Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM VENTILASI TAMBANG

KOMPONEN KUALITAS UDARA


Dewy Kumala Tehuayo1 Amrizal Amiruddin2, Uswatul Khaerah3
1. Praktikan Laboratorium Ventilasi Tambang Universitas Muslim Indonesia

2. Asisten Laboratorium Ventilasi Tambang Universitas Muslim Indonesia


3. Koordinator Laboratorium Ventilasi Tambang Universitas Muslim
Indonesia
*Email: dewykumala01@gmail.com (09320170020)

SARI
Tujuan utama dari praktikum adalah untuk mengetahui pengambilan dan pengolahan
data head loss, velocity loss, friction loss dan shock loss. Head loos terjadi karena adanya
aliran udara akibat kecepatan, gesekan dan tikungan saluran atau perubahan ukuran
saluran. Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis velocity loss dapat
diaggap suatu kehilangan. Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara,
kekerasan muka lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam lubang bukaan,
karakteristik lubang bukaan dan dimensi lubang bukaan. Shock loss terjadi sebagai
akibat adanya perubahan aliran dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan
merupakan tambahan terhadap friction lossen. Untuk mengetahui pengambilan dan
pengolahan data dari tujuan praktikum tersebut maka digunakan alat axial fan sebagai
alat hisap dan hembus (menghisap udara pengotor dari dalam tambang bawah tanah
dan menghembuskan keluar permukaan tambang) dan menyuplai udara segar dalam
tambang serta alat ukur vane anemometer dan humidity meter.
Kata Kunci: Praktikum, Head loss, Velocity loos, Friction loss, Shock loss, Ventilasi
tambang.

ABSTRACT
Main purpose of the practicum is to find out the data collection and processing of head
loss, velocity loss, friction loss and shock loss. Head loos occur because of the flow of air
due to speed, friction and bend in the channel or changes in channel size. Even though it
is not a head loss, technically the velocity loss can be considered a loss. Friction loss is a
function of the speed of air flow, the hardness of the opening hole face, the configuration
that is in the opening hole, the characteristics of the opening hole and the opening hole
dimensions. Shock loss occurs as a result of changes in flow in the channel or cross-
sectional area of the airways and is in addition to lossen friction. To find out the retrieval
and processing of the data from the practicum purpose, axial fan is used as a suction
and blowing device (sucking impurities from the underground mine and blowing out the
surface of the mine) and supplying fresh air in the mine and measuring vane
anemometer and humidity meter.
Keywords: Lab work, Head loss, Velocity loos, Friction loss, Shock loss, Mine ventilation.
PENDAHULUAN

1. Head Loss
Head Loss adalah kerugian tekanan yang terjadi pada aliran internal. Aliran internal
seperti pada pemipaan sangat sering mengalami head loss. Head loss terjadi karena
berbagai hal seperti gesekan fluida dengan dinding pipa dan adanya hambatan pada
pipa seperti belokan, percabangan, katup, dan lain sebagainya. Mari kita diskusikan lebih
lanjut mengenai head loss. Analisa head loss atau kerugian dalam aliran pipa dibagi
untuk aliran turbulen dan laminar. Aliran laminar dan turbulen dibedakan berdasarkan
bilangan Reynold. Aliran dikatakan laminar apabila bilangan Reynold nya kurang dari
2100, selebihnya adalah aliran turbulen. Kerugian juga dibagi menjadi major dan minor
loss. Major loss diakibatkan oleh friction antara fluida dan pipa. Minor loss diakibatkan
oleh katup, tikungan, dan lain sebagainya.
Head loss dapat disederhanakan sebagai berikut:
Hs = Ʃ HL
Atau
HL = Ʃ (Hf + Hx)
Hv = Hv pada keluaran
Dan
Ht = Hs + Hv
Dimana:
Hs = Mine Static Head
HL = Head Loss
Hf = Friction Loss
Hv = Mine Velocity Head
Ht = Mine Total Head
Hx = Shock Loss
Ʃ = Sigma (total)

2. Velocity Loss
Yang dimaksud Velocity Loos adalah Kehilangan kecepatan dan stres metabolik jelas
berbeda ketika memanipulasi jumlah pengulangan yang sebenarnya dilakukan di setiap
set pelatihan. Korelasi yang tinggi ditemukan antara kehilangan kecepatan lompatan
mekanik dan kecepatan gerak dan langkah-langkah kelenturan metabolisme (laktat,
amonia) mendukung validitas menggunakan kehilangan kecepatan untuk mengukur
kelelahan neuromuskuler secara obyektif selama pelatihan ketahanan.
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem. Velocity  head akan
berubah dengan adanya luas penampang dan jumlah saluran dan hanya merupakan
fungsi dari bobot iisi udara dan kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu
head loss komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena energi
kinetik dari udara dilepaskan ke atmosfer.
Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan aliran udara, yakni:

Hv = V2 / 2g
Dimana:
Hv = Velocity head
V = kecepatan aliran (fps)
g = Percepatan gravitasi (ft/dt2)

3. Friction Loss
Yang dimaksud dengan "Friction Loss" adalah tahanan (kerugian) terhadap liquid yang
mengalir di dalam pipa serta turbulensi yang di akibatkan adanya pergesakan liquid
dengan kekasaran permukaan diding pipa bagian dalam. Biasa juga disebut "Head Loss"
dan diukur dalam satuan meter head (vertikal).
Hal-hal yang mempengaruhi daripada nilai friction loss antara lain :
a. Diamater Pipa (OD dan ID)
Semakin kecil diameter pipa maka nilai frictionnya akan semakin besar, demikian
juga sebaliknya.
b. Nilai "PN", "PE" dan "SDR" sebuah pipa (untuk pipa HDPE) Nilai "PN", "PE" dan "SDR"
pipa juga sangat mempengaruhi nilai friction loss pipa. Kode-kode tersebut erat
kaitannya dengan ukuran tebal pipa dan diameter pipa, jadi jelas kode-kode tersebut
mempunyai pengaruh terhadap besar dan kecilnya nilai friction loss sebuah pipa.
Persamaan untuk friction loss pada saluran berbentuk lingkaran adalah sebagai
berikut:
Hf = F (L/D) (V2 /2g)
Dimana:
L = Panjang Saluran
D = Dimensi Saluran (ft)
V = Kecepatan (fpm)
F = Koefisien Gesekan

4. Shock Loss
Yang dimaksud dengan Shock Loss adalah kehilangan yang dihasilkan akibat
perubahan aliran atau luas penampang dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau
titik keluaran dari sistem, belokan atau percabangan dan halangan-halangan yang
terdapat pada saluran.
Perhitungan shock loss dapat dilakukan sebagai berikut:
Hx = X.Hv
Dimana:
Hx = Shock Loss
X = factor shock Loss

METODE PENELITIAN
Pertama menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian, dalam hal
ini mempersiapkan alat ukur dan yang menunjang dalam pengambilan data penelitian.
Pengukuran yang dilakukan pertama adalah pada ventilasi mode hisap (alat hisap yang
digunakan adalah axial fan) sedangkan alat ukur yang digunakan adalah vane
anemometer dan humidity meter). Data-data yang diambil berupa kode, yang menjadi
tanda pada pengambilan data. Jarak, yang diukur dari diameter Axial Fan. Dan yang
paling utama adalah data debit dan temperatur (terdiri dari nilai Maximum, minimum
dan middle). Data ini kita dapatkan dengan menggunakan alat vane anemometer.
Selanjutnya yaitu mengambil data ventilasi (Hanging Duct). Data-data yang diambil
berupa Kode, yaitu keterangan data. Data panjang duct (dari panjang setiap duct yang
membentuk sudut atau percabangan). Berikutnya, mengambil data kelembaban,
temperatur dan debit. Data kelembaban sendiri diambil dengan menggunakan humidity
meter. Pengukuran kelembaban hanging duct dengan menggunakan alat humidity meter
yaitu dengan cara, Pertama mencatat kode, selanjutnya mengukur panjang bagian
hanging duct dengan menggunakan pita meter. Letakkan humidity meter dalam duct
selama waktu yang telah ditentukan. Kemudian mencatat nilai kelembabannya. Setelah
pengukuran kelembaban selesai, yang selanjutnya yaitu pengukuran debit dan
temperatur udara menggunakan alat vane anemometer.
Selanjutnya melakukan pengukuran shock loss, data-data yang diambil adalah
panjang duct dan deflection jarak. Data yang berpengaruh dalam keadaan shock loss
sendiri adalah sudut defleksi, tinggi saluran duct, lebar saluran duct, aspek rasio, bend
radius dan terakhir yaitu radius rasio.
Tabel berikutnya yaitu data Friction Loss, dimana data yang diambil yaitu panjang
saluran (ft), dimensi saluran (ft), kecepatan (f/m) dan koefisien gesekan. Dalam
pengisian data friction loss alat yang digunakan yaitu vane anemometer. Untuk tabel
velocity loss sendiri, data yang digunakan sesuai dengan tabel data ventilasi (hanging
duct). Untuk lokasi, sesuai dengan kode pada tabel data ventilasi (hanging duct), untuk
nilai kecepatan total pengukuran V (fps) diambil dari nilai rata-rata debit pada tabel data
ventilasi (hanging duct), sedangkan untuk nilai gravitasinya yaitu 9,81.
HASIL PENELITIAN

Setelah melakukan praktikum, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:


1. Data ventilasi (Axial fan hisap)
Tabel 1 Data ventilasi (Axial Fan Hisap)
AXIAL FAN
Kode Jarak Kondisi Debit dan Temperatur (m/s & C°) Average
Debit
Temperatur
Max Temp Middle Temp Min Temp

A1 6 cm Hisap 16,06 25,4 17,12 19,15 17,72 26,6 16,96 23,7


3
A2 19 cm Hisap 10,57 23,6 10,01 25,5 10,53 25,5 10,37 25,5
3
A3 28 cm Hisap 16,10 26,1 19,34 26,1 20,5 25,8 18,64 26

Total Debit dan 42,73 77,1 46,55 70,75 48,75 48,75 45,93 72,25
Temperatur

Untuk kode data A1 didapatkan nilai jarak 6 cm, nilai max didapatkan nilai 16,6,
untuk nilai temperaturnya 24,5 untuk nilai middle di dapatkan nilai 17,12 dengan
temperatur 19,15, sedangkan untuk min didapatkan nilai 7,72 dengan temperatur
26,6, sehingga nilai rata-rata debitnya yaitu 16,96 sedangkan nilai rata-rata
temperaturnya 23,73.
Untuk kode data A2 di dapatkan nilai jarak 19 cm, nilai max di dapatkan nilai
10,57 dengan nilai temperaturnya 25,6, untuk nilai middle di dapatkan nilai 10,01
dengan temperatur 25,5, sedangkan untuk min didapatkan nilai 10,53 dengan
temperatur 25,5. Sehingga nilai rata-rata debitnya yaitu 10,37 sedangkan nilai rata-
rata temperaturnya 25,53.
Untuk kode data A3 di dapatkan nilai jarak 28 cm, nilai max didapatkan nilai
16,10 dengan nilai temperaturnya 26,1, untuk nilai middle didapatkan nilai 19,34
dengan temperatur 26,1, sedangkan untuk min di dapatkan nilai 20,5 dengan
temperatur 25,8. Sehingga nilai rata-rata debitnya yaitu 18,64 sedangkan nilai rata-
rata temperaturnya 26. Sehingga di dapatkan total debit 46,01 dan total temperatur
72,25. Akan tetapi data yang didapatkan dari hasil pengukuran nilai min tidak sesuai
karena alat yang digunakan tidak kondusif saat pengambilan data. Untuk lebih
jelasnya lihat pada tabel data 1.
2. Data ventilasi (Hanging Duct)
Tabel 2 Data ventilasi (Hanging Duct)
HANGING DUCT
Kode Panjang Jarak Kondisi Debit Average
Max Middle Min
A-B 133 cm 30 cm Hisap 19,3 11,9 16,33 15,8
B-C 133 cm 50 cm Hisap 14,15 12,18 10,86 12,5
C-D 133 cm 70 cm Hisap 14,95 10,74 26,94 17,5
A’-B’ 133 cm 30 cm Hembus 20,17 20,72 18,71 19,8
B’-C’ 133 cm 50 cm Hembus 19,27 26,73 26,72 24,24
C’-D’ 133 cm 70 cm Hembus 23,28 23,28 23,28 23,28

Untuk kode data A-B di dapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 30 cm. Untuk
max didapatkan nilai 19,3 middle didapatkan nilai 11,9 sedangkan min di dapatkan
nilai 16,33. Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 15,83.
Untuk kode data B-C didapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 50 cm. Untuk
max di dapatkan nilai 14,15 middle didapatkan nilai 12,18 sedangkan min di dapatkan
nilai 10,86 Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 12,39.
Untuk kode data C-D didapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 70 cm. Untuk
max di dapatkan nilai 14,95 middle didapatkan nilai 10,74 sedangkan min di dapatkan
nilai 26,94. Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 17,54.
Untuk kode data A’-B’ di dapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 30 cm.
Untuk max di dapatkan nilai 20,17 middle di dapatkan nilai 20,72 sedangkan min di
dapatkan nilai 18,71 Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 19,86.
Untuk kode data B’-C’ di dapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 50 cm. Untuk
max di dapatkan nilai 19,27 middle di dapatkan nilai 26,73 sedangkan min di
dapatkan nilai 26,72. Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 24,24.
Untuk kode data C’-D’ di dapatkan panjang duct 133 cm dengan jarak 70 cm.
Untuk max di dapatkan nilai 23,28 middle di dapatkan nilai 23,28 sedangkan min di
dapatkan nilai 23,28. Sehingga di dapatkan nilai rata-rata dari debit sebesar 23,28.
Akan tetapi data yang didapatkan dari hasil pengukuran nilai minimum tidak
sesuai karena alat yang digunakan tidak kondusif saat pengambilan data. Untuk lebih
jelasnya lihat pada tabel data 3.

3. Data Shock Loss Rounded Bend DLM dan Shock Loss Udara
Tabel 3 Shock Loss Rounded Bend DLM dan Shock Loss Udara

Keterangan:
Ɵ : Sudut Deflaksi
d : Tinggi Saluran Duct
b : Lebar Saluran Duct
a : Aspek Rasio ( d/b )
r : Bend Radius
m : Radius Rasio ( r / b )

Panjang Duct Deflection Jarak Shock Loss


b
Ɵ d b A r m
2 meter 130 cm 90 3 31 1,0 25 0,7
0
2 8
4 meter 138 cm 90 3 31 1,0 25 0,7
0
2 8
6 meter 473 cm 90 3 31 1,0 25 0,7
0
2 8
8 meter 568 cm 90 3 31 1,0 32 1
0
2
10 meter 664 cm 90 3 31 1,0 46 1,4
0
2 3
Shock Loss

b d
Ɵ
r

2
0.25 θ
x= ( )
m 2 a 0.5 90

Persamaan Shock Loss Rounded Bend

Untuk data yang pertama didapatkan panjang duct 2m dan jarak deflection
130cm. Untuk data shock loss, nilai Ɵ 90o , nilai d 32cm, nilai b 31cm, nilai a 1,0, nilai r
25m2, nilai m 0,78 cm/m2.
Untuk data kedua didapatkan panjang duct 4m dan jarak deflection 380cm. Untuk
data shock loss, nilai Ɵ 90o , nilai d 32cm, nilai b 31cm, nilai a 1,0, nilai r 25m2, nilai m
0,78 cm/m2.
Untuk data ketiga didapatkan panjang duct 2m dan jarak deflection 473cm. Untuk
data shock loss, nilai Ɵ 90o , nilai d 32cm, nilai b 31cm, nilai a 1,0, nilai r 25m2, nilai m
0,78 cm/m2.
Untuk data keempat didapatkan panjang duct 8m dan jarak deflection 568cm.
Untuk data shock loss, nilai Ɵ 90o , nilai d 32cm, nilai b 31cm, nilai a 1,0, nilai r 32m2,
nilai m 1 cm/m2.
Untuk data yang terakhir didapatkan panjang duct 10m dan jarak deflection
664cm. Untuk data shock loss, nilai Ɵ 90o , nilai d 32cm, nilai b 31cm, nilai a 1,0, nilai r
46m2, nilai m 1,43 cm/m2. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel data 3.

4. Data Friction Loss


Tabel 4 Friction Loss

Panjang Dimensi Kecepatan Koefisien Gesekan


Saluran (ft) Saluran (ft) (f/m)
2 30 29,13 175

4 30 31,42 175

6 30 31,12 175
8 30 20,98 175

10 30 19,34 175

Untuk data yang pertama didapatkan panjang saluran 2m, kemudian dimensi
saluran didapatkan nilai 30ft, lalu nilai kecepatan 29,17f/m dan koefisien gesekan
didapatkan nilai 175.
Untuk data yang kedua didapatkan panjang saluran 4m, kemudian dimensi
saluran didapatkan nilai 30ft, lalu nilai kecepatan 31,42f/m dan koefisien gesekan
didapatkan nilai 175.
Untuk data yang ketiga didapatkan panjang saluran 6m, kemudian dimensi
saluran didapatkan nilai 30ft, lalu nilai kecepatan 31,12f/m dan koefisien gesekan
didapatkan nilai 175.
Untuk data yang keempat didapatkan panjang saluran 8m, kemudian dimensi
saluran didapatkan nilai 30ft, lalu nilai kecepatan 20,98f/m dan koefisien gesekan
didapatkan nilai 175.
Untuk data yang terakhir didapatkan panjang saluran 2m, kemudian dimensi
saluran didapatkan nilai 30ft, lalu nilai kecepatan 19,34f/m dan koefisien gesekan
didapatkan nilai 175. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel data 4.
5. Data Mine Velocity Loss
Tabel 5 Mine Velocity Loss
No Lokasi Kecepatan Total Pengukuran V (fps) Gravitasi (ft/dt2)

1 A-B 1,23 9,8

2 B-C 1,33 9,8

3 C-D 1,32 9,8

4 D-E 0,89 9,8

5 E-F 0,82 9,8

Untuk data A-B didapatkan nilai dari kecepatan total pengukuran V 1,23fps dan
nilai gravitasinya 9,8ft/dt2.
Untuk data B-C didapatkan nilai dari kecepatan total pengukuran V 1,33fps dan
nilai gravitasinya 9,8ft/dt2.
Untuk data C-D didapatkan nilai dari kecepatan total pengukuran V 1,32fps dan
nilai gravitasinya 9,8ft/dt2.
Untuk data D-E didapatkan nilai dari kecepatan total pengukuran V 0,89fps dan
nilai gravitasinya 9,8ft/dt2.
Untuk data E-F didapatkan nilai dari kecepatan total pengukuran V 0,82fps dan
nilai gravitasinya 9,8ft/dt2. Untuk lebih jelasnya lihat tabel data 5.
6. Data Nilai Loss Pada Percobaan Praktikum
Tabel 6 Nilai Loss pada percobaan praktikum
Nama Loss Nilai Loss Persamaan Hasil

HX 0,116 HX = X.HV X = 1,575

HV = 0,355

F = 175
L = 10 m
HF 9,337 HF = F(L/D) (V2/2g)
D = 30
V2 = 8,7314
2g = 2(9,8)
HV 0,355 HV = V2/2g V2 = 8,7314

2g = 2(9,8)

Untuk data pertama yaitu data shock loss yang mana nama loss HX, kemudian
nilai loss didapatkan 0,116 dari persamaan HX = X. HV . Kemudian didapatkan hasil dari
X = 1,575dan Hv = 0,355.
Untuk data kedua yaitu data friction loss yang mana nama loss Hf, kemudian nilai
loss didapatkan 9,337 dari persamaan Hf = F(L/P)(V2/2g) . Kemudian didapatkan hasil
dari F = 175, L = 10m, D = 30, V2= 8,73142 dan 2g = 19,6.
Untuk data ketiga yaitu data velocity loss yang mana nama loss Hv, kemudian
nilai loss didapatkan 0,355 dari persamaan Hv = V2/2g. Kemudian didapatkan hasil dari
V2 = 8,73142 dan 2g = 19,6. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 6.

KESIMPULAN
Setelah melakukan kegiatan praktikum ventilasi tambang pada percobaan
Pengambilan Data Laboratorium ada beberapa data yang dihasilkan yaitu data
kelembaban, data jumlah debit kelembaban, data shock loss, data friction loss, data
velocity loss dan data nilai loss pada percobaan praktikum. Dimana data-data tersebut
sebagai acuan dalam penetralan gas-gas pengotor pada tambang bawah tanah. Dimana
alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu axial fan sebagai alat penghembus atau
pun penghisap udara, hanging duct sebagai media yang dilalui udara, vane anemometer
sebagai alat pengukur kecepatan udara, humidity meter sebagai alat pengukur
kelembaban udara dan pembakaran kertas bekas yang menghasilkan asap sebagai
ilustrasi gas pengotor hasil dari proses peledakan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta salawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Sayyidina Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah melahirkan saya
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf S.T. M.T. IPP. Selaku Ketua urusan Teknik
Petambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonsia.
3. Bapak Ir. Suryanto Bakri, S.T. M.T. selaku Kepala Laboratorim Ventilasi Tambang
4. Kakak Uswatul Khaerah Selaku koordinator Praktikum Ventilasi Tambang
5. Angkatan 2017 seperjuangan yang telah membantu menyusun jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Michanarchy, Regards. Jumat, 07 juni 2013.“Laporan Praktikum Ventilasi Tambang
Bawah Tanah 2013”.
Munir, Stefano Dr. 2011. “Catatan Kuliah Ventilasi Tambang”. Fakultas Teknik, Program
Studi Pertambangan. Universitas Islam Bandung: Bandung.
Edoc, 2018. Ventilasi Tambang Bawah Tanah dan Gas Pengotor. Mine ventilaton, 1-3.
Tim Asisten. 2018. “Modul Praktikum Ventilasi Tambang”. Fakultas Teknologi Industri,
Jurusan Teknik Pertambangan. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

Anda mungkin juga menyukai