Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi

terutama di negara – negara yang sedang berkembang. Hal tersebut tidak

berbeda dengan yang terjadi di Indonesia dimana anemia masih menjadi

masalah yang belum dapat diatasi hingga saat ini (Rahmawati et al, 2012).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization

(WHO) memperkirakan prevalensi anemia pada ibu hamil di negara maju

adalah 17% dan di negara berkembang adalah 42% (WHO, 2015). Di

Indonesia angka kejadian ibu hamil dengan anemia sebesar 37,1%, yaitu ibu

hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram%, dengan proporsi yang

hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).

Tingginya kejadian anemia ini erat kaitannya dengan faktor kurang asupan

makanan bergizi saat ibu hamil dan kurangnya kesadaran dalam

mengkonsumsi tablet zat besi (Riskesdas, 2013).

Anemia selama kehamilan dapat mengakibatkan kematian maternal,

peningkatan angka kesakitan dan kematian janin serta peningkatan risiko bayi

berat lahir rendah. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar

359 per 100.000 kelahiran hidup. Target global MDGs (Millenium

Development Goals) adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi

102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Infodatin, 2014).

1
2

Faktor – faktor penyebab kejadian anemia adalah defisiensi besi,

perdarahan akut, kurang gizi, malabsorbsi, penyakit – penyakit kronik. Faktor

lain yang dapat menyebabkan anemia dalam kehamilan adalah pengetahuan

ibu, sosial ekonomi, paritas, jarak kelahiran, usia ibu, genetik, kondisi intra

uterin usia, pendidikan, konsumsi Fe dan pola makan. Anemia yang masih

banyak dijumpai pada ibu hamil adalah anemia akibat kekurangan zat gizi

(Dopi et al, 2013).

Umur ibu saat hamil salah satu penyebab terjadinya komplikasi pada

masa hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun,

secara fisik dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat

mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, dimana

pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur

tubuhnya atau takut gemuk. Ibu sering mengurangi makan sehingga asupan

gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia.

Sedangkan pada usia diatas 30 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun,

fungsi rahim mulai menurun, serta mengkatkan komplikasi medis pada

kehamilan sampai persalinan (Junianti, 2012).

Menurut Ninawati (2011), bahwa ibu kejadian anemia ternyata paling

beresiko tinggi pada kelompok umur < 20 tahun dan > 35 tahun. Usia

reproduksi yang sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu

20-35 tahun, karena pada usia ini alat-alat reproduksi sudah cukup matang

dan siap untuk proses kehamilan dan persalinan. Dan pada umur ibu yang

kurang dari 20 tahun merupakan resiko tinggi karena selain alat reproduksi

belum siap untuk menerima hasil konsepsi, secara psikologis belum cukup
3

dewasa untuk menjadi seorang ibu, sedangkan umur diatas 35 tahun

merupakan umur resiko tinggi karena alat-alat reproduksi telah mengalami

kemunduran fungsi (Junianti, 2012).

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi anemia

pada ibu hamil yaitu melalui pemberian zat besi sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat

besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah

merah (hemoglobin). Selama hamil, asupan zat besi harus ditambah

mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat.

Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai

makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat

besi yang lebih banyak (Kemenkes RI, 2016).

Ketidakpatuhan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi dapat

memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena anemia. Sesuai dengan

penelitian Rofiani (2016), bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku ibu

dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada trimester III

kehamilan. Ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi suplemen besi

meningkatkan risiko terjadinya anemia secara signifikan (Fitri, Yuni Pradilla,

2015).

Disamping kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe, pola konsumsi

makan ibu hamil juga berdampak pada anemia. Variasi penyerapan, yang

disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu hamil menyebabkan peningkatan

kebutuhan zat besi, jenis zat besi yang dikonsumsi, dan faktor yang

menghambat dan mempercepat penyerapan zat besi. Ibu hamil mengkonsumsi

pangan pokok, pangan hewani, sayur dan buah dalam jumlah yang tidak
4

memadai berimplikasi pada tidak terpenuhinya kebutuhan energi, protein dan

berbagai mineral yang penting bagi kehamilan seperti besi, iodium dan zink

yang kaya dalam pangan hewani, dan lain-lain. Konsumsi makanan yang

rendah kandungan zat besinya serta faktor yang dapat meningkatkan dan

menghambat absorbsi zat besi menambah resiko terjadinya anemia (Patimah,

2007). Menurut penelitian Wahyuningsih (2013) di Kabupaten Demak, Ada

hubungan bermakna pola makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

BPM Kecamatan Guntur Demak (p = 0,000).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh satyam Prakash dan Khushbu

Yadav (2015) di Nepal menyatakan bahwa sosial ekonomi juga

mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Tingkat sosial ekonomi

terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis

ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ibu hamil yang baik otomatis

akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yang baik pula. Status

gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain

itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan

pemenuhan kebutuhan sehari – hari setelah bayinya lahir (Prakash, Satyam

dan Khushbu Yadav, 2015).

Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan lokasi dan untuk

pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas

makanan ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi yang umum

pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis mengalami

menstruasi setiap bulan. Sumber makanan untuk mencegah anemia umumnya

berasal dari sumber protein yang lebih mahal dan sulit terjangkau oleh
5

mereka yang berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar

resiko anemia pada remaja dan ibu hamil serta memperberat kesakitan pada

ibu dan pada bayi baru lahir. Anemia berperan terhadap tingginya angka

kematian ibu dan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia

kehamilan (Mariza, Ana, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci tahun 2016 dari

sembilan belas Puskesmas, angka kejadian anemia pada ibu hamil yang

tertinggi didapat Puskesmas Siulak Deras sebanyak 39%, urutan kedua adalah

Pukesmas Kemantan sebanyak 19%. Sedangkan pada tahun 2017 angka

kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kemantan mengalami

peningkatan yaitu sebanyak 29,1%.

Hasil survey awal yang dilakukan di salah satu posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Kemantan dari 10 orang ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan Hb terdapat 8 orang yang mengalami anemia dengan rentang

umur ibu pada saat hamil 3 diantaranya usia berisiko. Dari 8 orang ibu hamil

yang anemia dan 5 orang yang mengatakan tidak patuh dalam mengkonsumsi

tablet Fe dengan alasan sering lupa, tidak enak dan merasa mual setelah

minum tablet Fe. Beberapa ibu hamil mengatakan tidak mengatur pola makan

ibu saat hamil dikarenakan terkendala dengan faktor ekonomi.

Beberapa upaya telah dilakukan petugas Puskesmas dalam kegiatan

promosi kesehatan menyatakan telah melakukan berbagai usaha untuk

menurunkan angka kejadian anemia diantaranya dengan melakukan kegiatan

yang meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi bagi ibu

hamil, pencegahan anemia, melakukan deteksi dini ibu hamil / nifas penderita
6

anemia dengan pemeriksaan Hb, dan pemberian tablet multivitamin zat besi.

Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia

pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci

Tahun 2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kemantan

Kabupaten Kerinci tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

– faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi sosial ekonomi ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan konsumsi tablet Fe di

wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017.


7

d. Diketahuinya distribusi frekuensi pola makan pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017.

e. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian anemia zat besi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci

tahun 2017.

f. Diketahuinya hubungan sosial ekonomi dengan kejadian anemia zat

besi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemantan

Kabupaten Kerinci tahun 2017.

g. Diketahuinya hubungan umur ibu dengan kejadian anemia zat besi

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten

Kerinci tahun 2017

h. Diketahuinya hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan

kejadian anemia zat besi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017

i. Diketahuinya hubungan pola makan dengan kejadian anemia zat besi

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kemantan Kabupaten

Kerinci tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Sebagai masukan kepada responden untuk meningkatkan

pengetahuan responden dalam mengetahui faktor apa saja yang

berhubungan dengan kejadian anemia.


8

2. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan dalam

penurunan prevalensi kejadian anemia.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan pada pengelola program untuk penanganan

anemia pada ibu hamil dengan mengetahui faktor penyebab yang

bermakna dengan kejadian anemia zat besi sehingga petugas bisa

mengatasi masalah anemia yang kemudian diimplementasikan di wilayah

kerja puskesmas secara berkesinambungan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan dalam bentuk

penyediaan bahan perpustakaan tentang anemia zat besi.

5. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang

metodologi penelitian dalam melaksanakan penelitian dan penulisan

laporan tugas akhir dengan daftar teori yang telah diperoleh serta sebagai

dasar penelitian guna mengembangkan ilmu pengetahuan.

6. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dan

diharapkan bagi peneliti yang selanjutnya dapat meneliti variabel –

variabel lain dan metode penelitiannya lebih mendalam tentang kejadian

anemia zat besi pada ibu hamil.


9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang faktor – faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017. Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Penelitian ini adalah jenis

penelitian survey analitik dengan desain cross sectional, dimana variabel

independen adalah sosial ekonomi, umur ibu, kepatuhan konsumsi tablet Fe

dan pola makan serta variabel dependennya adalah anemia pada ibu hamil.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah

kerja puskesmas Kemantan Kabupaten Kerinci tahun 2017 sebanyak 68

orang.

Anda mungkin juga menyukai