Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Sains dan Teknologi Industri Peternakan 2022, 2 (1): 29-35 https://jurnal.umsrappang.ac.

id/jstip
e-ISSN (2775-7889)

JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI INDUSTRI PETERNAKAN

ANALISA POTENSI JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI


POTONG MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Reza Asraa, Muh. Irwanb


a
Prodi Agrotek Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
Jl. Angkatan 45 No. 1 A Telp. (0421) 93308 Lt. Salo-Sidrap-Sul-Sel
b
Prodi Peternakan Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
Jl. Angkatan 45 No. 1 A Telp. (0421) 93308 Lt. Salo-Sidrap-Sul-Sel

Corresponding author : ABSTRAK : Kebutuhan produk peternakan bagi masyarakat mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan daya beli masyarakat dan
rezaasraahmad@gmail.com terbukanya cara pandang masyarakat terhadap peternakan. Namun, peningkatan
kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produk peternakan itu sendiri
terutama yang bersumber dari sapi pedaging yang mengakibatkan kebutuhan daging sapi
masih dipenuhi melalui impor. Salah satu penyebab hal itu terjadi karena faktor pakan
yang belum tersedia secara maksimal Tanpa penyelesaian faktor pakan maka upaya
pengembangan sapi pedaging tidak akan maksimal dan Indoensia pasti akan menjadi
negara importir yang berkepanjangan. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peternak
sapi potong adalah degradasi padang penggembalaan yang berimplikasi terhadap
penurunan produksi pakan ternak. Padahal pakan yang bersumber dari padang
penggembalaan termasuk pakan yang paling murah. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengetahui sebaran luasan sawah
dan produksi jerami di Kabupaten Sidrap dan selanjutnya dikonversi ke dalam satuan
ternak. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan maka diperoleh hasil jumlah luasan sawah
di Kabupaten Sidrap adalah 50097,11 Ha dengan total produksi jerami sebesar
1.502.913.428 kg per tahun dalam kondisi segar (1.265.753.689 kg per tahun dalam
kondisi kering). Berdasarkan hasil pemetaan dengan sistem informasi geografis dan
konversi kebutuhan ternak maka diperoleh hasil bahwa produksi jerami di Kabupaten
Sidrap mampu menyediakan pakan sebesar 221940,16 ST per tahun dalam penggunaan
tunggal dengan nilai konversi 6,25 Kg bahan kering per ST per hari. Meskipun demikian,
penggunaan secara tunggal tidak disarankan karena faktor pembatas pada jerami tersebut.
Kata Kunci: Jerami padi, SIG, Satuan Ternak

ABSTRACT :The need for livestock products for the community has increased along
with the increase in population, increasing purchasing power of the community and
opening up public perspectives on animal husbandry. However, this increase in demand
was not followed by an increase in livestock products, especially those sourced from beef
cattle, which resulted in the demand for beef being met through imports. One of the
causes for this to happen is that the feed factor is not optimally available. Without the
completion of the feed factor, the efforts to develop beef cattle will not be optimal and
Indonesia will definitely become a prolonged importing country. Another problem faced
by beef cattle farmers is the degradation of grazing land which has implications for the
decline in animal feed production. Whereas feed sourced from pastures is the cheapest
feed. This study used a Geographic Information System (GIS) approach to determine the
distribution of rice fields and straw production in Sidrap Regency and then converted
them into livestock units. Based on the mapping, the total area of rice fields in Sidrap
Regency is 50097.11 Ha with a total straw production 1.502.913.428 kg per year
(1.265.753.689 in dry conditions). Based on the results of mapping with geographic
information systems and conversion of livestock needs, the results obtained that straw
production in Sidrap Regency is able to provide feed of 221940,16ST per year in single
use. However, single use is not recommended because of the limiting factor in the straw.
Keywords: Rice Straw, GIS, Livestock Unit

29
Reza Asra, Muh.Irwan/ Analisa potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Melalui
Pendekatan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Sidenreng Rappang.
https://doi.org/10.55678/jstip.v2i1.622

keterbatasan sebagai berikut: (a) Penguasaan


PENDAHULUAN
teknologi pada bidang produksi maupun
Paradigma pembangunan peternakan penanganan pasca panen (b) Kemampuan
adalah terwujudnya masyarakat yang sehat, permodalan peternakan (c) Kualitas sumber
produktif, dan kreatif melalui peternakan yang daya manusia dan (d) Ketersediaan pakan
tangguh berbasis sumber daya lokal. Guna (Suryana, 2000). Dari keempat faktor pembatas
mencapai paradigma tersebut maka dilakukan tersebut, ketersediaan pakan menjadi prioritas
berbagai misi yang meliputi: (1) menyediakan pada era sekarang khususnya untuk sapi
pangan asal ternak, (2) memberdayakan sumber pedaging. Tanpa penyelesaian faktor pakan
daya manusia peternakan / peternak, (3) maka upaya pengembangan sapi pedaging tidak
meningkatkan pendapatan peternakan, (4) akan maksimal dan Indoensia pasti akan
menciptakan lapangan pekerjaan dalam bidang menjadi negara importir yang berkepanjangan.
peternakan (5) melestarikan dan memanfaatkan Degradasi padang penggembalaan
sumber daya alam. Secara keseluruhannya telah merupakan sebuah ancaman yang kini dihadapi
selaras dengan program pembangunan pertanian usaha peternakan sapi pedaging. Penurunan
yaitu membangun ketahanan pangan dan luasan padang penggembalaan terjadi karena
mengembangkan sektor agribisnis. Selanjutnya alih fungsi lahan penggembalaan menjadi lahan
pengembangan di bidang peternakan dilakukan pemukiman, tanaman pangan dan tanaman
melalui strategi pengembangan pilar peternakan industri (Djayanegara, 1999). Sumberdaya alam
utama yaitu pengembangan potensi ternak dan untuk peternakan berupa padang
bibit ternak, pengembangan pakan ternak, serta penggembalaan di Indonesia mengalami
pengembangan teknologi budidaya (Syamsu dan penurunan sekitar 30% (Kasryno dan Syafa’at,
Abdullah, 2009) 2000). Penurunan luasan padang
Pada aspek perbaikan lingkungan, penggembalaan mengakibatkan menurunnya
khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi hijauan pakan yang berdampak pada
pertanian organik, sektor peternakan memiliki ketersediaan pakan sepanjang tahun. Penurunan
potensi dan andil yang besar. Oleh karena produksi pakan pada prinsipnya bertentangan
tuntutan kebutuhan tersebut, kini sektor dengan upaya pengembangan sapi pedaging
peternakan banyak menjadi sumber pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini.
utama masyarakat, terutama yang berada di Kondisi tersebut terus menerus terjadi sampai
pedesaan sebagai penyanggah kebutuhan dengan sekarang. Untuk itu dibutuhkan solusi
masyarakat kota. lain khususnya yang berkaitan dengan
Kebutuhan produk peternakan bagi pemanfaatan sumber daya alam berbasis limbah
masyarakat mengalami peningkatan seiring pertanian sebagai pakan ternak.
dengan peningkatan jumlah penduduk, Penurunan luasan padang penggembalaan
peningkatan daya beli masyarakat dan hampir terjadi pada seluruh wilayah di
terbukanya cara pandang masyarakat terhadap Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Selatan.
peternakan. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan Luas padang penggembalaan di Sulawesi
tersebut tidak diikuti dengan peningkatan Selatan tahun 2003 adalah 235.542 Ha dan
produk peternakan itu sendiri terutama yang mengalami penurunan jika dibandingkan tahun
bersumber dari sapi pedaging. Sejauh ini hanya 1999 seluas 290.184 Ha (BPS, 2004). Ironinya,
telur dan daging ayam yang terbukti dapat penurunan tersebut terus menerus terjadi setiap
diperoleh secara penuh dari produk dalam tahun hingga pada tahun 2018 luasan padang
negeri. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan penggembalaan sisa 105.582,90 Ha (BPS,
kebijakan impor daging guna memenuhi 2018). Kondisi ini diperparah dengan tingkat
kebutuhan daging sapi dalam negeri. Kondisi ini produktifitas padang penggembalaan yang pada
merupakan sebuah ironi di tengah sumber daya umumnya masih rendah karena belum
alam Bangsa Indonesia yang berlimpah. Jika dioptimalkan. Oleh karena itu, teknologi pakan
dikaji lebih dalam, ketidakmampuan produksi dalam pemanfaatan sumber daya alam lain di
dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan luar padang penggembalaan sangat dibutuhkan.
domestik dipengaruhi oleh beberapa

30
Jurnal Sains dan Teknologi Industri Peternakan 2022, 2 (1): 29-35 https://jurnal.umsrappang.ac.id/jstip
e-ISSN (2775-7889)

Jerami padi merupakan salah satu potensi pakan Produksi jerami yang dihitung dalam kondisi
yang belum dimanfaatkan secara maksimal di kering lapangan, tidak dipengaruhi oleh hujan.
daerah sulawesi pada umumnya. Perilaku Parameter yang diukur
Parameter yang diukur dalam
masyarakat membakar jerami padi pasca panen
penelitian ini adalah produksi jerami padi per
di tengah krisis pakan sapi pedaging pada kecamatan se Kabupaten Sidenreng Rappang,
musim kemarau merupakan potret kejadian kapasitas tampung ternak dalam satuan ternak
yang saat ini terjadi. Padahal jika digunakan (ST) berdasarkan bahan kering. Parameter yang
secara benar, jerami padi bisa menjadi pakan diukur dalam penelitian ini adalah produksi
alternatif. jerami padi se Kabupaten Sidenreng Rappang.

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian Kabupaten Sidenreng Rappang atau


Penelitian dilaksanakan di Kabupaten disingkat dengan Kabupaten Sidrap secara
Sidenreng Rappang yang merupakan salah satu administatif adalah bagian dari Provinsi
daerah sentra pengembangan sapi pedaging di Sulawesi Selatan yang berjarak +/- 180 KM dari
Provinsi Sulawesi Selatan dengan total wilayah Pusat Ibu Kota Provinsi yakni Kota Makassar.
1.883,25 km2. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten ini menjadi salah satu daerah sentra
terdiri atas 11 kecamatan dan 105 pertanian dan peternakan khususnya untuk
Desa/Kelurahan. Letak geografisnya berada tanaman padi, ternak ayam petelur dan
pada 3o 43-4o 09 Lintang Selatan dan 119o 41- peternakan sapi. Atas berbagai potensi tersebut,
120o 10 Bujur Timur. Dengan posisi Kabupaten Sidrap juga dikenal sebagai
aksesbilitasnya yang tinggi, memungkinkan penyanggah pangan sumber pertanian dan
Kabupaten Sidenreng Rappang menjadi peternakan di Kawasan Timur Indonesia.
epicentrum Industri Masyarakat dalam bidang Perkembangan usaha peternakan sapi
pertanian dan peternakan pada masa akan potong di tengah degradasi padang
datang. penggembalaan sebagai sumber pakan ternak
Analisis Citra merupakan salah satu masalah dan tantangan
Penelitian ini menggunakan pendekatan besar yang tengah dihadapi peternak di era
Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui sekarang (Irwan et al., 2015). Hal tersebut
luasan sawah per kecamatan. Analisis Sistem menjadi sebuah ancaman yang serius karena
Informasi Geografis dimulai dengan mengambil berimplikasi terhadap produksi pakan yang
data penutupan / penggunaan lahan dalam peta bersumber dari padang penggembalaan yang
rupa bumi indonesia (RBI) skala 1 : 50.000 dikategorikan sebagai pakan paling murah. Oleh
khusus untuk wilayah kajian. Peta penutupan karena itu, pemanfaatan sumber lain sebagai
penggunaan lahan ini kemudia dianalisis di GIS pakan ternak sangat dibutuhkan dengan tetap
dengan menggunakan aplikasi QGIS 3.10 untuk mempertimbangkan biaya yang harus
mengidentifikasi penutupan penggunaan lahan dikeluarkan serta kandungan nutrisi dan batasan
khusus untuk sawah. Hasil dari analisis GIS penggunaannya. Salah satu sumber lain yang
tersebut yakni penggunaan lahan sawah, dapat dimanfaatkan dan telah familiar di
selanjutnya dilakukan survey kemudian kalangan peternak adalah jerami padi. Potensi
dicroscek (komparasi kondisi lapangan) dengan jerami pada hakekatnya sangat besar di
menggunakan confussion matrix (Asra et al., Kabupaten Sidrap berdasarkan sebaran /
2020). Titik survey dilakukan pada 250 titik pemetaannya di lapangan. Adapun luasan lahan
dengan teknik purposive sampling dan tersebut berdasarkan pendekatan analisis sistem
mempertimbangkan akses keterjangkauan. Data informasi geografis (SIG) dapat dilihat pada
yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam gambar1.
tabel confussion matrix dengan tingkat Penentuan luas lahan sawah didahului
keakurasian >85% (Wanget al., 2012). dengan melakukan uji akurasi citra sebagaimana
Menghitung potensi jerami padi yang tersaji pada gambar satu dengan tujuan
Menghitung produksi jerami total untuk menentukan hasil interpretasi yang dapat
dilakukan dengan mengkomparasi data diterima atau tidak. Setelah itu, titik koordinat
penelitian yang telah dilakukan, data statistik, selanjutnya ditentukan untuk dilakukan kroscek
dan cuplikan lapangan. Cuplikan lapangan kecocokannya di lapangan (Asra et al., 2021).
dilakukan hingga diperoleh data representasi Apabila titik yang telah ditentukan sesuai
produksi di Kabupaten Sidenreng Rappang. dengan kondisi lapangan, maka dapat dipastikan
interpretasinya akurat atau dapat diterima.
Untuk melakukan uji akurasi citra, dibutuhkan

31
Reza Asra, Muh.Irwan/ Analisa potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Melalui
Pendekatan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Sidenreng Rappang.
https://doi.org/10.55678/jstip.v2i1.622

+/- 200 titik guna mendapatkan nilai yang bergeser dari ekstensif yang berbasis budidaya
akurat. Hasil overall accuracy dapat dilihat pada ke semi intensif hingga intensif yang berbasis
tabel 1. short time fattening. Adapun konversi luasan
Hasil uji akurasi berdasarkan tabel sawah terhadap produksi jerami di Kabupaten
Confusion Matrix di atas, menunjukkan bahwa Sidrap dapat dilihat pada gambar 3.
nilai overal accuracy sawah dan non sawah Berdasarkan gambar tiga di atas, maka
sebesar 0,86. Apabila nilai tersebut total produksi jerami padi di Kabupaten Sidrap
dipersentasekan, maka nilai akurasinya menjadi adalah 1.502.913 ton per tahun atau
sebesar 86%. Hal ini menujukkan bahwa hasil 1.502.913.428 kg per tahun dalam kondisi segar
klasifikasi tersebut dapat diterima. Hasil yang dikonversi pada rataan produksi per hektar
klasifikasi tersebut sesuai dengan pendapat adalah 12 ton per Ha/Panen dan dipanen
(Wanget al.,2012) yang mengemukakan bahwa sebanyak 5 kali dalam 2 tahun. Rochani (2020)
tingkat keakurasian data dapat diterima harus mengemukakan bahwa kandungan bahan kering
>85%. Berdasrkan hasil tersebut, maka dapat jerami padi adalah 84,22% atau apabila
ditentukan luasan lahan sawah di Kabupaten dikonversi dengan data sebelumnya, maka total
Sidenreng Rappang berdasarkan pada gambar 2. produksi bahan kering di Kabupaten Sidrap
Berdasarkan data pada gambar 2, terlihat adalah 1.265.753.689 kg per tahun. Produksi
bahwa luasan sawah yang paling tinggi berada tersebut tergolong sangat besar untuk
di Kecamatan Watang Pulu dan luasan tersempit mendukung sektor peternakan sapi potong.
berada di Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Aspek lain yang harus diperhatikan dalam
Sidenreng Rappang. Dari hasil tersebut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi adalah
dihitung bahwa total luas sawah di Kabupaten kandungan protein kasar (crude protein).
Sidrap adalah 50.097,11 Ha. Data tersebut Rochani (2020) kembali mengemukakan bahwa
menunjukkan bahwa potensi produksi jerami dalam penelitian ditemukan kandungan protein
sangat besar dalam mendukung sektor kasar pada jerami padi sebesar 4,60% atau
peternakan ruminansia termasuk ternak sapi di setara dengan 58.224.670 kg per tahun di
Kabupaten Sidenreng Rappang. Kabupaten Sidrap.
Potensi produksi jerami yang begitu besar, Potensi jerami sebagai pakan ternak yang
pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai sangat besar, seyogyanya dapat dioptimalkan
pakan ternak alternatif bahkan dapat menjadi pemanfaatannya dalam mendukung usaha
pakan utama pada waktu-waktu tertentu. Hal peternakan sapi potong yang dikelola oleh
tersebut terjadi karena jerami padi dapat rakyat secara mandiri maupun berkelompok.
dimanfaatkan sebagai sumber serat bagi ternak Dukungan pakan minimal untuk memenuhi
ruminansia (Martawidya, 2003). Meskipun kebutuhan bahan kering dalam satuan ternak
demikian, pemanfaatan jerami sebagai pakan (ST). Berdasarkan penelitian yang telah
ternak sapi harus mempertimbangkan imbangan dilakukan, maka dukungan jerami padi di
nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak karena Kabupaten Sidrap terhadap kebutuhan pakan
jerami padi mengandung nutrisi yang rendah bahan kering sapi potong dengan nilaia konversi
serta terdapat zat anti nutrisi di dalamnya. Hal 1 ST adalah 6,25 Kg BK adalah 554.851 ST
ini sesuai dengan pendapat pendapat Mathius (NRC, 2006). Penggunaan jerami padi tanpa
dan Sinurat (2001) yang mengemukakan bahwa perlakuan sebagai pakan tunggal untuk ternak
zat anti nutrisi menjadi salah satu faktor sapi pada prinsipnya sangat tidak dianjurkan
pembatas penggunaan jerami sebagai pakan. karena terdapat faktor pembatas di dalamnya.
selain itu, kecernaan jerami padi juga Diantara faktor pembatas yang dimaksud adalah
tergolong rendah (Van Soest, 2006 ; Sarnklong kualitas jerami yang rendah (Shanahan et al.,
et al., 2010). Meskipun demikian, maksimalisasi 2004). Oleh karena itu, pemanfaatan jerami
pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sebagai pakan sebaiknya didahului dengan
harus dilakukan di Kabupaten Sidenreng pengolahan pakan yang bertujuan untuk
Rappang karena potensinya yang begitu besar. meningkatkan kualitas nutrisinya maupun
Selain itu, pola usaha peternakan sapi potong digestibilitinya secara tunggal maupun
yang dijalankan oleh masyarakat sudah mulai digunakan dalam formulasi ransum.

32
Jurnal Sains dan Teknologi Industri Peternakan 2022, 2 (1): 29-35 https://jurnal.umsrappang.ac.id/jstip
e-ISSN (2775-7889)

Gambar 1. Peta Lokasi Lahan Sawah di Sidrap


Tabel 1. Confusion Matrix
Groundcheck
Tahun 2020 Total
Sawah Non Sawah
Sawah 82 16 100
Klasifikasi
Non Sawah 13 89 100
Total 95 105 200
Overall Accuracy 0,86
Sumber data: Hasil Penelitian tahun 2022

Luas Lahan Sawah (ha)


Wt Sidenreng 7159,09
Wt Pulu 4495,37
Tellu Limpoe 2235,69
Pitu Riawa 6280,06
Pitu Riase 3233,97
Panca Rijang 2326,88
Panca Lautang 5135,34
Maritengngae 6093,06
Kulo 4143,25
Dua Pitue 6029,83
Baranti 2964,58

Gambar 2. Luasan Lahan Sawah di Kabupaten Sidrap


Sumber data: Hasil Penelitian tahun 2022.

33
Reza Asra, Muh.Irwan/ Analisa potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong Melalui
Pendekatan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Sidenreng Rappang.
https://doi.org/10.55678/jstip.v2i1.622

Produksi Jerami Padi (ton/ha)


Wt Sidenreng 85909,04
Wt Pulu 53944,42
Tellu Limpoe 26828,27
Pitu Riawa 75360,73
Pitu Riase 38807,63
Panca Rijang 27922,54
Panca Lautang 61624,08
Maritengngae 73116,76
Kulo 49719,00
Dua Pitue 72357,96
Baranti 35574,94

Gambar 3. Produksi Jerami Padi di Kab. Sidrap (Standar BRS BPS. 2013)
Sumber: Data Hasil Penelitian tahun 2022
KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH
Pemanfatan jerami padi sebagai pakan Ucapan Terima kasih kami sampaikan
ternak sangat berpotensi di Kabupaten kepada Rektor Universitas Muhammadiyah
Sidenreng Rappang (Sidrap). Hal tersebut dapat Sidenreng Rappang, Dekan Fakultas Sains dan
dilihat dari sebaran lahan sawah yang diambil Teknologi, serta Kepala LP3M Universitas
melalui teknologi Geografi Information System Muhammadiyah Sidenreng Rappang atas
(GIS) yang kemudian dicocokkan dengan dukungan yang selama ini diberikan kepada
kondisi lapangan berdasarkan titik sampling. peneliti. Penelitian ini kami persembahkan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di untuk dijadikan sebagai salah satu referensi
lapangan menunjukkan bahwa produksi jerami dalam pemanfaatan jerami padi sebagai pakan
padi di kabupaten tersebut mencapai 1.502.913 ternak sapi potong.
ton per tahun atau 1.502.913.428 kg per tahun
DAFTAR PUSTAKA
dalam kondisi segar. Produksi tersebut setara
dengan 1.265.753.689 kg per tahun Kg bahan Asra, Reza, Muh Faisal Mappiasse, and Andi
kering per tahun atau setara dengan 554.851 ST Ayu Nurnawati. 2020. “Penerapan Model
per tahun jika digunakan secara tunggal dengan CA-Markov Untuk Prediksi Perubahan
nilai konversi 6,25 Kg bahan kering per ST per Penggunaan Lahan Di Sub-DAS Bila
hari. Meskipun demkian, pemanfaatan jerami Tahun 2036.” AGROVITAL : Jurnal Ilmu
padi sebagai pakan tunggal sangat tidak Pertanian 5 (1): 1.
dianjurkan karena memiliki kandungan nutrisi https://doi.org/10.35329/agrovital.v5i1.630
dan digestibility (kecernaan) yang rendah. Oleh Asra, Reza, Andi Ayu Nurnawati, Muh Irwan,
karena itu, dibutuhkan pengolahan pakan and Muh Faisal Mappiasse. 2021.
terlebih dahulu. Produksi jerami yang sangat “Analisis Perubahan Lahan Sawah
tinggi di Kabupaten Sidrap dapat memberikan Berbasis Sistem Informasi Geografis Di
sumbangan protein kasar (PK) sebesar Wilayah Perkotaan Pangkajene Kabupaten
58.224.670 kg per tahun Sidenreng Rappang.” Galung Tropika 9
(December 2020): 286–97.

34
Jurnal Sains dan Teknologi Industri Peternakan 2022, 2 (1): 29-35 https://jurnal.umsrappang.ac.id/jstip
e-ISSN (2775-7889)

Badan Pusat Statistik 2004. Indonesia dalam Provinsi Jawa


Angka 2004. Badan Pusat Statistik, Barat.http://dkpp.jabarprov.go.id/post/603/
Jakarta. www.bps.go.id kupas-tuntas-limbah-jerami-padi-untuk-
pakan-ternak. diakses 22 Februari 2022
Badan Pusat Statistik 2018. Indonesia dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik, Sarnklong, C., Cone, J.W., Pellikaan, W., and
Jakarta. www.bps.go.id Hendriks, W.H. 2010. Utilization of Rice
Straw and Different Treatments to Improve
BRS BPS. 2013. “Berita Resmi Statistik. Badan
Its Feed Value for Ruminants: A Review.
Pusat Statistik”. (Produksi Padi, Jagung,
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 23 (5): 680 – 692.
dan Kedelai Angka Ramalan I Tahun
2013).No.45/07/Th. XVI, 1 Juli 2013. Shanahan, J.F., SMITH., D.H. Stanto, T.L. and
Horn, B.E., 2004. Crop Residues for
Djajanegara A. 1999. Local livestock feed
Livestock Feed.
resources. Didalam: Livestock industries
http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/0
of Indonesia Prioto the Asian Financial
0551.html. [22 Februari 2022]
Crisis RAP Regional Office for Asia and
the Pacific. 29-39 Suryana, 2000, Ekonomi Pembangunan:
Problematika dan Pendekatan, Jakarta:
Irwan, M., Syamsuddih, H., Natsir, A. 2015.
Salemba Empat.
Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik
dalam Mereduksi Kandungan Logam Berat Syamsu, J.A. dan Abdullah, A. 2009. Analisis
Rumput Mulato pada Tanah Pasca Strategi Pemanfaatan Limbah Tanaman
Tambang. Jurnal Sains dan Teknologi. Pangan sebagai Pakan Ruminansia di
Jilid 15 Terbitan 1 Hal. 58-64 Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol. 10 No. 2 Hal. 199-214
Kasryono, F., dan Syafaat, N. 2000. Strategi
Pembangunan Pertanian yang Berorientasi Van Soest, P.J. 1983. Nutrition Ecology of The
Pemerataan di Tingkat Petani, Sektoral dan Ruminant. O & B Books, Inc. Corvalis,
Wilayah. Prosiding Perspektif Oregon
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Wang, S.Q., X.Q. Zheng, and X.B. Zang. 2012.
dalam Era Otonomi Daerah (Penyunting
“Accuracy Assessments of Land Use
I.W. Rusastra et. Al). Pusat Penelitian
Change Simulation Based on Markov-
Sosial Ekonomi Pertanian Badan Litbang
Cellular Automata Model.” Procedia
Pertanian Departemen Pertanian Jakarta
Environmental Sciences 13 (2011): 1238–
Martawidjaja, M. 2003. Pemanfaatan Jerami 45.https://doi.org/10.1016/j.proenv.2012.0
Padi sebagai Pengganti Rumput untuk 1.117.
Ternak Ruminansia Kecil. Wartazoa Vol.
13 No. 3 Tahun 2003
Marthius, I. W., dan Sinurat. A. P. 2001.
Pemanfaatan Bahan Pakan Inkonvensional
untuk Ternak. Wartazoa J. 1(2): 20-31
NRC. 2006. Nutrient Requirements of Small
Ruminants (Sheep, Goats, Cervids, and
New World Camelids). National Academic
Press. Washington, D.C.
Rochani, S. 2020. Kupas Tuntas Limbah Jerami
Padi untuk Pakan Ternak. Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan

35

Anda mungkin juga menyukai