Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN FARMASI

‘’Manajemen pendukung dalam pengelolaan obat dirumah sakit’’

Dosen Pengampuh : A.Awaliyah Anwar SKM.,M.Kes

Disusun oleh :

Halwatiah

173145261024

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSSAR
2019

1
KATA PENGANTAR

puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan kesehatan hingga pada hari ini saya mampu
menyelesaikan makalah ini,adapun judul makalah ini yaitu “manajemen
pendukung dari pengeloalaan obat” tugas ini diberikan oleh dosen ibu
A.Awaliyah Anwar SKM.,M.Kes

Dalam penyusunan makalah ini saya mengambil bahan materi dari laman
website dan sebagian lagi dari buku,waktu penyusunannya memakan waktu
kurang lebih 2 hari.tugas ini merupakan tugas individu.

Isi dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karenanya saya sangat membutuhkan saran dari teman-teman pembaca dan
memberikan kritikan yang membangun sehingga kedepannya saya bisa menyusun
makalah lebih baik lagi.

Makassar, 7 november 2019

halwatiah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTARISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Manajemen Sumber Daya Manusia.......................................................................6
C. Manajemen system informasi..........................................................................9
B. Manajemen Keuangan Di Apotek........................................................................13
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan penunjang medis
dan bagian tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang utuh di RS
Instalasi farmasi sebagai suatu unit di rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan farmasi berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Pengertian apotik menurut Kepmenkes RI
No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian
diapotek,yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Apotek dalam pelaksanaannya membutuhkan pengelolaan sumber
daya manusia yang tepat.Hal tersebut ditujukkan oleh struktur organisasi
yang terdapat diapotik.pengelolaan organisasi diapotik merupakan hal penting
yang membutuhkan pertimbangan serta manajemen yang tepat.
Struktur organisasi dalam apotik bertujuan untuk membagi tanggung
jawab sumber daya manusia diapotik agar setiap orang memiliki tanggung
jawab yang jelas,sehingga pelaksanaannya dapat lebih efektif dan efisien.
Oleh sebab itu diperlukan suatu gambaran mengenai pengelolaan
sumber daya manusia diapotik yang meliputi struktur organisasi,jumlah
sumber daya manusia,jenis pekerjaan,deskripsi pekerjaan,kriteria sumber
daya manusia,peringatan dan pemecatan sumber daya manusia.diharapkan
melalui gambaran yang diberikan pembaca dapat mengetahui tentang
pengeloloaan yang harus dilakukan dalam sistem manajemen apotik sehingga
dapat mempertimbangkan hal-hal terkait dengan sumber daya manusia
diapotik dan pengeloalaannya.

4
Pengelolaan obat dan alat dilakukan oleh instalasi farmasi. Instalasi
farmasi memiliki kegiatan utama, yaitu persediaan obat terutama obat-obatan
dan perbekalan kesehatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan
pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam
rumah sakit (Siregar dan Amalia,2004). Kegiatan tersebut akan berjalan
optimal jika didukung manajemen yang baik. rumah sakit menerapkan sistem
informasi (SI), dimana sistem tersebut dapat mendukung kegiatan instalasi
farmasinya secara efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk lebih memahami
dan kami mencoba menuangkannya dalam bentuk makalah dengan judul
‘’Manajemen pendukung dalam pengelolaan obat dirumah sakit’’

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen sumber daya manusia dalam pendukung
pengeloalaan obat ?
2. Bagaimana manajemen informasi dalam pendukung pengelolaan obat ?
3. Bagaimana manajemen keuangan dalam pendukung pengelolaan obat ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana manajemen sumber daya manusia dalam
pendukung pengeloalaan obat !
2. Mengetahui manajemen informasi dalam pendukung pengelolaan obat!
3. Mengetahui manajemen keuangan dalam pendukung pengelolaan obat !

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Sumber Daya Manusia


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit. Peraturan tersebut menyatakan bahwa
Rumah Sakit Umum kelas B, tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:
1. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
2. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

3. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit
8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;
4. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
5. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) orang tenaga teknis kefarmasian;
6. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit; dan
7. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

Pada tahun 1992 terbit UU No. 23 tentang Kesehatan (Pemerintah RI,


1992), pada pasal 63 ditegaskan bahwa pekerjaan kefarmasian harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu. Pasal ini membawa konsekuensi diterbitkannya PP No. 51 tahun
2009 menggantikan PP No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan PP No. 26

6
Tahun 1965 tentang Apotek dan PP No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti
dan Izin Kerja Apoteker. Melalui PP No. 51 tahun 2009 pekerjaan
kefarmasian diatur dengan tujuan:
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian;
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan
kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan perundangan-undangan; dan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga
kefarmasian.

Manajemen sumber daya manusia sebagai pendukung pengelolaan obat


dirumah sakit
1. Pekerjaan kefarmasian ,berdasarkan peraturan pemerintah republik
indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian,tenaga
kefarmasian,tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian,apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,sedangkan
tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menajalani pekerjaan kefarmasian,yang terdiri dari sarjana farmasi,ahli
madya farmasi,analisis farmasi,dan tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker.dalam menajalankan kefarmasian di fasilitas pelayanan
kefarmasian ( seperti apotik ),apoteker dapat dibantu oleh apoteker
pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian.berikut ini adalah
kewenangan apoteker :
a. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter
dan /atau pasien
c. Menyerahkan obat keras,narkotika dan psikotropika kepada masyarakat
atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

7
undangan.penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh apoteker.
2. Sumber daya manusia diapotik,berdasarkan surat keputusan menteri
kesehatan republik indonesia nomor 1027/menkes/SK/IX/2004 tentang
petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian
diapotik.apotik harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional
yang termasuk kedalam sumber daya manusia yang melakukan pelayanan
kefarmasian,dengan kompetensi sebagai berikut :
a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,apoteker
sebagai pengelola apotik harus dapat memberikan pelayanan
kefarmasian yang profesional.dalam memebrikan pelayanan,apoteker
harus dapat mengintegrasikan pelayanannya dalam sistem pelayanan
kesehatan.secara keseluruhan sehingga dihasilkan sistem pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan.
b. Mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan
profesional,apoteker harus mengambil keputusan yang tepat,yang
berdasarkan pada efikasi,efektifitas dan efisiensi pengunaan obat dan
alat kesehatan
c. Mampu berkomunikasi dengan baik,apoteker harus memepunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pasien dan profesi
kesehatan lainnya secara verbal dan nonverbal,serta menggunakan
bahasa yang menggunakan bahasa yang sesuai dengan pendengarnya.
d. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner,apoteker harus mampu menjadi pemimpin,yaitu mampu
mengambil keputusan yang tepat dan efektif,mampu
mengkomunikasikannya,dan mampu mengelola hasil keputusan
tersebut.
e. Mempunyai kemampuan dalam mengelola dalam sumber daya
(manusia,fisik,anggaran) dan informasi secara efektif.
f. Harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.

8
g. Selalu belajar disepanjang karirnya,apoteker harus selalu belajar,baik
pada jalur formal maupun informal disepanjang karirnya.sehingga ilmu
dan keterampilan yang dipunyai selalu baru (up todate).
h. Membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan.apoteker mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik dan sumber daya yang ada,serta memberi kesempatan untuk
memperoleh pengalaman untuk meningkatkan ketrampilann

B. Manajemen System Informasi


SI merupakan sistem di dalam organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi
organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi untuk
menyediakan data-data yang diperlukan (Sutabri, 2003). Organisasi dapat
lebih mudah menganalisa apa yang dibutuhkan dan diharapkan untuk
menentukan suatu keputusan dengan SI. Diperlukan dukungan sistem
informasi manajemen (SIM) yang baik agar sistem manajemen dapat
dijalankan secara maksimal.

Meskipun SIM tidak harus menggunakan teknologi komputer, namun


kenyataannya tidak mungkin SIM yang kompleks dapat berfungsi tanpa
melibatkan elemen komputer. Manfaat teknologi komputer dalam dunia
bisnis antara lain dalam hal transaksi-transaksi, pencatatan hasil keuangan,
dan pendataan arus keluar masuk barang produksi atau dagang. Bagi
perusahaan-perusahaan modern, teknologi informasi tidak hanya berfungsi
sebagai sarana pendukung untuk meningkatkan kinerja, tetapi juga menjadi
senjata utama dalam bersaing serta meminimalisasi resiko keamanan
transaksi (Wang, et al. 2004).
Sebuah organisasi pelayanan seperti instalasi farmasi juga melakukan
pengolahan informasi dengan komputer untuk operasional organisasinya.
Teknologi komputer tersebut mendukung SIM persediaan obat dalam
menyediakan informasi untuk kepentingan manajemen. Manajemen dalam
pengambilan suatu keputusan harus dilakukan dengan tepat, akurat, dan

9
cepat. Tindakan itu dapat berjalan salah satunya jika didukung oleh SIM.
Jadi, apabila instalasi farmasi menerapkan SIM persediaan obat sebagai
decision support system maka akan membantu kinerja manajemen rumah
sakit dalam pengambilan keputusan secara taktis sehingga pelayanan
kesehatan berjalan optimal. Namun, SIM persediaan obat yang sudah
diterapkan memerlukan evaluasi, perbaikan, dan peningkatan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ditujukan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dalam melakukan aktifitas dalam
pekerjaaan. Salah satunya teknologi yang dikembangkan adalah dalam
pengelolaan data obat yang ada pada instalasi gudang farmasi
1. kesatuan dari berbagai unsur yang saling berkaitan secara teratur menuju
pencapaian unsur dalam batas lingkungan tertentu. Menurut.
2. suatu sistem memiliki ciri-ciri: memiliki tujuan, memiliki kesatuan usaha,
adanya unsur fungsional (input, proses, output, feed back). saling
berhubungan, berstruktur dan berjenjang. Sistem Informasi Rumah Sakit
adalah suatu tatanan yang berkaitan dengan pengumpulan data,
pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan pengambilan
kesimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan oleh
rumah sakit
3. Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) didalamnya ada proses
pemasukan data, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data-data yang
diperlukan oleh rumah sakit baik yang bersifat baik yang dikelola secara
publik maupun private.

4. SIMRS bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat, tepat waktu


untuk pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
(evaluasi) di rumah sakit yang diharapkan dengan adanya SIMRS akan
meningkatkan kualitas pelayanan, emmudahkan pengambilan keputusan,

10
berfungsi sebagai kontrol yang konsisten dan akhirnya meningkatkan
pendapatan.
SIMRS terdiri dari 3 komponen yaitu Input, proses dan Output 5, berikut
penjelasan masing-masing komponen:
1. Input
a. Sumber data atau informasi untuk menunjang upaya kesehatan dan
manajemen kesehatan
b. Instrumen pencatatan data
c. Sumber daya (tenaga, biaya, fasilitas) untuk pengelolaan dan
pemanfaatan data/informasi
2. Proses
a. Pengorganisasian dan data kerja unit
b. Pengolahan data/informasi rumah sakit
3. Output
Pemanfaatan data atau informasi untuk menunjang manajemen dan
pengembangan kegiatan pelayanan di rumah sakit Analisis penerapan
SIMRS di rumah sakit perlu dikakukan analisis untuk mengetahui mutu
SIMRS berjalan dan juga untuk mengetahui kelemahan system serta
bagian yang harus ditingkatkan

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Informasi Manajemen Persediaan Obat


pada Gudang Instalasi Farmasi
1. Kelebihan
a. Instalasi farmasi RSUD Ibnu Sina telah menggunakan komputer untuk
mengolah data yang banyak sehingga memiliki tingkat kecepatan
perhitungan dan penyampaian data yang tinggi.
b. Sistem yang dipakai untuk pengelolaan dan pencatatan telah
menggunakan perangkat lunak software yang menyediakan layanan
pencatatan transaksi yang terjadi sehingga sudah tidak diolah secara
manual sehingga tidak akan banyak menyita waktu dan hasilnya lebih
akurat.

11
c. Meskipun sistem telah menggunakan komputer, namun setiap transaksi
tetap menyertakan bukti-bukti transaksi seperti nota sehingga jika terjadi
kesalahan maupun kerusakan teknis, maka masih bisa dirunut proses
transaksinya.
d. Lokasi yang luas dan setiap sub instalasi farmasi terpisah tentunya
menimbulkan ketidakefisienan jika menggunakan sistem manual untuk
melaporkan kebutuhan obat-obatan yang diperlukan pada gudang utama
(gudang farmasi). Jadi, dengan kemampuan user dalam mengoperasikan
jaringan komputer menjadikan perubahan data pada suatu sub-sub
instalasi farmasi dapat diketahui oleh bagian gudang farmasi di lokasi
yang jauh terpisah pada saat yang sama (just in time).
e. Kecepatan entri data dengan komputer jauh lebih baik dibandingkan
dengan sistem entri data manual.
f. penghapusan, penambahan dan pengkoreksian data dapat dilakukan
dengan cepat dan mudah tanpa merusak media yang digunakan.
g. User dapat memindahkan data yang mempunyai kapasitas besar ke
tempat yang sangat jauh sekalipun dengan cepat dan mudah melalui
jaringan LAN yang tersedia.
2. Kekurangan
a. Belum menerapkan teknologi barcode sehingga kecepatan dalam
memberi pelayanan atas informasi mengenai obat dan alat kesehatan
belum maksimal.
b. Dengan adanya LAN, tata cara pelaporan dari sub instalasi farmasi ke
gudang farmasi, jika dibutuhkan obat-obatan yang sudah mencapai
titik minimal masih dilakukan dengan cara datang sendiri ke bagian
gudang farmasi untuk segera memesan kebutuhan obat-obatan. tock
minimal pada masing-masing obat berbeda, setiap petugas telah
mengetahui stock minimal tiap-tiap obat, tetapi signal pada sistem
yang menunjukkan obat tersebut telah mengalami stock minimal tidak
ada. Petugas harus memeriksa lebih teliti hal itu

12
c. Kehati-hatian dan ketelitian menjadi salah satu hal utama dalam
mengentri data yang ada. Tidak semua user dalam menjalankan sistem
teliti dengan apa yang dilakukan. Ketelitian user dalam menjalankan
sistem sangat diperlukan.
d. Komputer sangat rawan terhadap kerusakan, baik yang disebabkan
oleh kerusakan fisik atau kerusakan oleh virus.
e. Kemampuan user dalam mengatasi permasalahan-permasalahan kecil
rendah, khususnya permasalahan teknis pengoperasian komputer
jaringan seperti kesalahan yang mengakibatkan kurang efektifnya
kinerja sistem.
f. rumah sakit telah memiliki unit yang bernama Pengolah Data
Elektronik (PDE), tetapi PDE mengurusi hal-hal yang bersifat umum
atau menangani permasalahan teknologi komputer rumah sakit secara
keseluruhan. Sub-sub bagian dari instalasi farmasi, instalasi rawat
jalan, instalasi rawat inap, dan instalasi lain yang berjumlah sekitar
tujuh belas unit yang tersebar luas pada rumah sakit membuat tidak
efisiennya kinerja pada gudang farmasi.
g. Bencana alam menjadi hal yang wajar apabila mengganggu kinerja

C. Manajemen Keuangan Di Apotek


Manajemen apotek adalah manajemen farmasi yang di terapkan di
apotek.ada beberapa tips untuk mengelola manajemen keuangan di Sid Apotek
yaitu pencatatan stok,menghitung pemasukan dan pengeluaran serta akibat
dari pembukuan yang kacau balau, sebagai berikut :
1. Pencatatan Stok
Sistem pencatatan bisa di lakukan dengan cara pembukuan secara
berkala missal 2 minggu sekali atau satu bulan sekali. Pencatatan stok
barang langsung pada jumlahnya dan harga pokoknya. Dengan sistem
yang seperti ini anda dapat langsung melihat beberapa jumlah persediaan
beserta harga pokoknya yang jelas dan akurat.
2. Menghitung Pemasukan Dan Pengeluaran

13
Mencatat hasil pemasukan yang di hasilkan oleh apotek ,pendataan
pemasukan buka hanya untuk mendata hasil yang di dapatkan melaikn
pemasukan barang barang atau obt yang di suplay oleh suplayer ke pada
apotek. Pendataan bisa di lakukan dengan sistem pembukuan atau
menggunakan software untuk lebih mudah dalam pendataan. Pencataan
pengeluaran seperti modal pokok untuk membeli barang barang yang di
butuhkan di apotek ,pisahkan uang modal dan uang penghasilan apotek
supaya nantinya dalam proses perhitungan laba dan rugi akan lebih mudah
dan lebih akurat perhitungannya.
3. Pembukuan
Proses pembukan bisa di lakukan secara berkala ,untuk menghindari
penumpukan stok barang yang belum terjual atau barang yang sudah
banyak terjual ,dengan adanya pembukuan data data akan tersusun dengan
rapi , karyawan pun akan lebih mudah melakukan proses pelayan dan tidak
menimbulkan kebingungan bagi karyawan .jika pembukuan tidak tersusun
secara baik maka akan menimbulkan pembukuan yang kacau balau ,akan
mengakibatkan kerugian dan stok barang terbatas.
4. Bangunan Dan Kelengkapan

Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persaratan


yang cukup, serta memenuhi persaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelacaran pelaksanaan tugas dan funsi apotek. Pencahayaan ruangan yang
terang sehingga pelanggan akan lebih nyaman di dalam apotek . lengkapi
dengan kamera cctv di bangunan apotek untuk keamanan apabila ada
tindak kejahatan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hal-hal penting yang terkait sumber daya manusia yang ada di apotek,
antara lain adalah deskripsi pekerjaan yang jelas, sistem operasional untuk
menjalankan apotek, hal ini meliputi kualifikasi pegawai dan indikator
keberhasilan kerja para pegawai tersebut.
Manajemen dalam pengambilan suatu keputusan harus dilakukan
dengan tepat, akurat, dan cepat. Tindakan itu dapat berjalan salah satunya jika
didukung oleh SIM. Jadi, apabila instalasi farmasi menerapkan SIM
persediaan obat sebagai decision support system maka akan membantu
kinerja manajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan secara taktis
sehingga pelayanan kesehatan berjalan optimal. Namun, SIM persediaan obat
yang sudah diterapkan memerlukan evaluasi, perbaikan, dan peningkatan
untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Manajemen apotek adalah manajemen farmasi yang di terapkan di


apotek.ada beberapa tips untuk mengelola manajemen keuangan di Sid
Apotek yaitu pencatatan stok,menghitung pemasukan dan pengeluaran serta
akibat dari pembukuan yang kacau balau,yaitu : 1) Pencatatan Stok, 2)
Menghitung Pemasukan Dan Pengeluaran, 3) pembukuan dan 4) Bangunan
Dan Kelengkapan.

B. Saran
Semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan bagi siapa saja
yang menjadi pembaca,dan semoga kedepannya kami bisa menyusun
makalah lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi RS. Edisi Kedua. Jakarta
: Universitas Indonesia Press hal. 112-113.
Kementerian Kesehatan RI. (2004). KepMenKes RI no: 1027/MenKes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Umar,M. (2005). Manajemen Apotek praktis, Solo: CV. Ar-Rahman
http://www.software-id.com/central.php?aksi=tutorial_detil&kode=manajemen-
keuangan-di-apotik
https://www.google.com/amp/s/sisicia.wordpress.com/2010/09/30/pencarian-
kebutuhan-sistem-informasi-manajemen-yang-komprehensif-untuk-
mencapai-pengelolaan-obat-yang-efektif-dan-efisien/amp,

16

Anda mungkin juga menyukai