kedua yakni bahasa yang mudah difahami merupakan sebagai seni memahami
oleh manusia. Dalam hal ini, posisi sebuah teks 4 , sebagai metode 5 , cara
hermes sangat urgen dan penting, sebab berada 6 , menyingkap 7 , kesepahaman 8 ,
segala pesan harus melaluinya, membebaskan 9 , merenungkan 10 dan
konsekuensinya bahwa jika terjadi menangguhkan.11
kesalahan dalam pemaknaan pesan maka Secara umum konsep memahami
dapat berakibat fatal bagi seluruh umat dihubungkan dengan hermeneutik karena
manusia.2 inti hermeneutik adalah memahami atau
Peran hermes tersebut jika dirunut lebih khusus lagi memahami teks.
secara teologis seperti peran rosul sebagai Berbeda dalam khasanah keilmua islam,
utusan tuhan untuk menyampaikan pesan istilah hermeneutik semakna dengan ilmu
dari tuhan kepada umat manusia. Hal tafsir.
tersebut senada dengan kesimpulan yang
telah dibuat oleh Sayyid Hussein Nasr
bahwa hermes adalah representasi dari 4
Hermeneutik sebagai seni mamaknai
Nabi Idris a.s, yaitu manusia pertama merupakan batasan devisnisi yang telah dirintis
oleh Schleiermacher, lihat lebih lanjut dalam
yang telah mengetahui ilmu pengetahuan Nicholes Davey, Unquiet Understanding,
dan teknologi tenun, kesehatan, ilmu gadamaers’s Philosophical Hermeneutikcs, (State
perbintangan dan ilmu yang lainnya. 3 University of new York Press: New York, 2006),
h. 38, F. Budi Hardian, Seni memahami:
Mencoba untuk keluar dari Hermeneutik dari Scheleirmacher sampai Derida,
perdebatan tersebut dan mencoba (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h. 32
5
Pemaknaan hermeneutik sebagai metode
mencari permasalahan inti mengenai ilmiyah yang dikembangkan oleh Dilthey dengan
peran hermes dan metode yang pendekatan ilmu-ilmu sosial-kemanusian, lihat
digunakannya dalam menginterpretasi Otto Friedrich Bollnow, Die Lebensphilosophie,
(Berlin: Springer Verlag, 1958), h. 3
pesan tuhan sebagai bahasa langit (bahasa 6
Cristian Lafont, “Hermmeneutik”, dalam:
induk) dan diinterpretasi kedalam bahasa Hubert L. Dreyfus et.al. (ed), A companion to
bumi (bahasa kedua atau bahasa Heidegger, (blackwell: Oxford, 2005), h. 265.
7
Hans-Christoph askan, “Bultmann, Rudolf
manusia). Berangkat dari permasalahan Karl:, dalam: Christel Dehlinger et.al. (ed),
inilah istilah hermeneuitik dapat diambil Metzler Philosophen Lexikon, (JB. Metzlersche
Verlagbuchhandlung, Stuttgart, 1989), h. 135
hukum universal bahwa hermeneuitik 8
Jean Grondin, Einfuhrung Zu Gadamer,
(Mohr Siebeck, Tubingen, 2000), h. 90
9
F. Budi Hardian, Seni memahami:
2
E. Sumaryono, Hermeneuitik (sebuah Hermeneutik dari Scheleirmacher sampai Derida,
Metode Filsafat), (Yogyakaarta: Penerbit (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h.209
10
Kanisius, 1993), h. 23-24 F. Budi Hardian, Seni memahami:
3
Ahmala, Hermeneutik: Mengurai Hermeneutik dari Scheleirmacher sampai Derida,
Kebuntuan Metode Ilmu-ilmu Sosial, dalam edi (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h.235
11
Mulyono, dkk, Belajar Hermenuitik dari F. Budi Hardian, Seni memahami:
konfigurasi Filosofis menuju Praksis studi islam, Hermeneutik dari Scheleirmacher sampai Derida,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2013), h. 16 (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h.273
4
Sanad, akar kata dari sanat dimana dia berkata: Kami pernah
berasal dari kata dasar sanada- bersama Nabi shallallahu 'alaihi
yasnudu, yang berarti sandaran atau wasallam lalu Beliau dipertemukan
dengan jama'ah. Kemudian Beliau
tempat bersandar, tempat berpegang,
bersabda: "Sesungguhnya diantara
yang dipercaya atau yang sah, sebab pohon ada suatu pohon yang
hadis itu selalu bersandar padanya merupakan perumpamaan bagi
dan dipegangi atas kebenarannya. 19 seorang muslim". Aku ingin
Dengan demikian sanad ialah silsilah mengatakan bahwa itu adalah pohon
matarantai orang-orang yang kurma namun karena aku yang
menghubungkan kepada matan hadis. termuda maka aku diam. Maka
kemudian Nabi shallallahu 'alaihi
Contoh aplikasi matarantai
wasallam bersabda: "Itu adalah pohon
sanad:
kurma".20
rahman jika di telusuri lebih dalam buta dimana penggunaan nalar ijtihad
mirip dengan metode yang diharamkan. Berbeda dengan era
dikembangkan oleh Creswell dalam modern, posisi nalar teramat sentral
metode penelitian campuran (mixed dan istimewa melampaui pembenaran
methods).31 dan bahkan pemutlakan nilai-nilai
Sedangkan pendekatan yang agama. Secara konseptual, metode
beliau tawarkan yaitu pendekatan yang dikembangkan oleh fazlur
historis atau pendekatan sosiologis. 32 rahman dalam rangka
Pendekatan ini sering disebut juga mempertemukan antara peran akal
dengan pedekatan induktif atau dan wahyu. Wahyu sebagai tuntunan
integratif kemudian digabungkan ilahi diturunkan tak lain untuk
dengan pedekatan deduktif, langkah membimbing entitas akal menuju
tersebut dapat dibuat sebuah jalan yang benar sesuai rambu-rambu
pendekatan hibrid dalam memahami Tuhan. Sebaliknya, akal pikiran
sebuah naskah. diciptakan Tuhan menjadi mi’yar
Agenda utama Fazlur Rahman dalam menentukan baik-buruk, suci-
dengan metode tersebut yaitu dalam najis, dan maslahah mafsadah.
rangka evolusi hadis menjadi sunah Setidaknya pandangan seperti ini
yang hidup saat ini. Disinilah peran mengacu pada filsafat hukum islam
akal dalam mengaktualkan makna yang mendasarkan bahwa wahyu
hadis menjadi sangat penting. Tuhan turun tak lain untuk
Sehingga muncul dialog antara akal mendatangkan kemaslahatan dan
dengan teks suci yakni hadis. menentang terjadinya kerusakan (jalb
Kondisi semacam perdebatan al-masha>lih wa dar al-mafa>sid).
antara akal dan wahyu sudah
berlangsung lama dalam khasanah D. Kesimpulan
keilmuan islam. Puncaknya pada Berdasarkan paparan di atas dapat
abad pertengahan penaklukan nalar disimpulkan bahwa hermenutik yang
manusia dibawah otoritas wahyu. dikembangkan Fazlur rahman
Sehingga muncul fenomena taqlid mengadopsi hermeneutik yang
dikembangkan oleh Dilthey, yaitu dalam
31 memahami sebuah teks hadis harus
John w. creswell, Research Design:
qualitative, quantitative, and mixed methods mengacu pada aspek historis, aspek
approaches, (London: Sage Publications, 2009), sosiologis, dan aspek antropologis
h. 203
32
FazlurRahman, Islam dan Modernitas:
masyarakat. Sedangkan metode yang
Tentang Transpoemasi Intelektual, Terj. Ahsin ditawarkan oleh fazlur rahman yaitu
Muhammad, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1984), menggabungkan pola berfikir induktif
h, 330.
10
Daftar Pustaka
Ebrahim Moosa, Introduction dalam fazlur rahman, revival and reform in islam: a
Study of islamic fundamentalism, (Oxford: oneworld Publication, 2000).
Fazlur Rahman, Interpreting The Qur’an, dalam Afkar InQuiry: Magazine of Events
and Ideas, May 1986).
Fazlur Rahman, Islam and Modernity, (Chicago and London: University of Chicago
Press, 1982).
Nurcholis Majid, “Fazlur Rahman dan Rekontruksi Etika al-Qur’an”, dalam Jurnal
Islamika, No. 2, 1993.