Anda di halaman 1dari 51

Modul: 01

Mikrobiologi: Konsep Dasar Mikrobiologi,


Konsep Bakteriologi Dasar dan Konsep
Sterilisasi Desinfeksi

Penulis: Domas Nurchandra Pramudianti, M.Keb

Program Studi Profesi Bidan


Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

A. PENDAHULUAN
 Assalamu’alaikum Wr Wb mahasiswa super, apa kabar? Mudah-mudahan kalian

semua dalam keadaan sehat walafiat. Saya yakin kalian tentu sudah siap untuk

mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini kalian akan mempelajari modul

yang berjudul “Mikrobiologi: Konsep Dasar Mikrobiologi, Konsep Bakteriologi

Dasar dan Konsep Sterilisasi Desinfeksi”. Modul ini membahas tentang: (1)

Sejarah mikrobiologi, Aplikasi dalam bidang kebidanan (2) Pengertian bakteri,

ciri-ciri bakteri, struktur bakteri, bentuk bakteri (3) Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan bakteri, cara perkembangan bakteri, peranan

bakteri (4) pengertian sterilisasi dan desinfeksi,tujuan sterilisasi dan

desinfeksi, macam-macam sterilisasi

Agar memudahkan Anda mempelajari modul ini, maka materi yang akan

dibahas dibagi menjadi 3 Kegiatan Belajar, yaitu:

1. Kegiatan Belajar-1, membahas Sejarah mikrobiologi, Aplikasi dalam bidang

kebidanan

2. Kegiatan Belajar-2, membahas Pengertian bakteri, ciri-ciri bakteri, struktur

bakteri, bentuk bakteri,faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri,

cara perkembangan bakteri, peranan bakteri

3. Kegiatan Belajar-3 membahas pengertian sterilisasi dan desinfeksi,tujuan

sterilisasi dan desinfeksi, macam-macam sterilisasi

Modul ini dapat Anda pelajari secara mandiri. Dalam mempelajari modul ini

sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari materi pembelajaran yang

disajikan pada Kegiatan Belajar-1 dan mengerjakan soal-soal latihannya serta

apabila telah yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk melanjutkan

mempelajari materi pembelajaran Kegiatan Belajar-2.


Anda dapat melanjutkan mempelajari Kegiatan Belajar-3 setelah Anda

memahami materi Kegiatan Belajar-2 dan dapat menjawab soal-soal tugasnya

setidak-tidaknya 80% benar. Jika Anda telah dapat menyelesaikan Kegiatan

Belajar-3 barulah lanjut pada Kegiatan Belajar-4 setelah itu Anda baru

diperkenankan untuk meminta waktu mengerjakan Tugas Akhir Modul (TAM). Satu

hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembelajaran yang sulit

Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi pembelajaran yang sulit

dengan sesama teman. Apabila memang masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk

mendiskusikannya dengan dosen pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka.

Di dalam modul ini tersedia soal tugas dan hendaknya semua soal tugas ini

Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan mengerjakan semua soal tugas yang ada, Anda

akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahaman terhadap materi

pembelajaran yang disajikan dalam modul. Dengan mengerjakan semua soal tugas

juga akan dapat membantu Anda mengetahui bagian-bagian mana dari materi

pembelajaran yang disajikan di dalam modul yang masih belum sepenuhnya dipahami.

Apabila semua soal tugas di setiap Kegiatan Belajar sudah selesai Anda

kerjakan, periksalah jawaban Anda dengan menggunakan Kunci Jawaban yang

disediakan pada bagian akhir dari modul ini. Kemudian, hitunglah jawaban Anda yang

benar, lalu gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda

terhadap materi setiap Kegiatan Belajar.

Rumus
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, Good Job, excellent!

Berarti Anda telah memahami materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan

Belajar-1. Anda dapat meneruskan kegiatan belajar Anda mempelajari Kegiatan

Belajar-2 dan selanjutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah

80%, Anda harus bersabar untuk mempelajari kembali materi pembelajaran yang

dibahas pada Kegiatan Belajar-1, terutama bagian materi pembelajaran yang belum

Anda kuasai. Kemudian, kerjakanlah kembali soal tugasnya.

Keberhasilan Anda mempelajari modul ini tentunya sangat tergantung pada

keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang

materi pembelajaran yang belum Anda pahami kepada dosen pada saat

dilaksanakannya kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan

Anda. Di samping itu, Anda juga harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk

menyelesaikan semua tugas yang ada di dalam modul ini. Yakinlah bahwa Insya Allah

Anda akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi.

Jangan lupa berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kemudahan

belajar.

Selamat Belajar, Semoga Sukses!


B. MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR- 1

SEJARAH MIKROBIOLOGI DAN APLIKASI DALAM BIDANG


KEBIDANAN
1. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada

Kegiatan Belajar-1 ini, Anda diharapkan akan dapat:

a. menjelaskan sejarah mikrobiologi,

b. menjelaskan aplikasi dalam bidang kebidanan

2. Uraian Materi Pembelajaran


I. SEJARAH PERKEMBANGAN MIKROBIOLOGI

A. PENEMUAN ANIMALCULUS

Awal terungkapnya dunia mikroba adalah dengan ditemukannya

mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih

sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat

pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara

50-300 kali. Leeuwenhoek melakukan pengamatan tentang struktur

mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan invertebrata kecil, tetapi penemuan

yang terbesar adalah diketahuinya dunia mikroba yang disebut sebagai

“animalculus” atau hewan kecil. Animalculus adalah jenis-jenis mikroba yang

sekarang diketahui sebagai protozoa, algae, khamir, dan bakteri.

B. TEORI ABIOGENESIS DAN BIOGENESIS

Penemuan animalculus di alam, menimbulkan rasa ingin tahu mengenai

asal usulnya. Menurut teori abiogenesis, animalculus timbul dengan sendirinya

dari bahan bahan mati. Doktrin abiogenesis dianut sampai jaman Renaissance,
seiring dengan kemajuan pengetahuan mengenai mikroba, semakin lama

doktrin tersebut menjadi tidak terbukti. Sebagian ahli menganut teori

biogenesis, dengan pendapat bahwa animalculus terbentuk dari “benih”

animalculus yang selalu berada di udara. Untuk mempertahankan pendapat

tersebut maka penganut teori ini mencoba membuktikan dengan berbagai

percobaan. Fransisco Redi (1665), memperoleh hasil dari percobaannya

bahwa ulat yang berkembang biak di dalam daging busuk, tidak akan terjadi

apabila daging tersebut disimpan di dalam suatu tempat tertutup yang tidak

dapat disentuh oleh lalat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ulat tidak secara

spontan berkembang dari daging. Percobaan lain yang dilakukan oleh Lazzaro

Spalanzani memberi bukti yang menguatkan bahwa mikroba tidak muncul

dengan sendirinya, pada percobaan menggunakan kaldu ternyata pemanasan

dapat menyebabkan animalculus tidak tumbuh. Percobaan ini juga dapat

menunjukkan bahwa perkembangan mikrobia di dalam suatu bahan, dalam arti

terbatas menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi pada bahan tersebut.

Percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur juga banyak membuktikan


bahwa teori abiogenesis tidak mungkin, tetapi tetap tidak dapat menjawab
asal usul animalculus. Penemuan Louis Pasteur yang penting adalah (1) Udara
mengandung mikrobia yang pembagiannya tidak merata, (2) Cara pembebasan
cairan dan bahan-bahan dari mikrobia, yang sekarang dikenal sebagai
pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi adalah cara untuk mematikan
beberapa jenis mikroba tertentu dengan menggunakan uap air panas, suhunya
kurang lebih 62oC. Sterilisasi adalah cara untuk mematikan mikroba dengan
pemanasan dan tekanan tinggi, cara ini merupakan penemuan bersama ahli
yang lain.

C. PENEMUAN BAKTERI BERSPORA

John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung


pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air
garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas
debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu
berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi
pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak
tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten
pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani
Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis
bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.

Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan


yang mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang
terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai Tyndallisasi.
Pemanasan dilakukan pada suhu 100oC selama 30 menit, kemudian dibiarkan
pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat
dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan
berkecambah membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat
dimatikan pada pemanasan berikutnya.

D. PERAN MIKROBA DALAM TRANSFORMASI BAHAN ORGANIK

Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan


susunan kimianya. Perubahan kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai
fermentasi.
(pengkhamiran) dan pembusukan (putrefaction). Fermentasi merupakan
proses yang menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya terjadi pada
bahan yang mengandung karbohidrat. Pembusukan merupakan proses
peruraian yang menghasilkan bau busuk, seperti pada peruraian bahan yang
mengandung protein.

Pada tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara


terpisah menemukan bahwa zat gula yang mengalami fermentasi alkohol selalu
dijumpai adanya khamir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan gula
menjadi alkohol dan CO2 merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut.
Teori biologis ini ditentang oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler.
Mereka berpendapat bahwa fermentasi dan pembusukan merupakan reaksi
kimia biasa. Hal ini dapat dibuktikan pada tahun 1812 telah berhasil disintesa
senyawa organik urea dari senyawa anorganik.

Pasteur banyak meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876). Suatu


saat perusahaan pembuat anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang
masam. Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis, sebagian dari sel
khamir diganti kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan batang
dengan ukuran sel lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini ternyata
mengakibatkan sebagian besar proses fermentasi alkohol tersebut didesak
oleh proses fermentasi lain, yaitu fermentasi asam laktat. Dari kenyataan ini,
selanjutnya dibuktikan bahwa setiap proses fermentasi tertentu disebabkan
oleh aktivitas mikroba tertentu pula, yang spesifik untuk proses fermentasi
tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh khamir, fermentasi asam
laktat oleh bakteri Lactobacillus, dan fermentasi asam sitrat oleh jamur
Aspergillus.

E. PENEMUAN KEHIDUPAN ANAEROB

Selama meneliti fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya


proses kehidupan yang tidak membutuhkan udara. Pasteur menunjukkan
bahwa jika udara dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat, proses
fermentasi menjadi terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal
ini kemudian dibuat 2 istilah, (1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak
memerlukan Oksigen, dan (2) kehidupan aerob, untuk mikroba yang
memerlukan Oksigen.

Secara fisiologis adanya fermentasi dapat digunakan untuk mengetahui


beberapa hal. Oksigen umumnya diperlukan mikroba sebagai agensia untuk
mengoksidasi senyawa organik menjadi CO2. Reaksi oksidasi tersebut dikenal
sebagai“respirasi aerob”, yang menghasilkan tenaga untuk kehidupan jasad
dan pertumbuhannya. Mikroba lain dapat memperoleh tenaga dengan jalan
memecahkan senyawa organik secara fermentasi anaerob, tanpa memerlukan
Oksigen. Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau anaerob
sempurna. Jenis lain bersifat fakultatif anaerob, yaitu mempunyai dua
mekanisme untuk mendapatkan energi. Apabila ada Oksigen, energi diperoleh
secara respirasi aerob, apabila tidak ada Oksigen energi diperoleh secara
fermentasi anaerob. Pasteur mendapatkan bahwa respirasi aerob adalah
proses yang efisien untuk menghasilkan energi.

F. PENEMUAN ENZIM

Menurut Pasteur, proses fermentasi merupakan proses vital untuk


kehidupan. Pendapat tersebut ditentang oleh Bernard (1875), bahwa khamir
dapat memecah gula menjadi alkohol dan CO 2 karena mengandung katalisator
biologis dalam selnya. Katalisator biologis tersebut dapat diekstrak sebagai
larutan yang tetap dapat menunjukkan kemampuan fermentasi, sehingga
fermentasi dapat dibuat sebagai proses yang tidak vital lagi (tanpa sel).

Pada tahun 1897, Buchner dapat membuktikan gagasan Bernard, yaitu


pada saat menggerus sel khamir dengan pasir dan ditambahkan sejumlah
besar gula, terlihat dari campuran tersebut dibebaskan CO 2 dan sedikit
alkohol. Penemuan ini membuka jalan ke perkembangan biokimia modern.
Akhirnya dapat diketahui bahwa pembentukan alkohol dari gula oleh khamir,
merupakan hasil urutan beberapa reaksi kimia, yang masing-masing dikatalisir
oleh biokatalisator yang spesifik atau dikenal sebagai enzim.
G. MIKROBA PENYEBAB PENYAKIT

Pasteur menggunakan istilah khusus untuk mengatakan kerusakan pada


minuman anggur oleh mikrobia, yaitu disebut penyakit Bir. Ia juga mempunyai
dugaan kuat tentang adanya peran mikroba dalam menyebabkan timbulnya
penyakit pada jasad tingkat tinggi. Bukti-buktinya adalah dengan
ditemukannya jamur penyebab penyakit pada tanaman gandum (1813),
tanaman kentang (1845), dan penyakit pada ulat sutera serta kulit manusia.

Pada tahun 1850 diketahui bahwa dalam darah hewan yang sakit
antraks, terdapat bakteri berbentuk batang. Davaine (1863-1868)
membuktikan bahwa bakteri

tersebut hanya terdapat pada hewan yang sakit, dan penularan buatan menggunakan
darah hewan yang sakit pada hewan yang sehat dapat menimbulkan penyakit yang
sama. Pembuktian bahwa antraks disebabkan oleh bakteri dilakukan oleh Robert
Koch (1876), sehingga ditemukan “postulat Koch” yang merupakan langkah-langkah
untuk membuktikan bahwa suatu mikroba adalah penyebab penyakit.

Postulat Koch dalam bentuk umum adalah sebagai berikut:

1. Suatu mikroba yang diduga sebagai penyebab penyakit harus ada pada
setiap tingkatan penyakit.

2. Mikroba tersebut dapat diisolasi dari jasad sakit dan ditumbuhkan dalam
bentuk biakan murni.

3. Apabila biakan murni tersebut disuntikkan pada hewan yang sehat dan
peka, dapat menimbulkan penyakit yang sama.

4. Mikrobia dapat diisolasi kembali dari jasad yang telah dijadikan sakit
tersebut.
H. PENEMUAN VIRUS

Iwanowsky menemukan bahwa filtrat bebas bakteri -(cairan yang telah


disaring dengan saringan bakteri)- dari ekstrak tanaman tembakau yang
terkena penyakit mozaik, ternyata masih tetap dapat menimbulkan infeksi
pada tanaman tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini kemudian diketahui
adanya jasad hidup yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari bakteri
(submikroskopik) karena dapat melalui saringan bakteri, yaitu dikenal sebagai
virus.

Untuk membuktikan penyakit yang disebabkan oleh virus, dapat


digunakan postulat River (1937), yaitu:
1. Virus harus berada di dalam sel inang.
2. Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba lain
yang dapat ditumbuhkan di dalam media buatan.

3. Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.

4. Filtrat yang sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat
menimbulkan kembali penyakit yang sama.
I. MIKROBIOLOGI TANAH

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobia berperan atas


perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tanah. Peranan mikrobia dalam
beberapa siklus unsur hara yang penting, seperti siklus Karbon, Nitrogen,
Sulfur, ditunjukkan oleh Winogradsky dan Beijerinck.

Winogradsky menemukan bakteri yang mempunyai fisiologis khusus,


yang disebut bakteri autotrof. Bakteri ini dapat tumbuh pada lingkungan yang
seluruhnya anorganik. Energi diperoleh dari hasil oksidasi senyawa anorganik
tereduksi, dan menggunakan CO2 sebagai sumber Karbon. Bakteri autotrof
dapat dicirikan dari kemampuannya menggunakan sumber anorganik tertentu.
Sebagai contoh, bakteri Belerang dapat mengoksidasi senyawa Belerang
anorganik. Penemuan lain bersama Beijerinck adalah adanya bakteri penambat
Nitrogen nonsimbiotik dan simbiotik, yang dapat memanfaatkan Nitrogen
dalam bentuk gas N2.

J. GENERATIO SPONTANEA (ABIOGENESIS) MENURUT PANDANGAN


BARU Bukti-bukti baru mendukung bahwa kehidupan terjadi dari
berbagai unsur kimia,

dengan rangkaian reaksi yang mirip dengan reaksi yang terjadi di alam.
Menurut pendapat Oparin (1938) dan Haldane (1932), bumi pada jaman
prebiotik mempunyai atmosfer yang bersifat anaerob. Atmosfer bumi saat
itu mengandung sejumlah besar Nitrogen, Hidrogen, CO 2, uap air, sejumlah
ammonia, CO, dan H2S.

Di atmosfer Oksigen hampir tidak ada, dan lapisan ozon sangat tipis,
sehingga sinar ultra violet banyak mengenai bumi. Radiasi uv, suhu tinggi dan
loncatan bunga api listrik, menyebabkan sejumlah bahan anorganik yang ada
berubah menjadi bahan organik, serta terjadinya evolusi pada bahan-bahan
organik menjadi lebih kompleks, atau mulai terbentuk makromolekul. Diduga
makromolekul akan saling bergabung membentuk semacam membran, yang
kemudian mengelilingi suatu cairan, dan akhirnya terbentuk suatu organisme
seluler. Selanjutnya untuk mengevolusikan jasad bersel tunggal menjadi
bersel majemuk memerlukan waktu kurang lebih 2,5 milyar tahun. Untuk
mengevolusikan jasad bersel majemuk menjadi reptil sampai binatang
menyusui memerlukan waktu milyaran tahun lagi.

Teori asal mula kehidupan diatas didukung oleh penemuan S. Miller (1957) dan
H. Urey (1954). Bejana Miller diisi dengan gas CH 4, NH3, H2O, dan H2. Gas-gas
tersebut dibiarkan bersirkulasi terus-menerus melalui loncatan bunga api
listrik, kondensor, dan air mendidih. Seminggu kemudian ternyata
menunjukkan terbentuknya senyawa organik seperti asam amino glisin dan
alanin, serta asam organik seperti asam suksinat. Dengan merubah bahan
dasar dan energi yang diberikan dalam aparat Miller, maka dapat disintesa
senyawa-senyawa lain seperti polipeptida, purin, dan ATP. Makromolekul inilah
yang diduga sebagai awal terbentuknya kehidupan.
K. PENGGUNAAN MIKROBA

1. Penggunaan mikroba untuk proses-proses klasik, seperti khamir untuk


membuat anggur dan roti, bakteri asam laktat untuk yogurt dan kefir, bakteri asam
asetat untuk vinegar, jamur Aspergillus sp. untuk kecap, dan jamur Rhizopus sp.
untuk tempe.

2. Penggunaan mikroba untuk produksi antibiotik, antara lain penisilin oleh


jamur Penicillium sp., streptomisin oleh actinomysetes Streptomyces sp.

3. Penggunaan mikroba untuk proses-proses baru, misalnya karotenoid dan


steroid oleh jamur, asam glutamat oleh mutan Corynebacterium glutamicum,
pembuatan enzim amilase, proteinase, pektinase, dan lain-lain.

4. Penggunaan mikroba dalam teknik genetika modern, seperti untuk


pemindahan gen dari manusia, binatang, atau tumbuhan ke dalam sel mikrobia,
penghasilan hormon, antigen, antibodi, dan senyawa lain misalnya insulin, interferon,
dan lain-lain.

5. Penggunaan mikroba di bidang pertanian, misalnya untuk pupuk hayati


(biofertilizer), biopestisida, pengomposan, dan sebagainya.

6. Penggunaan mikroba di bidang pertambangan, seperti untuk proses


leaching di tambang emas, desulfurisasi batubara, maupun untuk proses
penambangan minyak bumi.

7. Penggunaan mikroba di bidang lingkungan, misalnya untuk mengatasi


pencemaran limbah organik maupun anorganik termasuk logam berat dan senyawa
xenobiotik.
KEGIATAN BELAJAR-2

Pengertian bakteri, ciri-ciri bakteri, struktur bakteri, bentuk bakteri

1. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah Anda selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan

pada Kegiatan Belajar-2 yang membahas tentang konsep penyebab penyakit

maka diharapkan Anda dapat:

a. menjelaskan pengertian bakteri

b. menjelaskan ciri-ciri bakteri

c. menjelaskan struktur bakteri

d. menjelaskan bentuk bakteri

2. MATERI

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan

lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki

ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat

tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula

yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan

mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot

serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).

Ciri-ciri Bakteri:

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk

hidup lain yaitu:

a. Organisme multiselluler

b. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel.

c. Umumnya tidak memiliki klorofil.

MODUL MIKROBIOLOGI 15
d. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan

mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.

e. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.

f. Hidup bebas atau parasite

g. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air

panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung

peptidoglikan

h. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya

mengandung peptidoglikan

Struktur Bakteri

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:

1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)

Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan

granula penyimpanan.

2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)

Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan

endospora.

Struktur dasar sel bakteri

struktur-bakteri1

Struktur dasar bakteri:

MODUL MIKROBIOLOGI 16
 Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan

polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri

gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila

peptidoglikannya tipis).

 Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun

atas lapisan fosfolipid dan protein.

 Sitoplasma adalah cairan sel.

 Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas

protein dan RNA.

 Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang

dibutuhkan.

granula

Struktur tambahan bakteri:

 Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis

bakteri tertentu, bila

lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan

lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.

 Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral

yang menonjol dari dinding sel.

MODUL MIKROBIOLOGI 17
 Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang

menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek,

kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya

terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus

tetapi lebih pendek daripada pilus.

 Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan

mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis.

Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.

 Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

 Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri

gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak

menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit

sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal

tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap

kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi

lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri

baru.

Bentuk Bakteri

MODUL MIKROBIOLOGI 18
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral

(spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.

Berbagai macam bentuk bakteri :

1. Bakteri Kokus :

kokus

 Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal

 Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan

 Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi

empat.

 Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.

 Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan

membentuk rantai.

 Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan

seperti buah anggur

2. Bakteri Basil :

MODUL MIKROBIOLOGI 19
basil

 Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal

 Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri

basil berdempetan

 Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk

rantai

3. Bakteri Spirilia :

spirilia

a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang

MODUL MIKROBIOLOGI 20
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup

c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

Alat Gerak Bakteri

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur

berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum

memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan

dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.

Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang

berbeda-beda pula yaitu

1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu

2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi

3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung

4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan

ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau

kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :

 Suhu

 Derajat keasaman atau pH

 Konsentrasi garam

 Sumber nutrisi

Cara Perkembangbiakan bakteri:

MODUL MIKROBIOLOGI 21
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual

(vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri

adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Reproduksi

bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri

lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi

DNA.

Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja

dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.

transformasi

2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri

lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus

bakteri).

MODUL MIKROBIOLOGI 22
transduksi

3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung

melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel

bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.

konjugasi

Peranan Bakteri

Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan

maupun yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

 Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia

colie).

 Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter

pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan

MODUL MIKROBIOLOGI 23
yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan

Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.

 Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu

Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman

kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.

 Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan

dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.

 Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil

antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif,

Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram

positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk

pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan

Streptomyces rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai

bakteri.

 Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium

acetobutylicus

 Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga

menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya

methanobacterium

 Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam

bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat

yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.

Bakteri yang merugikan sebagai berikut:

 Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum

 Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium tuberculosis

( penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau

MODUL MIKROBIOLOGI 24
muntaber ), Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus ) dan

Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )

 Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis (penyebab

penyakit antraks pada sapi )

 Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas

solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan

tembakau) serta Agrobacterium tumafaciens (penyebab tumor pada

tumbuhan)

MODUL MIKROBIOLOGI 25
KEGIATAN BELAJAR-3

Pengertian sterilisasi dan desinfeksi, tujuan sterilisasi dan desinfeksi,


macam-macam sterilisasi

1. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah Anda selesai mempelajari materi pembelajaran yang

diuraikan pada Kegiatan Belajar-2 yang membahas tentang konsep

penyebab penyakit maka diharapkan Anda dapat:

a. menjelaskan pengertian sterilisasi dan desinfeksi

b. menjelaskan tujuan sterilisasi dan desinfeksi

c. menjelaskan macam-macam sterilisasi

2. Uraian Materi Pembelajaran

Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi

Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan,

media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya

baik yang patogen maupun yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai

proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk

vegetative maupun bentuk spora.

Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk

mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan

keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin

keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme dan di dalam bidang-bidang

lain pun sterilisasi ini juga penting.

Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun

kimiawi. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman

MODUL MIKROBIOLOGI 26
patogen atau kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan

atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau

bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas

kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:

a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih

berfungsi.

b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang

jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan

sterilisasi.

c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.

d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu

mensteril selesai.

e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril

f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila

terbuka harus dilakukan steralisasi ulang.

Pengertian Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit

dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan

terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme pathogen. Disinfektan

yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini

dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan

mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda

mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya

MODUL MIKROBIOLOGI 27
tergantung dari toksisitasnya. Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk

membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak

karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika

yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik

seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah

mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.

Disinfeksi berhubungan erat dengan sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja

dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan

langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan

usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia Pada proses

sanitasi, populasi mikroorganisme direduksi sampai mencapai level atau tingkatan

yang dianggap aman oleh standar kesehatan masyarakat. Agen sanitasi disebut

sanitizer. Contoh sanitizer yang digunakan adalah sanitizer untuk membersihkan

peralatan makan di restoran

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.

Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok

mikroorganisme, disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus seperti virus

influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau

M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan

seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi

permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap

desinfektan tersebut memiliki efektifitas tingkat menengah bila permukaan

tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

MODUL MIKROBIOLOGI 28
Kriteria desinfeksi yang ideal:

 Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu

kamar

 Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan

kelembaban

 Tidak toksik pada hewan dan manusia

 Tidak bersifat korosif

 Tidak berwarna dan meninggalkan noda

 Tidak berbau/ baunya disenangi

 Bersifat biodegradable/ mudah diurai

 Larutan stabil

 Mudah digunakan dan ekonomis.

Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi

Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah :

 Mencegah terjadinya infeksi

 Mencegah makanan menjadi rusak

 Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry

 Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam

melakukan biakan murni.

Macam-Macam Sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,

fisik dan kimiawi:

Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)

Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45

mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan

MODUL MIKROBIOLOGI 29
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini

menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan

mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui

penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan

mikroorganisme untuk dapat melaluinya.

Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan

yang tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara

sterilisasi lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan

sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses

aseptik.

Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban

mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi

yang tinggi dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari

peenyaring adalah parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi

pada produk yang dapat diprediksi dan reproduksibel. Ukuran nominal pori

penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan

seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik,

polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe

bahan lain termasuk memban logam.

Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu dengan menggunakan

penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah

dengan menyaring cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang

terbuat dari bahan sejenis selulosa.

Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih

kecil daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan

berlangsung, sel-sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari peralatan

MODUL MIKROBIOLOGI 30
filtrasi kedalam cawan petri berisi media. Kertas membran ini bersifat solid

sehingga dapat menahan sel yang terjebak tetap pada posisinya dan kemudian

dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak juga.

Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam kertas

membrane sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh

menjadi koloni yang dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa

waktu inkubasi tertentu.

Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis

mikroba yang berada pada kertas membran.

Sterilisasi secara fisik

Dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran :

A. Pemanasan

1. Pemanasan Kering

a. Flaming (Flambir)

Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek dan

kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen, tanpa membiarkan

memijar. Dapat juga diulakukan dengan mencelupkannya kedalam spirtus bakar,

kemudian dibakar, tetapi cara ini tidak menghasilkan suhu yang cukup tinggi

untuk sterilisasi. Cara ini diterapkan terhadap permukaan baskom dan mortir.

b. Pembakaran

Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser burner, contoh alat :

jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas

penggunaanya

c. Udara Panas.

Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk

alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu

MODUL MIKROBIOLOGI 31
relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan waktu dan suhu yang

digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasi

pun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.

Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium

dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan

minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak

dapat ditserilkan dengan cara ini.

Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan

kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada

temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang

perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus

terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak

terhambat.

2. Secara Panas Basah

a. Merebus (boiling)

Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih, beberapa

bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini contohnya Clostridium perfingens dan

Cl. Botulinum. Missal Pisau operasi, Gunting, Pinset, Kocher, Korentang

Persiapan:

1. Peralatan yang akan dibersihkan

2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.

3. Sabun cuci

4. Sikat halus

5. Bengkok (nierbekken)

6. Lap kering

7. Larutan desinfektan

MODUL MIKROBIOLOGI 32
8. Kain kasa

9. Stalisator dalam keadaan siap pakai

Pelaksanaan:

Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir)

untuk menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan

desinfektan sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah

dipergunakan pada pasien berpenyakit menular, harus direndam sekurang-

kurangnya 24 jam.

Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan

dengan cara merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya,

dimasak sampai mendidih. Setelah air mendidih kurangnya 15 menit baru

diangkat.

Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang

steril ketempat penyiumpanan yang steril.

b. Dengan uap air panas

Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi

lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.

Lamanya sterilisasi adalah 30 menit, cara ini tidak bisa digunakan untuk spora

tetapi untuk bentuk vegetatif.

c. Uap air panas bertekanan

Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila

sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf

berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus. Bila media yang

telah distrerilkan, diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari.

Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya,

keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf.

MODUL MIKROBIOLOGI 33
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan ini adalah mengatur tekanan dalam

autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk

sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya

dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung

kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan

menggunakan autoklaf :

1. Harus ditunggu selama bekerja

2. Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann

temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang

disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).

Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses

oksidasi putih telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan

terjadinya koagulasi putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat

menerima panas daripada keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat

dibanding oksidasi).

d. Pasteurisasi

Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang

digunakan 61,7ºC selama 30 menit. Pertama dilakukan oleh Pasteur. Membunuh

kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan

difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah). Digunakan untuk peralatan

terapi pernapasan.

e. Tyndalisasi

Dilakukan pemanasan basah pada suhu 800C selama 30 menit yang dilakukan

selama 3 hari berturut-turut. Caranya : Hari 1 dilakukan sterilisasi dengan uap

air selama 30 menit pada 1000C. Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam.

Hari 2 dilakukan pemanasan dan inkubasi lagi, begitu jug hari ke 3.

MODUL MIKROBIOLOGI 34
B. Radiasi

1. Penyinaran dengan sinar UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk

membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet

dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan

senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah 240-280

nm. Pada panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang yang

maksimum diabsorbsi oleh DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk material

tertutup dan endospora. Digunakan untuk sterilisasi udara, ruangan perawatan,

dan ruang operasi. Kontak yang lama dengan UV dapat merusak mata, luka bakar

dan kanker kulit.

Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:

a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat

b. Absorbsi asam Nukleat

c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm

d. Penetrasi lemah kelemahan

2. Sinar ion bersifat hiperaktif

Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan makanan,

terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan Bahan

disposable: alat suntikan cawan petri dapat disterilkan dengan teknik ini.

Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”.

MODUL MIKROBIOLOGI 35
Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya

dibandingkan dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode

sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan

digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas,

contohnya bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon,

dan jarum suntik.

2.3.3 Sterilisasi dengan Cara Kimia

a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia

1. Rongga (space)

2. Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)

3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat

4. Pengenceran harus sesuai dengan anjuran

5. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat

sangat mudah menguap

6. Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak

dengan disinfekstan

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia

3. Jenis bahan yang digunakan.

4. Konsentrasi bahan kimia

5. Sifat Kuman

6. pH

7. Suhu

c. Macam-macam sterilisasi secara kimia

1. Gas sterilisator

Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan menggunakan

gas yang membunuh mikroorganisme dan spora. Mekanisme dalam membunuh

MODUL MIKROBIOLOGI 36
mikroorganisme yaitu bertindak sebagai alkylating agent dimana berikatan

dengan gugus –SH,-COOH atau –OH yang pada akhirnya gugus ini menyebabkan

denaturasi pada protein mikroorganisme sehingga mikroorganisme dapat mati.

Digunakan untuk zat yang tidak tahan panas. Ethylene oxide digunakan untuk

sterilisasi suhu rendah. Ethylene oxide bersifat eksplosif ketika bercampur

dengan udara. Sifat ini dapat dihilangkan dengan menggunakan campuran ethylen

oxide dengan karbondioksida. Peralatan yang disterilkan yaitu bahan yang

bersifat termolabil seperti karet, plastik , antibiotik, plastik kateter,jarum

suntik plastik sekali pakai.

Langkah-langkah dalam teknik sterilisasi adalah sebagai berikut:

 Sampel dimasukkan kedalam chamber sterilisasi.

 Gas etilen oksida dipompakan ke dalam chamber selama 20-30 menit

dengan suhu 100°C.

 Diatur kelembapan 50-60% dan suhu 30° – 40°C.

 Didiamkan selama 14 jam.

 Dilakukan proses vakum selam 2 jam. Hal ini dilakukan untuk menarik

residu gas pada sampel karena gas etylen okside bersifat toksik.

Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi

atau dengan zat kimia cair. Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan

mudah meledak.

2. Zat cair

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi :

a. Alkohol

Berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu

di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %.

MODUL MIKROBIOLOGI 37
Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi membran sel yang rusak.

Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi & enzim tidak aktif

b. Halogen

Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30

menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-

5%.

c. Yodium

Konsentrasi yodium yang tepat tidak mengganggu kulit, efektif terhadap

berbagai protozoa.

d. Klorin

Rentang waktu sekitar 5 menit dan konsentrasinya 0,5%, memiliki warna khas

dan bau tajam, dapat mendesinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah.

e. Fenol

Rentang waktu sekitar 10-30 menit dan konsentrasinya 0,1-5%.

Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan

tegangan permukaan. Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu

desinfektan.

f. Peroksida (H2O2)

Konsentrasinya 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit,

tetapi perlu 2 jam untuk membunuh virus. Peroksida bersifat efektif dan

nontoksid, molekulnya tidak stabil, menginaktif enzim mikroba.

2.4 Macam-macam Desinfeksi

Macam-macam desinfektan yang digunakan :

2.4.1 Alkohol

Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit.

Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi

MODUL MIKROBIOLOGI 38
untuk mendesinfeksi permukaan, namun tidak menganjurkkan pemakaian alkohol

untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan

efek sisa.

2.4.2 Aldehid

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran

gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan

desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-

alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas

kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid

yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus

memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan

glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis,

fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati

setelah 10 jam.

2.4.3 Biguanid

Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam

bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan control plak, misalnya 0,4% larutan

pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin

glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada

konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini

sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada

rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan

salivary mucus.

2.4.4 Senyawa halogen.

MODUL MIKROBIOLOGI 39
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.

Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan

cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan

Betadine).

2.4.5 Fenol

Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan

alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak olm bneh zat organik.

Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian

besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan

laboratorium.

2.4.6 Klorsilenol

Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan

sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan

penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain :

a. Garam Logam Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang

kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah

sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu

mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal

harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida

(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai

merkurokrom, metafen atau mertiolat.

b. Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.

Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun

beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada

MODUL MIKROBIOLOGI 40
konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi

dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal

(bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai

bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.

c. Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan

kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk

mencuci alat-alat makan dan minum.

d. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik

khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun

dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan

yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-

bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

e. Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga

beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai

bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.

Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh

karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu

persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi

konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

f. Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl

alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek

preservatifnya (sebagai pengawet).

g. Formaldehida

MODUL MIKROBIOLOGI 41
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen

ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam

larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.

h. Etilen Oksida

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh

bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat

senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk

menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang

tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial

untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.

Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian

besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

i. Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya

mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam

pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan

dimasuki organisme aerob.

j. Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini

mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang

diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan,

karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat

untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat

betapropiolakton yang tersisa.

k. Senyawa Amonium Kuaterner

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya

mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa –

MODUL MIKROBIOLOGI 42
senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang

digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap

organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.

l. Sabun dan Detergen

Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan : yaitu menurunkan

tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak

dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses

pencucian. Sabun dan deterjen berguna untuk memfasilitasi pemindahan kotoran

dan mikroorganisme dibandingkan dengan sifat desinfektannya. Pemindahan

kotoran dapat terjadi karena bahan tidak larut air seperti minyak pada kulit dan

kotoran akan dilarutkan di air sehingga dapat dibasuh dan dibuang.

m. Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung

belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak

jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang

mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat

peka terhadap sulfonamide.

n. Antibiotik

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu

dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan

mikroorganisme yang lain

2.5 TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI

a. Cuci tangan

Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran

infeksi yang meyebabkan menyebarnya mikroorganisme.

b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri

MODUL MIKROBIOLOGI 43
1. Sarung tangan/ handscoon

Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,

selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, atau sampah yang

terkontaminasi.

Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap pasien untuk

menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk

situasi berbeda.

Gunakan sarung tangan steril/ DTT untuk prosedur yang mengakibatkan kontak

dengan jaringan dibawah kulit (persalinan, heating, pengambilan darah).

2. Alat pelindung diri

a. Kaca mata pelindung/ google

b. Penutup kepala

c. Masker wajah

d. Sepatu boot atau sepatu tertutup

e. Celemek/ barack short

c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic

1. Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan

cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit,

karena kulit dan mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan

sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka

terbuka dan penyebab infeksi. Cuci tangan secara teratur diantara kontak

dengan setiap pasien ,membantu untuk menghilangkan sebagian besar

mikroorganisme pada kulit.

2. Antiseptik merupakan larutan yang digunakan pada kulit atau jaringan

yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan

MODUL MIKROBIOLOGI 44
disinfeksi.Sedangkan larutan disinfeksi dipakai juga untuk mendekontaminasi

peralatan atau instrument yang digunakan dalam prosedur bedah.

d. Memproses alat bekas pakai

Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda

lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah:

1. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan,

perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi.

Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan

dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih jauh pakai sarung tangan

karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan

lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor segera setelah

digunakan,masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin

0,5% 10 menit. Selama prosedur ini dengan cepat memastikan virus hepatitis B

dan HIV. Pastikan bahwa benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh

larutan klorin. Daya kerja larutan klorin, cepat mengalami sehingga harus diganti

paling sedikit setiap 24 jam atau lebih cepat terlihat kotor atau steril. Tujuan

dari dekontaminasi :

 Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat atau suatu permukaan benda

 Mematikan mikroorganisme dan kotoran lain yang tidak tampak

 Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan desinfektan

atau bahan sterilisasi

 Melindungi petugas kesehatan dari bahaya infeksi

Dekontaminasi dapat dilakukan dengan : Larutan klorin 0,5 %-0,1 %, Etil 70 %,

bahan fenolik atau karbol 0,5 % - 3 %.

Langkah dekontaminasi :

MODUL MIKROBIOLOGI 45
1. Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya

dengan larutan desifektan (klorin 0,5 %) selama 10 menit

2. Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin

untuk menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.

3. Jarum habis pakai da semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik

untuk dikubur.

4. Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi maka

selanjutnya di proses dengan aman untuk dilakukan pencucian.

2. Cuci dan bilas

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar

mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah

digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang

efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Sebagian besar (hingga 80%)

mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa

dihilangkan melalui proses pencucian. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi

tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya

untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.

3. Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora

bakterial. DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus

(dengan uap panas), atau merendam alat dalam disinfektan kimiawi. Desinfeksi

Tingkat Tinggi dengan Perebusan atau Pengukusan suhu tertinggi yang dapat

dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah adalah 100 °C pada permukaan

laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT sekurang-kurangnya 20

menit.

e. Menangani peralatan tajam dengan aman

Untuk menangani peralatan tajam, perlu diperhatikan pedoman berikut ini:

MODUL MIKROBIOLOGI 46
1. Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat

tinggi atau dengan manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah

khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).

2. Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara

insinerasi, bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup

kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian dikubur.

f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah

secara benar).

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian:

1. Segera bersihkan percikan darah dengan menuangkan larutan klorin 0,5%

pada percikan tersebut kemudian seka dengan air.

2. Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli segera seka

permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi

klorin 0,5% dan deterjen.

MODUL MIKROBIOLOGI 47
C.PENUTUP

Selamat bahwa sejauh ini ANDA telah berhasil menyelesaikan materi pembelajaran yang
diuraikan pada Modul ini. Sebagai tindak lanjut dari penyelesaian Modul ini, ANDA haruslah
mengerjakan Tes Akhir Modul (TAM). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat penguasaan ANDA terhadap keseluruhan materi pembelajaran yang telah ANDA
pelajari.

Pada setiap Kegiatan Belajar, ANDA telah mengerjakan soal-soal latihan. Dengan telah
menyelesaikan materi pembelajaran pada Kegiatan Belajar-3, berarti ANDA telah
mengerjakan soal-soal latihan yang disajikan pada ketiga Kegiatan Belajar. Pengalaman
ANDA mengerjakan soal-soal latihan akan membantu mengerjakan TAM

Soal-soal TAM ada pada dosen pengampu mata kuliah asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Oleh karena itu, mintalah kesempatan agar ANDA diberikan waktu untuk mengerjakannya.
Selamat mengerjakan TAM dan sukses tentunya. Setelah selesai mengerjakan TAM,
tanyakanlah kepada dosen pengampu mata kuliah tentang waktu pemberitahuan hasilnya.
Apabila ANDA telah berhasil mengerjakan TAM minimal 70% benar, maka ANDA
dikatakan telah menguasai sebagian besar materi pembelajaran yang diuraikan di dalam
Modul.

Seandainya jawaban ANDA masih belum berhasil mencapai 70% benar, maka disarankan
ANDA mempelajari ulang Modul ini. Setelah yakin benar bahwa ANDA telah memahami
materi pelajaran yang diuraikan di dalam Modul ini, temuilah kembali dosen pengampu mata
kuliah agar ANDA diberikan kesempatan untuk mengerjakan TAM untuk yang kedua kali.

MODUL MIKROBIOLOGI 48
Semoga pada kesempatan kedua mengerjakan TAM ini, ANDA akan lebih berhasil lagi dan
kemudian dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran untuk Modul yang lain.

PUSTAKA ACUAN

Madjid B, Massi MN. Mikrobiologi Kedokteran untuk Paramedik. Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin: Makassar. 2007

WHO. Prevention of hospital acquired infections: a practical Guide. WHO:


Geneva. 2002

Inglis TJJ. Microbiology and Infection. 2 nd ed. Ediburgh :Elsevier Science


Limited. 2003. pp 183 – 180

MODUL MIKROBIOLOGI 49
KUNCI JAWABAN SOAL-SOAL LATIHAN

KEGIATAN BELAJAR-1 KEGIATAN BELAJAR-2


1. C
1. A
( 2. C
3. A 2. D

4. B 3. D
5. B
4. C
6. D
7. D 5. D
8. A
6. B
9. B
7. D
10. D

8. D

9. A

10. A

11. C
KEGIATAN BELAJAR-3

8. A 1. B
9. A 2. C
10. B 3. D
11. B 4. B
12. B 5. A
13. A 6. C
14. D 7. D

MODUL MIKROBIOLOGI 50
TES AKHIR MODUL (TAM)

A. Petunjuk Mengerjakan Tes:


1. Bacalah secara cermat masing-masing butir tes dan cobalah memahaminya; demikian
juga dengan pilihan jawaban yang disediakan.
2. Lingkarilah huruf di depan pilihan jawaban yang ANDA pilih yang memang menurut
ANDA adalah benar.
3. Jika ada jawaban terhadap butir tes tertentu yang ragu-ragu ANDA menjawabnya,
tinggalkanlah untuk sementara waktu. Jika ada waktu tersisa, barulah ANDA kembali
ke butir soal yang belum terjawab.
4. Setelah selesai mengerjakan semua butir tes, jika waktu masih memungkinkan,
bacalah kembali masing-masing butir tes dan jawaban yang telah ANDA pilih, siapa
tahu ANDA mempunyai jawaban yang lain. Sesuaikanlah jawaban ANDA.

B. Butir-Butir Tes:

MODUL MIKROBIOLOGI 51

Anda mungkin juga menyukai