Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

RETIKULUM ENDOPLASMA

NAMA KELOMPOK

SITI AHWA AKBAR

MARTHA HERLINDA MEI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Retikulum Endoplasma” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saean yang membangun dari para
pembaca untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang

Di dalam sel pada sitoplasma terdapat membran yang berbentuk pembuluh, gelembung
atau vakuola dan rongga-rongga pipih yang saling berhubungan yang disebut Retikulum
Endoplasma. Retikulum endoplasma merupakan organel yang tidak statis dan dapat dianggap
sebagai salah satu komponen dari suatu sistem dinamik yang mempunyai hubungan dengan
membran plasma dan membran luar selaput inti. Sedangkan organel-organel lain tidak
mempunyai hubungan langsung tapi dapat terjadi interaksi secara langsung atau tidak.
Retikulum endoplasma mempunyai fungsi dalam berbagai sintesis, dapat ditemukan pada sel
eukariotik dan memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut
cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum
Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum
endoplasma meliputi separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata
endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang
berarti “jaringan”).
Pada bagian Retikulum endoplasma tertentu terdapat ribuan ribosom. Ribosom
merupakan tempat dimana proses pembentukan protein terjadi didalam sel. Bagian ini di sebut
Retikulum Endoplasma Kasar atau REK ( Rough endoplasmic reticulum ) yang mengisolir dan
membawa protein tersebut kebagian lainnya. Sedangkan reticulum endoplasma yang tidak
diselimuti oleh ribosom disebut Retikulum Endoplasma Halus atau REH ( smooth endoplasmic
reticulum ) untuk membentuk lemak dan steroid.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok kami akan membahas tentang Retikulum
Endplasma dan Ribosom.

B.    Rumusan Masalah

                 1.      Apa yang dimaksud dengan Retikulum Endoplasma ?

                 2.      Apa yang dimaksud dengan Ribosom ?

                 3.      Bagaimana proses sintesis protein pada ribosom ?

                 4.     Bagaimana hubungan antara retikulum endoplasma, ribosom, dan organel-organel


lainnya?
     C.    Tujuan

   1.      Untuk memahami tentang Retikulum Endoplasma 

   2.      Untuk memahami tentang Ribosom

           3.      Untuk memahami tentang proses sintesis Protein

      4.    Untuk memahami tentang hubungan antara Retikulum Endoplasma, Ribosom, dan Organel-                 
organel lainnya

     D.    Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.         Sebagai bahan informasi bagi para pembaca khususnya mahasiswa biologi

2.         Sebagai salah satu alat penilaian pada mata kuliah biologi sel
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Retikulum Endoplasma

Retikulum berasal dari kata reticular yang berati anyaman benang atau jala. Karena letaknya
memusat pada bagian dalam sitoplasma (endoplasma) dan karena strukturnya sebagian anyaman dan
untuk sebagian besar terdapat dalam endoplasma. Dengan ditemukannya Retikulum Endoplasma ini
sebuah sel tidak lagi dapat di anggap sebagai kantong yang berisi enzim, RNA, DNA, dan larutan-
larutan bahan yang dibatasi oleh membran luar seperti pada bakteri yang primitif. Banyak rongga-
rongga yang dibatasi oleh membran yang bertanggung jawab atas fungsi sel yang vital, di antaranya
pemisahan dan himpunan sistem enzim. Dan maka dari itu disebut disebut sebagai Retikulum
Endoplasma (disingkat RE). Retikulum Endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan pada
semua sel eukariotik baik sel hewan atau pun sel tumbuhan.

Dilihat dari bentuknya, terdapat 3 macam bentuk Retikulum Endoplasma yang berbeda;
·         Bentuk lamelar (kebanyakan), yang terdiri atas susunan sejumlah kantung membran yang pipih.
Ribosom pada membran RE yang berbentuk lamelar tidak merata (asimetri). Membran membentuk
kantung pipih disebut sisternae.
·         Bentuk kantung (vesikular), kebanyakan terdapat REH, ruangan pada retikulum endoplasma yang
berbentuk seperti gelembung-gelembung kecil.
·         Bentuk tubular (pembuluh). Bentuk ini terutama dimiliki oleh REH, berbentuk sebagai pipa pipa kecil
yang saling berhubungan. menunjukkan sifat yang dinamik dari RE dan mempunyai hubungan erat
dengan gerakan membran, pemisahan dan fusi dalam sistem membran (jaringan cytocavitary).

a.      Retikulum Endoplasma pada sel tumbuhan


Pada sel tumbuhan, retikulum endoplasma bertindak sebagai saluran untuk masuknya protein
dalam membran. Ini juga memainkan peran penting dalam biosintesis dan penyimpanan lipid. Ada
sejumlah membran larut, yang berhubungan dengan enzim dan molekul pendamping. Fungsi umum
dari retikulum endoplasma pada sel tanaman yang mensintesis protein dan pematangan. Retikulum
endoplasma pada sel tumbuhan memiliki beberapa fungsi tambahan, yang tidak ditemukan pada sel
hewan. Fungsi tambahan melibatkan sel untuk komunikasi sel antara sel-sel khusus dan juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk protein. Retikulum endoplasma pada sel tanaman
mengandung enzim dan protein struktural, yang terlibat dalam proses Biogenesis badan minyak dan
penyimpanan lipid. Pada tumbuhan, retikulum endoplasma terhubung antara sel-sel melalui
plasmodesmata.

b.      Retikulum Endoplasma pada sel hewan


Pada sel-sel hewan, retikulum endoplasma adalah jaringan kantung, yang memainkan peran
penting dalam manufaktur, pengolahan dan pengangkutan berbagai jenis senyawa kimia untuk
penggunaan di dalam dan di luar sel. Hal ini terhubung ke selubung nukleus berlapis ganda, yang
menyediakan pipa antara inti dan sitoplasma dari sel-sel hewan. Retikulum endoplasma pada sel
hewan adalah organel multifungsi, yang mensintesis membran lipid , protein dan juga mengatur
kalsium intraseluler.

c.       Bentuk Mikroskopis Retikulum Endoplasma


Retikulum endoplasma mempunyai fungsi yang bervariasi, hal ini menyebabkan adanya
variasi secara morfologis. Ada dua macam retikulum endoplasma sebagai berikut :
d.      Retikulum endoplasma kasar ( REK )
Retikulum endoplasma kasar dimana pada membrannya yang menghadap sitosol ditempeli
ribosom , berfungsi untuk sintesis protein yang selanjutnya protein tersebut akan ditranslokasikan
kedalam retikulum endoplasma. Di dalam retikulum endoplasma protein tersebut akan diglikosilasi
dengan menambahkan oligosakarida (berisi kurang lebih 14 residu gula ) kepada protein. Sehingga
terbentuk glikoprotein, selanjutnya akan ditranspor ke badan golgi, lisosom, membran plasma.
Retikulum Endoplasma (RE) memiliki peran anabolik dan protektif.

Peran anabolik yaitu mensintesis kolesterol, hormon steroid, dan asam-asam empedu.

Peran katabolik yakni dapat mengubah atau menetralisir bahan yang bersifat toksik.

Mekanisme kerja antar Retikulum Endoplasma (RE) dan organel lain seperti mitokondria
dapat saling berhubungan. RE kasar  merupakan tempat Penggabungan Protein Membran Integral dan
Lipid Membran. Retikulum endoplasma kasar memiliki daerah yang sebagian besar tidak
mengandung ribosom. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah peralihan, karena dari situlah
dibentuk vesikula-vesikula transpor atau vesikula transisi atau retikulum endoplasma transisi.
Vesikula-vesikula tersebut megandung protein atau lipida yang diangkut secara intraseluler.
Vesikula-vesikula transisi atau vesikula transport berperan mengangkut makromolekul (protein) dari
reticulum endoplasma. Di dalam vesikula transport terdapat protein yang larut yang berasal dari
lumen retikulum endoplasma (protein sekretori) atau protein yang terikat pada membran vesikula
(protein membran). Vesikula-vesikula dapat bergabung dengan membran sasaran dan melepaskan
isinya. Membran vesikula merupakan bagian dari membran sasaran.
Pada saatnya nanti kandungan protein sebagai hasil sintesis akan diangkut ke dalam kompleks
golgi, dengan cara melepaskan dalam gelembung gelembung kecil (mikrovesikel). Mikrovesikel
tersebut sudah tidak memiliki butir-butir ribosom pada permukaan luarnya. Retikulum endoplasma
kasar banyak ditemukan dalam sel-sel kelenjar, terutama pada sel-sel kelenjar yang sedang aktif
mensintesis sekretnya; pada pewarnaan tampak basofil karena banyaknya retikulum endoplasma
kasar. Basofilia yang khas ini disebabkan oleh sejumlah besar partikel-partikel kecil dari
ribonukleoprotein (RNP) disebut ribosom, yang melekat keluar permukaan membran, sesuai dengan
istilah retikulum endoplasma kasar. Elemen karakteristik dari retikulum endoplasma kasar adalah
berupa lembaran tipis yang terdiri dari 2 membran bersatu pada bagian tepi masing masing dan
dibatasi oleh suatu cavite berbentuk kantong yang aplatis ( sakulus ). Letak dan jumlah dari sakulus
bervariasi, tergantung pada jenis sel dan fungsi aktivitasnya.  

e.       Retikulum endoplasma halus ( REH )

Retikulum endoplasma halus, permukaan hyaloplasmiknya tidak mengandung ribosom. Oleh


sebab itu, sering dinamakan retikulum endoplasma agranuler. Retikulum endoplasma halus terutama
terdapat di dalam sel yang memegang peranan penting dalam metabolisme lipida, dan mempunyai
peranan dalam sintesis kolesterol dan metabolisme hormon-hormon steroid dari kolestrol yang terjadi
pada sel sel adrenal bagian korteks. Retikulum endoplasma halus mengandung enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk sintesis lipoprotein, misalnya sel-sel hepatosit. Selain itu, juga mengandung enzim-
enzim yang berperan dalam detoksifikasi, misalnya enzim sitokrom p450.

Retikulm endoplasma halus berfungsi dalam berbagai macam proses metabolisme, termasuk
sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, dan menawarkan obat dan racun yang larut dalam air.
Didalam reticulum endoplasma halus juga terdapat reticulum endoplasma sarkoplasmik. RE
sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan
otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus
mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE
sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.

f.       Fungsi retikulum endoplasma


Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini
berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein.
RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE
halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan
konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein
membran sel. RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan
pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan
proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa
ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot. RE kasar dan RE halus
bersama-sama berfungsi transportasi molekul-molekul dan bagian sel yang satu ke bagian sel yang
lain.
Fungsi retikulum endoplasma antara lain untuk sintesis lipid, lemak, fosfolipid, dan

steroid; mengatur metabolisme karbohidrat dan menghancurkan racun dan obat-obatan di dalam sel
hati; dan menyimpan ion kalsium yang penting untuk kontraksi otot. Selain itu, retikulum endoplasma
juga memiliki fungsi khusus, diantaranya:
a. Detoksifikasi
Retikulum endoplasma selain mngnadung enzim untuk sintesa lipid juga mengandung enzim
detoksifikasi obat-obatan dan metabolit yang tidak larut dalam air. Enzim yang berperan dalam
detoksifikassi adalah sitokrom P450. Adanya enzim ini menjadikan obat-obatan yang tidak larut air
menjadi larut dalam air melalui serangkaian proses kimia sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh lewat
urine.
b. Sintesa lipida
Pada membran retikulum endoplasma menghasilkan hampir semua macam lipida yang dibutuhkan
untuk pembentukan membran yang meliputi fosfolipida dan kolesterol. Fosfolipida yang dihasilkan
akan angkut oleh vesikel transpor ke membran sel, membran aparatus golgi, dan membran pada
lisosom. Sedangkan fosfolipida untuk membran organel yang lain dibawa oleh proetin transfer
fosfolipida.
c. Menghasilkan seramida
Membran retikulum endoplasma menghasilkan seramida yang akan dibawa ke aparatus golgi sebagai
bahan baku untuk sintesis gliko sfingolipida

g.      Struktur dan Komposisi Membran


·         Struktur membran reticulum endoplasma
Pada umumnya membrane RE merupakan model mozaik cair yang terdiri dari lipid dan
protein. Perbedaannya dengan membrane plasma dari ketebalannya, membrane RE lebih tipis dari
membrane plasma. Retikulum Endoplasma sendiri terdiri atas ruangan-ruangan kosong yang ditutupi
dengan membran dengan ketebalan 4 nm (nanometer, 10-9 meter). Membran ini berhubungan
langsung dengan selimut nukleus atau nuclear envelope. Rasio protein terhadap lemak lebih tinggi
dan konsentrasi kolestrol lebih rendah dari membrane plasma. Jumlah protein yang lebih besar
menyebabkan strukturnya lebih stabil dari membrane plasma, oleh sebab itu RE mempunyai sifat
yang kurang cair.
Retikulum endoplasma Sebagian sel eukariotik mengandung retikulum endoplasma tetapi perlu
kita ketahui bahwa jumlah maupun jenisnya bervariasi . misalnya, pada pankreas lebih banyak
mengandung retikulum endoplasma kasar,
sedangkan pada sel-sel epitel sebagian besar kandungannya adalah retikulum endoplasma halus.
Jumlah total pada beberapa sel berbeda pada sel-sel pankreas misalnya sangat rapat dengan retikulum
endoplasma, sedangkan pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi hanya sedikit. Jumlah total dan proporsi
retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus berubah-ubah bergantung pada keadaan
metabolisme sel. Sebagai organel yang termasuk pada sistem membran, dibandingkan dengan
membran sel, maka membran retikulum endoplasma relatif lebih tipis. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan komposisi molekulnya. Pada membran retikulum endoplasma kandungan
proteinnya lebih tinggi daripada lipidnya bila dibandingkan dengan dengan membran sel, sehingga
menyebabkan membran retiukulum endoplasma sifatnya lebih stabil dan kental.

·         Komposisi kimia

Selaput Retikulum Endoplasma dari analisis kimia diperoleh bahwa, selaput retikulum
endoplasma terdiri atas lipida 30% dan protein 70%. Lipida sebagian besar berupa fosfatidilkolin.
Selaput retikulum endoplasma mengandung lebih sedikit glikolipida dan kolesterol daripada selaput
sel. Sedangkan protein selaput retikulum endoplasma umumnya adalah berupa glikoprotein dengan
berat molekul (BM) sekitar 10.000-20.000 dalton. Dengan teknik patah-beku dan sitokimia dapat
diketahui bahwa babarapa diantara protein tersebut merupakan enzim dan rantaian pemindahan
elektron. Enzim yang terdapat di selaput retikulum endoplasma sangat bervariasi, antara lain glukosa-
6-fosfatase atau nukleosida fosfatase dan kosiltransferase. Glukosa-6-fosfatase atau nukleosida
fosfatase yaitu enzim yang berperan dalam metabolisme asam lemak, sintesis fosfolipida dan steroida.
Sedangkan kosiltransferase yaitu enzim yang berperan dalam sintesis glikolipida dan glikoprotein

Isi lumen retikulum endoplasma (RE) merupakan cairan yang mengandung sejumlah holoprotein,
glikoprotein dan lipoprotein. Kandungan lumen RE ini sangat bervariasi seiring dengan jenis sel dan
keadaan fisilogis sel tersebut. Misalnya RE plasmosit (sel plasma) berisi imunoglobulin, RE fibroblas
berisi rantaian protokolagen dan enzim-enzim hidrolase.

h.      Enzim-enzim pada RE

Hasil analisis kimia membran retikulum endoplasma terdapat enzim-enzim dan rantai
molekul-molekul pembawa electron. Berikut ini tabel dari jenis enzim secara terperinci

ENZIM LOKASI PERMUKAAN

Sitokrom b5 Sitoplasma (sitosol)

NADH-sitokrom b5 reduktasa Sitoplasma


NADH-sitokrom c reduktasa Sitoplasma

Sitokrom P 450 (paling banyak) Sitoplasma, lumen

ATP asa Sitoplasma

5’ – nukleotidasa Sitoplasma

Nukleosida pirofosfatasa Sitoplasma

GDP – manosil transferasa Sitoplasma

Nukleosida difosfatasa Lumen

Glukosa – 6 – fosfatasa Lumen

Acetanalide – hidrolizing esterase Lumen

Glukuronidasa Lumen

Banyaknya enzim hidroksilase dalam membran RE menyebabkan hidroksilasi. Hidroksilasi


yang terjadi pada membran sel RE seanding dengan keampuan sel dalam fungsi anabolik dan
protektif. Dalam kaitannya dengan fungsi anabolik dan protektif membran RE mampu mengubah zat
toksik menjadi lebih hidrofil sehingga menjadi lebih mudah disekresikan.

Enzim yang paling banyak pada RE adalah sitokrom P-450 yang terdapat sebanyak 10% dari
protein mikrosom. Enzim-enzim dalam RE mempunyai induktor untuk pengaktifannya. Induktor itu
antara lain adalah 3-metil kolantrene, anaftofalfon, fenobarbital, dan dioxin (2-3-7-8tetrakioro
dibenzo-p-dioxin). Contoh mekanisme induksi yang dilakukan zat-zat y=tersebut pada enzim RE
adalah sebagai berikut: jika fenobarbital diberikan maka aktivitas enzim pada RE kasar akan berubah.
Aktivitas sitokrom p450 reduktase akab meingkat demikian juga dengan sitokrom B5 juga meningkat
meskipun sedikit. Sementara itu akrivotas glukosa-6-fosfatase, ATPase, dan NADH sitokrom B5
reduktase aktivitasnya justru akan meurun.

i.        Hidroksilasi pada RE

Kemampuan membrane RE untuk menghidroksilasi suatu substrat memberi kemampuan


kepada sel dalam fungsi anabolik dan protektif. Secara anabolik berfungsi dalam sintesis kolestrol,
hormone hormone steroid dan asam asam empedu. Dalam reaksi reaksi kimianya RE sering bekerja
sama dengan mitokondria.

Secara protektif, dapat mengubah bahan-bahan yang bersifat toksik baik materi endogen atau
eksogen menjadi lebih hidrofil sehingga mudah larut dalam air yang siap untuk diekresikan. Diantara
materi materi tersebut ialah obat obatan, insketisida, anastetik, bahan bahan yang berasal dari minyak
bumi dan karsinogen. Reaksi kimianya berupa hidroksilasi aromatic, alifatik, N-Dealkilasi, O-
Dealkilasi, deaminasi, sulfosidasi dan N-oksidasi. Dengan demikian retikulum endoplasma berperan
dalam mendetoksifikasi berbagai bahan-bahan toksik yang terdapat di dalam sel.

B.     Ribosom

Dalam pengamatan pada sitoplasma dapat dilihat adanya granula-granula yang banyak sekali
dalam sitoplasma yang mempunyai sifat mengikat zat warna basis.
Granula ini mula-mula dinamakan komponen basofil dari sitoplasma atau Chromophil subtance dan
kemudian juga dinamakan granula palade yang sekarang dikenal dengan Ribosom.

Granier melakukan penelitian ini dan mendapatkan bahwa benda ini mempunyai kaitan erat
dengan kegiatan sel sehingga dinamakan Ergastoplasma. Ternyata kemudian apa yang diketemukan
oleh Granier ini sebenarnya adalah retikulum endoplasma yang pada dindingnya menempel banyak
sekali ribosom.

Di dalam sitoplasma ribosom terdapat dalam dua bentuk, yaitu bebas dalam matriks
sitoplasma dan terdapat menempel pada dinding/membran retikulum endoplasma. Ribosom yang
berada bebas di sitoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan digunakan sendiri
oleh sel yang nantinya akan digunakan untuk pertumbuhan sel dan pembelahan sel. Sedangkan
ribosom yang menempel pada retikulum endoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein
yang akan

dikeluarkan dari sel melalui organel yang mempunyai fungsi sekresi. Adakalanya dalam sitoplasma
dijumpai ribosom yang tersusun berderet dengan satu sama lain dihubungkan oleh semacam benang
halus yang dinamakan Poliribosom dan mempunyai fungsi untuk mengadakn sintesis protein yang
lebih kompleks.

Ribosom dibagi menjadi dua subunit, satu lebih besar daripada yang lain. Mengikat subunit
kecil untuk mRNA, sedangkan mengikat subunit yang lebih besar kepada tRNA dan asam amino.
Ketika selesai membaca mRNA ribosom, kedua subunit terpecah. Ribosom telah diklasifikasikan
sebagai ribozim, karena RNA ribosomal tampaknya paling penting bagi aktivitas transferase peptidil
yang menghubungkan asam amino bersama. Ribosom dari bakteri, archaea dan eukariota (tiga domain
kehidupan di Bumi), memiliki struktur secara signifikan berbeda dan urutan RNA. Perbedaan-
perbedaan dalam struktur memungkinkan beberapa antibiotik untuk membunuh bakteri oleh ribosom
menghambat mereka, sementara meninggalkan ribosom manusia tidak terpengaruh.

Sebagai contoh, apa yang ditemukan oleh Warmer bahwa pada pembentukan hemoglobin di
dalam sel eritroblas, ribosom rata-rata berderet membentuk poliribosom yang masing- masing
mengandung 5 butir ribosom. Hal ini rupanya berguna untuk menggabungkan polipeptid-polipeptid
dari beberapa rantai sehingga terbentuk molekul hemoglobin.

Di atas telah disinggung bahwa fungsi utama ribosom ialah untuk mengadakan sintesis
protein. Dalam melaksanakan tugasnya ini ribosom dikontrol oleh inti sel yang menghasil RNA yang
disebut “mesengger RNA” atau mRNA dan dibantu oleh “transfer RNA“ atau tRNA yang terdapat
dalam ribosom. Kerja sama dari ketiga macam RNA inilah yang akan menentukan jenis, struktur dan
sifat daru protein yang akan disintesis. Mesengger RNA mempunyai susuan molekul hampir sama
dengan DNA karena  mRNA ini merupakan hasil “cetakan” molekul DNA atau mRNA merupakan
bentuk komplementer molekul DNA yang dipakai sebagai polanya. Pembentukan molekul mRNA
dengan menggunakan molekul DNA sebagai polanya dinamakan proses transkripsi yaitu untuk
memindahkan informasi yang berupa kode dengan membutuhkan enzim RNA polimerase. mRNA
yang terbentuk ini kemudian meninggalkan inti sel melewati porinya masuk kedalam sitoplasma

Transfer RNA merupakan kelompok RNA yang terdiri atas molekul kecil yang seperti halnya
mRNA dibuat dalam inti sel dan berfungsi untuk mengenali mRNA sekaligus mengenali asam amino
yang khusus yang sesuai dengan mRNA. Jadi tRNA ini mempunyai fungsi mengikat asam amino
tertentu dan mengikat mRNA kemudian membawanya ke ribosom.

Ribosom RNA merupakan RNA terbanyak dalam sebuah sel dan juga dibuat dalam inti sel
dan kemudian menempati tempatnya dalam riosom. Ribosom sebagai tempat sintesis protein
sekaligus merupakan mesin yang mengatur dan memilih komponen – komponen yang terlibat dalam
sintesis protein. Ribosom pada dasarnya mempunyai dua sub unit yaitu sub unit besar yang akan
mengikat tRNA dan sub unit kecil yang akan mengikat mRNA.
Pada gambar 6.1 menunjukan sebutir ribosom dengan sub unit besar dan kecil yang masing-
masing berhubung/terikat dengan tRNA dan dengan mRNA dan juga dengan asam amino dalam
proses sintesis protein. Ribosom yang menempel pada retikulum endoplasma memasukkan hasil
produksinya kedalam retikulum endoplasma. Sintesis protein dalam ribosom ini akan banyak dibahas
dalam bidang ilmu lain yaitu Biokimia.Diatas telah dikatakan bahwa ribosom mempunyai sifat
mengikat zat warna basis tetapi ternyata pada hasil penelitian dengan menggunakan pewarnaan
Hematoxylen Eosin (H.E) tidak selamanya demikian. Ribosom bebas yang terdapat dalam sel hidup
akan mengikat zat warna basis tetapi pada pewarnaa HE pada sel tumor ribosom tidak mengikat zat
basis. Hal yang sama terjadi pula pada sel-sel yang pertumbuhannya sangat cepats seperti sel-sel
embrio, sel-sel daerah penyembuhan luka dan termasuk juga sel- sel tumor.

\\\\\\

a.      Struktur Ribosom


Ribosom umumnya terdapat di  retikulum endoplasma dan selaput inti, dan sebagian lainnya
terdapat bebas di dalam sitoplasma. Ribosom bertindak sebagai mesin produksi protein dan akibatnya
ribosom sangat melimpah pada sel yang sedang aktif dalam sintesis protein. Sejumlah protein yang
dihasilkan, diangkut ke luar sel. Ribosom eukariot diproduksi dan dirakit di dalam nukleolus.
Ribosom terbentuk globular dengan diameter sekitar 250 sampai 350 nm. Ribosom tersusun
oleh empat jenis RNA ribosom (rRNA) dan hampir 80 protein yang berbeda. Ribosom merupakan
partikel yang padat terdiri dari ribonukleoprotein. Ribosom ada yang tersebar secara bebas di
sitoplasma dan ada yang melekat pada permukaan external dari membran Retikulum Endoplasma.
Ribosom ini adalah organel yang memungkinkan terjadinya sintesa protein. Struktur dari ribosom
memiliki sifat sebagai berikut :
1.      Bentuknya universal, pada potongan longitudinal berbentuk elips.
2.      Pada teknik pewarnaan negatif, tampak adanya satu alur transversal, tegak lurus pada sumbu,
terbagi dalam dua sub unit yang memiliki dimensi berbeda.
3.      Dimensi ribosom serta bentuk menjadi bervariasi. Pada prokariot, panjang ribosom adalah 29 nm
dengan besar 21 nm. Dan eukariot, ukurannya 32 nm dengan besar 22 nm.
4.      Pada prokariot sub unitnya kecil, memanjang, bentuk melengkung dengan 2 ekstremitas,
memiliki 3 digitasi, menyerupai kursi. Pada eukariot, bentuk sub unit besar menyerupai ribosom
E. coli.
Ribosom mampu menyebarkan maupun menyerap electron dengan sangat kuat sehingga
mikroskop electron dapat digunakan secara intensif untuk meniliti ribosom lebih dalam , sebenarnya
selain dengan mikroskop elektron, ribosom dapat diteliti dengan berbagai cara antara lain dengan
defraksi sinar X, sentrifugasi atau pemusingan, maupun dengan imunositokimia. Analisis biokimia
juga bisa dilakukan untuk mengetahui jumlah dan mengidentifikasi protein-protein dalam sub unit
ribosom.

Ribosom ditemukan baik pada sel prokariota maupun eukariota. Pada sel prokariota ribosom
terdapat bebas di sitosol. Sedangkan pada sel eukariota selain terdapat bebas di sitosol juga terdapat di
matriks mitokondria, stroma kloroplas atau menepel pada permukaan membrane retikulum
endoplasma kasar. Hasil penelitian secara biokimia menunjukkan bahwa ribosom sel-sel prokariota
memiliki massa molekul yang lebih kecil jika dibandingkan dengan massa molekul ribosom pada sel
eukariota . Hasil ini didapat dengan analisis sedimentasi.. Selain koefisien Svedberg, laju
pengendapan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu berat molekul, bentuk makromolekul, atau
rakitan, makromolekulnya. Beberapa buah ribosom terkadang berkumpul membentuk lingkaran-
lingkaran kecil disebut polisom. Hasil pengamatan dengan teknik pewarnaan negatif dan pengamatan
dengan mikroskop elektron menghasilkan petunjuk bahwa ribosom terdiri dari dua bagian yang tidak
sama besar.

Ribosom sub unit  kecil, tampilannya mirip embrio yaitu seperti memiliki kepala dan badan
yang dihubungkan dengan leher yang pendek. Leher tersebut

dibentuk dengan takikan (sedikit lekukan) pada  satu sisi dan lekukan yang dalam paa sisi yang lain.
Badannya berbentuk batang yang membengkak. Pada subunit kecil terdapat daerah datar pada satu
sisi bagian ini menempel pada sub unit.

b.      Ultrasentrifugasi telah digunakan untuk mengukur ukuran ribosom dan

komponennya.

Awal proses kemajuan dalam memahami struktur ribosom secara terperinci, tidak datang dari
pengamatan dengan mikroskop elektron tetapi dari analisis komponennya dengan ultrasentifugasi.
Setiap sub unit dicirikan oleh koefisiensi sedimentasi yang dinyatakan dalam unit Svedberg (S).
Ribosom utuh memiliki koefisien sedimentasi 80s untuk eukariot dan 70s untuk bacteria, dan masing-
masing dapat dipecah / dibagi dalam komponennya lebih kecil.
·         Masing-masing ribosom meliputi 2 subunit, pada prokariot sub unit ini 60s dan 40s. Pada bakteria
adalah 50s dan 30s, dengan catatan koefisien sedimentasi tidak additive karena hal terebut tergantung
pada bentuk seperti halnya masa.
·         Subunit terbesar berisi 3 rRNAs pada eukariot ( 285, 5.85 dan 55 rRNAs ) tapi hanya ada 2 pada
bacteria ( 235 dan 53 rRNAs ). Pada bacteria eukariot sepadan dengan 5.8 rRNA termuat dalam 23
rRNA.
·         Subunit ribosom mengandung rRNA tunggal pada kedua tipe organisme, masing-masing sebuah 18s
rRNA pada eukariot dan sebuah 16s rRNA pada bakteria.
·         Kedua subunit berisi berbagai protein ribosomal. Dengan angka-angka yang lebih detail ada pada gbr.
11.10. protein ribosom yang kecil disebut S1, S2 dan seterusnya dan yang besar disebut L1, L2 dan
seterusnya. Hanya ada satu dari masing-masing protein tiap ribosom, kecuali L7, L12 yang ada
sebagai dimer.

Gambar 10.11. Komposisi ribosom pada eukariot dan prokariot. Gambar yang lebih

detail menunjukan type ribosom eukariot dan ribosom E. coli. Variasi diantara perbedaan spesies
berhubungan dengan protein ribosomal.
C.    Proses Sintesis Protein

Proses sintetis atau pembentukan protein memerlukan adanya molekul RNA yang merupakan
materi genetik dalam kromosom, serta DNA sebagai pembawa sifat keturunan. Informasi genetik
pada double helix DNA berupa kode-kode sandi atau kode genetik. Kode-kode sandi tersebut
nantinya akan dibawa atau dicetak untuk membentuk RNA. Informasi berupa urutan kode-kode sandi
pada RNA akan dirangkai menjadi asam-asam amino, peptida, polipeptida, sampai terbentuk protein.
Protein-protein yang terbentuk akan menyusun sebagian besar komponen dalam tubuh. Contoh
protein sebagai komponen penyusun tubuh adalah miosin, aktin, keratin, kolagen, hemoglobin, dan
insulin. Variasi dari 20 asam amino yang ada, dapat membentuk protein yang beda-beda. Oleh karena
itu setiap individu akan mempunyai bermacam-macam protein yang berbeda pula satu sama lain.
Setiap komponen yang berbeda tentunya akan menghasilkan sifat pada individu.
Gambaran proses sintesis secara umum

a.      Tahap Sintesis Protein

pada tahun 1950, Paul Zamecnik melakukan percobaan untuk mengetahui tahapan dan tempat
terjadinya sintesis protein. Paul menginjeksikan asam amino radio aktif ke tubuh tikus dan berhasil
menjelaskan tempat terjadinya sintesis protein yaitu di dalam ribosom. Selanjutnya, penelitian
dilakukan bersama dengan Mahlon dan menyimpulkan bahwa molekul RNA pemindah (RNAt)
berperan dalam sintesis protein.

Tahapan sintesis protein mengikuti aturan dogma sentral dimana informasi genetik
dipindahkan dari DNA ke RNA melalui tahap transkripsi. Selanjutnya dari RNA ke protein melalui
sintesis protein. Sebelum terjadi sintesis protein, DNA pada struktur Nukleosom akan lepas dari
protein histon oleh bantuan kerja Enzim Polimerase. Mekanisme sintesis protein terjadi melalui 2
tahap, yakni transkripsi dan translasi.

1.      Transkripsi

Tahap pertama dari sintesis protein adalah transkripsi. Proses ini berlangsung di dalam inti
sel. Transkripsi merupakan proses sintesis langsung RNA dari DNA. Pada saat inti sel memerintahkan
perlunya sintesis protein, informasi DNA dialihkan melalui RNA pembawa pesan yang disebut RNA
messenger (mRNA). mRNA berisi salinan langsung pasangan basah dari DNA tahap inilah yang
dinamakan transkripsi. Transkrip berarti salinan. Kode genetik disalin dari DNA untuk dibawa keluar
dari nukleus menuju lokasi pembuatan protein di ribosom yang berada di sitoplasma. Urutan basa
nitrogen yang dibawa keluar Nukleus dalam mRNA ini dinamakan sebagai kodon. Dalam proses
transkripsi, banyak proses enzimatik yang terjadi, seperti pemutusan ikatan-ikatan hidrogen pada
rantai DNA serta pembacaan urutan basa nitrogen dan prosesnya mirip dengan duplikasi DNA.

  
Tahap inisiasi transkripsi dimulai dengan pengenalan daerah gen di DNA oleh enzim RNA
polimerase. Daerah ini dinamakan dengan promoter, yakni tempat dimulainya sintesis pasangan DNA
oleh mRNA. Daerah DNA yang disalin hanyalah satu bagian rantai saja yang dinamakan dengan
sense (daerah template) dan rantai yang lainnya dinamakan rantai antisense. Pembacaan DNA oleh
RNA polimerase ini dimulai dari ujung 3' menuju ujung 5' dan tidak pernah sebaliknya. RNA
polimerase akan membuka ikatan double helix pada bagian gen yang dikenali dan kemudian akan
menyalin urutan basa yang ada pada DNA sense (template) sehingga terbentuk DNA baru dari arah
ujung 5' menuju ujung 3'. Proses ini dinamakan dengan elongasi.

Proses transkripsi diakhiri jika gen di daerah rantai template telah selesai dibaca (terdapat
kodon stop). DNA memiliki mekanisme agar RNA polimerase dapat mengenali akhir dari gen dengan
kode basa tertentu, daerah ini dikenal dengan nama terminator. Proses akhir dari transkripsi ini
dinamakan dengan terminasi. Setelah itu, rantai mRNA akan keluar dari DNA menuju ribosom di
sitoplasma.

2.      Translasi

Translasi adalah langkah terakhir dalam sintesis protein dari DNA. Translasi adalah proses
sintesis protein yang disutradarai oleh template mRNA. Selama proses translasi molekul asam amino
dihubungkan bersama dalam bentuk rantai polipeptida yang kemudian akan dilipat menjadi protein.
Ini adalah proses di mana, ribosom sel membentuk protein. Translasi adalah proses di mana,
messenger RNA yang dihasilkan oleh transkripsi yang menafsirkan untuk menghasilkan rantai asam
amino atau polipeptida yang nantinya akan melipat ke protein aktif.

Kita dapat membagi translasi, sintesis rantai polipeptida menjadi tiga tahap : inisiasi, elongasi dan
terminasi.

1.       Inisiasi

Tahap inisiasi dari translasi terjadi dengan adanya mRNA, sebuah tRNA yang memuat asam
amino pertama dari polipeptida, dan dua sub unit ribosom. Pertama, sub unit ribosom kecil
mengikatkan diri pada mRNA dan tRNA inisiator khusus. Sub unit ribosom kecil melekat pada
segmen leader pada ujung 5’(upstream) dari mRNA. Pada arah kebawah tempat pelekatan Ribosom
sub unit kecil pada dari mRNA terdapat kodon inisiasi, AUG yang membawa asam amino metionin,
melekat pada kodon inisiasi.

2.       Elongasi
Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino ditambahkan satu peratu pada asam amino
pertama(metionin)

a.       Pengenalan kodon : kodon mRNA pada tempat A dari ribosom membentuk ikatan hydrogen
dengan anti kodon molekul tRNA yang baru masuk yang membawa asam amino yang tepat.

b.      Pembentukan ikatan peptida : molekul rRNA dari subunit ribosom besar, berfungsi sebagai
ribozim, mengkatalis pembentukan ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida memanjang dari
tempat P keasam amino yang baru tiba di tempat A. pada tahap ini polipeptida memisahkan diri dari
tRNA tempat perlekatannya semula, dan asam amino pada ujung karboksilnya berikatan pada asam
amino yang dibawa oleh tRNA ditempat A.

c.       Translokasi : tRNA ditempat A, sekarang terikat pada polipeptida yang sedang tumbuh, di
translokasikan ketempat P. saat RNA berpindah tempat, antikodonnya tetap berikatan dengan
hydrogen pada kodon mRNA, mRNA bergerak bersama-sama dengan anti kodon ini dan membawa
kodon berikutnya untuk ditranslasi di tempat A. sementara itu tRNA yang tadinya berada pada tempat
P ke tempat E dan dari tempat ini keluar dari ribosom.

3.       Terminasi
Tahap akhir translasi adalah terminasi. Elongasi berlanjut hingga kodon stop mencapai tempat
A di ribosom. Triplet basa yang istimewa ini yaitu UAA, UAG, UGA, tidak mengkode suatu asam
amino melainkan bertindak sebagai sinyal untuk menghentikan transasi. Suatu protein yang disebut
sebagai faktor pelepas langsung mengikatkan diri pada kodon stop ditempat A. faktor pelepas ini
menyebabkan penambahan molekul air, bukan asam amino, pada rantai polipeptida. Reaksi ini
menghidrolisis polipeptida yang sudah selesai ini dari tRNA yang berada ditempat P, melepaskan
polipeptida dari ribosom. Sisa-sisa penyusunan translasi kemudian terpisah-pisah.

Kode Genetik

Kode genetik adalah urutan basa nukleotida DNA dan RNA, kode ini untuk rantai asam
amino. Tiga basa nukleotida untuk asam amino atau mereka kode untuk inisiasi dan terminasi sintesis
protein. Asam amino dihubungkan bersama untuk membentuk protein.

Kode genetik adalah informasi yang dikodekan dengan materi genetik dan diterjemahkan
menjadi protein oleh sel-sel hidup. Decoding ini dilakukan dengan ribosom yang menghubungkan
satu asam amino yang lain menggunakan molekul tRNA. Kode genetik adalah serupa di antara semua
organisme dan dapat dinyatakan dengan 64 jenis.
D.    Hubungan Retikulum Endoplasma, Ribosom, dan Organel-organel lainnya.

Didalam sitoplasma, terdapat sejumlah organel-organel berbatas membran seperti


mitokondria, lisosom, badan golgi, mikrobodi dan inti. Retikulum endoplasma bersama-sama dengan
sistem membran yang lain membentuk suatu jalinan di dalam sel yang disebut jaringan rongga sel
(Cytocavity). Jalinan rongga sel tersebut memisahkan sel menjadi dua kompartemen, yaitu
kompartemen sitoplasma dan kompartemen rongga dalam (intracavity). Dengan satu sisi mengarah ke
sitosol dan sisi yang lain menghadap ke lumen jalinan rongga sel.
Jalinan rongga sel pada umumnya dan reticulum endoplasma pada khususnya membentuk
suatu sistim peradaran didalam sel dan enzim-enzim disebarkan secara meluas untuk aktivitas
katabolisme dan anabolisme. Dengan adanya jalinan rongga sel tersebut, maka substrat-substrat yang
penting dengan cepat mencapai bagian dalam sel dengan cara fusi membran dan gerakkan membran.
Sehingga bahan-bahan yang disintesis dan dirakit dibagian dalam sel dapat dengan cepat diangkut ke
permukaan sel. Bila sistem membran tidak dinamis, maka substrat tidak mampu berdifusi ke enzim-
enzimnya secepat yang diinginkan. Demikian pula bahan-bahan sisa dan bahan pembangun yang
penting tertimbun sehingga mencapai konsentrasi yang tidak berguna.

  ‘’
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :


1.      Retikulum berasal dari kata reticular yang berati anyaman benang atau jala. Karena
letaknya memusat pada bagian dalam sitoplasma (endoplasma) dan karena strukturnya
sebagian anyaman dan untuk sebagian besar terdapat dalam endoplasma. Retikulum
Endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan pada semua sel eukariotik baik sel
hewan atau pun sel tumbuhan. Retikulum endoplasma ini mepunyai bentuk yang berbeda-
beda dan pada dasarnya dibedakan menjadi 3 macam jenis yaitu: Sisterna, tubuler,
vesikuler.
2.      Ribosom adalah komponen sel yang mampu melakukan sintesis protein. Ribosom umumnya
menempel di retikulum endoplasma dan sebagian lainnya terdapat bebas dalam sitoplasma.
Ribosom dibagi menjadi dua subunit, satu lebih besar daripada yang lain. Mengikat
subunit kecil untuk mRNA, sedangkan mengikat subunit yang lebih besar kepada tRNA
dan asam amino.
3.      Proses sintetis atau pembentukan protein memerlukan adanya molekul RNA yang
merupakan materi genetik dalam kromosom, serta DNA sebagai pembawa sifat keturunan.
Tahapan sintesis protein terdari Transkripsi dan Translasi.
4.      Didalam sitoplasma, terdapat sejumlah organel-organel berbatas membran seperti
mitokondria, lisosom, badan golgi, mikrobodi dan inti. Retikulum endoplasma bersama-
sama dengan sistem membran yang lain membentuk suatu jalinan di dalam sel yang
disebut jaringan rongga sel (Cytocavity). Jalinan rongga sel tersebut memisahkan sel
menjadi dua kompartemen, yaitu kompartemen sitoplasma dan kompartemen rongga
dalam (intracavity). Dengan satu sisi mengarah ke sitosol dan sisi yang lain menghadap ke
lumen jalinan rongga sel.
DAFTAR PUSTAKA

Juwono, Achmad Zulfa Juniarto. 2012. Biologi Sel. Buku kedokteran EGC. Jakarta

Fatchiyah,dkk. 2011. Biologi Molekular. Erlangga. Jakarta

Yunita, Oeke. 2013. Harmonisasi Organel dalam Sel. Surabaya : PT Revka Petra Media

Winatasasmita,Djamhur. 1994. Biologi Sel. Universitas Terbuka Press.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai