Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian penyuluhan pertanian dan artinya

Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah


perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Menurut U.Samsudin S penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha
pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk para petani
dan keluarganya di pedesaan. Menurut A.T. Mosher dalam penyuluhan
terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal).

Penyuluhan pertanian terdiri dari dua kata yang merupakan kata majemuk yaitu
gabungan dari kata "penyuluhan" dan 'pertanian'. Penyuluhan berasal dari kata
'suluh' yang berarti obor atau pemberi terang dalam gelap. Oleh karena itu,
penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha memberi terang atau petunjuk bagi
orang yang berjalan dalam kegelapan. Pertanian berarti penerapan karya manusia
pada alam tumbuhan dan hewan sehingga dapat memperoleh dan menaikkan
produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya sendiri beserta keluarganya
serta bagi lingkungan masyarakat.

Penyuluhan pertanian dari arti katanya adalah usaha untuk memberikan


keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan, dan arah yang harus
ditempuh oleh setiap orang yang berusaha tani agar menaikkan guna, mutu dan
nilai produksinya sehingga lebih bermanfaat.

Arti penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan untuk masyarakat


pedesaan yang bersifat non formal yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahtraan para petani dan keluarganya.
2. Sejarah penyuluhan pertanian

Sejarah Penyuluhan Pertanian di Dunia 

Penyuluhan Pertanian sebagai ilmu, ditandai oleh tulisan William Sewell berjudul:
Suggestions for the Extension of the University pada tahun 1850 (Ban dan
Hawkins, 1985).  Kemudian masuk ke Amerika pada awal abad 20 ketika
Cooperative Extension Services mengembangkan Land Grant College. Tetapi,
menurut sejarah purbakala, kegiatan penyuluhan pertanian sudah dimulai di
lembah Mesopotamia sekitar 1800 tahun sebelum Kristus (Saad, 1990), dan di
China dimulai pada abad ke 6 SM, ditandai dengan catatan tertulis tentang teknik-
teknik esensial dan pertanian pada 535 SM pada masa Dinasti Han (Swanson et al,
1997).  

Pada abad ke 2 SM sampai dengan abad ke 4 Masehi, banyak dijumpai tulisan-


tulisan berbahasa Latin, seringkali disertai dengan gambar-gambar tentang
pengalaman praktek bertani (White, 1977).

Mengutip True (1929), Swanson et al (1984) mengemukakan bahwa akar kegiatan


penyuluhan pertanian dapat ditelusuri bersamaan dengan jaman Renaisans yang
diawali sejak abad 14, yaitu sejak adanya gerakan tentang pentingnya kaitan
pendidikan dengan kebutuhan hidup manusia.

Pada 1304, Pietro de Crescenzi menulis buku teks tentang pertanian dalam bahasa
Latin yang kemudian banyak diterjemahkan dalam bahasa Itali dan Perancis.
Sejak saat itu, kegiatan penulisan buku-buku pertanian semakin banyak
bermunculan. 

Pada abad 17 dan 18, banyak ditulis pustaka tentang pertanian di banyak negara
Eropa. Di Inggris sendiri, sebelum tahun 1800 tercatat sekitar 200 penulis. Dan
pada tahun 1784 di London terbit majalah pertanian yang dipimpin Arthur Young,
sebagai majalah yang tersebar luas di Eropa dan Amerika. Pada pertengahan abad
18, banyak kalangan tuan-tanah (bangsawan) progresif yang mengem-bangkan
kegiatan penyuluhan pertanian melalui beragam pertemuan, demonstrasi,
perkumpulan pertanian,  dimana terjadi pertukaran informasi antara pemilik-tanah
dengan para tokoh-petani.  Hal ini disebabkan karena:

1)  Adanya keinginan belajar tentang bagaimana mengembangkan produktivitas


dan nilai produknya, serta sistem penyakapan dan bagi-hasil yang perlu
dikembangkan.

2)  Adanya perkembangan ilmu pengetahuan modern dalam bidang pertanian,


khususnya penggunaan agrokimia dan ilmu fisiologi-tanaman (Russell, 1966).

Sejarah Penyuluhan Pertanian di Indonesia

Kelahiran penyuluhan pertanian modern, sebenarnya baru dimulai di Irlandia pada


tahun 1847, yaitu sejak terjadinya krisis penyakit tanaman kentang yang terjadi
pada 1845-1851 (Jones, 1982). Modernisasi penyuluhan pertanian secara besar-
besaran, justru terjadi di Jerman pada akhir abad 19, yang kemudian menyebar ke
Denmark, Swis, Hungaria dan Rusia.  Sementara itu, Perancis tercatat sebagai
negara yang untuk pertama kali mengembangkan penyuluhan pertanian yang
dibiayai negara sejak tahun 1879.  Pada awal abad 20, kegiatan penyuluhan
pertanian umumnya masih dilakukan dengan skala kecil-kecil baik yang
diorganisir oleh lembaga/instansi pemerin-tah maupun perguruan tinggi. Tetapi,
seiring dengan perkembangan-nya, organisasi penyuluhan pertanian tumbuh
semakin kompleks dan semakin birokratis.

Kelahiran penyuluhan pertanian ”modern”  disebabkan oleh beberapa kondisi


yang diperlukan bagi kelahiran penyuluhan pertanian,, yang  ditandai oleh
(Swanson et al, 1997):

1)      Adanya praktek-praktek baru dan temuan-temuan penelitian

2)      Kebutuhan tentang pentingnya informasi untuk diajarkan kepada petani

3)      Tekanan terhadap perlunya organisasi penyuluhan


4)      Ditetapkannya kebijakan penyuluhan

5)      Adanya masalah-masalah yang dihadapi di lapangan

Pada perkembangan terakhir, dewasa ini penyuluhan pertanian telah diakui


sebagai suatu sistem penyampaian informasi dan pemberian nasehat penggunaan
input dalam pertanian modern.

Banyak kalangan yang menyebut kelahiran penyuluhan pertanian di Indonesia


bersamaan dengan dibangunnya Kebun Raya Bogor pada 1817.  Tetapi almarhum
Prof. Iso Hadiprodjo keberatan, dan menun-juk tahun 1905 bersamaan dengan
dibukanya Departemen Pertanian, yang antara lain memiliki tugas melaksanakan
kegiatan penyuluhan pertanian sebagai awal kegiatan penyuluhan pertanian di
Indonesia. 

Hal ini disebabkan, karena kegiatan “penyuluhan” sebelum 1905 lebih berupa
pemaksaan-pemaksaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan “tanam-paksa”
atau cultuurstelsel.

Meskipun kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia telah berlang-sung lebih


dari seabad, tetapi kehadirannya sebagai ilmu tersendiri baru dilakukan sejak
dasawarsa 60’an yang dikenalkan melalui Sekolah Pertanian Menengah Atas
(SPMA). Tulisan-tulisan tentang penyuluhan pertanian, masih ditulis dalam
bentuk booklet yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian, yang antara lain
ditulis oleh: Hasmosoewignyo Arifin Mukadas, dan Sukandar Wiriatmadja.
Sedang buku teks tentang penyuluhan yang pertama kali, ditulis oleh Soejitno
pada tahun 1968. 

Pasca sarjana IPB, tempat pertama dibukanya jurusan penyuluhan pertanian

Di lingkungan perguruan tinggi, ilmu penyuluhan pertanian baru dikembangkan


sejak 1976 bersamaan dengan dibukanya jurusan Penyuluhan Pertanian di
Sekolah Pasca Sarjana IPB. Sedang untuk program S1, program studi penyuluhan
dan komunikasi pertanian baru dibuka sejak diberlakukannya Kurikulum Nasional
pada 1998.  Sebelum itu, (di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada) ilmu
penyuluhan pertanian diajarkan dalam mata-kuliah Paedagogiek Penyuluhan
Pertanian.

Di masa kemerdekaan, kegiatan penyuluhan pertanian telah dimulai sejak awal


ditandai dengan dibentuknya Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD)  pada
tahun 1949 yang semakin diintensifkan pada awal Revolusi Hijau pada masa Padi
Sentra. Memasuki era pelak-sanaan BIMAS di tahun 1967,  penyuluhan pertanian
memasukkan perguruan tinggi sebagai bagian organik dari organisasi BIMAS
sejak di tingkat Kabupaten, Propinsi, dan Pusat.

Pada tahun 1984, penyuluhan pertanian di Indonesia melalui proyek penyuluhan


pertanian tanaman pangan (National Food Crps Extens-ion Project) meraih masa
kejayaanya yang ditandai dengan pem-berian penghargaan FAO atas
keberhasilannya mencapai swa-sembada beras.

Memasuki dasawarsa 1990-an semakin dirasakan menurunnya ”pamor”


penyuluhan pertanian yang dikelola oleh pemerintah (Departemen Pertanian).  Hal
ini terjadi, tidak saja karena perubahan struktur organisasi penyuluhan, tetapi juga
semakin banyaknya pihak yang melakukan penyuluhan pertanian (perguruan
tinggi, produsen sarana produksi dan LSM), serta semakin beragam dan
mudahnya sumber-sumber informasi/inovasi yang dapat diakses oleh masyarakat
(petani).

Pada tahun 1995, terjadi perubahan struktur kelembagaan penyuluhan pertanian


melalui pembentukan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) di setiap
Kabupaten. Sayangnya, kinerja lembaga ini banyak dikritik karena kurangnya
koordinasi dengan Dinas-teknis terkait. Kondisi seperti itu semakin diperburuk
oleh bergulirnya era reformasi yang berakibat pada tidak meratanya perhatian
pemerintah Kabupaten terhadap kegiatan penyuluhan pertanian.

Mencermati keadaan seperti itu, sebagai tindak lanjut kebijakan Revitalisasi


Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan pada tanggal 15
Juni 2005 di Purwakarta, pada tanggal 15 Nopember 2006 berhasil diundangkan
Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang
diharapkan dapat memberikan landasan: kebijakan, program, kelembagaan, kete-
nagaan, penyelenggaraan, pembiayaan, dan pengawasan penyuluhan pertanian.

3.Tujuan penyuluhan pertanian

Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu


tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek yaitu sebagai berikut:
1.Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah pada usaha tani yang meliputi perubahan pengetahuan (hal-hal yang
diakui), sikap (mental) dan tindakan petani berserta keluarganya (kebiasaan dalam
melakukan sesuatu) melalui peningkatan pengetahuan, keterapilan dan sikap.
Dengan berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat mengelola
usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran inhern tersebut terdapat proses-proses lain
yang terjadi secara simultan yaitu :
1.Proses komunikasi persuasif yang dilakukan penyuluh dalam memfasilitasi
sasaran (pelaku usaha dan pelaku utama/petani) berserta keluargaanya guna
membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan
pengembangan usaha mereka, komunikasi ini sifatnya mengajak dan menyajikan
alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan tetap pada sasaran.
2. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang”
kepada pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai subyek
dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai obyek sehingga setiap
pelaku usaha dan pelaku utama (laki-laki dan perempuan) memiliki ksempatan
yang sama untuk : berpartisipasi, mengakses teknologi, mengakses sumberdaya,
mengakses pasar dan modal, melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan
keputusan, dan memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil
pembangunan pertanian.
3.Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku
utama dan pelaku usaha). Proses pertukaran informasi secara timbal-balik ini
mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah
berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahanya.

2.Tujuan jangka panjang


Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan
kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani
(better farming), perbaikan usahatani (better bussines), dan perbaikan kehidupan
petani dan masyarakatnya (better living). Untuk mencapai ketiga hal tersebut
maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang menyangkut :
1.       Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi terjalinya
kerjasama dan kemitraan antar stakeholders.
2.      Perbaikan kehidupan masyarakat (better community) yang tercermin dalam
perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat diperlukan
bagi terlaksananya pembangunan pertanian yang merupakan sub-sistem
pembangunan masyarakat (community development)
3.      Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better enviroment) demi
kelangsungan usahataninya. Tentang hal ini, pengalaman menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia secara berlebihan dan tidak
seimbang telaj berpengaruh negetif terhadap produktivitas dan pendapatan petani,
serta kerusakan lingkungan hidup yang lain, yang dikhawatirkan akan mengancam
keberlanjutan (sustainability) pembangunan pertanian itu sendiri.

Prinsip (pedoman dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan


kegiatan) yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu SMART :
a.      Specific (khusus), kegiatan penyuluhan pertanian harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan khusus. Kebutuhan tersebut merupakan prioritas dari
berbagai kebutuhan yang ada. Keprioritasan ini menyangkut kebutuhan yang
urgent (mendesak) dan kebutuhan yang memiliki pengaruh besar dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan lain.
b.      Measurable (dapat di ukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus memiliki
tujuan akhir yang dapat diukur. Tujuan penyuluhan salah satunya adalah
menjadikan perubahan menuju better farming dan better bussiness, berati
keberhasilan penyuluhan ini dapat diketahui dengan peningkatan produksi
usahatani, yang dinyatakan dengan angka. Jika produksi tidak mengalami
peningkatan dibandingkan sebelum dialakukan penyuluhan , maka proses
penyuluhan tersebut perlu dikaji ulang.
c.       Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan), tujuan dari penyuluhan pertanian
tersebut harus mampu dicapai oleh para petani. Penyuluhan dilaksanakan dengan
mendasarkan pada kegiatan-kegiatan atau kebiasaan kebiasaan petani dalam
melaksanakan usahatani, proses penyuluhan tersebut berusaha memperbaiki dan
menghilangkan kebiasaan bertani yang kurang baik atau kurang menguntungkan.
Berkaitan dengan hal tersebut maka paket teknologi tepat guna yang akan
dikomunikasikan atau disebarluaskan kepada petani harus dapat dengan mudah
diterima pateani, demengerti dan dilakukan.
d.      Realistic (realistis), bahwa tujuan yang akan dicapai harus masuk akal, dan
tidak berlebihan sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta/petani.
Program yang dibuat atau direncanakan harus sesuai dengan potensi wilayah dan
kemampuan petani.
e.      Time frame ( memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti
bahwa dalam waktu yang telah ditetapkan maka tujuan yang ingin dicapai dari
penyelenggraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/petani.

Anda mungkin juga menyukai