Anda di halaman 1dari 9

Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Pujiati Utami

Non Beras Di Kabupaten Banyumas Sulistyani Budiningsih

POTENSI DAN KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN LOKAL SUMBER


KARBOHIDRAT NON BERAS DI KABUPATEN BANYUMAS

Pujiati Utami
Sulistyani Budiningsih
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMP
email: pujiati_utami@uahoo.com

Kata kunci: Abstrak


Bahan Pangan Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi bahan pangan sumber
Lokal, Sumber karbohidrat non beras dan mengetahui ketersediaan bahan pangan sumber
karbohidrat non beras yang ada di Kabupaten Banyumas. Metode penelitian
Karbohidrat,
dilakukan melalui riset deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini
Non Beras
adalah data sekunder yang bersumber dari dinas atau instansi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu BPS Kabupaten Banyumas,
dan Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa di Kabupaten Banyumas terdapat potensi sumber pangan sumber
karbohidrat non beras, yaitu jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Kesesuaian kondisi
lahan dan iklim menjadi pertimbangan utama bagi petani untuk bertanam
jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Lahan kering atau marginal yang terdapat di
Kabupaten Banyumas dapat ditanami oleh salah satu atau bahkan ketiga
tanaman tersebut. Pada tahun 2012 luas panen jagung mengalami penurunan
sebesar 18,28%, ubi kayu menurun 11,64%, tetapi produktivitasnya mengalami
peningkatan menjadi 24,80 ton/ha. Produksi ubi jalar menurun dari 1.622 ton,
menjadi 1.118 ton yang disebabkan oleh penurunan luas panen dan penurunan
produktivitas per hektar
Keywords: Abstract
food, non-rice, This research aims to know the potential of non-rice carbohydrate
potential, sources food material and its availability in Banyumas regency. The research
availability method is done by descriptive research. Data which is used in this research is
secondary data which sourced from the department or agency which is
connected with the investigated problem, namely Banyumas Regency of
Statistical Central Bureau (BPS), and Banyumas regency farming department.
The research result concludes that in Banyumas regency there are plenty of
non-rice carbohydrate sources food materials, they are corn, cassava and sweet
potato. The suitability of land condition and climate become major
considerations of farmer to cultivate those commodities. Dry or marginal land
which is available in Banyumas regency can be cultivated by one or even all of
those plants. In the year of 2012 the extent of corn harvesting experienced a
decreasing as much as 18,28%, the cassava decreased 11,64%, but its
productivity experienced an increasing to 24,80 tons/ha. The production of
sweet potato decreased from 1.622 tons to 1.118 tons which is caused by the
decreasing of harvesting extent and the decreasing of per hectare productivity.

150 Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis UNISNU JEPARA


Pujiati Utami Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat
Sulistyani Budiningsih Non Beras Di Kabupaten Banyumas

Pendahuluan lokal seperti ubi kayu hanya sebesar 36,7


Pangan merupakan komoditi penting persen (Anonim, 2003).
dan strategis, mengingat pangan adalah Lambat laun kebijakan yang
kebutuhan pokok manusia yang hakiki yang cenderung mengarah pada pola pangan
setiap saat di setiap permukiman perlu pokok tunggal (beras) semakin
tersedia, dalam jumlah yang cukup, dengan memberatkan beban pemerintah untuk
mutu yang layak, aman dikonsumsi dan menyediakan beras dalam jumlah yang
dengan harga yang terjangkau oleh selalu mengalami peningkatan seiring
masyarakat. Namun sejak beberapa tahun dengan pertumbuhan penduduk yang
terakhir ini, muncul kerisauan atas meningkat pula. Pada beberapa tahun
menurunnya kemampuan untuk memenuhi kemudian, kebijakan pengembangan
kebutuhan pangan bagi rakyat Indonesia konsumsi pangan diarahkan pada
sendiri, khususnya akan ketersediaan beras pengembangan penganekaragaman
sebagai bahan pangan utama. Swastika et al konsumsi pangan yang diarahkan untuk
(2000) bahkan menyebutkan bahwa laju memperbaiki konsumsi pangan penduduk
produksi beras pada 10 tahun terakhir hanya baik jumlah maupun mutu, termasuk
50% dari laju pertumbuhan penduduk keragaman dan keseimbangan gizinya dan
Indonesia. pengembangan konsumsi pangan lokal baik
Kebijakan pemerintah di nabati dan hewani yang diarahkan untuk
bidang pangan untuk komoditas beras meningkatkan mutu pangan lokal dan
mengakibatkan pola pangan pokok makanan tradisional dengan memperhatikan
masyarakat yang dahulu beragam (beras, standar mutu dan keamanan pangan
ubi, jagung, sagu, pisang, dan lain-lain) sehingga dapat diterima di seluruh lapisan
sesuai dengan potensi dan budaya lokal, masyarakat.
kini mengalami perubahan yang cenderung Pangan lokal adalah pangan yang
ke arah pola pangan pokok tunggal yaitu diproduksi dan dikembangkan sesuai
beras. Hasil dari analisis berdasarkan data dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) budaya setempat. Oleh karenanya jenis,
menunjukkan adanya penurunan konsumsi jumlah dan kualitas produk pangan lokal
pangan lokal (tingkat partisipasi dan tingkat akan sangat tergantung pada kondisi spesifik
konsumsi) terus berlangsung. Tingkat yang ada pada wilayah tersebut. Kondisi ini
konsumsi beras mencapai hampir 100 bukan hanya pada kesesuaian lahan, sifat
persen, sedangkan tingkat konsumsi pangan tanah, iklim dan aspek budidaya yang
mempengaruhi, tetapi juga kondisi sosial,

JDEB Vol. 12 No. 2 Oktober 2015 151


Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Pujiati Utami
Non Beras Di Kabupaten Banyumas Sulistyani Budiningsih

ekonomi dan budaya masyarakat wilayah sumber karbohidrat banyak dibudidayakan


tersebut. Beragam pangan lokal tersebar di oleh petani di wilayah ini, antara lain : padi,
wilayah Indonesia, misalnya jagung, garut, jagung, ketela pohon, ubi rambat. Sebaran
ganyong, gembili, gadung, uwi dan komoditas tanaman pangan tersebut terdapat
singkong (Direktorat Gizi Departemen di hampir seluruh kecamatan (27
Kesehatan RI dalam Astriani et al, 2011). kecamatan). Beberapa kecamatan yang
Suhardi (2008), menyatakan bahwa termasuk dalam lingkup kecamatan kota
pangan lokal mempunyai keunggulan dari (ada 4 kecamatan) memiliki luas tanam yang
segi kualitas, kuantitas dan juga berfungsi relatif kecil dibanding kecamatan lainnya
untuk kelestarian biodiversity dan (BPS Kabupaten Banyumas, 2011).
kelestarian ecosystem. Pangan lokal juga Seiring dengan meningkatnya
biasanya tahan terhadap serangan hama dan jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas,
penyakit, sedikit ketergantungannya ketersediaan akan bahan pangan sumber
terhadap penggunaan pestisida, herbisida, karbohidrat terutama beras dipastikan
fungisida dan juga sedikit meningkat juga, karena masyarakat
ketergantungannya terhadap penggunaan Banyumas yang telah terbiasa
pupuk kimia yang berarti mempunyai nilai mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan
kesehatan yang lebih selain banyak sumber karbohidrat utama. Tetapi dengan
kandungan kalori dan nutrisi lain juga menyempitnya lahan pertanian produktif
lebih sedikit kontaminasi dengan bahan- (sawah) akibat konversi lahan pertanian
bahan kimia. Pangan lokal biasanya juga untuk perumahan, fasilitas umum, industri
sedikit ketergantungannya terhadap dan jasa, produksi beras akan mengalami
penggunaan tambahan gula untuk dapat penurunan. Oleh karenanya sangat
dikonsumsi karena rasa manis dan rasa diperlukan kajian tentang potensi dan
khasnya yang sudah tidak terlalu banyak ketersediaan bahan pangan sumber
ditambahi dengan berbagai rasa sekaligus karbohidrat non beras untuk mengantisipasi
tidak perlu zat pewarna dan zat pengawet terjadinya keterbatasan penawaran beras di
karena mudahnya ketersediaan dan tingkat konsumen.
mudahnya cara menyimpan karena dapat A. Lokasi Penelitian
disimpan langsung di alam. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Banyumas memiliki Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa
sumber keragaman pangan yang cukup Tengah, dengan pertimbangan Kabupaten
tinggi. Beberapa komoditas penting Banyumas memiliki potensi hasil pertanian
pendukung sistem ketahanan pangan tanaman pangan, termasuk didalamnya

152 Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis UNISNU JEPARA


Pujiati Utami Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat
Sulistyani Budiningsih Non Beras Di Kabupaten Banyumas

tanaman pangan sumber karbohidrat non pegawai pada masing-masing instansi yang
beras. ditunjuk sebagai informan kunci (informan
Metode Penelitian key), dan teknik dokumentasi, berupa berupa
Metode penelitian dilakukan melalui catatan, arsip, buku, peta maupun data
riset deskriptif. Metode dasar dalam sekunder lain yang relevan (Arikunto,
penelitian berupa metode analisis deskriptif. 1993).
Menurut Nazir (1999) penelitian deskriptif Teknik Pengolahan dan Analisis Data
bertujuan membuat gambaran secara Analisis yang digunakan adalah
sistematis, faktual dan akurat mengenai analisis deskriptif. Data yang diperoleh
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara dianalisis dengan menggunakan teknik
fenomena yang diteliti, menguji hipotesis, statistik deskriptif seperti : persentase,
membuat prediksi serta mendapatkan makna skoring, mean, tabulasi, dan tampilan grafik.
dan implikasi dari suatu masalah yang Hasil analisis data disajikan dalam bentuk
dipecahkan. uraian deskriptif yang sistematis, logis, dan
Jenis dan Teknik Penentuan Sumber saling melengkapi. Hasil analisis tersebut
Data dapat menggambarkan kondisi potensi dan
Data yang digunakan dalam ketersediaan bahan pangan sumber
penelitian ini adalah data sekunder yang karbohidrat non beras di Kabupaten
bersumber dari dinas atau instansi yang Banyumas selama kurun waktu 5 tahun.
berhubungan dengan masalah yang diteliti, Hasil Penelitian
yaitu BPS Kabupaten Banyumas, dan Dinas Kabupaten Banyumas merupakan
Pertanian Kabupaten Banyumas. Data yang salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa
diperoleh dalam penelitian ini terkait dengan Tengah yang terletak di antara : 1080 39’ 17”
potensi dan ketersediaan bahan pangan lokal - 1090 27’ 15” Bujur Timur, dan 70 15’ 05” -
sumber karbohidrat non beras, yang 70 37’ 10” Lintang Selatan. Kabupaten
meliputi : jenis sumber pangan lokal, jumlah Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan
produksi, besaran luas lahan produktif, berbatasan dengan wilayah beberapa
produktivitas, kesesuaian wilayah dan teknis Kabupaten, yaitu : sebelah Utara dengan
budidaya di tingkat petani. Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang,
Untuk memperoleh data tersebut sebelah Timur dengan Kabupaten
digunakan teknik wawancara atau interview Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan
dengan menggunakan instrumen penelitian Kabupaten Kebumen, sebelah Selatan
berupa kuesioner atau daftar pertanyaan dengan Kabupaten Cilacap dan sebelah
terstruktur yang disampaikan kepada

JDEB Vol. 12 No. 2 Oktober 2015 153


Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Pujiati Utami
Non Beras Di Kabupaten Banyumas Sulistyani Budiningsih

Barat dengan Kabupaten Cilacap dan juga naik sebesar 30.302 ton yang juga
Kabupaten Brebes dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas
Wilayah Banyumas seluas 132.758 Ha per hektar.
sekitar 4,08% dari luas wilayah Propinsi Dalam budidaya padi, dikenal juga
Jawa Tengah (3.254.000.000 Ha). Dari budidaya padi ladang. Budidaya ini
wilayah seluas 132.758 Ha, yang merupakan dilakukan pada lahan pertanian kering
lahan sawah sekitar 32.292 Ha atau sekitar seperti ladang atau tegal yang tidak memiliki
24,32% dari wilayah Kabupaten Banyumas saluran irigasi, sehingga pemenuhan
dan sekitar 6.383 Ha merupakan sawah kebutuhan air sangat bergantung pada air
tadah hujan. Sedangkan yang 75,68% atau hujan. Walaupun jumlah luas panen,
sekitar 100.466 Ha adalah lahan bukan produksi dan produktivitasnya tidak sebesar
sawah, dimana 51.798 Ha merupakan lahan padi sawah, padi ladang dapat menjadi
pertanian bukan sawah dan 48.668 Ha lahan alternatif pola usaha tani budidaya padi yang
bukan pertanian. sampai sekarang ini masih menjadi
Kondisi tanah sebagian besar adalah kebutuhan pangan sumber karbohidrat yang
tanah yang tingkat kesuburannya tinggi, banyak dikonsumsi, khususnya oleh
terutama di daerah yang topografinya datar, masyarakat Kabupaten Banyumas.
dengan kandungan bahan organik di dalam Di Kabupaten Banyumas, sumber
tanah antara 4,10 – 5,28 % dan ketersediaan karbohidrat non beras yangsangat mudah
hara nitrogen (N) antara 0,135 – 0,185, dijumpai dari tingkat produsen (petani)
fosfor (P2O5) antara 0,844 –1,563 dan sampai ke tingkat konsumen (rumah tangga)
kalium (K) antara 0,59 – 8,40. Jenis terutama di pedesaan adalah jagung,
tanahnya adalah aluvial yang mempunyai ubikayu dan palawija. Beberapa jenis umbi-
tekstur lempung berpasir agak kasar, umbian lokal lainnya seperti talas, uwi,
strukturnya gembur dan mempunyai garut, ganyong sudah sangat sulit dijumpai
drainase yang baik. Tanah jenis ini sangat di tingkat petani maupun rumah tangga.
sesuai untuk budidaya tanaman pangan, Tidak ada petani yang menanam jenis umbi
hortikultura dan perkebunan. tersebut secara intensif. Pola dan selera
Kabupaten Banyumas merupakan konsumen rumah tangga juga telah banyak
salah satu penyandang pangan nasional di berubah dalam konsep permintaannya.
wilayah propinsi Jawa Tengah. Pada tahun Jagung
2012 luas panen padi sawah sebesar 61.677 Di Kabupaten Banyumas, budidaya
hektar atau naik 359 hektar dibandingkan jagung banyak diusahakan pada lahan
tahun sebelumnya, sehingga produksinya kering atau tegal. Tidak semua jangung yang

154 Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis UNISNU JEPARA


Pujiati Utami Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat
Sulistyani Budiningsih Non Beras Di Kabupaten Banyumas

dibudidayakan untuk pemenuhan kebutuhan berdebu adalah yang terbaik untuk


pangan sumber karbohidrat bagi pertumbuhan.
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, Tanaman jagung memerlukan aerasi
tetapi lebih banyak dimanfaatkan untuk dan drainase yang baik sehingga perlu
bahan campuran atau komposit pada pakan penggemburan tanah. Pada umumnya
ternak. Walaupun demikian, upaya untuk persiapan lahan untuk tanaman jagung
terus memperkenalkan jagung sebagai dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15-
sumber karbohidrat non beras terus 20 cm, diikuti dengan penggaruan tanah
dilakukan baik oleh pihak pemerintah sampai rata. Ketika mempersiapkan lahan,
maupun swasta. Beragam kegiatan sebaiknya tanah jangan terlampau basah
penyuluhan, sosialisasi, percontohan atau tetapi cukup lembab sehingga mudah
demo, pelatihan dan lain-lain diarahkan dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis
untuk semakin mengenalkan produk olahan tanah berat dengan kelebihan, perlu
jagung sebagai pengganti beras. dibuatkan saluran drainase.
Tabel 1. Dari semua unsur hara yang
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata
diperlukan tanaman yang paling banyak
Produksi Jagung di Kabupaten
Banyumas Tahun 2008 – 2012 diserap tanaman adalah unsur Nitrogen (N),
Tahun Luas Produksi Rata-rata
fosfor (P) dan kalium (K). Nitrogen
Panen (ton) produksi
(ha) (ton/ha) dibutuhkan tanaman jagung selama masa
2008 3.597 17.734 4,93 pertumbuhan sampai pematangan biji.
2009 3.603 17.478 4,85
2010 3.089 14.208 4,60 Tanaman ini menghendaki tersedianya
2011 3.971 22.931 5,77 nitrogen secara terus menerus pada semua
2012 3.224 18.612 5,77
Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan stadia pertumbuhan sampai pembentukan
Kehutanan Kabupaten Banyumas, biji. Kekurangan nitrogen dalam tanaman
2013
Jagung tidak memerlukan persyaratan walaupun pada stadia permulaan akan
tanah yang khusus. Agar supaya dapat menurunkan hasil. Tanaman jagung
tumbuh optimum tanah harus gembur, subur membutuhkan pasokan unsur P sampai
dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat stadia lanjut, khususnya saat tanaman masih
ditanami jagung antara lain andosol, latosol, muda. Gejala kekurangan fosfat akan
grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah terlihat sebelum tanaman setinggi
dengan tekstur berat masih dapat ditanami lutut. Sejumlah besar kalium diambil
jagung dengan hasil yang baik dengan tanaman sejak tanaman setinggi lutut sampai
pengolahan tanah secara baik. Sedangkan selesai pembungaan.
untuk tanah dengan tekstur lempung/liat

JDEB Vol. 12 No. 2 Oktober 2015 155


Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Pujiati Utami
Non Beras Di Kabupaten Banyumas Sulistyani Budiningsih

Waktu panen jagung di pengaruhi oleh miligram, lemak 0.30 gram, vitamin b1 0.01
jenis varietas yang ditanam, ketinggian miligram.
lahan, cuaca dan derajat masak. Umur panen Dibandingkan dengan kelompok
jagung umumnya sudah cukup masak dan pangan lokal sumber karbohidrat non beras
siap dipanen pada umur 7 minggu setelah lainnya, ubi kayu lebih banyak dikenal,
berbunga. Pemanenan dilakukan apabila dibudidayakan dan diolah hasilnya untuk
jagung cukup tua yaitu bila kulit jagung pemenuhan pangan pokok maupun kudapan.
sudah kuning. Pemeriksaan dikebun dapat Teknik budidaya yang mudah dan murah
dilakukan dengan menekankan kuku ibu jari menjadi pertimbangan utama banyak petani
pada bijinya, bila tidak membekas jagung di Kabupaten Banyumas memilih tanaman
dapat segera dipanen. Jagung yang dipanen ini dibandingkan jenis umbi atau yang
prematur butirannya keriput dan setelah lainnya. Terlebih lagi banyak wilayah di
dikeringkan akan menghasilkan butir pecah Kabupaten Banyumas yang termasuk
atau butirnya rusak setelah proses kategori lahan marginal atau lahan kering,
pemipilan. Apabila dipanen lewat waktunya sehingga ubi kayu sangat sesuai untuk
juga akan banyak butiran jagung yang rusak. dibudidayakan baik secara massal pada
Pemanenan sebaiknya dilakukan saat tidak lahan yang luas maupun skala rumah tangga
turun hujan sehingga pengeringan dapat di pekarang atau kebun.
segera dilakukan. Umumya jagung dipanen Tabel 2
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata
dalam keadaan tongkol berkelobot
Produksi Ubi Kayu di Kabupaten
(berkulit). Banyumas Tahun 2008 – 2012
Tahun Luas Produksi Rata-rata
Ubi Kayu
Panen (ton) produksi
Sampai saat ini, oleh sebagian (ha) (ton/ha)
2008 4.688 55.748 25,31
masyarakat Indonesia, ubi kayu termasuk
2009 6.676 122.186 18,30
golongan secondary corps atau komoditi 2010 6.451 131.301 20,35
2011 5.325 118.655 22,28
kelas dua. Padahal, tanaman yang nama
2012 4.705 116.676 24,80
latinnya Manihot utilissima ini memiliki Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan
kadar karbohidrat yang lebih tinggi dengan Kehutanan Kabupaten Banyumas,
2013
nasi putih. Dalam per 100 gram ubi kayu itu Dari tabel 7, walaupun terjadi
meliputi: kalori 121 kal, air 62.50 gram, kecenderungan semakin berkurangnya lahan
fosfor 40.00 gram, karbohidrat 34.00 gram, produksi, tetapi tingkat produktivitasnya
kalsium 33.00 miligram, vitamin C 30.00 mengalami kenaikan. Hal ini
miligram, protein 1.20 gram, besi 0.70 mengisyaratkan bahwa petani pembudidaya
ubikayu sudah mengarah pada usaha-usaha
156 Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis UNISNU JEPARA
Pujiati Utami Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat
Sulistyani Budiningsih Non Beras Di Kabupaten Banyumas

intensifikasi, yang bertujuan untuk produk yang dapat dijadikan sebagai bahan
meningkatkan hasil dan produktivitasnya. baku dalam industri makanan.
Dengan kondisi yang seperti ini maka Tepung ubi jalar merupakan produk ubi jalar
kebutuhan ubikayu pada tingkat konsumen setengah jadi yang dapat digunakan sebagai
rumah tangga dapat terpenuhi. bahan baku dalam industri makanan dan
Ubi Jalar juga mempunyai daya simpan yang lebih
Ubi jalar atau sweet potato (Ipomea lama. Tepung ubi jalar dibuat dari sawut
batatas) selain sebagai sumber karbohidrat atau chip kering dengan cara digiling dan di-
juga digunakan sebagai bahan baku industri, ayak.
pakan dan komoditas ekspor. Sebagai Tepung ubi jalar dapat digunakan
sumber karbohidrat, ubi jalar berpeluang untuk mensubstitusi tepung beras sampai
dalam program diversifikasi pangan dan dengan 20% dalam pembuatan bihun. Bihun
peingkatan gizi masyarakat. Untuk yang terbuat dari berbagai formula tepung
meningkatkan produktivitas ubi jalar dapat ubi jalar, jagung, dan beras mengandung
dilakukan dengan penerapan teknologi protein (6,44-8,63%) dan abu (0,6-1,97%)
budidaya dan pasca panen yang dianjurkan lebih tinggi dan air (8,2-10,8%) lebih rendah
berdasarkan hasil penelitian. dari persyaratan SII bihun (5% protein, 0,5%
Tabel 3 abu, dan maksimal 13% air). Penambahan
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata
tepung ubi jalar dalam pembuatan bihun
Produksi Ubi Jalar di
Kabupaten Banyumas Tahun sedikit menurunkan preferensi konsumen
2008 – 2012
karena warna produk kurang cerah,
Tahun Luas Produksi Rata-rata
Panen (ton) produksi walaupun tekstur dan aroma tidak berubah
(ha) (ton/ha)
secara nyata.
2008 93 1.341 10,32
2009 146 2.724 18,60 Kesimpulan
2010 132 1.439 10,91 Dari hasil penelitian, dapat
2011 131 1.622 12,38
2012 113 1.118 9,90 disimpulkan bahwa di Kabupaten
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Banyumas terdapat potensi sumber pangan
Kehutanan Kabupaten Banyumas,
2013 sumber karbohidrat non beras yang sudah
Pemanfaatan ubi jalar khususnya di dibudidayakan oleh petani di wilayah ini.
Kabupaten Banyumas masih terbatas pada Sumber pangan sumber karbohidrat non
pengolahan ubi segar menjadi penganan beras tersebut adalah jagung, ubi kayu dan
secara tradisional, direbus misalnya. Untuk ubi jalar. Kesesuaian kondisi lahan dan
dapat dikembangkan menjadi berbagai iklim menjadi pertimbangan utama bagi
olahan perlu diusahakan menjadi suatu petani untuk bertanam jagung, ubi kayu dan

JDEB Vol. 12 No. 2 Oktober 2015 157


Potensi Dan Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Pujiati Utami
Non Beras Di Kabupaten Banyumas Sulistyani Budiningsih

ubi jalar. Lahan kering atau marginal yang Daftar Pustaka


terdapat di Kabupaten Banyumas dapat
Anonim. 2003. Pengkajian Analisis
ditanami oleh salah satu atau bahkan ketiga Konsumsi dan Penyediaan Pangan.
Kerjasama BBKP, Deptan dengan
tanaman sumber pangan sumber karbohidrat
Fakultas Pertanian, IPB. Jakarta.
non beras.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur
Luas panen tanaman sumber
Penelitian Suatu Pendekatan
karbohidrat seperti jagung, tahun 2012 Praktek, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
mengalami penurunan sebesar 18,28%. Ubi
kayu mengalami penurunan luas panen Astriani Dian, Dinarto Wafit, Mildaryani
Warmanti, 2011. Diversifikasi
11,64%, tetapi produktivitasnya mengalami
Pangan sebagai Solusi Mengatasi
peningkatan yaitu 22,28 ton/ha menjadi Rawan Pangan. Prosiding Seminar
Nasional Revitalisasi Peran UMKM
24,80 ton/ha. Produksi ubi jalar pada tahun
dalam Pembangunan melalui
2012 mengalami penurunan dari 1.622 ton Penguatan Sektor Agroindustri.
Program studi Agribisnis Fakultas
pada tahun 2011, menjadi 1.118 ton yang
Pertanian Universitas Sebelas Maret
disebabkan oleh penurunan luas panen dan Surakarta.
penurunan produktivitas per hektar.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas,
Saran 2011. Kabupaten Banyumas dalam
Angka.
Untuk meningkatkan jumlah
konsumsi pangan lokal sumber karbohidrat Nazir, M . 1999. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
non beras di Kabupaten Banyumas, dapat
dilakukan dengan program perberdayaan Suhardi, 2008. Pengembangan Agroindustri
Berbasis Pangan Lokal untuk
masyarakat petani pembudidaya jagung, ubi
Meningkatkan Kedaulatan Pangan.
kayu dan ubi jalar. Bukan saja dari aspek Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Produk Berbasis
produksi tanaman saja, tetapi diarahkan
Sumber Pangan Lokal untuk
untuk dapat menghasilkan produk olahan Mendukung Kedaulatan Pangan.
Program studi Teknologi Hasil
jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang murah,
Pertanian Universitas Mercu Buana.
enak dan mudah diperoleh konsumen rumah Yogyakarta.
tangga. Kegiatan ini meliputi sosialisasi,
Swastika, D.K.S, Hadi, P.U, dan Ilham, N.,
perlatihan dan pendampingan bagi petani 2000. Proyeksi Penawaran dan
Permintaan Komoditas Tanaman
dan keluarganya, sehingga akan
Pangan: 2000-2020. Pusat
memunculkan beragam produk olahan penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Departemen Pertanian.
pangan lokal dari jagung, ubi kayu dan ubi
Jakarta
jalar.

158 Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis UNISNU JEPARA

Anda mungkin juga menyukai