177
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
178
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
zona tropis lembab dengan iklim yang pada sore hari ternak akan kembali ke kandang
cenderung panas, basah (lembab) dengan curah dalam bentuk range tanpa ada pakan tambahan.
hujan yang bervariasi antara satu tempat Data populasi ternak di Kabupaten Jayapura
dengan tempat lainnya. tahun 2016 dan 2017 seperti pada Tabel 1.
Salah satu tujuan Dinas Pertanian Terlihat bahwa untuk ternak besar,
kabupaten Jayapura dalam strategi dan arah populasi sapi potong di Kabupaten Jayapura
kebijakan pembangunan pertanian tahun 2012- lebih besar dibanding ternak lainnya, ini
2017 adalah meningkatkan pemanfaatan dan menunjukkan bahwa sapi potong berpotensi
pelestarian potensi komoditi spesifik lokasi cukup besar untuk dikembangkan. Hal ini
dengan sasarannya adalah meningkatnya didukung juga oleh ketersediaan hijauan pakan,
kawasan sagu budidaya produktif dan dimana kondisi Jayapura perbedaan musimnya
pengembangan pangan spesifik lokasi. Luas kurang jelas sehingga hijauan alam maupun
areal pertanaman sagu di kabupaten Jayapura hijauan yang dibudidayakan cukup tersedia
adalah 347 ha atau 4,95% dari total luas areal dibanding di Kabupaten Merauke yang musim
pertanaman sagu di Papua. Sedangkan kemaraunya lebih lama dibanding musim
kebijakan sub sektor peternakan adalah hujan. Potensi yang ada ini perlu dikelola baik
peningkatan produksi daging dan telur yang dengan memanfaatkan sumberdaya pakan lokal
berdasarkan kesesuaian pengembangan ternak. yang ada selain hijauan sehingga populasi sapi
Pemenuhan kebutuhan daging dan telur di potong di daerah ini dapat ditingkatkan.
kabupaten Jayapura bersumber dari produksi
lokal dan disuplai dari produksi daging antar Profil usaha ternak
pulau untuk memenuhi permintaan konsumen Kelompok tani Karya Bersama dibentuk sejak
yang semakin meningkat. Sampai saat ini tahun 2012 yang beranggotakan 24 orang. Jenis
produksi daging dan telur di kabupaten ternak sapi potong yang dipelihara adalah sapi
Jayapura masih belum mencukupi oleh karena Bali yang merupakan bantuan dari program
tingginya permintaan daging antar kota di Bansos melalui Dinas Peternakan. Pada
Papua juga disuplai dari kabupaten Jayapura. awalnya kelompok mendapat bantuan ternak
Upaya untuk meningkatkan produksi daging di sapi Bali sebanyak 48 ekor, yang terdiri dari
Jayapura melalui penyebaran bibit/bakalan dan betina dewasa 44 ekor dan jantan dewasa 4
penggemukan sapi potong kepada masyarakat ekor. Kondisi saat ini terjadi peningkatan
serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan populasi ternak sapi menjadi 73 ekor yang
hewan dan perlindungan kesehatan bagi terdiri dari betina dewasa 43 ekor, pedet betina
masyarakat veteriner. 15 ekor dan pedet jantan 15 ekor dengan skala
pemeliharaan yang relatif rendah yakni rata-rata
Tabel 1. Populasi Ternak di Kabupaten Jayapura kepemilikan 2-3 ekor/KK.
Tahun 2017 Pada awalnya ternak sapi dipelihara
Populasi (ekor) dalam satu kandang komunal, namun karena
Jenis ternak Peningkatan
2016 2017 kondisi lokasi kandang yang kurang baik
(%)
Sapi potong 14.562 14.825 1,81 sehingga pada saat hujan kandang tergenang
Kerbau 124 96 -22,58 air. Kondisi seperti ini menyebabkan ternak
Kambing 4.018 4.653 15,80 banyak yang stress dan mati, sehingga peternak
Babi 14.724 15.687 6,54 menarik kembali ternaknya dan dipelihara di
Ayam buras 46.463 48.532 4,45 pekarangan rumah dan sebagian di dalam range
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Peternakan yang dibuat masing-masing peternak. Kandang
Provinsi Papua, 2017 komunal milik kelompok yang merupakan
bantuan Dinas Peternakan untuk kondisi
Upaya ini tentunya harus didukung sekarang dibiarkan kosong dan tidak
dengan ketersediaan pakan baik kuantitas dimanfaatkan oleh peternak.
maupun kualitasnya. Pengamatan di lapangan,
sebagian besar sistem pemeliharaan ternak sapi Sistem pemeliharaan
pada masyarakat lokal masih bersifat ekstensif Sistem pemeliharaannya masih secara semi
tanpa ada campur tangan peternak. Pada pagi intensif, ternak dipelihara di pekarangan yang
hari ternak dilepas untuk mencari pakan dan
179
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
cukup luas dan dibuat range ada juga sebagian peternak yang sudah mengandangkan
yang rangenya berada jauh dari tempat tinggal ternaknya.
dekat areal persawahan. Pemberian pakan Sistem pemeliharaan ini tentunya akan
dilakukan hanya sekali yaitu pada sore hari sangat berpengaruh terhadap produksi ternak.
dengan jumlah pemberian rata-rata 5-10 Sariubang et al. (2002) menyatakan bahwa
kg/ekor. Usaha tani yang dominan adalah padi kurangnya ketersediaan pakan merupakan salah
sawah sehingga usaha ternak hanya sebagai satu sebab terjadinya penurunan kualitas dan
sampingan, namun justru sumbangan kuantitas ternak sapi potong. ternak sapi yang
pendapatan terbesar berasal dari ternak. Ternak dipelihara di padangan, pada musim hujan
sapi berfungsi sebagai tabungan yang sewaktu- suplai energi, protein dan mineral melebihi
waktu dapat dijual. Pakan yang diberikan hanya kebutuhan hidup pokok ternak sehingga terjadi
mengandalkan ketersediaan rumput alam pertumbuhan ternak yang signifikan (Bamualim
dengan tambahan rumput gajah yang ditanam dan Wirdahayati, 2002).
di areal pematang sawah, namun dalam Di lain pihak terdapat sumber pakan
pemberiannya belum sesuai dengan kebutuhan alternatif berupa jerami padi yang berlimpah
ternak. Sistem pemeliharaan ternak sapi oleh dan limbah penggilingan padi berupa dedak
peternak pada kelompok tani Karya Bersama tapi belum dimanfaatkan oleh peternak.
disajikan pada Tabel 2. Menurut peternak, ternak sapi tidak mau
mengkonsumsi jerami padi dan dedak,
Tabel 2. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi pada sehingga jerami padi dibiarkan begitu saja
Kelompok Tani Karya Bersama setelah panen sedangkan dedak lebih banyak
Uraian Jumlah Persentase dijual (untuk ternak ayam dan babi) daripada
(orang) (%) digunakan sebagai pakan untuk ternaknya
Dilepas siang malam sendiri. Ada juga sebagian peternak (20%)
12 50,0
dalam range
yang memberikan dedak untuk ternak sapi
Diikat di kebun/samping
10 41,7 hanya sekitar 1 kg/hari dan diberikan hanya
rumah
Dikandangkan sepanjang pada saat panen. Dedak yang ada lebih banyak
2 8,3 dijual daripada diberikan ke ternaknya sendiri
hari
dengan harga per karung 50 kg Rp 160.000 –
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa 170.000, sehingga harga per kg dedak berkisar
sistem pemeliharaan yang dilakukan sebagian Rp. 3.200 – 3.400. Bagi ternak yang dipelihara
besar (50%) dilepas siang malam dalam range, dalam range di pekarangan, air minum
41,7% diikat di kebun atau di samping rumah disediakan, namun ternak yang dipelihara
dan hanya 8,3% yang ternaknya dikandangkan dalam range yang jauh dari tempat tinggal air
sepanjang hari. Hasil kajian yang dilakukan di minum untuk ternak tidak disediakan, ternak
Kabupaten Keerom (Tiro et al., 2016), sistem akan mencari sendiri air minum di sekitar
pemeliharaan ternak sapi sebagian besar range.
(66,67%) ternaknya diikat di kebun atau Selama ini peternak belum memperoleh
samping rumah, 28,57% ternaknya dilepas di informasi maupun pelatihan untuk pemanfaatan
areal kebun kelapa sawit tanpa ada campur jerami padi sebagai sumber pakan serat untuk
tangan peternak dan sebagian kecil (4,76%) ternak, sehingga ada anggapan bahwa jerami
peternak sudah mengandangkan ternaknnya. padi tidak layak untuk diberikan kepada ternak.
Sedangkan sistem pemeliharaan pada Di lain pihak teknologi untuk meningkatkan
kelompok tani Sejahtera Kabupaten Nabire, kualitas nutrisi jerami padi sudah lama
seperti yang dilaporkan Usman et al. (2016), diperkenalkan, sehingga peternak meminta
pemeliharaan ternak dengan sistem ikat pindah untuk bisa mengenalkan teknologi pengolahan
(70%), dilepas siang malam (20%) dan yang jerami padi menjadi pakan ternak ke kelompok
dikandangkan (4,7%). Terlihat bahwa sistem ternak yang ada.
pemeliharaan ternak sapi pada ketiga lokasi
yakni di Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sistem perkawinan
Nabire umumnya sama hanya sebagian kecil Sistem perkawinan yang dilakukan adalah
kawin alam (50%) dan menggunakan
180
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
inseminasi buatan (IB) juga 50%. Menurut days open, walaupun secara umum terdapat
pengakuan peternak, mereka lebih menyukai kecenderungan S/C yang tinggi akan
sistem kawin alam karena tingkat menyebabkan jarak beranak menjadi panjang.
keberhasilannya lebih tinggi dibanding IB. Jarak beranak yang panjang merupakan kendala
Pada sistem perkawinan menggunakan IB, nilai inefisiensi produktivitas sapi potong di
S/C nya di atas 2 bahkan ada yang S/C nya Indonesia (Winugroho, 2002), yang penyebab
sampai 4 sedangkan nilai S/C yang ideal adalah utamanya adalah keterlambatan estrus pertama
1 (Diwyanto, 2015). Nilai S/C yang tinggi ini pasca beranak.
diduga karena deteksi estrusnya yang kurang
tepat atau kualitas semennya yang kurang baik. Mortalitas
Sistem pemeliharaan yang dilepas akan Pada awal pemeliharaan, saat ternak dipelihara
menyulitkan peternak untuk mendeteksi ternak di kandang komunal tingkat kematian pedet
yang sedang estrus sehingga sewaktu di IB sangat tinggi yakni mencapai 70%. Hal ini
kemungkinan waktu estrusnya sudah lewat disebabkan kondisi induk yang stress dan
yang akan berpengaruh terhadap tingkat pakan yang dikonsumsi selama bunting dan
keberhasilan dari IB. Keberhasilan S/C selain menyusui tidak mencukupi kebutuhan induk,
dipengaruhi oleh ketepatan waktu dalam sehingga anak yang dilahirkan kondisinya
pelaksanaan inseminasi, juga dipengaruhi oleh lemah dan bobot lahirnya yang rendah (8-10
kualitas semen yang secara langsung kg) berakibat daya tahan tubuhnya menurun.
dipengaruhi oleh proses penanganan dan Selain itu, menurut peternak, ternak sapi yang
penyimpanannya. Proses penyimpanan semen dipelihara umumnya menderita cacingan
mempunyai pengaruh besar terhadap daya sehingga kondisi ternaknya agak kurus.
hidup spermatozoa dalam straw. Toelihere Kenyataan di lapangan, terlihat bahwa
(1981), menyatakan bahwa semua usaha untuk pemberian pakan yang seadanya saja dimana
mensukseskan pelaksanaan inseminasi buatan hijauan dibuang begitu saja di dalam range
dengan penampungan, perlakuan dan (tidak ada tempat pakan yang disediakan)
pengolahan semen secara sempurna akan sia- memungkinkan terjadi penyebaran penyakit
sia apabila fase terakhir prosedur inseminasi cacingan ini dengan cepat. Pengobatan sudah
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. dilakukan oleh petugas Keswan namun belum
Pemakaian yang tepat dari semen fertil pada dapat menuntaskan permasalahan yang ada.
waktu inseminasi adalah esensial untuk
kesuburan yang tinggi. Hal ini memerlukan Kelembagaan kelompok peternak
deteksi dan pelaporan estrus yang tepat Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 24
sehingga inseminasi dapat dilakukan secara orang dengan struktur organisasi terdiri dari
cermat oleh tenaga terampil, dan hewan betina Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Kelompok
yang sehat dalam kondisi reproduksi yang tani ini dilengkapi dengan kelengkapan
optimal sangatlah penting. administrasi berupa buku tamu dan buku
Nilai S/C yang tinggi secara tidak pencatatan kelahiran. Namun demikian
langsung akan berpengaruh terhadap atau pertemuan rutin tidak pernah dilaksanakan.
calving interval. Di tingkat peternak, jarak Tidak pernah adanya pertemuan rutin salah satu
beranak induk sapi potong mencapai 18-24 penyebabnya karena kesibukan dari ketua
bulan dengan calving rate 40-50%. Pada kelompok yang jarang berada di tempat. Ketua
kondisi yang ideal dengan manajemen kelompok adalah seorang tenaga inseminator
pemeliharaan yang baik, jarak beranak dapat dan pada saat ini tergabung dalam Tim gertak
diperpendek menjadi 12-14 bulan dengan berahi yang merupakan program dari Dirjen
calving rate 70-90% (Diwyanto, 2015). Jarak PKH Kementerian Pertanian.
beranak dipengaruhi oleh post partum mating, Kelompok peternak ini juga merupakan
lama bunting dan S/C, dimana jarak beranak 12 binaan dari Dinas Perkebunan dan Peternakan
bulan adalah waktu yang paling baik secara Kabupaten Jayapura sehingga usaha ternak
ekonomis. Namun menurut Diwyanto et al. berpotensi untuk terus dikembangkan dalam
(2009), panjangnya jarak beranak lebih banyak upaya pengembangan sapi potong kedepannya.
dipengaruhi oleh anestrus post partum dan Pendampingan dilakukan secara keberlanjutan
181
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
dengan inovasi teknologi penyediaan pakan dan dibuat bimbingan teknis pembuatan silase
perkandangan, ditunjang juga oleh peran ketua hijauan sehingga pada saat hijauan berlimpah
kelompok sebagai tenaga inseminator sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama.
pengembangan usaha ternak sapi potong terus Silase adalah pakan ternak yang berbahan dasar
berkembang. rumput atau jerami yang difermentasi selama
beberapa minggu untuk meningkatkan daya
Introduksi teknologi dalam pendampingan simpan dan nilai nutrisi dari rumput segar. Pada
kawasan sapi potong bimbingan teknis ini rumput yang digunakan
Pada kegiatan pendampingan pengembangan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum)
kawasan peternakan sapi potong ini juga sebagai bahan baku, dedak, gula merah sebagai
diterapkan beberapa jenis inovasi paket pengganti molases, EM4 (efective
teknologi Badan Litbang Pertanian seperti pada microorganism) untuk mempercepat proses
Tabel 3. fermentasi, dan alat yang digunakan adalah
Berdasarkan kondisi eksisting, dengan kantong plastik sampah dan terpal. Proses
permasalahan yang ada yakni terbatasnya pembuatan silase dimulai dengan mencacah
hijauan pakan dan dengan potensi yang ada rumput gajah yang masih segar dengan mesin
berupa jerami padi yang belum dimanfaatkan Chopper sehingga berukuran ± 5 cm. Hasil
maka inovasi teknologi yang didemonstrasikan cacahan rumput gajah dihamparkan di atas
pada kegiatan pendampingan pengembangan terpal dan dipercik dengan larutan gula merah
kawasan ternak sapi potong adalah teknologi yang telah dicampurkan EM4 sambil dibolak
pembuatan fermentasi jerami padi. Selain balik agar cairan membasahi semua bagian
demonstrasi inovasi teknologi tersebut juga hamparan. Setelah tercampur rata hamparan
diintroduksi model bank pakan model kembali ditaburi dengan dedak dan
Balitbangtan sehingga jerami padi akan dihomogenkan kembali. Proses terakhir adalah
disimpan dalam bank pakan dan ternak akan memasukan potongan rumput gajah kedalam
merenggut atau mengkonsumsi langsung jerami kantong plastik dan menekan tumpukannya
padi yang ada dalam bank pakan. Model bank agar kedap udara kemudian diikat kuat.
pakan ini akan mengurangi tenaga kerja Bungkusan rumput gajah tersebut disimpan
peternak dalam hal penyediaan pakan untuk ditempat kering dan terhindar dari sinar
ternaknya. matahari langsung selama ± 3 minggu. Ciri-ciri
Seiring berjalannya pendampingan, silase yang baik adalah berbau harum alkohol
terlihat di lapangan bahwa hijauan cukup dan warnanya tidak hitam serta tidak berjamur.
berlimpah pada saat musim hujan dan dibiarkan Hasil pengamatan terhadap performa
sampai tua dan tidak dipanen. Sehingga untuk ternak sebelum dan sesudah pendampingan
mengatasi masalah tersebut disepakati untuk terlihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Penerapan Inovasi Paket Teknologi pada Kelompok Tani Karya Bersama, Kampung Karya Bumi,
Distrik Namlong, Kabupaten Jayapura.
No. Inovasi teknologi Pola pendampingan Tanpa pendampingan
1. Kandang Kandang induk di dalam range + tempat Dilepas
makan dan minum
2. Pakan Hijauan 10% BB (rumput gajah, rumput Hijauan 100%
lapangan, jerami segar, legum rambat) +
dedak 1% BB + garam secukupnya
3. Sistem perkawinan InKA/IB InKA/IB
182
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
Tabel 4. Efisiensi Reproduksi Induk Sapi Potong badan yang setinggi-tingginya dalam waktu
Sebelum dan Sesudah Pendampingan pada relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan
Kelompok Tani Karya Bersama, hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan baik
Kabupaten Jayapura. dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Uraian Sebelum Sesudah
pendampingan pendampingan
SKT induk 2-3 3 – 3,5
KESIMPULAN
Calving 18 - 24 13 - 14
interval Sistem pemeliharaan ternak sapi potong pada
(bulan) kelompok tani Karya Bumi sebagian besar
S/C 2-4 <2 dilepas dalam range dengan pemberian pakan
Berat lahir 15 - 18 20 - 25 hijauan hanya 1 kali/hari, yang berpengaruh
(kg) pada tingkat produktivitas ternak (panjangnya
PBB induk 0,1 – 0,2 0,2 – 0,3 calving interval, nilai S/C tinggi serta bobot
(kg) lahir yang rendah). Pendampingan teknologi
Keterangan : melalui demonstrasi teknologi dan pemanfaatan
SKT : Skor Kondisi Tubuh; S/C : Service per
pakan lokal berpengaruh positif terhadap
conception
produktivitas ternak, terlihat dari calving
interval menjadi lebih pendek, nilai S/C
Perbaikan pakan pada induk dengan
menjadi rendah dan bobot lahir anak lebih
penambahan dedak 1% BB dapat memperbaiki
tinggi serta memperbaiki bobot badan induk
SKT induk menjadi 3 – 3,5 yang merupakan
sapi.
SKT optimun untuk dapat bereproduksi dengan
baik, memperpendek calving interval menjadi
DAFTAR PUSTAKA
13 – 14 bulan dan meningkatkan bobot lahir
pedet dari 15 – 18 kg menjadi 20 – 25 kg serta
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2017.
dapat memperbaiki induk dimana perubahan
Papua dalam Angka. Papua: BPS
bobot badan (PBB) induk tanpa dan dengan
Provinsi Papua.
pendampingan adalah 0,1 – 0,2 kg/ekor/hari
dan 0,2- 0,3 kg/ekor/hari. Bamualim, A.M., dan Wirdahayati, R.B. 2002.
PBB induk sapi pada pola petani tanpa Peternakan di Lahan Kering Nusa
pendampingan relatif rendah, namun dengan Tenggara. Nusa Tenggara Timur: Balai
adanya pendampingan dengan memanfaatkan Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa
pakan lokal yang ada sebagai pakan tambahan Tenggara Timur, 1−120.
dapat meningkatkan PBB induk. Hasil
penelitian Hasan et al. (1990) diperolah Bamualim, A.M., Trisnamurti, B., dan Thalib,
pertambahan bobot badan sapi Bali yang C. 2008. Arah Penelitian Pengembangan
dipelihara di padang penggembalaan rendah Sapi Potong di Indonesia (hal. 4−12)
yakni berkisar 0,05 – 0,10 kg/ekor/hari, dalam Amar, A.L., Husain, M.H., Kasim,
sedangkan menurut Gunawan et al. (1998), sapi K., Marsetyo, Duma, Y., Rusyantono, Y.,
Bali yang dipelihara secara tradisional dengan Rusdin, Damry, dan Sundu, B (Ed).
pakan hijauan berupa rumput-rumputan dan Pengembangan Sapi Potong untuk
hijauan inkonvensional memberikan Mendukung Percepatan Pencapaian
pertambahan bobot badan 0,1 – 0,2 Swasembada Daging Sapi 2008−2010.
kg/ekor/hari. Hal ini terkait juga dengan pakan Prosiding Seminar Nasional, Palu, 24
yang dikonsumsi ternak belum mencukupi November 2008. Kerja Sama antara
kebutuhan ternak untuk berproduksi dengan Universitas Tadulako, Sub Dinas
baik. Retnani et al. (2010), menyatakan bahwa Peternakan dan Dinas Pertanian
pakan merupakan faktor penentu produktivitas Perkebunan dan Peternakan Sulawesi
ternak, sehingga ketersediaan pakan yang Tengah.
berkualitas baik merupakan persyaratan untuk
pengembangan ternak di suatu wilayah. Pakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Papua.
yang diberikan pada ternak sapi penggemukan 2017. Laporan Tahunan Dinas
ditujukan untuk mencapai pertambahan bobot Peternakan Provinsi Papua. Papua:
183
Batseba M.w. Tiro, Petrus A. B., Ghalih P. D. : Teknologi Eksisting Usaha Ternak Sapi …
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Retnani, Y., Kamesworo, S., Khotidjah, L., dan
Papua. Saenab, A. 2010. Pemanfaatan Wafer
Limbah Sayuran Pasar Untuk Ternak
Diwyanto, K., Inouno, I., dan Priyanti A. 2009. Domba. Prosiding Seminar Nasional
Dampak Crossbreeding Terhadap Teknologi Peternakan dan Veteriner,
Kinerja Reproduksi Sapi Potong di 503−510. Pusat Penelitian dan
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Pengembangan Peternakan. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Sariubang, M., Ella, A., Nurhayu, A., Pasambe,
Pertanian. D. 2002. Kajian Integrasi Usaha Ternak
Sapi Potong Dalam Sistem Usaha
Diwyanto, K. 2015. Parameter Terukur Pertanian di Sulawesi Selatan. Wartazoa,
Manajemen Perkawinan/Reproduksi Sapi 12 (1), 24 − 28.
dalam Pendampingan Integrasi Tanaman-
Ternak. Koordinasi Pendampingan Tiro, B.M.W., Usman, dan Nurawaliah, S.
Integrasi Tanaman-Ternak Tanggal 25 2016. Karakteristik dan Sistem
Maret 2015. Bogor: Puslitbangnak Perkawinan Sapi Potong di Kabupaten
Bogor. Keerom, Papua. (Studi Kasus Peternak
Sapi Potong di Distrik Arso Kabupaten
Gunawan, D. P., dan Affandy, L. 1998. Sapi Keerom). Prosiding Seminar Nasional
Bali: Potensi, Produktivitas, dan Nilai Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik
Ekonomi. Yogyakarta: Kanisius. Lokasi. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian,
Hasan, A., A. Ako dan Sudirman. 1990. Badan Litbang Pertanian.
Fattening by Feedlot and Pasture Feedlot
At Body Weight Gain of Bali Cattle. Toelihere, M.R. 1981. Inseminasi Buatan Pada
Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Ternak. Bandung: Angkasa.
Bali: Fakultas Peternakan Udayana.
Usman, B.M.W. Tiro, S. T., dan Bustami.
Mersyah, R. 2005. Desain Sistem Budidaya 2016. Keragaan Usahaternak Sapi Potong
Sapi Potong Berkelanjutan Untuk Pada Kelompok Tani Sejahtera di
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Kabupaten Nabire, Papua. Prosiding
Daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. Seminar Nasional Membangun Pertanian
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Modern dan Inovatif Berkelanjutan
Pertanian Bogor. dalam Rangka Mendukung MEA, 1127 –
1133.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian. 2010. Peraturan Winugroho, M. 2002. Strategi Pemberian
Menteri Pertanian: Pedoman Umum Pakan Tambahan untuk Memperbaiki
Perencanaan Penelitian dan Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal
Pengembangan Pertanian. Jakarta: Litbang Pertanian, 21(1), 19 – 23.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian.
184