorium yang terjadi seringkali
mendadak, kekagetan yang ditimbulkan dan rasa takut melihat akibatnya membuat orang
menjadi panik. Jika korban tidak segera mendapatkan pertolongan yang tepat dan atau
mendapatkan penanganan yang keliru, nyawa korban yang menjadi taruhannya. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang Material Safety Data Sheet (MSDS), Simbol Keselamatan Kerja serta
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) penting untuk dimiliki orang-orang yang bekerja
di laboratorium, termasuk guru IPA yang bertanggung jawab pada proses pembelajaran siswa
di laboratorium IPA.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi menunjukkan pentingnya bekerja dengan aman
di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu
diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan
tersebut dapat lebih berhati-hati dan yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya.
Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak
menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum, pengelompokan
bahan-bahan kimia, simbol keselamatan kerja, P3K dan berbagai petunjuk praktis juga
dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di
Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya
para asisten dapat bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa maupun
siswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan bahan-bahan kimia di Laboratorium?
2. Bagaimana pengelompokan bahan-bahan kimia Laboratorium?
3. Bagaimana simbol keselamatan kerja di Laboratorium?
4. Bagaimana peran P3K di Laboratorium?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme penggunaan bahan-bahan kimia di Laboratorium
2. Untuk mengetahui pengelompokan bahan-bahan kimia di Laboratorium
3. Untuk mengetahui simbol-simbol keselamatan kerja di Laboratorium
4. Untuk mengetahui peran P3K di Laboratorium
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing” biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah
terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal
mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan
peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. Contoh
bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable”
merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan titik didih
rendah dengan titik didih awal (di bawah +35 oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa
gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi
normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar: R12. Contoh bahan dengan sifat
tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).
Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya “highly flammable” adalah subyek untuk
self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik
nyala rendah (di bawah+21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas
yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat
menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya
terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’ Frase-R untuk bahan sangat mudah
terbakar : R11. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang
sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering.
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “very toxic” dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28. Contoh bahan dengan sifat tersebut
misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin.
Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “toxic” dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25. Contoh bahan dengan sifat tersebut
misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik).
Harmful (berbahaya)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak
kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21 dan R22.
Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive” adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu
bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena
karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH<2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai
bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat
tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH
(>2%).
Irritant (menyebabkan iritasi)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan
inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37,
R38 dan R41. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida
dan asam dan basa encer.
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan
efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih
(air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi Frase-R
untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53. Contoh bahan yang
memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum
hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.