Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini,Karena anugerah dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah psikososial tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu , kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan…........................................................................................ 22
1.2 Saran….................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan
normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah,
berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh,
merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang
berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang
hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentangkehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
6
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang
yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi,
2000) sedangkan menuru UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
(lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos,
1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
7
2.3 Permasalahan Sosial terkait Kesejahteraan Lansia
Permasalahan
Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
Permasalahan Khusus
8
penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung
kepada pihak lain.
Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan
bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai
penghasilan cukup.
9
oleh suatu batasan tertentu yang sempit , tetapi mempunyai struktur-struktur yang
luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa
untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah seorang perawat memberikan
penjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan asuhan
keperawatan yang akan di berikan kepada lansia .
Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam
terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional
warga usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai
Pinisepuh atau Ketua Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat istiadatnya,
sehingga warga usia lanjut dalam masyarakat ini masih terus memperlihatkan
perhatian dan partisipasinya dalam masalah - masalah kemasyarakatan. Hal ini
secara tidak langsung berpengurah kondusif bagi pemeliharaan kesehatan fisik
maupun mental mereka.
10
Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk
untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.
Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan
bayi, yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut
pandang modern ,tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang
kenyataannya malah merugikan.
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-
penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti
bagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap
mereka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit
diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah
penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC.
1. Definisi
11
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di
rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun puskesmas, yang diberikan
oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan,
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga
keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes,
1993 1b).
12
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan.Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup
klien yang biasanya merokok menjadi tidakmerokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan
yang dianut.Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhankeperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam
bentuk matahari terbit (SunriseModel). Geisser (1991) menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawatsebagai landasan berpikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Pengkajian
adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatanklien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and
Davidhizar, 1995).
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
13
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberhasilan perorangan untuk memepertahankan kesehatannya. Kebersihan
perorangan sangat penting dalam usaha menceggah timbulnya peradangan,
mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat
perhatian.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan
mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,
cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau
sebaliknya. Hal ini penting karena meskipun tidak selalu, keluhan-keluhan
yang dikemukakan atau gejala-gejala yang ditemukan memerlukan perawatan,
tidak jarang para klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan
gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
14
2. Pendekatan psikis
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu
perawat harus selalu menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang
dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang
dideritanya.
Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan
berlanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya
kegairahan keinginan , peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur
dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran
libido.
15
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.
3. Pendekatan social
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan
majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan
penyakit, biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan
kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk
menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya
16
perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar,
agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
4. Pendekatan spiritual
17
ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau
membantu lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang
dianutnya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk
penyusunan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Basford, Lynn & Oliver Slevin. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan :
Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
20