KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Imam Syafei (58 thn) Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat /tanggal lahir : Jakarta/ 02-11-1961 Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pendidikan : SMA
Alamat : Ulujami, Pesanggrahan Tanggal Masuk : 25 Desember 2019
No.Telp : 089649902643 No. RM : 01425157
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis , Tanggal: 6 Desember 2020 ; Jam : 14.00
Keluhan utama :
Kuning seluruh tubuh 2 minggu SMRS
Penyakit Dahulu
1
(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal/Sal.kemih
(-) Cacar Air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Rematik
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Khorea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Pendarahan Otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu
(-) Penyakit ginjal kronis (-) Gagal jantung kongestif (-) Kecelakaan
Riwayat Keluarga
Umur Keadaan Penyebab
Hubungan Jenis Kelamin
(Tahun) Kesehatan Meninggal
Kakek (ayah) - Laki-laki Meninggal -
Nenek (ayah) - Perempuan Meninggal -
Kakek (ibu) - Laki-laki Meninggal -
Nenek (ibu) - Perempuan Meninggal -
Ayah - Laki-laki Meninggal -
Ibu - Perempuan Meninggal -
Saudara 50 Perempuan Sehat
Anak 25 Perempuan Sehat
2
Lambung √
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat Malam (-) Lain-lain
(-) Kuku (+) Kuning/Ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit Kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada Sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Radang
(-) Sekret (-) Gangguan Penglihatan
(-) Kuning/Ikterus (-) Ketajaman Penglihatan menurun
Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan Pendengaran
(-) Kehilangan Pendengaran
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala Penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan Penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir kering (-) Lidah kotor
(-) Gangguan pengecapan (-) Gusi berdarah
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri Tenggorokan (-) Perubahan Suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri Leher
Berat Badan :
Berat badan rata – rata (kg) : tidak diketahui
Berat tertinggi kapan (kg) : tidak diketahui
4
Berat badan sekarang (kg) : 62kg
(bila pasien tidak tahu dengan pasti)
(-) Tetap (-) Turun (-) Naik
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat Lahir : (+) di rumah (-) Rumah Bersalin (-) R.S Bersalin
Ditolong oleh : (-) Dokter (+) Bidan (-) Dukun (-) lain - lain
Riwayat Imunisasi
(+) Hepatitis (+) BCG (+) Campak (+) DPT (+) Polio (+) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari : 2 kali/hari
Jumlah / kali : 2 Porsi piring makan/hari
Variasi / hari : Variasi makanan baik ( sayuran dan lauk pauk )
Nafsu makan : Menurun
Pendidikan
(+) SD (+) SLTP (+) SLTA (-) Sekolah Kejuruan
(-) Akademi (-) Universitas (-) Kursus (-) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan : -
Pekerjaan : -
Keluarga : -
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 62 kg
Tekanan Darah :120/80 mmHg
5
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 36,8oC
Pernafasaan : 20 kali/menit
Keadaan gizi : Baik
Sianosis : Tidak sianosis
Edema umum : Tidak edema
Habitus : Atletikus
Cara berjalan : Normal
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : Tenang
Alam Perasaan : Biasa
Proses Pikir : Wajar
6
Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : Normal
Jaringan Parut : Tidak ada
Pigmentasi : Normal
Pertumbuhan rambut : Normal, merata
Lembab/Kering : Lembab
Suhu Raba : Normotermi
Pembuluh darah : Normal
Keringat : Umum
Turgor : Normal
Ikterus : Ada, seluruh tubuh
Lapisan Lemak : Normal
Edema : Tidak ada
Kepala
Ekspresi wajah : Normal
Simetri muka : Simetris, tidak ada pucat, tidak ada edema
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi
Mata
Exophthalamus : Tidak ada
Enopthalamus : Tidak ada
Kelopak : Tidak edema
Lensa : Jernih, tidak hiperemis
Konjungtiva :Anemis
7
Visus :-
Sklera : Ikterik
Gerakan Mata : Tidak ada jerky, tidak ada nistagmus
Lapangan penglihatan : Normal
Tekanan bola mata : N+
Telinga
Tuli : Tidak ada
Selaput pendengaran : Tidak ada tanda radang/hiperemis, tidak ada bulging,
Reflex cahaya : Positif langsung dan tidak langsung
Lubang : Lapang dikedua liang telinga
Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Tidak berlebihan
Pendarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Mulut
Bibir : Kering, tampak pecah -pecah
Tonsil : T1 - T1
Langit-langit : Tidak terbelah
Bau pernapasan : Tidak berbau
Gigi geligi : Tidak ada karies dentis
Trismus : Tidak ada
Faring : Tidak hiperemis
Selaput lendir : Tidak ada
Lidah : Tidak telihat deviasi lidah ataupun lidah kotor.
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : tidak dilakukan
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran
Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran
Dada
Bentuk : Simetris kanan dan kiri, tidak mencekung atau mencembung
8
Pembuluh darah : Tidak teraba
Buah dada : Normal, simetris, tidak teraba massa
Paru – Paru
Depan Belakang
Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Inspeksi Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis
Kiri Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal nyeri tekan (-), fremitus normal
Palpasi
Kanan Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-), fremitus normal nyeri tekan (-), fremitus normal
Kiri Sonor Sonor
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Kiri Vesikular Vesikular
Auskultasi
Kanan Vesikular Vesikular
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga 4 garis mid-clavicularis
Perkusi :
Batas kanan : Sela iga 4 garis sternalis kanan
Batas atas : Sela iga 2 garis sternalis kiri
Batas kiri : Sela iga 5, 1 jari medial garis axilaris kiri
Auskultasi :
Katup Mitral : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Katup Trikuspid : BJ I > BJ II, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Katup Aorta : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Katup Pulmonal : BJ II > BJ I, murni reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Pembuluh Darah
Arteri Temporalis : Teraba pulsasi Arteri Femoralis : Teraba pulsasi
Arteri Karotis : Teraba pulsasi Arteri Poplitea : Teraba pulsasi
Arteri Brakhialis : Teraba pulsasi Arteri Tibialis Posterior: Teraba pulsasi
Arteri Radialis : Teraba pulsasi Arteri Dorsalis Pedis : Teraba pulsasi
9
Perut
Inspeksi : Bentuk perut membuncit, tidak terlihat lesi kulit dan bekas luka operasi
Palpasi :
Dinding perut : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan dan defense muscular
Hati : Tidak teraba pembesaran hati
Limpa : Tidak teraba pembesaran limpa
Ginja : Bimanual dan Ballotement tidak teraba ginjal
Lain-lain :-
Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok CVA(-)
Auskultasi : Bising usus normoperistaltik, tidak ada bruit
Refleks dinding perut : Normal
Penanda Tumor
CA 19-9 18157.00 H
USG
Kesan : dilatasi/distensi Gall bladder ec obstruksi ec massa pada caput pancreas
MRCP
Menunggu hasil
D. RINGKASAN (RESUME)
Pasien datang keluhan utama lemas seluruh tubuh dan mata kuning sejak kurang lebih 2 minggu.
Keluhan disertai dengan mual muntah 3x, muntah berwarna kuning berisi makanan sebanyak ½
gelas aqua, tidak ada darah dan lendir. Pasien juga mengeluhakan adanya nyeri perut bagian kiri
atas yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. BAB 2x sehari tidak ada darah dan lendir.
BAK berwarna kuning keruh dan nafsu makan menurun.
Dari pemeriksaan fisik tampak pasien dalam keadaan sakit sedang, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 98x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,8oC, kulit kering,
ikterus pada seluruh tubuh dan mata, Pasien merasakan nyeri ketika di palpasi pada abdomen
bagian atas.
Pada pemeriksaan lab darah, di dapatkan Hb 13.2 g/dl, Ht 36.5, leukosit 10.35, MCV 65.3%,
MCH 23.6 pg, MCHC 36.2% SGOT 142 U/L, SGPT 294 U/L, bilirubin indirek 3.0 mg/dL,
bilirubin total 20.5 mg/dL, bilirubin direk 17.50 mg/dL CA 19-9 18157.00 H dan USG didapatkan
kesan dilatasi/distensi Gall bladder ec obstruksi ec massa pada caput pancreas .
E.DAFTAR MASALAH
Diagnosis Kerja
Ikterus obstruktif ec tumor pankreas
Dasar Diagnosis Kerja
Pasien kuning sejak 2 minggu SMRS, nyeri perut bagian atas kurang lebih 1 bulan. Pemeriksaan
fisik didapatkan kulit ikterus, mata kanan dan kiri ikterus dan nyeri tekan pada abdomen atas.
Pemeriksaan penunjang di dapatkan CA 19-9 18157.00 H dan USG di dapatkan dilatasi/distensi
Gall bladder ec obstruksi ec massa pada caput pancreas .
PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa
IVFD Ringer Asetat / 12 jam
Ketorolac inj 2x1 amp
Omeprazol inj 2x1 am
Non Medika Mentosa
- Menghindari makan asam, pedas dan berlemak
- Menghindari rokok dan alkohol
PROGNOSIS
1. Ad vitam : dubia ad malam
2. Ad functionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad malam
Follow up
Tgl S O A P
6/01/2020 Mual (+) Muntah KU: sedang,CM ikterik Inf. RL /24 jam
(-), nyeri perut TD: 120/60 obstruktif Inj ketorolac 2x1 amp
bagian atas. HR: 96x/m et causa Inj omz 2x1 amp
RR: 20x/m tumor R/ ERCP
T : 36,5oC pankreas
Mata : ca(-/-) si(+/
+)
Pulmo:vesikuler,
suara tambahan (-)
Cor : S1-S2
reguler
Abdomen : supel,
nyeri tekan (+),
Extremitas hangat
Edema (-)
7/01/2020 Mual (-), KU: sedang,CM ikterik Inf. RL /24 jam
muntah (-), nyeri TD: 120/60 obstruktif Inj ketorolac 2x1 amp
perut (-) HR: 80 x/m et causa Inj omz 2x1 amp
RR: 20x/m tumor R/ ERCP
T : 36,6oC pankreas
Mata : ca(-/-) si(+/
+)
Pulmo:vesikuler,
suara tambahan (-)
Cor : S1-S2
reguler
Abdomen : supel,
nyeri tekan (-),
Extremitas hangat
Edema (-)
8/01/2020 Pasien mengeluh KU: sedang,CM ikterik Inf. RL /24 jam
obstruktif
mual (+), muntah TD: 110/60 Inj ketorolac 2x1 amp
et causa
(+) jika makan, HR: 84 x/m tumor Inj omz 2x1 amp
pankreas
Nyeri perut RR: 22 x/m
bagian atas T : 36,7oC
hilang timbul. Mata : ca(-/-) si(+/
+)
Pulmo:vesikuler,
suara tambahan (-)
Cor : S1-S2
reguler
Abdomen : supel
Extremitas hangat
Edema(-)
Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan ERCP memiliki kelebihan karena dapat digunakan sebagai modalitas diagnostik
dan sekaligus terapi dalam manajemen penyakit sistem bilier. Pemeriksaan ERCP merupakan salah
satu tindakan yang berisiko dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti pankreatitis akut
dan perdarahan. Berdasarkan uraian sebelumnya, artikel ini akan membahas tentang definisi,
tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, dan komplikasi pemeriksaan ERCP.1,2
Definisi ERCP
Pemeriksaan ERCP merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi
sistem bilier dan kelenjar pankreas dengan menggunakan endoskop dan media kontras.3
Pemeriksaan ERCP relatif dikontraindikasikan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:4,5
a. Hipertensi portal dengan varises esofagus dan/atau gaster
b. Pankreatitis akut, kecuali pankreatitis akibat batu empedu
c. Terkena serangan jantung (infark miokard) dalam waktu dekat dan/atau memiliki
penyakit kardiopulmonal berat, kecuali prosedur ERCP merupakan tindakan life saving
d. Berulang kali gagal melakukan terapi dengan ERCP dan alternatif terapi lainnya tersedia
e. Pasien tidak dapat disedasi secara adekuat
f. Alergi terhadap zat kontras ERCP
Pemeriksaan ERCP mutlak dikontraindikasikan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:4,5
a. Obstruksi pada faring dan esofagus, kecuali dapat ditatalaksana langsung saat melakukan
ERCP
b. Koagulopati berat
c. Tidak ada indikasi yang adekuat, seperti nyeri perut tanpa sebab yang jelas
d. Tidak mendapat persetujuan dari pasien, kecuali pada keadaan emergensi
Prosedur pemeriksaan ERCP6
Persiapan alat
ERCP merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan endoskop dan zat
kontras. Peralatan endoskopi dan fasilitas radiologi yang diperlukan harus dipersiapkan sebelum
prosedur ERCP dilaksanakan. Peralatan endoskopi yang perlu dipersiapkan adalah endoskop,
kateter, guidewires, dan monitor.
Fasilitas radiologi juga perlu dipersiapkan untuk menampilkan gambaran hasil pemeriksaan
nantinya. Sebaiknya digunakan ruangan khusus untuk pemeriksaan ERCP dan gunakan tempat
tidur pasien yang dapat dimiringkan hingga 30o karena perubahan posisi pasien saat prosedur
diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih baik. Pastikan juga zat kontras telah
tersedia dan dipersiapkan sebelum prosedur.
Alat pelindung diri untuk pemeriksa juga harus dipersiapkan. Selain itu, pastikan desinfeksi
peralatan yang digunakan sudah dilakukan dengan baik karena prosedur ERCP merupakan salah
satu prosedur memasukkan peralatan ke dalam tubuh pasien. Prosedur desinfeksi yang baik
dilakukan sebelum dan setelah prosedur ERCP.
Persiapan pasien
Persiapan terhadap pasien juga harus dilakukan sebelum prosedur ERCP. Pemeriksa sebaiknya
memastikan kembali indikasi pemeriksaan ERCP pada pasien. Riwayat alergi terhadap zat kontras
(iodine) harus ditanyakan untuk mencegah reaksi anafilaksis pada pasien walaupun belum pernah
terjadi kasus reaksi anafilaksis terhadap zat kontras ERCP.
Pasien diinstruksikan untuk puasa paling sedikit 4 jam sebelum prosedur. Pada pasien
dipasang akses intravena. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena 1 jam sebelum prosedur
pada pasien yang terbukti atau curiga obstruksi duktus atau pseudokista. Pasien dapat pulang
setelah prosedur ERCP selesai, namun pasien harus diobservasi terlebih dahulu untuk melihat
apakah terdapat gejala dan tanda dari komplikasi jangka pendek ERCP.
Prosedur pemeriksaan
1. Pasien berbaring di meja X-ray dalam posisi prone. Kemudian pasien diberikan obat
sedatif (diazepam/midazolam ditambah dengan petidin). Anestesi umum dapat dilakukan bila
pasien adalah anak-anak atau pasien tidak kooperatif. Mouthpiece dipasang pada mulut pasien
untuk menjaga mulut pasien tetap terbuka. Posisi awal pasien ERCP dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2 Posisi awal pasien ERCP6
2. Pemeriksa memasukkan endoskop melalui mulut pasien dan menelusuri saluran cerna bagian
atas hingga mencapai duodenum. Saat endoskop mencapai duodenum perlu diberikan
buscopan 20 mg atau glukagon 0,25 mg secara intravena dan bertahap untuk menekan
motilitas duodenum dan sfingter.
3. Saat endoskop mencapai duodenum, identifikasi papila yang merupakan muara dari
duktus bilier dan pankreas di duodenum. Setelah diidentifikasi, lakukan kanulasi dengan
menggunakan kateter dan guidewires. Masukkan zat kontras ke dalam duktus bilier dan
pankreas untuk mendapatkan gambaran kolangiogram dan pankreatogram.
(a) (b)
Gambar 3 (a) Gambaran kolangiogram normal1 (b) Gambaran pankreatogram normal6
(a) (b)
Komplikasi perdarahan
Perdarahan terjadi pada 1-2% pasien selama atau setelah prosedur ERCP, terutama
berhubungan dengan tindakan sfingterotomi saat prosedur ERCP (sekitar 50% kasus). Perdarahan
setelah prosedur ERCP dibagi menjadi:
- Perdarahan ringan : penurunan hemoglobin < 3 gr/dl
- Perdarahan sedang : membutuhkan transfusi < 4 unit packed red cells (PRC)
- Perdarahan berat : membutuhkan transfusi 4 unit PRC
Risiko perdarahan meningkat pada pasien dengan koagulopati, konsumsi obat antikoagulan dalam
72 jam sebelum prosedur ERCP, dan riwayat terjadi perdarahan intraprosedur.
Perforasi
Perforasi terjadi pada 0,3-0,6% prosedur ERCP. Faktor risiko terjadinya perforasi terkait
prosedur ERCP adalah sfingterotomi, injeksi kontras intramural, tindakan dilatasi striktur bilier,
disfungsi sfingter Oddi, dan prosedur dengan durasi yang lama.
Kolangitis
Insidensi kolangitis post ERCP adalah 1-3%. Risiko kolangitis meningkat pada pasien dengan
pemasangan stent pada striktur akibat keganasan, kombinasi prosedur endoskopi-perkutaneus,
jaundice, dan drainase bilier yang inkomplit.
Kolesistitis
Insidensi kolesistitis post ERCP adalah sekitar 0,5%. Komplikasi ini berhubungan dengan
pengisian kandung empedu dengan zat kontras saat prosedur ERCP untuk melihat batu kandung
empedu.
Komplikasi sfingterotomi
Komplikasi sfingterotomi dalam prosedur ERCP dilaporkan sekitar 6,9-9,8%. Komplikasi
akibat sfingterotomi meliputi komplikasi jangka pendek, yaitu pankreatitis (5,2-5,4%) dan
perdarahan (2,0%), serta komplikasi jangka panjang, yaitu stenosis ampula iatrogenik.
KESIMPULAN
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) merupakan salah satu pemeriksaan
endoskopi yang umum digunakan. Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk memeriksa anatomi sistem
bilier dan kelenjar pankreas dengan menggunakan endoskop dan zat kontras. ERCP memiliki
kelebihan dapat dijadikan modalitas diagnostik dan juga terapi dalam manajemen penyakit
pankreatobilier.
Pemeriksaan ERCP diindikasikan untuk evaluasi dan terapi penyakit pankreatobilier.
Pemeriksaan ini dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi pasien tertentu. Sebelum pemeriksaan
ERCP, penting untuk dilakukan persiapan alat meliputi peralatan endoskopi dan peralatan
radiologi yang sudah didesinfeksi dengan baik. Persiapan pasien juga dilakukan untuk memastikan
kembali indikasi pemeriksaan ERCP pada pasien dan memastikan pasien sudah siap untuk
menjalani pemeriksaan. Pasien dipastikan sudah puasa sedikitnya 4 jam sebelum pemeriksaan,
dipasang akses intravena, dan diberikan antibiotik profilaksis. Pasien diberi sedasi yang adekuat
dan pemeriksaan dimulai. Saat pemeriksaan selesai dapat dilihat gambaran kolangiogram dan
pankreatogram pasien tersebut.
Komplikasi pemeriksaan ERCP dapat dibagi menjadi komplikasi jangka pendek yang
meliputi perdarahan, infeksi, perforasi, dan kejadian kardiopulmonal, serta komplikasi jangka
panjang, terutama infeksi akibat kateter yang tertinggal dan inflamasi akibat manipulasi pada
duktus bilier dan pankreas saat prosedur ERCP.
REFERENSI
1. Singla S, Piraka C. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Clinical Liver Disease 2014;
6(4):133-7.
2. Silviera ML, Seamon MJ, Porshinsky B, Prosciak MP, Doraiswamy VA, Wang CF, et al.
Complications related to endoscopic retrograde cholangiopancreatography: a comprehensive
clinical review. J Gastrointestin Liver Dis 2009; 18(1):73-82.
3. The Hillingdon Hospital. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Hillingdon: The
Hillingdon Hospital; 2013.
4. Atamanalp SS, Yildirgan MI, Kantarci A. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP): outcomes of 3136 cases over 10 years. Turk J Med Sci 2011; 41(4):615-21.
5. Kim JK, Carr-Locke DL. Indications for ERCP [cited on July 24 th, 2016]. Available
from: www.springer.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/9781493923199-
c1.pdf
6. Tabriz University of Medical Science. ERCP-diagnostic technique: endoscopic
retrograde cholangiopancreatography [cited on July 24th, 2016]. Available from:
lgdrc.tbzmed.ac.ir/uploads/19/CMS/user/file/36/Ebook/6-Diagnostic%20ERCP.pdf
7. American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Complications of ERCP. Gastrointestinal
Endoscopy 2012; 75(3):467-73.