Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1

BAB I .............................................................................................................................................. 2

ANATOMI FISIOLOGI ................................................................................................................. 2

1. Tulang .................................................................................................................................. 2

2. Discus ................................................................................................................................... 3

3. Persendian dan ligament ...................................................................................................... 3

4. Persarafan ............................................................................................................................. 5

BAB II PATOLOGI ........................................................................................................................ 6

1. Definisi ................................................................................................................................. 6

2. Etiologi................................................................................................................................. 6

3. Manifestasi Klinis ................................................................................................................ 7

4. Patofisiologi ......................................................................................................................... 7

5. Komplikasi ........................................................................................................................... 8

6. Klasifikasi ............................................................................................................................ 8

BAB III MANAJEMENT FISIOTERAPI ...................................................................................... 9

1. Status Klinis ........................................................................Error! Bookmark not defined.

2. Pemeriksaan Fisik .............................................................................................................. 10

3. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................................... 14

4. Intervensi Fisioterapi: ........................................................................................................ 15

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

1
BAB I
ANATOMI FISIOLOGI

1. Tulang

Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupkan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan
(aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. (Cailliet 1981).
Lumbal tersusun atas lima vertebra yang masing – masing ruas dipisahkan oleh adanya
discus intervertebralis, vertebra pada regio ini ditandai dengan korpusnya yang besar, laminya
besar dan kuat korpusnya jika dilihat dari atas tampak seperti ginjal dan foramen vertebranya
bervariasi mulai dari oval (VL1) samapi (VL5).
Pada daerah lumbal facet terletak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi
lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar terhambat,
tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar.

2
2. Discus

Discus adalah bantalan sendi yang terletak diantara tulang sebagai pelindung untuk
mengatasi beban kejut dan melindungi tulang dari pergesekan. Discus terletak diantara dua
corpus vertebra, terdiri dari :
• Nukleus pulposus
Bagian tengah diskus yang bersifat semi gelatin nukleus ini mengandung berkas – berkas
serabut kolagen sel – sel jaringan penyambung dan sel – sel tulang rawan. Berfungsi Sebagai
peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan dan Pertukaran cairan antara diskus
dan pembuluh darah.
• Anulus Fibrosus
Terdiri atas cincin – cincin fibrosa konsentrik yang mengelilingi nukleus pulposus.
Befungsi memungkinkan gerakan anatar kopus bertebra (disebabkan oleh struktur spinal dan
serabut – serabut untuk menopang nukleus pulposus meredam benturan
Kandungan air diskus ber < bersamaan dengan bertambah dengan bertambahnya usia (dari
90% pada masa bayi menjadi 70% pada orang lanjut usia) serabut – serabut menjadi kasar dan
mengalami hialinisasi

3. Persendian dan ligament

Persendian adalah tempat pertemuan antara tulang yang satu dengan yang lainnya,
persendian terdiri dari :
1) Synovial joints (joint capsule),
2) superior and inferior facet joint,
3) cartilaginous joints,
4) intervertebral disc and superior/inferior vertebral bodies.

3
Masing – masing segmen memiliki mobilitas yang kecil, tetapi secara keseluruhan
memungkinkan mobilitas yang besar.
Ligamentnya terdiri dari :
1) Supraspinosus ligament ( menempel pada processus spinosus)
2) Interspinosus ligament (terdapat diantara processus spinosu dan menghambat gerak fleksi
dan rotasi)
3) Ligamnet flavum (menghubung antar lamina yang berdekatan serta memperkuat facet
joint)
4) Longitudinal anterior ligament
5) Longitudianal posterior ligament
6) Intertransversum ligament

1. Myologi (Otot)
Pada semua otot rangka dikenal dua perlengketan otot, yaitu origo dan insersio. Pada
anggota badan origo terletak di proksimal pada tulang yang kurang bergerak dan tidak akan
berggerak pada waktu otot berkontraksi.
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya.
1. Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif
mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.
intertransversarii dan M. interspinalis.
2. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus
abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus abdominis,
M. psoas mayor dan M. psoas minor.
3. Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor,
kelompok M. abdominis dan M. intertransversari.

Jadi dengan melihat fungsi otot di atas, otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.
Pada penderita HNP lumbal, nyerinya menjalar hingga ke tungkai sehingga berpengaruh juga
pada otot-otot ekstremitas bawah yaitu : M. quadriceps femoris, M.hamstring dan M.
gastrocnemius.

4
4. Persarafan

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari
dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis
sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan
kanan) yang terdiri atas : 8 pasang saraf cervical, 15 pasang saraf thorakal, 5 pasang saraf lumbal,
5 pasang saraf sacral, 1 pasang saraf cogsigeal.
Nervus ischiadicus terdiri atas nervus yang terpisah didalam satu selubung, yaitu nervus
peroneus communis dan nervus tibialis.Nervus femoralis merupakan cabang yang terbesar dari
fleksus lumbalis. Nervus ini berasal dari tiga bagian posterior fleksus, yang asalnya dari nervus
lumbalis kedua, ketiga dan keempat, munculnya dari tepi lateral M. psoas tepat diatas ligamentum
pouparti dan berjalan turun dibawah ligamentum ini memasuki trigonum femoral pada sisi lateral
arteri femoralis.

5
BAB II
PATOLOGI

1. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan
dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP
pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root
nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.
Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada banyak grup otot (Lotke dkk,
2008).
Hernia Nucleus Pulposus adalah suatu keadaan dimana sering mengalami rasa sakit pada
ruas-ruas tulang belakang. HNP terjadi karena adanya nucleus pulposus (bahan pengisi berupa zat
yang kenyal seperti gell) yang keluar dari diskus intervertebralis atau sendi tulang belakang
(Herliana, Yudhinono , & Fitriyani, 2017).

2. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus.
Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus
fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013). Hernia
nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan
dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla
spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus
doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).

6
3. Manifestasi Klinis
a) Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun)
nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik.
b) Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra + menjalar ke
bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah.
c) Nyeri bertambah hebat karna pencetus seperti gerakan – gerakan pinggang batuk atau
mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di
buat istirahat berbaring.
d) Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang terlibat.
e) Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5 S1 (garis antar dua krista liraka).

Dapat disimpulkan, tanda dan gejala yang dialami oleh penderita HNP lumbal pada umumnya
adalah :

1. Nyeri menjalar ke tungkai


2. Spasme otot – otot paravertebrae
3. Keterbatasan LGS lumbal
4. Mengganggu mobilitas spine
5. Mempengaruhi pola jalan (gait) menjadi kaku dan susah payah

4. Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena adanya
gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial.
Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika hendak menegakkan
badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan sebagainya. Menjebolnya (herniasi) nucleus
pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus
vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum
ferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang

7
kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan
radiks yang bersamasama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu
terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin,
2008).

5. Komplikasi
Jika penderita yang mengalami HNP tidak segera mendapatkan penanganan, maka akan
mengakibatkan komplikasi seperti kiposis dan lordosis (Evelyn, 2002).

6. Klasifikasi
Menurut derajatnya, hernia nukleus pulposus dapat dibagi menjadi 4 derajat:
1. Disc degeneration : Terjadi perubahan komposisi anulus pulposus sehingga apabila ada beban
nukleus pulposus menonjol ke salah satu sisi dengan anulus fibrosus masih intak, dan belum
terjadi herniasi
2. Prolapse / Bulging Disc/ Protrusion Disc : Terjadi penonjolan nukleus pulposus dan annulus
fibrosus dan ligamen longitudinal
3. Extrusion : Terjadi ruptur annulus fibrosus, sehingga gel nukleus pulposus keluar dari diskus
intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior masih intak
4. Sequestration / Sequestered Disc : Telah terjadi ruptur ligamen longitudinal posterior, sehingga
gel nukleus pulposus keluar melewati celah ligamen menuju ke kanalis spinalis.

8
BAB III
MANAJEMENT FISIOTERAPI

1. Anamnesis
Anamnesis Umum

Nama : Tn.MA
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja

Anamnesis Khusus
a. Keluhan Utama :
Pasien merasakan nyeri pada pinggang bawah kirinya.
b. Letak Keluhan:
Pinggang bawah kiri.
c. Kapan Terjadi:
Pasien sudah merasakan hal ini sejak 8 hari yag lalu.
d. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 8 hari yang lalu, pasien mengeluh nyeri pada pinggang bawah kiri. Nyeri pinggang
bawah kiri ini timbul mendadak setelah pasien membungkuk untuk memungut buah-
buahan yang jatuh dari pohon didepan rumahnya. Nyeri dirasakan seperti tersetrum dan
menjalar hingga ke bokong dan paha bawah. Pasien memberikan nilai 5-6 untuk skala
nyeri 1 hingga 10. Nyeri dirasakan sepanjang hari, terutama saat duduk. Nyeri juga
dirasakan memberat saat pasien bersin dan mengejan. Nyeri dirasakan berkurang saat
pasien tidur tengkurap. Saat berjalan pasien tetap merasakan nyeri, namun pasien masih
bisa berjalan sendiri. Pasien merasa keluhannya ini mulai mengganggu aktivitasnya
sehari-hari, namun pasien masih bisa tidur di malam hari. Pasien menyangkal adanya
keluhan BAK maupun BAB. Pasien belum mengobati keluhannya saat ini.
3 hari kemudian, nyeri pinggang bawah kiri masih dirasakan pasien. Pasien lalu
mengkonsumsi jamu untuk pegal linu. Nyeri pinggang kiri tetap dirasakan seperti

9
tersetrum dan menjalar hingga ke bokong dan paha bawah. Pasien merasa kesakitan saat
merubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien memberikan nilai 7-8 untuk skala
nyeri 1 hingga 10. Keluhan BAK dan BAB, demam, kesemutan, baal dan kelemahan
anggota gerak tidak ada.
Karena keluhannya dirasakan semakin berat dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari,
keesokan harinya pasien berobat ke Poliklinik Saraf RSUD Anshari Saleh.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya, pasien belum pernah merasakan keluhan yang sama.
f. Riwayat Penyakit Penyerta
Pasien juga menderita gangguan pendengaran pada kedua telinga sejak 5 tahun yang
lalu. Pasien pernah berobat ke dokter sebelumnya dan disarankan untuk menggunakan
alat bantu dengar. Karena keterbatasan biaya, pasien tidak mampu membelinya, dan
untuk komunikasi sehari-hari dengan pasien dilakukan secara tertulis.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat keluhan yang serupa.

Anamnesis Sistem
Sistem musculoskeletal : Adanya spasme pada otot extremitas bawah
Sistem kardiovaskular : tidak ada keluhan
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem nervorum : nyeri pinggang kiri (+) menjalar hingga ke bokong
dan paha bawah
Sistem integumen : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
Tinggi Badan: 168 cm
Berat Badan : 65 kg
b. Vital Sign
10
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 84 kali permenit
Pernafasan : 21 kali permenit
Temperature : 37,1C

c. Inspeksi
Inspeksi Statis : Ketika pasien diam seperti duduk, pasien merasakan nyeri.
Namun nyeri dirasakan berkurang saat pasien tengkurap
Inspeksi Dinamis : Pasien merasakan nyeri ketika berjalan. Pasien merasakan sakit
saat merubah posisi dari berbaring menjadi duduk
d. Palpasi
Suhu : Normal
Tenderness : Terdapat tenderness pada otot pinggang seperti M. Efektor spinae
Spasme : Terdapat spasme pada otot extremitas bawah seperti M.
Quadriceps, M. Hamstring dan M.Gastrocnemius
e. PFGD

Thoracal & Aktif Pasif TIMT


Lumbal Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Flexi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Extensi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Lateral DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
Flexi spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Rotasi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, tidak spasme, Tidak weakness
Full, ROM Full ROM

11
HIP Aktif Pasif TIMT
Dextra Sinistra Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Flexi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Ekstensi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Abduksi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Adduksi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Eksorotasi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM
Endorotasi DBN Ada nyeri, Ada DBN Ada nyeri, Ada DBN Terdapat
spasme, Tidak spasme, Tidak weakness
Full ROM Full ROM

Pada pemeriksaan fisik terlihat gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi
tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat. Dalam

12
pemeriksaan fisik juga perhatikan daerah yang mengalami spasme dan ketegangan otot, kelemahan
otot, atrofi otot, atau perubahan sensoris yang dialami ekstremitas bawah. Perhatikan pula postur
dan keadaan umum dan menyuruh pasien untuk fleksi, ekstensi, dan rotasi untuk mengetahui range
of motion yang dapat digapai pasien dan untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat menimbulkan
nyeri.

Terdapat beberapa pemeriksaan fisik neurologis yang dapat dilakukan pada pasien dengan
HNP, antara lain adalah tes Laseque dan Patrick.

a. Straight Leg Raise (Laseque) Test

Tes untuk mengetahui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi
supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi
maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar. Tes Laseque ini memiliki nilai sensitivitas yang
tinggi (80-97%) untuk penonjolan diskus lumbar, namun memiliki nilai spesifitas yang rendah
(sekitar 40%), karena tes ini memberikan hasil positif juga untuk nyeri ischialgia lainnya.

b. Patricks Test atau Flexion, Abduction and External Test (FABER Test)

Tes Patrick merupakan skrining pasif untuk kelainan pada muskuloskeletal seperti daerah
panggul, lumbal dan disfungsi sendi sakroiliaka. Pasien diposisikan dalam posisi supine dan
calcaneus menyentuh patella. Tangan pemeriksa berada di spina iliaka anterior superior (SIAS)
dan bagian medial dari lutut, setelah itu diberikan kompresi. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri
pada sendi sakroiliaka yang diuji. Tes ini memiliki nilai sensitivitas 54-66% dan nilai spesifitas
51-62%.

3. Pemeriksaan Spesifik
a. VAS
Tujuan VAS untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan pasien saat diam
maupun saat bergerak.
1. Statis : Ketika pasien diam dan diukur dengan menggunakan VAS, nilai yang
didapat adalah 5-6.
13
2. Dinamis : Saat pasien bergerak, seperti merubah posisi dari baring keduduk dan
diukur dengan menggunakan VAS, nilai yang didapat adalah 7-8.
3. Tekan : Ketika pinggang bawah kiri pasien ditekan, dan diukur menggunakan
VAS nilai yang didapat adalah 9.

b. VALSAVA
Tujuan Untuk mengetahui adanya patologis dikanalis vertebralis
bagian cervical.
Cara pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya.
Interpretasi Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher
menjalar ke lengan.

4. Pemeriksaan Penunjang
Berikut merupakan beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis HNP.

a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Merupakan gold standar dalam mendiagnosis HNP, test non invasif ini menggunakan magnet dan
gelombang radio frekuensi untuk memberikan gambar jaringan lunak tulang belakang secara jelas,
sehingga saraf dan diskus dapat terlihat. Pada MRI dengan HNP dapat terlihat diskus yang
mengalami herniasi serta letak dari herniasi tersebut. [13] Pada studi yang dilakukan terhadap 50
pasien, MRI memiliki sensitivitas 72%, spesifitas 68%, dan akurasi 70%.

14
b. Computerized Tomography (CT Scan)

CT scan dapat menunjukkan beberapa gambar berbagai arah yang kemudian akan dikombinasi
untuk menghasilkan gambar cross-sectional tulang belakang dan struktur sekitarnya dapat terlihat.

c. Foto polos

Foto polos tidak dapat mendeteksi HNP tetapi foto polos dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
tulang belakang seperti, infeksi, tumor, alignment yang sudah bergerak dan fraktur kompresi.

5. Diagnosa Fisioterapi
Sejak 8 hari yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri pada pinggang bawah kiri. Keluhan ini
mulai mengganggu aktivitasnya sehari hari.

6. Problematika Fisioterapi
1. Impairment : -Pasien mengeluhkan nyeri pada pinggang bawah kiri.
-Terdapat spasme pada otot extremitas bawah seperti M.
Hamstring, M.Quadriceps dan M.Gastrocnemius.
-Terdapat tenderness pada otot pinggang seperti M.
Efektor spinae.
2. Functional Limitation : Pasien kesulitan pada saat melakukan aktivitas
dikarenakan terjadinya spasme pada otot otot tungkai
bawahnya
3. Disability : Sejak sakit, pasien mulai terganggu untuk melakukan
aktifitas sehari harinya seperti walking, dressing, toileting,
bathing,dll.

7. Prognosis
1. Quo Ad Vitam : Dubia ad sanam
2. Quo Ad Functionam : Dubia ad bonam
3. Quo Ad Sanam : Dubia ad sanam

15
8. Tujuan Fisioterapi
1. Jangka Pendek
-Mengurangi spasme pada otot extremitas bawah
-Mengurangi nyeri pada pinggang bawah kiri

2. Jangka Panjang
Untuk mengembalikan fungsi gerak tubuh pasien agar dapat bisa beraktivitas secara normal
kembali.

9. Intervensi Fisioterapi
A. Short Wave Dhiatermy (SWD)
SWD merupakan modalitas fisioterapi yang berupa generator yang dapat memancarkan
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak – balik frekuensi tinggi. Frekuensi
SWD yang digunakan yaitu 13,66 MHz, 27, 12 MHz, dan 40,98 MHz. Panjang gelombang yang
sesuai dengan frekuensi ini yaitu 22 m, 11 m, dan 7,5 m. Frekuensi yang sering digunakan untuk
pengobatan adalah 27,12 MHz dan panjang gelombang 11 meter. Arus tersebut tidak menimbulkan
aksi potensial terhadap serabut saraf motorik maupun sensorik, dengan kata lain tidak merangsang
saraf motorik untuk berkontraksi (Sujatno, et.al. 1993).
Dosis untuk mengurangi nyeri pada kondisi akut digunakan intensitas rendah (sub
mitis), waktu 10 menit dengan frekuensi terapi 2-3 kali sehari, sedangkan untuk kondisi kronis
dosis yang digunakan dengan intensitas tinggi (normalis-fortis) waktu 10-20 menit, dengan
frekuensi terapi 2-3 kali per minggu. SWD menghasilkan 2 medan yaitu : medan listrik dan medan
megnet, maka dengan kedua medan tersebut, SWD dapat digunakan dengan intermitten dan
continous.
1. Efek Fisiologis
Efek fisiologis dari Soft Wave Diathermy antara lain :
• Meningkatkan metabolisme sel – sel lokal.
• Meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot, ligament dan tendon.
• Meningkatkan ambang rangsang (Sujatno,et.al. 1993).
2. Efek terapeutik
Efek terapeutik dari Short Weve Diathermy antara lain :

16
• Penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak, yaitu dengan meningkatkan proses
reparasi jaringan secara fisiologis,
• Mengurangi nyeri,
• Pembuangan sisa metabolisme,
• Peningkatan elastisitas jaringan lunak, sehingga mengurangi proses kontraktur jaringan
sebagai persiapan terapi latihan,
• Pembuangan sisa metabolisme,
• Meningkatkan sirkulasi darah.
3. Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi dari SWD antara lain :
• Nyeri post trauma
• Penyakit degeneratif sendi
• Bursitis
• Spasme otot
• Perbaikan peradangan
• Kelainan pada saraf perifer.
Kontra indikasi dari swd antara lain :
• Logam dalam tubuh
• Alat – alat elektrolis
• Gangguan peredaran darah atau pembuluh darah
• Bahan yang tidak menyerap keringat
• Jaringan dan organ yang mengandung banyak cairan,
• Gangguan sensibilitas,
• Wanita hamil
• Menstruasi
• Infeksi akut.
Pengaruh pemberian terapi Short Wave Diathermy (SWD) pada kasus ini untuk
pengurangan nyeri. Mekanisme pengurangan nyeri sendiri didapatkan dari modulasi nyeri pada
level sensoris akibat peningkatan metabolisme sebesar 13% tiap kenaikan suhu 10C. Akibatnya
akan terjadi pembukaan sphincter pre kapiler yang meyebabkan vasodilatasi local dan diikuti
peningkatan aliran darah kapiler sehingga pasokan nutrisi dan pembuangan zat – zat iritan

17
penyebab nyeri akan meningkat dan semakin lancar. Rasa nyeri ditimbulkan oleh adanya
akumulasi sisa – sisa hasil metabolisme yang disebut subtance “P” yang disebabkan karena
kerusakan jaringan, subtance “P” akan membebaskan prostalglandin E1 (PG) yang diikuti
pembebasan bradikinin subtance “P” pada receptive neuron yang akan meningkatkan permiabilitas
pembuluh darah dengan lancarnya sirkulasi darah, maka zat “P” juga ikut terbuang, sehingga
terjadi rileksasi otot dan nyeri akan berkurang (Mardiman, 2001).
Short Wave Diatermy (SWD) juga untuk mengurangi spasme. Mekanisme pengurangan
spasme sendiri terdiri dari efek panas yang memberikan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
peredaran darah lancar dan meningkatkan suplai nutrisi. Akhirnya dapat memperbaiki peredaran
darah kenaikan suhu jaringan dan memberikan relaksasi pada otot akibatnya spasme dapat
berkurang (Michlovits, 1996).

B. Mc. Kenzi Exercise


Mc kenzi merupakan suatu bentuk latihan yang terdiri dari beberapa bentuk gerakan,
tujuan diberikan latihan Mc kenzi adalah mengurangi nyeri punggung bawah(LBP) dan rileksasi
serta penguluran otot – otot punggung.
Indikasi dari terapi latihan ini antara lain :
1.Hipomobilitas reversible baik pola kapsular maupun non kapsuler
2. Low Back Pain
3. Ischialgia
Kontra indikasinya antara lain :
1. Osteoporosis
2. TBC tulang
3. Hipomonilitas Irreversible misalnya angkylosing

10. Home Program


Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan yang sudah diajarkan fisioterapi seperti Mc.Kenzie.,
untuk dilakukan saat dirumah

11. Edukasi
Pasien diminta untuk menerapkan pola hidup dan gaya hidup yang sehat

18
Pasien diminta untuk selalu menerapkan home program yang sudah diberikan fisioterapis, dan
keluarga pasien diharapkan untuk selalu memotivasi
Pasien disarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan ke dokter dan terapis

19
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan
dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Penyebab dari Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif
yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami
perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah .
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita HNP lumbal pada umumnya adalah :
Nyeri menjalar ke tungkai, Spasme otot – otot paravertebrae, Keterbatasan LGS lumbal,
Mengganggu mobilitas spine
Mempengaruhi pola jalan (gait) menjadi kaku dan susah payah.
Untuk mengecek HNP sendiri bisa diketahui dengan beberapa pemeriksaan. Yaitu pada
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Untuk Intervensinya, Fisioterapis bisa
menggunakan SWD dan Mc. Kenzi Exercise.

20
DAFTAR PUSTAKA

Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D Medica. 2006.
Hal 1-31
Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization of a
lumbar Volume 38. 2000
Highsmith, JM. Drugs, medications and spinal injections for herniated Disc. Spine Universe. 2016
Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa Indonesia. 1998. hal 505
Ran J, Hu Y, Zheng Z. Comparison of discectomy versus sequestrectomy in lumbar disc herniation
: a meta-analysis of comparative studies. Plos One. 2017

21

Anda mungkin juga menyukai