Anda di halaman 1dari 3

Tabel 1

Hasil analisis akhir, langsung dari limbah eucalyptus


Tabel 1 menunjukkan hasil analisis yaitu ultimate analisis, proximate analisis dan chemical
components pada limbah eucalyptus EL, EB, dan ESD.
Pada tabel Ultimate analisis, menunjukkan kandungan C, H, N, S, P, dan O pada masing –
masing sampel. Berdasarkan tiga sampel yang diuji, karbon (41.82%-49.75%) dan oksigen
(43.37%-52.76%) memiliki persentase yang lebih besar daripada konten yang lainnya.
Kandungan yang memiliki persentase paling rendah yaitu Fosfor dengan persentase EL, EB,
dan ESD berturut-turut 0,13%, 0,06%, dan 0,03%. Sedangkan kandungan hidrogen berkisar
antara 4.85-5.77%.
Pada tabel Proximate analysis menunjukkan nilai dari MC (Moistute Content), VMC
(Volatile Meter Content) dan AC (Ash Content) dengan referensi dari (ASTM D 3175-89), fc
(Fixed Carbon), dan LHV (Low Heating Value). Seperti yang ditunjukkan pada tabel 1,
Ketiga bahan baku tinggi akan kandungan volatile (69.89-77.73%) yang bisa dianggap cocok
untuk proses pirolisis, gasifikasi atau pembakaran. Kadar air dari EL (4.26%) dan ESD
(6.12%) lebih tinggi dari pada EB ( 10.89%). Kadar air yang rendah baik untuk teknik
konversi termal. Persentase terendah ditunjukkan pada Ash Content yaitu sebesar 0.81%
Pada komponen kimianya ESD memiliki nilai hemiselulosa (24.74%) dan selulosa (33.89%)
yang lebih tinggi dari pada EL dan EB. Sedangkan EL memiliki nilai hemiselulosa (11.28%),
selulosa (17.93%) dan lignin (9.25%) yang paling rendah daripada EB dan ESD
Grafik ini menunjukkan hubungan antara persentase TG/DTG dengan kenaikan suhu pada
tahap pirolisis kedua pada heating rate 10 and 40 derajat C/min. Grafik disajikan terpisah
antara masing – masing bahan uji yaitu EL, EB, dan ESD.
Data disajikan dengan menunjukkan hanya pada heating rate 10 and 40 derajat C/min
yangmana terjadi perubahan grafik TG/DTG yang signifikan terhadap suhu yang berkisar
antara 338.6 – 384.8 derajat celsius yang merupakan tempat terjadinya peak.
Data ini disajikan dalam bentuk diagram scatter
Jelas terlihat bahwa tahap kedua merupakan tahap pirolisis utama dengan nilai WLP yang
tinggi yaitu sebesar 86.93–97.84%. Kurva TG/DTG untuk semua sampel pada tingkat
pemanasan 10 derajat C/min dan 40 derajat C/min ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2 A
menunjukkan bahwa ada 2 lokasi peak terletak pada kurva DTG dari EL. Namun, tiga peak
dan satu peak juga di observasi untuk masing – masing sampel EB dan ESD. Peak 2 yamana
muncul pada kisaran suhu 338.6 – 384.8 derajat celsius merupakan peak utama dari kurva
DTG dan diyakini akan menjadi kontribusi utama untuk dekomposisi selulosa.

Seperti yang ditunjukkan pada tabel2 dan gambar 2, karakteristik suhu dari pirolisis EL, EB,
dan ESD pada tahap kedua meningkat bersama dengan tingkat panas. Jelas terlihat bahwa
meningkatnya tingkat panas mengubah karakteristik suhu ke nilai yang lebih tinggi tetapi
tidak mengubah profil DTG (menurut gambar 2). Efek dari heating rate pada karaksteristik
suhu dikaitkan terutama dengan rate yang terbatas dari panas konduksi ke sampel disebabkan
oleh ketahanan panas dari biomassa. Meningkatnya heating rates mengarah pada penurunan
efek suhu secara serentak dan meningkatnya efek panas. Meningkatnya efek panas
menandakan bahwa suhu yang lebih tinggi dibutuhkan untuk menghantikan proses
dekomposisi.

Anda mungkin juga menyukai