PENDAHULUAN
1
prosedural sudah dilakukan, pemeriksaan tersebut dilakukan sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku, hasil pemeriksaan
tersebut digunakan untuk standar penggunaan pada inseminasi buatan di
lapangan. Meskipun demikian evaluasi kualitas semen beku di lapangan
belum dilakukan dengan baik. Pada sisi lain masih banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas semen beku itu sendiri antara lain makanan, suhu dan
musim, frekuensi ejakulasi, libido dan faktor-faktor fisik, penyakit,
pengangkutan, umur, herediter, dan gerak badan. Faktor-faktor tersebut
menjadi penting dan oleh sebab itu kegiatan evaluasi semen beku hendaknya
dapat dilakukan secara baik dan terencana.
Penurunan kualitas semen beku akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan inseminasi buatan, faktor penanganan yang baik (handling
straw), yang merupakan faktor terpenting harus diperhatikan agar kualitas
semen tetap terjaga dan masih layak untuk IB. Proses handling straw yang
sangat perlu diperhatikan adalah saat straw di thawing sebelum
diinseminasikan, karena durasi thawing ini sangat berpengaruh terhadap
motilitas semen yang dihasilkan. Selain handling straw, faktor lain yang
dapat menyebabkan penurunan kualitas semen beku adalah jarak
pengangkutan, peralatan dan bahan-bahan, seperti container dan nitrogen cair
yang kurang tersedia dengan baik di lapangan. Motilitas merupakan variabel
paling utama dalam penentuan kualitas semen.
Motilitas yang dikatakan baik adalah sperma yang bergerak secara
progresif. Selain itu motilitas sperma saling terkait dengan persentase mati
sperma, dimana sperma yang dikatakan baik adalah sperma yang memiliki
persentase hidup lebih tinggi, namun pemeriksaan persentase mati sperma ini
belum banyak dilakukan dibandingkan pemeriksaan motilitas. Kedua
indikator ini dapat digunakan untuk menilai kualitas semen beku tersebut
baik atau tidak, umumnya penilaian kedua indikator ini hanya secara
subyektif. Terlebih penilaian kualitas tentang keduanya di luar balai IB belum
dilakukan dengan baik. Di lain pihak kedua parameter ini sangat
mempengaruhi kualitas sperma atau semen beku untuk menunjang
keberhasilan IB yang dilakukan. Penelitian terhadap motilitas dan persentase
2
mati sperma sebagai salah satu faktor penentu kualitas semen beku ini,
diharapkan bisa memberikan informasi tentang kualitas semen beku sapi
Simental yang diproduksi oleh berbagai BIB pada setiap jalur distribusinya.
Dengan populasi yang cukup besar, peternak di Kecamatan Dampit lebih
memilih kawin IB dibandingkan kawin alam.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui SOP dalam melakukan IB.
2. Mengetahui karakteristik peternak dan kriteria akseptor yang layak untuk
di IB.
1.3 Manfaat
1. Peserta dapat mengetahui SOP dalam melakukan IB dengan benar..
2. Peserta dapat mengetahui karakteristik peternak dan kriteria akseptor yang
layak IB didaerah pemahiran.
3
BAB II
PROFIL WILAYAH PELATIHAN
2.2 Kecamatan
Kecamatan Turen merupakan kecamatan yang masuk dalam wilayah
Kabupaten Malang. Kecamatan ini terdiri dari 2 Kelurahan, 15 Desa, 36
Dusun, 168 RW, dan 706 RT. Ibukota Turen beralamat Alamat Jl. Tlogosari
457 Turen Telp. 0341-898606. Letak 112°39’85″ – 112°44’77″ BT dan
8°07’73″ – 8°13’53″ LS. Batas WilayahUtara: Kecamatan Wajak &
Bululawang. Timur: Kecamatan Ampelgading. Selatan: Kecamatan Dampit
& Sumbermanjingwetan. Barat: Kecamatan Gondanglegi. Luas Wilayah
63,90 km² (2,15% luas Kabupaten Malang).
2.3 Desa
Talok adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Turen, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur. Luas Wilayah: 293,575 ha. Jumlah Dusun:
Dusun Talok, Dusun Sidodadi, dan Dusun Kepoh.Batas Wilayah: Utara:
Bengawan Solo. Selatan: Sumengko. Barat: Mlaten. Timur: Brenggolo.
4
2.4 JUMLAH PETUGAS
Jumlah petugas yang ada di UPTD Puskeswan Turen yaitu 2 Dokter Hewan,
2 Paramedik Veteriner dan 4 insmeinator daerah dampit dan turen.
5
BAB III
HASIL KEGIATAN
6
Kurangnya pengetahuan peternak tentang tanda-tanda birahi dimana
peternak baru melapor ke petugas IB hanya pada akhir birahi saja.
B. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dimana peternak ingin memiliki pedet sapi
yang bagus seperti limousine dan simental dengan mengandalkan dengan
kawin suntik (IB). Selain itu, adanya target kelahiran dari besar jumlah
target kawin suntik (IB) membuat peternak dan inseminator semangat dalam
melakukan kawin IB karena bibit yang diberikan oleh pemerintah Gratis
tanpa di bayar sepeser pun. Hal itu juga dilakukan karena mendukung
terwujudnya program peremrintah dimana harus swasembada daging dengan
program UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting).
7
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Hasil kegiatan pemahiran IB dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Peserta dapat mengetahui SOP dalam melakukan IB dengan benar setelah
mengikuti kegiatan pelatihan pemahiran IB di lapangan.
2. Peserta dapat mengetahui karakteristik peternak dan kriteria akseptor yang
layak untuk di IB.
4.2. Saran
Adapun saran dari kegiatan pelatihan pemahiran IB:
1. Dalam menjalankan program IB hendaknya memperhatikan jumlah populasi,
sarana dan prasarana.
2. Peningkatan pengetahuan peternak tentang tanda-tanda birahi yang baik agar
program IB dapat berhasil.
8
BAB V
REFERENSI
9
BAB VI
LAMPIRAN
10
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pemahiran IB. Gambar2. Pemahiran IB.
11
DOKUMENTASI
Gambar 7. Pemahiran IB. Gambar 8. Pemahiran IB.
12
13