Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke


2.2.1 Pengertian Stroke
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan
neurologis yang disebabkan oleh adanyan gangguan suplai darah ke otak
[CITATION Joy14 \l 1057 ]. Stoke juga merupakan gangguan fungsi saraf yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan
gejala atau tanda – tanda sesuai dengan daerah yang terganggu [ CITATION Irf10 \l
1033 ].
Menurut Doenges (2000) Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukkan
adanya beberapa kelainan otak baik fungsional maupun structural yang
disebabkan oleh keadaan pathologis dari pembuluh darah serebral atau dari
seluruh system pembuluh darah otak [ CITATION And15 \l 1033 ].
Menurut Sudoyo Ayu (2007) Stroke adalah gangguan peredarah darah otak
yang menyebabkan deficit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau
hemoragi sirkulasi saraf otak [ CITATION Nur15 \l 1033 ].Stroke merupakan kondisi
dimana terjadi gangguan pada aktivitas suplai darah ke otak [ CITATION End09 \l
1033 ] serta terdapat berbagai gejala gangguan fungsi neurologis otak yang secara
mendadak [ CITATION Say13 \l 1033 ].
2.2.2 Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
1. Stroke Haemorhagic
Stroke Haemorhagic merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subarachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak ). Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat [ CITATION
And15 \l 1033 ]. Ini adalah stroke yang paling mematikan, tetapi hanya
menyusun sebagian kecil dari stroke total 10-15% untuk perdarahan
intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subarachnoid[ CITATION Irf10 \l 1033 ].
1) Perdarahan intraserebral
Hemoragik intraserebral adalah perdarahan yang terjadi dididalam
jaringan otak [ CITATION Nur15 \l 1033 ]s. Menurut (Siti Rohani,2000)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan ini disebabkan
karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons
dan serebelum[ CITATION And15 \l 1033 ].
Perdarahan dari sebuah arteri intrakranium biasanya disebabkan
oleh aneurisma (arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu
penyakit. Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis dan
rapuh adalah penyebab tersering perdarahan intraserebrum. Penyakit
semacam ini adalah hipertensi atau angiopati amyloid (dimana terjadi
pengendapan protein di dinding arteri – arteri kecil di otak). Jika
seseorang mengalami perdarahan intraserebrum, darah dipaksa masuk
kedalam jaringan otak, merusak neuron sehingga bagian otak yang
terkena tidak dapat berfungsi dengan baik[ CITATION Irf10 \l 1033 ].
2) Perdarahan subarachnoid
Hemoragik subaraknoid adalah perdarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid [ CITATION Nur15 \l 1033 ]. Perdarahan ini berasal dari
pecahnya aneurisma berry atau AVM. Menurut (Juwono, 1993:19)
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi
dan cabang – cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Menurut
(Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah
Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000) Pecahnya arteri dan keluarnya
keruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik,
afasia, dll)[ CITATION And15 \l 1033 ].
Pecahnya sebuah aneurisma merupakan penyebab tersering
perdarahan subaraknoid. Pada perdarahan subaraknoid, darah didorong
ke ruang subaraknoid yang mengelilingi otak. Jaringan otak pada
awalnya tidak terpengaruh, tetapi pada tahap selanjutnya dapat
terganggu. Kada satu – satunya gejala perdarahan subaraknoid adalah
nyeri kepala, tetapi jika diabaikan gejala ini dapat berakibat fatal.
Nyeri kepala khas pada perdarahan subaraknoid timbul mendadak,
parah dan tanpa sebab yang jelas. Nyeri kepala ini sering disertai oleh
muntah, kaku leher, atau kehilangan kesadaran sementara. Namun
hamper 30% dari semua perdarahan subaraknoid memperlihatkan
gejala yang berbeda dengan yang dijelaskan diatas; dan perdarahan
subaraknoid yang kecil, terutama pada orang usia lanjut, mungkin
tidak menimbulkan nyeri kepala hebat atau memiliki serangan yang
parah. Karena itu, semua nyeri kepala yang timbul mendadak segera
diperiksakan [ CITATION Irf10 \l 1057 ].
Berat ringannya stroke tergantung dari bagian mana yang
mengalami kerusakan akibat pengumpulan darah atau perdarahan,
besar atau luasnya kerusakan dan seberapa banyak yang mampu
ditanggulangi atau diatasi. Stroke umumnya mengenai ekstremitas
yang berlawanan, biasanya kelumpuhan pada ekstremitas kanan
disertai dengan gangguan bicara, kecuali padaorang yang kidal.
Tingkat kerusakan di daerah korteks serebri selalu diikuti dengan
perbedaan derajat kelumpuhan antara lengan dan tungkai, hal ini
dikarenakan area ini dialirkan oleh dua arteri yaitu arteri serebri
anterior dan arteri medial. Sedangkan pada tingkat kapsula interna
derajat kelumpuhan relative sama antara lengan dan tungkai oleh
karena area ini hanya dilalui oleh satu arteri yang sama yaitu arteri
lentikulostriana [ CITATION Irf10 \l 1057 ].
Problematic penderita pasca stroke sangat kompleks dan
individual, namun ada problem dasar yang sama meskipun dalam
derajat yang berbeda. Problematika tersebut timbul akibat hilangnya
atau terganggunya control (inhibisi) terhadap mekanisme reflex
postural normal serta beberapa reflex primitif yang lain. Mekanisme
reflex yang normal terdiri dari reaksi – reaksi tegak (righting reactions)
dan reaksi keseimbangan (equilibrium reaction) [ CITATION Irf10 \l
1057 ].
Reaksi tegak (righting reactions) memungkinkan terjadinya
pengaturan posisi kepala terhadap tubuh dan ruang, posisi normal
ekstremitas terhadap tubuh dan memungkinkan terjadinya gerak rotasi
tubuh pada sumbunya dalam aktivitas sehari – hari, misalnya :
bergulung, berdiri, berjalan dan sebagainya, dengan demikian maka,
dapat dikatakan bahwa reaksi tegak merupakan pola dasar gerakan.
Sedangkan reaksi keseimbangan (equilibrium reaction) berfungsi
untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali keseimbangan
tubuh. Reaksi ini sangat kompleks dan dapat berupa konstraksi otot
(tanpa adanya gerakan) atau berupa gerakan – gerakan reflektoris
[ CITATION Irf10 \l 1033 ].
2. Stoke Non Haemorhagic (Iskemik)
Stoke Non Haemorhagic (Iskemik) adalah tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan berhenti.
80% stroke adalah iskemik.
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
2) Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3) Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah keseluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung [ CITATION Nur15 \l 1033 ].
Hampir 85% stroke disebabkan oleh : sumbatan oleh bekuan darah,
penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau
embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri
yang berada diluar tengkorak) yang menyebabkan sumbatan di satu atau
beberapa arteri intrakrani (arteri yang berada di dalam tengkorak). Ini disebut
sebagai infark otak atau stroke iskemik. Pada orang berusia lanjut lebih dari
65 tahun, penyumbatan atau penyempitan dapat disebabkan oleh
aterosklerosis (mengerasnya arteri) [ CITATION Irf10 \l 1057 ].
Hal inilah yang terjadi pada hamper dua pertiga insan stroke iskemik.
Emboli cenderung terjadi pada orang yang mengidap penyakit jantung
(misalnya denyut jantung cepat tidak teratur, penyakit katup jantung dan
sebagainya) secara rata – rata seperempat dari stroke iskemik disebabkan oleh
emboli, biasanya dari jantung (stroke kardioembolik) bekuan dari jantung
umumnya terbentuk akibat denyut tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium),
kelainan katup jantung (termasuk katup buatan dan kerusakan katup akibat
penyakit rematik jantung), infeksi didalam jantung (dikenal sebagai
endokarditis) dan pembedahan jantung [ CITATION Irf10 \l 1057 ].
Penyebab lain seperti gangguan darah, peradangan dan infeksi merupakan
penyebab 5-10% kasus stroke iskemik, dan menjadi penyebab tersering pada
orang berusia muda. Namun penyebab pasti dari sebagian stroke iskemik tetap
tidak diketahui meskipun telah dilakukan pemeriksaan yang mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak, meskipun sebagian
terjadi di serebelum otak (otak kecil) atau batang otak. Beberapa stroke
iskemik di hemisfer tampaknya bersifat ringan (sekitar 20% dari semua stroke
iskemik); stroke ini asimtomatik (tanda bergejala; hal ini terjadi pada sepertiga
pasien usia lanjut) atau hanya menimbulkan kecanggungan, kelemahan ringan
atau masalah daya ingat. Namun stroke ringan ganda dan berulang dapat
menimbulkan cacat berat, penurunan kognitif dan demensia[ CITATION Irf10 \l
1033 ].
2.2.3 Penyebab Stroke
Penyebab terjadinya stroke ada 3, yaitu :
1. Thrombosis
Penggumpalan (trombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan pada pada
bagian garis endothelial dari pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan
penyebab utama. Aterosklerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan
membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan
menyebabkan penyempitan (stenosis) pada arteri. Stenosis menghambat aliran
darah yang biasanya lancer pada arteri. Darah akan berputar – putar dibagian
permukaan yang terdapat plak, menyebabkan penggumpalan yang akan
melekat pada plak tersebut. Akhirnya rongga pembuluh darah terjadi
tersumbat. Selain itu, penyumbatan dapat terjadi karena inflamasi pada arteri
atau disebut arteritis atau vaskulitis tetapi hal ini jarang terjadi [ CITATION
Joy14 \l 1057 ].
Trombus bisa terjadi disemua bagian sepanjang arteri carotid atau pada
cabang – cabangnya. Bagian yang biasa terjadi penyumbatan adalah pada
bagian yang mengarah pada percabangan dari carotid utama kebagian dalam
dan luat dari arteri carotid. Stroke karena thrombosis adalah tipe yang paling
sering tejadi pada orang dengan diabetes [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Stroke lacunar adalah stroke pada pembuluh darah yang kecil. Bagian
endotelium dari pembuluh darah kecil dipengaruhi sebagian besar oleh
kondisi hipertensi, yang menyebabkan penebalan dari dinding pembuluh
darah dan penyempitan. Infark lacunar juga sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus [CITATION Joy14 \l 1033 ].
2. Embolisme
Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus
menyebabkan stroke embolik. Embolus terbentuk dibagian luar otak,
kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus
tersebut melekat pada pembuluh darah dan menyumbat arteri. Embolus yang
paling sering terjadi adalah plak. Thrombus dapat terlepas dari arteri karotis
bagian dalam pada bagian luka plak dan bergerak kedalam sirkulasi serebral.
Kejadian fibrilasi atrial kronik dapat berhubungan dengan tingginya kejadian
stroke embolik, yaitu darah terkumpul di dalam atrium yang kosong.
Gumpalan darah yang sangat kecil terbentuk dalam atrium kiri dan bergerak
menuju jantung dan masuk kedalam sirkulasi serebral. Pompa mekanik
jantung buatan memiliki permukaan yang paling besar dibandingkan otot
jantung yang normal dan dapat juga menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya penggumpalan. Endocarditis yang disebabkan oleh bakteri maupun
yang non bakteri dapat menjadi sumber terjadinya emboli. Sumber – sumber
penyebab emboli lainnya adalah Tumor, lemak, bakteri dan udara. Emboli
bisa terjadi pada seluruh bagian pembuluh darah serebral. Kejadian emboli
pada serebral meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia [CITATION
Joy14 \l 1033 ].
3. Perdarahan (Hemoragik)
Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan oleh adanya rupture
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah, yang bisa menyebabkan
perdarahan kedalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral paling sering
terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya terjadi setelah usia 50
tahun. Akibatlain dari perdarahan adalah aneurisma (pembengkakan pada
pembuluh drah). Walaupun aneurisma serebral biasanya kecil (diameternya 2
– 6 mm), hal ini biasanya menyebabkan ruptur. Diperkirakan sekitar 6% dari
seluruh stroke disebabkan oleh ruptur aneurisma [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Stroke yang diakibatkan oleh perdarahan sering kali menyebabkan spasme
pembuluh darah serebral dan iskemik pada serebral karena darah yang berada
diluar pembuluh darah membuat iritasi pada jaringan. Stroke hemoragik
biasanya menyebabkan terjadinya kehilangan fungsi yang banyak dan
penyembuhannya paling lambat dibandingkan dengan tipe stroke yang lain.
Keseluruhan angka kematian karena stroke hemoragik berkisar antara 25%-
60%. Jumlah volume pendarahan merupakan satu – satunya predictor yang
paling penting untuk melihat kondisi klien. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan bahwa pendarahan pada otak yang paling fatal dari semua jenis
stroke [CITATION Joy14 \l 1033 ].
2.2.4 Faktor Risiko Stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah
1) Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding
wanita.
2) Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula risiko terjadinya stroke.
3) Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah
1) Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal[ CITATION Mut17 \l 1033 ].
Hipertensi juga merupakan elevasi persisten dari tekanan darah sistolik
(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (TDD) pada
level 90 mmHg atau lebih[CITATION Haw14 \l 1033 ].
Hipertensi adalah tekanan tinggi di dalam arteri – arteri. Arteri –
arteri adalah pembuluh – pembuluh yang mengangkut darah dari jantung
yang memompa keseluruh jaringan dan organ – organ tubuh. Tekanan
darah tinggi bukan berarti tegangan emosi yang berlebihan, meskipun
tegangan emosi emosi dan stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu. Tekanan darah normal adalah dibawah 120/80; tekanan
darah antara 120/80 dan 139/89 disebut “pre-hypertension”, dan suatu
tekanan dari 140/90 atau diatasnya dianggap tekanan darah
tinggi[ CITATION ASM10 \l 1033 ].
Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang
ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Kematian
terjadi akibat dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang diawali
oleh hipertensi [ CITATION Lan12 \l 1033 ] . Penyakit yang dimaksud adalah
stroke.
Salah satu dampak buruk hipertensi yang ditakuti banyak orang
adalah stroke. Hipertensi merupakan factor risiko mayor penyebab stroke.
Stroke iskemik dan stroke hemoragik dapat disebabkan hipertensi.
Seorang penderita hipertensi berisiko tinggi mengalami stroke. Tekanan
darah tinggi jangan dianggap enteng karena tanpa disadari lonjakan
tekanan darah dapat memicu stroke, baik yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan otak.
Risiko tersebut meningkat jika memiliki factor risiko yang lain,
seperti diabetes, penyakit jantung, gangguan pembuluh coroner,
polisitemia, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, obesitas, fibrinogen
tinggi, hematocrit tinggi, terbiasa merokok dan kurang berolahraga. Jalan
terbaik untuk mencegah stroke adalah menjaga kestabilan tekanan darah.
Tekanan sistolik yang tinggi berisiko memicu stroke. Tekanan darah tinggi
yang melejit berpotensi menimbulka stroke. Namun, bukan berarti
hipertensi kategori ringan bebasdari bahaya stroke. Salah satu yang perlu
diwaspadai adalah kebiasaan tidurmendengkur. Walaupun anda bukan
termasuk penderita hipertensi ‘berat’, tetapi anda terbiasa tidur
mendengkur, anda harus waspada.
Mendengkur menjadi pertanda tergsnggunys pernapasan saat tidur.
Penyebabnya adalah kelainan di hidung sampai trakea yang menyebabkan
saluran napas menyempit saat tidur. Penyempitan saluran napas tersebut
menyebabkan aliran oksigen ke paru – paru terganggu, sehingga pasokan
oksigen ke jantung dan otak juga terganggu.
Mendengkur bukan saja dapat menyebabkan serangan otak atau
stroke, tetapi juga dapat memicu serangan jantung, bahkan mati mendadak
pada saat tidur. Kondisi buruk tersebut terjadi karena penurukan kadar
oksigen dalam darah (hipoksemia). Kejadian seperti ini banyak dialami
penderita hipertensi stadium menengah hingga stadium akhir.
2) Kolesterol tinggi
Kolesterol adalah suatu bahan lunak dan berlemak yang dihasilkan
alami, sebagian ditentukan oleh factor genetis, oleh hati. Kita memerlukan
kolesterol pada kadar tertentu untuk memproduksi hormone, melapisi sel –
sel saraf agar dapat menghantarkan rangsangan secara tepat dan
membentuk membrane terluar dari sel – sel tubuh. Kolesterol juga
merupakan substansi seperti lemak yang merupakan komponen esensial
dari semua sel tubuh. Kolesterol yang berlebihan dalam tubuh dapat
terdeposit sebagai plak pada dinding arteri.[ CITATION Jul09 \l 1033 ]
Kolesterol tidak larut dalam darah sehingga membutuhkan
pengangkut agar dapat melakukan perjalanan antarsel. Kendaraan ini
disebut sebagai lipoprotein.
Menurut buku [ CITATION Kin09 \l 1033 ] macam – macam kolesterol
ada 2, yaitu :
1. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
Jenis kolesterol ini paling banyak ditemukan dan merupakan jenis
kolesterol yang harus anda cemaskan.
Tugas utama LDL adalah mengambil kolesterol dari hati ke sel
tubuh yang memerlukan. LDL terlalu banyak akan menyebabkan
penumpukan kolesterol di dalam dinding pembuluh darah yang tidak
baik bagi kesehatan.
2. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
Kolesterol ini yang harus ditambahkan. HDL akan mengatur
kolesterol berlebih, mengambilnya dari dinding pembuluh darah dan
mengirimkannya ke hati.
Kolesterol LDL yang terlalu banyak menyebabkan timbunan berlebih
di pembuluh darah. Seiring berjalannya waktu, kolesterol dan zat lain
akan menumpuk, sehingga pembuluh darah semakin menyempit dan
kemudian mengeras yang menyumbat aliran darah. Proses ini dikenal
dengan Aterosklerosis.
Aterosklerosis terlibat dalam kemunculan beberapa penyakit, yaitu :
1. Penyakit jantung coroner
Penyakit terjadi ketika pembuluh darah yang menuju jantung terkena
aterosklerosis, bias menyebabkan angina (sakit dada) atau serangan
jantung.
2. Penyakit serebrovaskular
Penyakit yang disebkan oleh penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah ke otak, dan dapat menyebabkan stroke.
3. Penyakit vascular periver
Penyakit ini disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah dibagian tubuh lain selain otak atau hati, seperti
tungkai kaki, lengan, lambung, gunjal atau organ – organ lainnya.
National Heart Foundation of Australia dan Cardiac Society of
Australia and New Zealand pada [ CITATION Kin09 \l 1033 ]
merekomendasikan kadar kolesterol seperti berikut ini :
(1) Kolesterol total : kurang dari 4,0 mmol/L
(2) Kolesterol LDL : kurang dari 2,0 mmol/L
(3) Kolesterol HDL : kurang dari 1,0 mmol/L
3) Obesitas
Makanan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).
Kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan
olahraga). Obesitas kaitanya erat dengan pola makan yang tidak seimbang.
Dimana seseorang lebih banyak mengonsumsi lemak dan protein tanpa
memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit cardiovaskuler karena beberapa sebab. Makin besar
massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti bahwa volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga
memberitekanan lebih besar pada dinding arteri [ CITATION ASM10 \l 1057 ].
Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak –
anak remaja yang mengalami kegemukan cenderung mengalami
hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relative
sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7mmHg. Oleh karena
itu, penurunan berat badan dengan membatasi kalori bagi orang – orang
yang mengalami obesitas bisa dijadikan langkah positif untuk mencegah
terjadinya hipertensi. Sedangkan hipertensi erat kaitannya dengan kejadian
stroke [ CITATION ASM10 \l 1057 ].
Untuk mengetahui seseorang terkena obesitas atau tidak, dapat
dilakukan dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan, yang
kemudiandisebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) [ CITATION ASM10 \l
1057 ].

Berat Badan(Kg)
IMT=
Tinggi Badan X Tinggi Badan ( m )

Kategori :
Kurus tingkat berat : <17
Kurus tingkat ringan : 17,0 - 18
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk tingkat ringan : 25,0 – 27,0
Gemuk tingkat berat : >27,0
4) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Menurut (Porth & Mathfin,2009) syndrome
metabolik, kumpulan manifestasi yang terkait dengan DM tipe 2.
Hipertensi, kegemukkan visceral, kadar rendah dari lipoprotein densitas
tinggi, kadar tinggi dari trigliserida, protein reaktif C naik, dan glukosa
darah puasa lebih dari 110 mg/dl meningkatkan risiko DM, penyakit
jantung coroner dan stroke [ CITATION Pri15 \l 1033 ] . Masalah vascular dan
neuropati terkait diabetes berkembang dari waktu ke waktu dan
merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penurunan kualitas
hidup, kecacatan dan kematian. Masalah tersebut dapat meliputi stroke
[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
3. Kebiasaan hidup
1) Merokok
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung dan pembuluh darah. Zat racun yang terkandung dalam rokok
akan memicu produksi zat penggumpal darah (fibrinogen) dalam volume
lebih banyak, yang selanjutnya akan menyebabkan penebalan pada
pembuluh arteri (arteriosclerosis). Kondisi tersebut mengakibatkan
meningkatnya risiko terserang stroke bagi perokok. Disamping itu, rokok
juga menyebabkan dinding bagian dalam pada system pembuluh darah
otak (serebrovaskular) menjadi lemah, sehingga semakin meningkatkan
risiko terkena stroke. Oleh karena itu, mulai sekarang hentikan kebiasaan
merokok, atau minimal lakukan pembatasan agar terhindar dari risiko
terkena stroke [ CITATION End09 \l 1033 ].
2) Peminum alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat menaikkan
tekanan darah yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko terserang
stroke [ CITATION End09 \l 1033 ].
3) Obat – obatan terlarang, penggumpalan darah, serta merusak pembuluh
darah
Obat – obatan dan narkotika dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah, penggumpalan darah yang pada akhirnya juga menyebabkan stroke
[ CITATION End09 \l 1033 ].
4) Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol.
Kurangnya ktivitas fisik dan olahraga juga dapatmeningkatkan
risiko terserang stroke. Pada zaman modern ini manusia banyak
dimanjakan oleh sarana yang serba canggi sehingga gerak fisik menjadi
sangat sedikit. Ternyata hal tersebut mempunyai efek negative bagi
kesehatan tubuh, dapat munculnya risiko terserang penyakit jantung,
pembuluh darah dan stroke. Oleh kare itu, perlu upaya serius dan
sistematis untik meningkatkan aktivitasfisik. Namun yang perlu
diperhatikan, olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan harus sesuai
dengan aturan. Kuantitas dan kualitasnya disesuaikan menurut usia,
kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan kemampuan masing – masing
orang [ CITATION End09 \l 1033 ].
2.2.5 Patofisiologi Stroke
Otak kita sangat sensitive terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai
darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan
pada pembuluh darah lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan
metabolism anaerobic jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak
diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak disbanding organ lain yang vital
untuk mempertahankan metabolism serebral. Iskemik jangka pendek dapat
mengarah ke penurunan system diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada jaringan otak dan infark dalam hitungan menit. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi
kolateral ke area yang disuplai [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Iskemia dengan cepat dapat menganngu metabolism. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen
dasar klien dan kemampuan mengompensasi menentukan seberapa cepat
perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat terganggu
oleh masalah perfusi local, seperti pada stroke atau pada gangguan perfusi secara
umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Tekanan perfusi serebral harus
turun dua pertiga dibawah nilai normal (nilai tengah tekanan atrial sebanyak
50mmHg atau dibawahnya dianggap nilai normal) sebelum otak tidak menerima
aliran darah yang adekuat. Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan
neurologis [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Penurunan fungsi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan diarteri serebral
atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik
pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dank
arena adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel – sel dibagian tengah
atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segera setelah kejadian stroke
terjadi. Hal ini dikenal dengan istilah cerdera sel –sel saraf primer (primary neural
injury). Daerah yang mengalami hipoperfusi juga terjadi disekitar bagian utama
yang mati. Bagian ini disebut penumbra. Ukuran dari bagian ini tergantung dari
jumlah sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral merupakan gambaran
pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh darah utama diotak.
Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh darah kolateral dapat menjelaskan
berbagai macam tingkat keparahan manifestasi stroke yang dialami oleh klien
didaerah anatomis yang sama [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Beberapa proses reaksi biokimia akan terjadi dalam hitungan menit pada
kondisi iskemik serebral. Reaksi – reaksi tersebut seperti neurotoksin, oksigen
radikal bebas (oxygen free radicals), nitro oksida (nitric oxide), dan glutamate
(glutamate) akan dilepaskan. Asidosis local juga akan terbentuk. Depolarisasi
membrane juga akan terjadi. Sebagai hasilnya akan terjadi edema sitotoksik dan
kematian sel. Hal ini dikenal dengan perlukaan sel – sel saraf sekunder (secondary
neuronal injury). Bagian neuron penumbra paling dicurigai terjadi sebagai akibat
dari iskemik serebral. Bagian yang membengkak setelah iskemik bisa mengarah
kepada penurunan fungsi saraf sementara. Edema bisa berkurang dalam beberapa
jam atau hari dank lien bisa mendapatkan kembali fungsi – fungsinya [CITATION
Joy14 \l 1033 ].
2.2.6 Manifestasi Klinis Stroke
Menurut WHO, dalam International Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10th Revision, stroke dapat dibagi atas :
1. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering kali setiap hari, saat aktivitas,
atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah
seringkali terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2 s.d 2
jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari) [ CITATION And15 \l 1057 ].
2. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala
hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala
atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bula ada
perdarahan subaraknoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikasi
anterior atau arteri karotis interna [ CITATION And15 \l 1057 ].
Manifestasi klinis stroke secara umum menurut [ CITATION Nur15 \l 1057 ] adalah
sebagai berikut :
1. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Tiba – tiba hilang rasa peka
3. Bicara cedel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyingrai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada stroke menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] adalah
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi/rupture.
2. Elektro encefalography
Mengidentifikasikan masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal darahyang berlawanan
dari masa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Kalsifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran
darah/muncul plak/arterosklerosis).
5. CT – Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
6. MRI
Memperlihatkan adanya edema tekanan anormal dan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub arachnois/perdarahan intracranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
berlawanan dari masa yang meluas.
8. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal
Tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA. Sedangkan
tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subaraknoid atau intracranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan
proses inflamasi.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai
250 mg dalam serum dan kemudian berangsung –angsur turun kembali.
2.2.8 Komplikasi Stroke
Menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] komplikasi stroke terdiri dari :
1. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi persyarafan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Trombofeblitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
3. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
4. Hidrosefalus
2.2.9 Penatalaksanaan Stroke
1. Penatalaksanaan umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi lateral decubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 L/menit bila ada hasil gas darah.
3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
4) Control tekanan darah, dipertahankan normal
5) Suhu tubuh harus dipertahankan
6) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan, atau pasien yang kesadarannya menurun
dianjurkan pasang NGT.
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
2. Penatalaksanaan medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Anti platelet/anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Hemmoragea (pentoxyfilin)
5) Antagonis serotonin (noftidrofurly)
6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
3. Penatalaksanaan khusus/komplikasi
1) Atasi kejang (antikonvulsan)
2) Atasi tekanan intracranial yang meninggi (monitol. Gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll).
3) Atasi dekompresi (kraniotomi)
4) Untuk penatalaksanaan faktor risiko
(1) Atasi hipertensi (anti hipertensi)
(2) Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
(3) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
2.2.10 Upaya Pencegahan Stroke
Menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] upaya pencegahan stroke dilakukan dengan
cara :
1. Mengurangi kegemukan
2. Berhenti merokok
3. Berhenti minum kopi
4. Batasi makan garam/lemak
5. Tingkatkan masukan kalium
6. Rajin berolahraga
7. Mengubah gaya hidup
8. Menghindari obat – obat yang dapat meningkatkan tekanan darah

Disamping itu ada kiat – kiat mencegah dan mengatasi stroke, yaitu :

1. Pola hidup sehat, mengonsumsi makanan rendah kolesterol dan tinggi serat.
2. Peningkatan intensitas dalam aktivitas fisik.
3. Menghilangkan atau meminimalkan melakukan pembatasan terhadap
kebiasaan merokok dan meminum – minuman beralkohol [ CITATION End09 \l
1057 ].
Daftar Pustaka
Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapakan buku 2 (8 ed.). Singapura: Elsevier.

Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan Buku 3. Singapura: Elseiver.

Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal - Bedah. Jakarta: EGC.

Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke (1 ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Julian Tudor Hart, T. F. (2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah Tinggi (2 ed.). Jakarta:
Arcan.

Kingham, K. (2009). Makan Oke Hidup Oke dengan Kolesterol Tinggi Kumpulan Resep dan
Tips Rendah Kolesterol. (P. Adhika, Ed.) Jakarta: Erlangga. Retrieved Agustus 28, 2009,
from http://www.erlangga.co.id
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia.

Muhammadun, A. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Jogjakarta: In Books.

Mutaroh Akmal, Z. I. (2017). Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC - NOC (Revisi Jilid 3 ed.). Yogyakarta: Mediaction.

Priscilla LeMone, K. M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Integumen,
Gangguan Endokrin, Gangguan Gatrointestinal Edisi 5 (Vol. II). Jakarta: EGC.

Putri, A. S. (2015). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sayoga. (2013). Mencegah Stroke dan Serangan Jantung. (A. Kamsyach, Ed.) Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Suryaningsih, E. K. (2009). Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker dan Stroke.
Yogyakarta: Kirana.

Anda mungkin juga menyukai