Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGI PADA BAYI DAN


ANAK SESUAI TAHAP PERKEMBANGANNYA

DISUSUN OLEH:
ALVIRNA SEPTIANI BAHARUDDIN
02171263

TUGAS
PSIKOLOGI KEBIDANAN
DOSEN : ANDI SITTI UMRAH, S.ST., M.Keb.

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH


PALOPO
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunianya kami bisa mnyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Proses
Adaptasi Psikologis Pada Bayi dan Anak Seusai Tahap Perekembangannya”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menunjang proses
pembelajaraan mata kuliah Psikologi Ibu dan Anak. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus bagi penulis dan
umumnya bagi kita semua pembaca.

Palopo, 26 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR…………………………………………………..... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 2
C. Manfaat Penulisan…………………………………………………...... 2
D. Sistematika Penulisan…………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………. 4
A. Keadaan psikologi bayi dan anak………………………………………. 4
B. Faktor-faktor yang memperngaruhi perkembangan psikologi………… 13
C. Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi……………. 14
D. Kebutuhan bimbingan psikologi………………………………………... 23
BAB III PENUTUP………………………………………………………. 26
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 26
B. Saran …………………………………………………………………. 27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses
perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologinya. Jika, anda
melihat potret diri anda semasa bayi, tahu lah anda bahwa selama ini
secara pasti anda telah berubah.Dari hal ini terlihat bahwa manusia
mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa,
sampai masa tua (Yudrik, 2011).
Dalam proses perkembangan, jelas adanya perubahan-perubahan yang
meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi, dan
perasaan, minat, motivasi, sikap, kepribadian, bakat, dan kreativitas.
Dimana dalam setiap aspek tersebut pada dasarnya membuat kombinasi-
kombinasi atau hubungan baru yang membentuk spesialisasi fisikdan
psikologis yang berbeda antara manusia yang satu dan lainnya (Yudrik,
2011).
Adanya kombinasi dan perbedaan, menyebabkan adanya persaingan
dan rasa saling membutuhkan antara manusia yang satu dan lainnya.
Dengan demikian, pola perilaku manusia dapat menunjukkan kesempatan
apa yang akan diperoleh untuk mengembangkan kepopulerannya dalam
kelompok terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, sosial,
ekonomi, yang berbeda akan memperbaiki mereka yang mempunyai
standar penampilan dan perilaku yang berbeda (Yudrik, 2011).
Namun sebelum pada penerapannya, adalah lebih baik bagi kita untuk
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari aspek-aspek perkembangan
tersebut, beserta konsep-konsep yang melatar belakanginya, serta faktor
dan aspek pendukung teori-teori yang disampaikan oleh para ahli
psikologi (khusunya psikologi perkembangan) (Yudrik, 2011).

1
2

Psikologi (dari bahasa yunani kuno; psyche = jiwa dan logos = kata)
dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa
/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental ini secara langsung
karena sifatnya yang abstrak, tetai psikologi membatasi pada manifestasi
dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan
proses atau kegiatannya, sehinggaa psikologi dapat di definisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Jadi,
pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa (Yudrik,
2011).
Istilah psikologi digunakan pertama kali oleh seorang ahli
berkebangsaan jerman yang bernama Philip melanccthon pada 1530.
Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak 1878 yang
diperoleh oleh J.B. Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena
ilmu pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat, dan
diukur, jiwa dipandang terlalu abstrak,dan jiwa hanyalah salah satu aspek
kehidupan (Yudrik, 2011).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas lebih dalam
tentang proses adaptasi psikologis pada bayi dan anak sesuai tahap
perkembangannya.

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan psikologi bayi dan anak.
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
psikologi.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah psikologi pada anak yang sering
terjadi.
4. Untuk mengetahui kebutuhan bimbingan psikologi.
D. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Manfaat penulisan
d. Sistematika penulisan
2. BAB II PEMBAHASAN
a. Keadaan psikologi bayi dan anak
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi
c. Masalah-masalah psikologi pada anak yang sering terjadi
d. Kebutuhan bimbingan psikologi
3. BAB II PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
4. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Psikologi Bayi Dan Anak


1. Perkembangan psikologi pada bayi
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah
periode bayi baru lahir selama dua minggu.Masa bayi sering di anggap
sebagai keadaan tidak berdaya di mana bayi setiap hari belajar untuk
semakin madiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil
yang baru belajar berjalan.Sedangkan anak kecil biasa diasosiasiakan
dengan keadaan anak yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa
keterampilan mandiri.Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya,
meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar (Yudrik, 2011).
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang
memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya.Mulut bukan
hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan
dunia luar.Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang
melalui sentuhan dengan mulutnya.Baru selanjutnya dengan mata, telinga
dan tangan yang berperan sebagai alat penghubung dengan dunia luar.
Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat
indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang
dunia sekitar (Yudrik, 2011).
Pada tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di
samping ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang
tuanya.Bayi berusaha memecahkan beberapa permasalahan yang
dihadapinya.Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan
kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai dapat mengontrol cara-
cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi terhadap
lingkungannya. Pada tahun keempat dan kelima, anak sudah mecapai

4
5

kesempuraan dalam melakukan gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat


dan sebagainya (Yudrik, 2011).
Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak
yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan
a. Belajar makan makanan padat
b. Belajar berjalan
c. Belajar berbicara
d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Mempelajari perbedaan peran seks
f. Mempersiapkan diri untuk membaca
g. Belajar membedakan benar dan salah, mengembangkan hati nurani.
Ada beberapa perkembangan pada bayi, yaitu:
a. Perkembangan bicara
Bicara merupakan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi,
minimal ada dua keterampilan yang perlu dikuasai; kemampuan
menangkap‟pesan‟dari orang lain dan kemampuan menyampaikan
„pesan‟ kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam
berbagai macam bahasa seperti lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan,
mimik dan sebagainya.Tugas pertama dalam berkomunikasi adalah
memahami maksud orang lain dan menyampaikan maksud mereka
dalam bentuk kata-kata sesuai dengan tahap perkembangannya.
Sampai dengan usia 18 bulan bayi masih membutuhkan penguatan
bahasa isyarat baik dengan tangan, mimik, muka, serta gerak tubuh
untuk memahami komunikasi.Tugas kedua dalam berkomunikasi
adalah belajar berbicara. Karena belum mampu berbicara, bayi
mengembangkan pola komunikasi dengan cara mereka sendiri yang
disebut dengan bentuk-bentuk prabicara (menangis,mengoceh,
isyarat dan pengungkapan emosi) (Yudrik, 2011).
b. Perkembangan sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola
hubungan sosial dan pola perilaku di masa depan. Hanya ada sedikit
bukti bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap bawaan.
Bahkan seseorang menjadi introvert atau ekstrovet lebih banyak
dipengaruhi pengalaman-pengalaman sosial awal, dimana hal ini
banyak terjadi dalam rumah (Yudrik, 2011).
Bayi yang banyak menangis cenderung akan menetap pada
masa-masa berikutnya. Bayi banyak menangis cenderung menjadi
anak yang agresif atau mencari perhatian.Sebaliknya bayi yang
ramah dan bahagia biasanya memiliki penyesuaian sosial yang lebih
baik pada masa besarnya nanti (Yudrik, 2011).
1) Usia 2-3 bulan
Mampu membedakan manusia dan benda mati, tahu bahwa
manusialah yang memenuhi segala kebutuhannya, tidak suka
ditinggal sendiri, tidak menunjukkan rasa suka terhadap satu orang
tertentu.
2) Usia 4-5 bulan
Bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang
berbeda terhadap wajah yang tersenyum, suara yang ramah, atau
suara yang menunjukkan kemarahan.
3) Usia 6-7 bulan
Mampu membedakan „teman‟ dan „orang asing‟ sehingga
menunjukkan rasa tersenyum kepada teman, dan menunjukkan rasa
takut kepada orang asing.Sudah ada keterikatan yang kuat terhadap
ibu dan pengganti ibu.
4) Usia 8-9 bulan
Mencoba meniru kata-kata, isyarat atau gerakan sederhana dari
orang lain.
5) Usia 12 bulan
Bayi bereaksi terhadap larangan.
6) Usia 16-18 bulan
Muncul negatif dalam bentuk keras kepala dan tidak mau
mengikuti permintaan atau perintah orang dewasa, bisa berupa
perilaku menarik diri atau ledakan amarah.
7) Usia 22-24 bulan
Mulai bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan,
berpakaian dan mandi.
c. Perkembangan bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi:
1) Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling awal
yaitu dengan gerakan mengangkat tubuh, menendang,
bergoyang-goyang, menggerakkan jari-jemari, berceloteh dan
berguling.
2) Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian tubuhnya
maupun benda-benda yang ada disekitarnya.
3) Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakan-
gerakan orang disekitarnya seperti membaca, menyapu, dan lain-
lain.
4) Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat hidup
pada benda kesayangan dan mainnya.
5) Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah menyukai
permainan sembunyi-sembunyian, cilukba, dan sebagainya, yang
dilakukan dengan orang dewasa atau kakak-kakaknya.
6) Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan
dongeng.
2. Perkembangan psikologi pada anak
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan kasus, baik,
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pasal 1 ayat 1 UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
menyatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah individu
yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan
masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan secara individual (Marmi
& Margiyati, 2013).
Kebutuhan utama seorang anak adalah mendapatkan perhatian dari
orang-orang yang paling dekat dengannya. Karena inilah yang akan
mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Peran yang dimainkan juga
menjadi akar untuk pertumbuhan selanjutnya.Orang tua adalah pendidik
utama, pertama, dan terbaik untuk anak. Sebaik apapun tenaga pendidik,
program kegiatan, dan fasilitas yang tersedia di tempat penitipan anak
tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya peran orangtua sebagai
pengasuh sekaligus pendidik bagi anak (Marmi & Margiyati, 2013).
a. Prinsip perkembangan anak
Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan
sebagai berikut:
1) Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua
aspek. Aspek perkembangan bukan hanya berkenaan dengan
aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek.
Perekembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas,
sedangkan aspek yang lainnya bersembunyi. Perkembangan
tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada
saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat,
sedangkan pada saat lain sangat cepat.
2) Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas
perkembangan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat
tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat,
sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika
kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya,
ada anak yang keterampilan dan estetikanya berkembang pesat
sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak
lambat.
3) Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola
tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mengdahului
segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum kanak bisa
berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan
sebagainya.
4) Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi
sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi
sedikit tetapi dalam situasi-situasi tertentu dapat juga terjadi loncat-
loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan
aspek tertentu.
5) Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum
menuju ke yang lebih khusus, mengikuti proses diferensi dan
integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-
kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang
dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya,
baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan
kelima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak
dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan
ujung-ujung jarinya.
6) Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase,
tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara
cepat, sehingga nampak luar seperti tidak melewati fase tersebut,
sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga
nampak seperti tidak berkembang.
7) Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat
dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh
faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar
dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju
perkembangana yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang
berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan
lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih
cepat atau lebih lambat.
8) Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau
berkolerasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan
sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa,
kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan
lain sebagainya.
9) Pada saat-saat tertentu dalam bidang-bidang tertentu
perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun,
anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan
laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam
kemampuan berbahasa dan estetikanya (Marmi & Margiyati,
2013).
b. Tugas perkembangan masa anak-anak
Tugas-tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun adalah sebagai
berikut:
1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
yang umum.
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai
mahluk yang sedang tumbuh.
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk
membaca, menulis, dan berhitung.
6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
c. Aspek perkembangan anak
Perkembangan kejiwaan pada masa anak-anak, terkadang disebut
dengan masa anak kecil atau juga dengan masa menjelang sekolah,
sebab masa-masa ini saat-saat anak senang mempersiapkan diri untuk
bersekolah.Demikian pula masa ini ada yang menyebut dengan masa
estetis, dikarenakan anak mulai mengenal dunia sekitarnya terasa
indah. Pada pembahasan ini akan dijelaskan antaralain:
1) Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik masa ini lambat dan relatif
seimbang.Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada
panjang badannya.Peningkatan berat badan anak terjadi terutama
karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran
beberapa organ tubuh lainnya (Marmi & Margiyati, 2013).
2) Perkembangan motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-
anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta
menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam
bentuk permainan (Marmi & Margiyati, 2013).
Beberapa perkembangan motorik, (kasar maupun halus) selama
periode ini, antara lain:
a) Anak usia 5 tahun
(1) Mampu melompat dan menari.
(2) Mengambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan.
(3) Dapat menghitung jari jarinya.
(4) Mendengar dan mengulang hal hal penting dan mampu
bercerita.
(5) Mempunyai minat terhadap kata kata baru beserta artinya.
(6) Memprotes bila apa yang diarang menjadi keinginanya.
(7) Mampu membedakan besar dan kecil.
b) Anak usia 6 tahun
(1) Ketangkasan meningkat.
(2) Melompat tali.
(3) Bermain sepeda.
(4) Mengetahui kanan dan kiri.
(5) Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan.
(6) Mampu menguraikan objek objek dengan gambar.
c) Anak usia 7 tahun
(1) Mulai membaca dengan lancar.
(2) Cemas terhadap kegagalan.
(3) Peningkatan minat pada bidang spiritual.
(4) Kadang malu atau sedih.
d) Anak usia 8-9 tahun
(1) Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat.
(2) Mampu menggunakan peralatan rumah tangga.
(3) Keterampilan lebih individual.
(4) Ingin terlibat dalam sesuatu.
(5) Menyukai kelompok dan mode.
(6) Mencari teman secara aktif.
e) Anak usia 10-12 tahun
(1) Perubahan sikap berkaitan dengan berubahnya postur
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak.
(2) Mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti
mencuci, menjemur pakaian sendiri dll.
(3) Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan
membantu orang lain.
(4) Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3) Perkembangan kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak
berkembang secara berangsur-angsur.Jika pada periode
sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris, maka periode ini daya pikir anak sudah berkembang
kearah yang lebih konkrit, rasional dan objektif.Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada stadium
belajar (Marmi & Margiyati, 2013).
Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga macam proses
yang disebut operasi-operasi, yaitu:
a) Negasi, yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami
hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu
dengan benda atau keadaan yang lain.
b) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah
mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu
deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk
mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan
tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki
struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata
(Marmi & Margiyati, 2013).

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi


1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak (Marmi &
Margiyati, 2013).
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditemukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteriksa
dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga (Marmi & Margiyati,
2013).
2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi
dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat
menentukan (Marmi & Margiyati, 2013).
3. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya (Marmi &
Margiyati, 2013).
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak
memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang (Marmi & Margiyati, 2013).
5. Kapasitas mental
Emosi dan intelegensi kemampuan berfikir dapat banyak,
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi
akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika
perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan
keberhasilan perkembangan sosial anak (Marmi & Margiyati, 2013).
C. Masalah-masalah Psikologi Pada Anak Yang Sering Terjadi
1. Attsoederention Deficit/ Hipereactivity Disorder (ADHD) Attetion Deficit/
Hiperactivity Disorder (ADHA)/ Gangguan Pemusatan Perhatian/
Hiperaktivitas (GPPH)
Istilah GPHH tak dapat dipukul rata.Perlu dibedakan antara penderita
GPHH dengan anak yang nakal, kreatif, ingin tahu, aktif dari usianya, dan
anak yang ber IQ tinggi (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
Untuk menentukan apakah seseorang anak menderita GPHH, harus
dipenuhi 6 syarat.Kalau satu saja tidak terpenuhi, maka belumn tentu si
anak mengalami gangguan tersebut. Adapun 6 syarat tersebut, yaitu;
a. Sering bermain tangan dan tak bisa duduk diam.
b. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelasnya atau pada situasi
lain yang membutuhkan anak tetap duduk diam.
c. Berlari atau memanjat berlebihan pada situasi tidak tepat.
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam kegiatan
yang memerlukan diam.
e. Selalu bergerak seperti dikendalikan suatu motor.
f. Selalu bicara berlebihan.
Dulu GPHH kerap dianggap sebagai kelainan psikologis atau
psikiatrik semata tanpa kelainan biologis atau organik.Namun penelitian
terakhir menunjukkan adanya kelainan di beberapa daerah otak pada anak-
anak yang mengalami GPHH, berupa ukurannya yang lebih kecil
dibanding anak-anak normal.Daerah tersebut adalah korteks prefontal,
ganglia basalis, dan otak kecil (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
Daerah korteks prefontal berfungsi menentukkan perilaku dan
konsentrasi, ganglia basalis fungsi ini mengurangi respon otomatis dan
mengkoordinasi berbagai input yang diterima oleh korteks otak. Sedang
otak kecil, mungkin berfungsi dalam pengaturan motivasi.Subtansi kimia
yang bernama neurotransmitter.Berbagai faktor diduga menyebabkan
kelainan struktur dan neurokimia otak tersebut, diantaranya faktor genetik,
lingkungan, psikososial, dan faktor resiko lainnya (Marmi & Margiyati,
2013).
Anak yang berbagai faktor lingkungan seperti kekurangan oksigen
dalam rahim atau kelahiran, trauma lahir, infeksi virus intrauterine,
meningitis, trauma kepala, atau kekurangan gizi, juga berpeluang besar
menderita gangguan ini (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
Berbagai faktor sosial juga dapat mencetuskan GPHH pada
anak.Faktor itu misalnya tidak mempunyai orang tua, korban perceraian,
adanya saudara bersifat anti sosial atau alkoholik, penyianyian dan
penyiksaan. Faktor resiko lainnya adalah retardasi mental, berat badan
lahir rendah, kelainan fisik minor, gangguan susunan saraf pusat,
gangguan penglihatan dan pendengaran, epilepsy, gejala sisa trauma
kepala, penyakit kronik, dan kesulitan tidur (Papalia, Diane E, & Etc,
2008).
GPHH harus ditangani sebaik mungkin, sebab 30 hingga 50 persen
GPHH terbawa sampai ke masa remaja dan dewasa.Karena GPHH
disebabkan oleh gangguan psikologis atau psikiartik dan gangguan biologi
atau organik. Maka penangannya pun dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
medis dan intervansi sosial. Tindakan medis berupa pemberian obat
dilakukan bila gejala hiperaktivitas cukup berat, hingga menyebabkan
gangguan disekolah, di rumah, atau hubungan dengan teman.Pengobatan
bertujuan untuk menghilangkan gejala dan memudahkan terapi psikologi
(Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
Beberapa tekhnik intervensi itu adalah;
1) Progressive DelayedProcedure, yakni anak-anak dengan GPHH
dapat dilatih dengan menunda ganjaran
2) Intervansi secara sistematis dan terencana oleh guru. Guru tidak
menggangap anak GPHH adalah anak nakal. Guru harus tegas
namun dapat memberikan dukungan. Misalnya anak sebaiknya
didudukan di depan.
3) Memberikan pilihan tugas, murid yang menderita GPHH diberikan
kebebasan memilih format tugasnya.
4) Peer tutoring, yakni meningkatkan atau memperbaiki perilaku
dikelas dengan bantuan teman-teman sekelas.
Secara fisik ditemukan perbedaan bermakna dari hasil pemeriksaan
otak pada penderitaan GPHH dengan agak normal. Pada anak hiperaktif,
otak karena persen lebih kecil ketimbang otak kirinya.Sebanyak 35-50%
kasus anak penyandang GPHH, pada hasil pemeriksaan gelombang elektro
ensefalografi (EEG) nya menunjukkan „abnormalitas‟ yaitu berupa
peningkatan menurut berbagai penilitian mutakhir, GPHH jelas merupakan
adanya defisiensi atau kekurangan kepekaan terhadap penguat
(reinforcement) atau faktor motivasional (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
2. Diseleksia
Kesulitan membaca (Diseleksia) adalah adanya hambatan dalam
perkembangan kemampuan membaca pada seseorang namun,
penyebabnya bukanlah tingkat kecerdasan yang rendah, gangguan
penglihatan atau pendengaran, gangguan neurologis ataupun kurangnya
kesempatan berlatih.Seperti pada kesulitan berhitung (Diskalkulia),
kesulitan menulis ekspresif (Disgrafia), masalah penyandang diseleksia
adalah pemrosesan di dalam otaknya. Tak heran seringkali ada perbedaan
nyata antara lain IQ mereka dengan nilai prestasi akademik disekolahnya
(Desmita, 2008).
Gangguan ini tampak pada tiga gejala pokok: tidak teliti dalam
membaca, membacanya dengan lambat, dan pemahaman yang buruk
dalam membaca (Desmita, 2008).
(IQ)Intelligence quotient anak diseleksia umumnya normal, bahkan
tak sedikit yang memiliki IQ di atas rata-rata.Meskipun mereka kesulitan
dalam hal membaca namun apabila mereka mempunyai minat dan bakat
pada suatu bidang khusus mereka bahkan dapat mencapai hasil yang tak
terduga.Jadi, jangan menganggap anak diseleksia anak terbelakang atau
bodoh.Tak banyak pula yang tahu penderita diseleksia sendiri merupakan
gifed children (anak cerdas istimewa) (santoso, 2012).
Cara membantu anak mengatasi diseleksia:
a. Jangan memberikan stigma negatif seperti bodoh, bego, pemalas,
pengacau.
b. Jangan membanding-bandingkan dengan orang lain.
c. Jangan memberi tekanan berlebihan sehingga ia akan merasa takut
gagal atau mengecewakan.
d. Jangan (tanpa kesadarannya) menyuruh membaca keras-keras agar
terdengar orang lain.
e. Gunakan (kalau perlu) alat penunjuk atau penanda baca agar
penglihatannya mengikuti alur membacanya.
f. Sebaiknya keterampilan tangan mereka dilatih dengan melempar
tangkap bola, memainkan wayang, bermain dengan bulir-bulir.
g. Berikan lingkungan yang kondusif serta guru yang kompeten.
3. Gangguan artikulasi
Anak-anak yang bicaranya tak jelas atau sulit ditangkap dalam istilah
psikologi atau psikiatrik disebut mengalami gangguan arttikulasi atau
fonologis.Namun gangguan ini wajar terjadi karena tergolong gangguan
perkembangan. Dengan bertambah usia, diharapkan gangguan ini bisa
diatasi (Desmita, 2008).
Kendati begitu, gangguan ini ada yang ringan dan berat. Yang ringan,
saatu usia 3 tahun si kecil belum bisa menyebut bunyi L, R, atau S. hingga,
kata mobil disebut mobing atau lari dibilang lali. Biasanya gangguan ini
akan hilang dengan bertambah usia anak atau bila kita melatihnya dengan
membiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Hanya saja,
untuk anak yang tergolong „pemberontak‟ atau negatifitasnya kuat,
umumnya enggan dikoreksi. Sebaiknya kita tak memaksa meski tetap
memberitahu yang benar dengan segera timpali, „oh maksud adik, lari-
lari‟. Yang tergolong berat, anak menghilangkan huruf tertentu atau
mengganti huruf dan suku kata. Misal, took jadi toto atau stasiun jadi
tatun(Desmita, 2008).
4. Autisme
Autisme atau disebut dengan Autistic SpectrumDisorder (ASD),
hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya.Meski demikian,
saat ini sudah ada beberapa langkah tepat untuk penderita autis agar dapat
memiliki kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara
(Desmita, 2008).
Tanda-tanda Autisme:
a. Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa
sehari-hari.
b. Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata.
c. Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar.
d. Tidak suka atau tidak bisa atau tidak mau melihat mata orang lain.
e. Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu
mainanitu saja yang dia mainkan).
f. Serasa dia punya dunianya sendiri.
g. Tidak suka berbicara dengan orang lain.
h. Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme;
1) Vaksin yang mengandung thimrosal: thimerosal adalah zat pengawet
yang digunakan diberbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini
sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan thimerosal,
dinegara maju. Namun, entah bagaimana halnya di Negara
berkembang.
2) Televisi: semakin maju suatu Negara, biasanya interaksi antara anak-
orangtua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai
kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak.
Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab
autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi
karenanya.
3) Genetik: ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme: autisme
telah lama diketahui bisa diturunkan dari orangtua kepada anak-
anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi
lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang
lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki khas lebih besar untuk
menderita autisme. (walaupun sang ayah normal atau bukan autis).
4) Makan: pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya
menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat
besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup diera 20 atau 30-an, dia
masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman
tersebut
Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus
kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet
khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung
dalam waktu yang singkat. Terapi diet tersebut kemudian dikenal
dengan namaThe Feingold Program.
Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada dimakanan modern
(pengawet, pewarna, dan lain-lain) dicurigai menjadi penyebab dari
autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan
dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian
mengalami peningkatan situasi secara drastis.
5) Radiasi pada janin bayi: sebuah riset dalam skala besar di swedia
menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasonik
berlebihan akan cenderung menjadi kidal. Dan ada kemungkinan
radiasi juga menyebabkan autisme.
6) Folic Acid: zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk
mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata,
tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain
pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini penelitian masih
terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa
dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid
namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil
diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal). Atau yang lebih
baik perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid,
karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping.
7) Sekolah lebih awal: agak mengejutkan, namun ada beberapa
penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal
preschool dapat memicu reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang
memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh atau membaik
dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru
dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playangroup
atau preschool), maka beberapa anak mengalami shock, dan bakat
autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas.
Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan
untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini.Jika
ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu
dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika
msuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir
lenyap: dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya disekolah
dengan bahagia. Dan mungkin saja masih ada banyak lagi berbagai
potensi penyebab autisme yang akan ditemukan di masa depan,
sejalan dengan terus berkembangnya pengetahuan bidang ini (Marmi
& Margiyati, 2013).
5. Sindrom Asperger
Anak yang mengalami sindrom asperger, pada umumnya tidak jauh
berbeda denga penderita autistic.Hanya saja pada anak autistik tidak
mengalami keterlambatan bicara, tetapi cenderung menggunakan bahasa
formal.Selain itu anak dengan sindrom asperger juga memiliki prestasi
akademik dan kemampuan yang baik pada bidang tertentu, sindrom
asperger merupakan gangguan kejiwaan pada diri seseorang yang ditandai
dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi
(Desmita, 2008).
6. Retardasi mental
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi
mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan
mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap
stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan
fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem
kejiwaan mental (Marmi & Margiyati, 2013).
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu/ manusia
karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang
ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut,
halusinasi serta delusi yang besar (Marmi & Margiyati, 2013).
Retardasi mental terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Retardasi mental ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya
sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk
mengajarkan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan perkerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan
dengan kebutuhan pribadi. 80% dari anak RM termasuk pada
golongan ini.Dapat menempuh pendidikan sekolah dasar kelas IV
hingga tamat SMA.Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan
bantuan tentang masalah kehidupannya (Papalia, Diane E, & Etc,
2008).
b. Retardasi mental sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya
keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara
atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih
untuk merawat dirinya sendiri, pada umunya tidak mampu
menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari
sebuah kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus dan dukungan pelayanan (Papalia, Diane E, &
Etc, 2008).
c. Retardasi mental berat (IQ 20-34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk
dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu
untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan
tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih
dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya,
memerlukan supervise yang ketat dan pelayanan khusus (Papalia,
Diane E, & Etc, 2008).
d. Retardasi mental sangat berat (IQ 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan
komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan
sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini
memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan self care yang
sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK, selain itu memerlukan
supervise total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap
ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri
(Papalia, Diane E, & Etc, 2008).
e. Retardasi mental lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat
retardasi mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat
sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya sensorik atau fisik,
seperti buta, bisu, tuli, dan penyadang yang perilakunya terganggu
berat atau fisiknya tidak mampu (Papalia, Diane E, & Etc, 2008).

D. Kebutuhan Bimbingan Psikologi


1. Kebutuhan dasar psikologi
Kebutuhan dasar psikologi merupakan kebutuhan untuk bertahan
hidup misalnya makanan, minuman, air, istirahat, sex, dan sumber
penghasilan untuk mengurus anak. Baik manusia maupun hewan memliki
kebutuhan-kebutuhan ini, tapi Maslow mempertimbangkan bahwa
mempelajari binatang tidak bisa membuat member pemahaman yang baik
terhadap motivasi manusia karena binatang memiliki motivasi yang kecil
(Marmi & Margiyati, 2013).
2. Kebutuhan rasa aman
Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar psikologis seperti
perlindungan dari bahaya, keamanan, perlindungan, stabilitas, struktur dan
batas.Kebutuhan ini menjadi langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai
kebutuhan-kebutuhan lainnya.Sifat dasar dari kebutuhan rasa aman bisa
kita pelajari dari bayi dan anak-anak karena mereka membutuhkan rasa
aman ini lebih sederhana dan jelas dibandingkan dengan orang dewasa.
Anak kecil lebih sensitif dengan keadaan luar yang menganggunya seperti
suara yang terlalu keras atau cahaya yang terlalu menyilaukan (Marmi &
Margiyati, 2013).
3. Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang
Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan memiliki hubungan
perasaan dengan orang lain. Manusia butuh untuk disukai, disayangi,
direspon, dan diakui.Maslow pun menyebutkan bahwa tidak terpenuhinya
kebutuhan ini menyebabkan maladjustment. Menurut pandangannya cinta
dan seks tidak memiliki persamaan dalam psikologi,walaupun dalam
kenyataanya perilaku seksual tidak ditentukan oleh kebutuhan seksual saja
tetapi juga oleh kasih sayang dan perasaan. Dan kebutuhan akan kasih
sayang itu di dalamnya termasuk kebutuhan untuk menyayangi dan
disayangi (Marmi & Margiyati, 2013).
4. Kebutuhan penghargaan
Penghargaan yang tertinggi yaitu penghargaan terhadap diri sendiri
yang dibangun dari pencapaian, self-respect, self-sufficiency
(berkecukupan), dan kebebasan. Penghargaan terendah datang dari respek
orang lain terhadap apa yang kita capai termasuk perhatian status dan
aspresiasi. Kebutuhan akan penghargaan bersifat kontinu berbeda dengan
kebutuhan akan kasih sayang yang bersifat incidental (Marmi &
Margiyati, 2013).
Kebutuhan ini memiliki dua kategori diantaranya:
a. Kebutuhan untuk pencapaian prestasi, kompetensi, kebebasan dan
rasa kecukupan.
b. Kebutuhan untuk reputasi dan martabat, yaitu penghargaan dari
orang lain meliputi pengakuan, perhatian, dan kedudukan.
5. Kebutuhan kognitif
Keinginan untuk tahu dan mengerti adalah conative, yang harus
dilakukan dengan usaha-usaha tertentu, dan kebutuhan ini diperlukan
layaknya kebutuhan dasar.
Tidak begitu jelas mengapa menempatkan kebutuhan kognitif ini
diurutan atas dalam hierarki kebutuhannya, tapi pastinya kebutuhan ini
ditempatkan setelah kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan dan
sebelum kebutuhan untuk aktualisasi diri (Marmi & Margiyati, 2013).
Pengetahuan menjadi persyaratan untuk mengaktualisasikan diri
karena jumlah pengetahuan sangat penting untuk motivasi
mengembangkan potensi dan perencanaan hidup.Ketika individu
mengetahui dengan pasti petunjuk di mana aktualisasi diri ditemukan,
aktualisasi diri membantu memotivasi untuk mengikuti belajar tambahan.
Menurut Maslow, proses pembelajaran dan pemahaman itu tidak memliki
arti apa-apa jika tidak ditanamnkan (Marmi & Margiyati, 2013).
6. Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetika meliputi kebutuhan akan keindahan, kesenian,
musik, yang merupakan bagian dari aspirasi tertinggi dari individu.
Kebutuhan ini akan muncul jika kebutuhan-kebutuhan yang lain sudah
terpenuhi. Melalui kebutuhan inilah individu dapat mengembangkan
kreativitasnya (Marmi & Margiyati, 2013).
7. Kebutuhan aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah realisasi dari keseluruhan potensi yang ada pada
manusia.Maslow menyamakan „aktualisasi diri‟ dengan pertumbuhan
motivasi.Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi
segala sesuatu yang dia mampu. Walaupun kebutuhan lain terpenuhi tapi
apabila kebutuhan akan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak
mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawaanya
secara penuh, maka individu akan mengalami kegelisahan,
ketidaksenangan, atau frustasi. Maslow mengemukakan bahwa seorang
musikus harus membuat musik, seorang pelukis harus melukis. Apabila
seorang musikus bekerja sebagai seorang akuntan maka dia akan
mengalami kegagalan dalam memenuhi aktualisasi dirinya (Marmi &
Margiyati, 2013).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keadaan psikologi pada bayi dan anak
a. Perkembangan psikologi pada bayi
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan
setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu.Masa bayi
sering di anggap sebagai keadaan tidak berdaya di mana bayi setiap
hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi
dikenal sebagai anak kecil yang bru belajar berjalan.Sedangkan
anak kecil biasa diasosiasiakan dengan keadaan anak yang sudah
dapat berjalan dan menguasai beberapa keterampilan mandiri.Masa
bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh
masa anak-anak merupakan masa dasar.
Ada beberapa perkembangan pada bayi, yaitu:
1) Perkembangan bicara.
2) Perkembangan sosialisasi.
3) Perkembangan bermain.
b. Perkembangan psikologi pada anak
Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan
kebutuhan kasus, baik, kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi,yaitu;
a. Keluarga.
b. Kematangan.
c. Status sosial ekonomi.
d. Pendidikan.
e. Kapasitas mental.

27
28

3. Masalah-masalah psikologi yang sering terjadi pada anak yaitu;


a. Attsoederention Deficit/ Hipereactivity Disorder (ADHD) Attetion
Deficit/ Hiperactivity Disorder (ADHA)/ Gangguan Pemusatan
Perhatian/ Hiperaktivitas (GPPH).
b. Diseleksia.
c. Gangguan artikulasi.
d. Autisme.
e. Sindrom Asperger.
f. Retardasi mental.
4. Kebutuhan bimbingan psikologi yaitu:
a. Kebutuhan dasar psikologi.
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang.
d. Kebutuhan penghargaan.
e. Kebutuhan kognitif.
f. Kebutuhan estetika.
g. Kebutuhan aktualisasi diri.

B. Saran
Sebaiknya orang tua mengetahui masalah-masalah psikologis pada
anak yang sering terjadi agar dapat memberikan bimbingan yang sesuai
dengan kebutuhan bimbingan psikologinya.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marmi, & Margiyati. (2013). Pengantar Psikologi Kebidanan. Jakarta: Pustaka


Pelajar.

Papalia, Diane E, & Etc. (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana


Predana Media Grup.

Santoso, h. (2012). Cara Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Yudrik, J. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Anda mungkin juga menyukai