TINJAUAN PUSTAKA
Berat Badan(Kg)
IMT=
Tinggi Badan X Tinggi Badan ( m )
Kategori :
Kurus tingkat berat : <17
Kurus tingkat ringan : 17,0 - 18
Normal : 18,5 – 25,0
Gemuk tingkat ringan : 25,0 – 27,0
Gemuk tingkat berat : >27,0
4) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Menurut (Porth & Mathfin,2009) syndrome
metabolik, kumpulan manifestasi yang terkait dengan DM tipe 2.
Hipertensi, kegemukkan visceral, kadar rendah dari lipoprotein densitas
tinggi, kadar tinggi dari trigliserida, protein reaktif C naik, dan glukosa
darah puasa lebih dari 110 mg/dl meningkatkan risiko DM, penyakit
jantung coroner dan stroke [ CITATION Pri15 \l 1033 ] . Masalah vascular dan
neuropati terkait diabetes berkembang dari waktu ke waktu dan
merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penurunan kualitas
hidup, kecacatan dan kematian. Masalah tersebut dapat meliputi stroke
[ CITATION Mar15 \l 1033 ].
3. Kebiasaan hidup
1) Merokok
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
jantung dan pembuluh darah. Zat racun yang terkandung dalam rokok
akan memicu produksi zat penggumpal darah (fibrinogen) dalam volume
lebih banyak, yang selanjutnya akan menyebabkan penebalan pada
pembuluh arteri (arteriosclerosis). Kondisi tersebut mengakibatkan
meningkatnya risiko terserang stroke bagi perokok. Disamping itu, rokok
juga menyebabkan dinding bagian dalam pada system pembuluh darah
otak (serebrovaskular) menjadi lemah, sehingga semakin meningkatkan
risiko terkena stroke. Oleh karena itu, mulai sekarang hentikan kebiasaan
merokok, atau minimal lakukan pembatasan agar terhindar dari risiko
terkena stroke [ CITATION End09 \l 1033 ].
2) Peminum alkohol
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat menaikkan
tekanan darah yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko terserang
stroke [ CITATION End09 \l 1033 ].
3) Obat – obatan terlarang, penggumpalan darah, serta merusak pembuluh
darah
Obat – obatan dan narkotika dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah, penggumpalan darah yang pada akhirnya juga menyebabkan stroke
[ CITATION End09 \l 1033 ].
4) Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol.
Kurangnya ktivitas fisik dan olahraga juga dapatmeningkatkan
risiko terserang stroke. Pada zaman modern ini manusia banyak
dimanjakan oleh sarana yang serba canggi sehingga gerak fisik menjadi
sangat sedikit. Ternyata hal tersebut mempunyai efek negative bagi
kesehatan tubuh, dapat munculnya risiko terserang penyakit jantung,
pembuluh darah dan stroke. Oleh kare itu, perlu upaya serius dan
sistematis untik meningkatkan aktivitasfisik. Namun yang perlu
diperhatikan, olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan harus sesuai
dengan aturan. Kuantitas dan kualitasnya disesuaikan menurut usia,
kondisi kesehatan, kondisi lingkungan, dan kemampuan masing – masing
orang [ CITATION End09 \l 1033 ].
2.2.5 Patofisiologi Stroke
Otak kita sangat sensitive terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai
darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan
pada pembuluh darah lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan
metabolism anaerobic jika terjadi kekurangan oksigen atau glukosa. Otak
diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak disbanding organ lain yang vital
untuk mempertahankan metabolism serebral. Iskemik jangka pendek dapat
mengarah ke penurunan system diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada jaringan otak dan infark dalam hitungan menit. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi
kolateral ke area yang disuplai [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Iskemia dengan cepat dapat menganngu metabolism. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Tingkat oksigen
dasar klien dan kemampuan mengompensasi menentukan seberapa cepat
perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan terjadi. Aliran darah dapat terganggu
oleh masalah perfusi local, seperti pada stroke atau pada gangguan perfusi secara
umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Tekanan perfusi serebral harus
turun dua pertiga dibawah nilai normal (nilai tengah tekanan atrial sebanyak
50mmHg atau dibawahnya dianggap nilai normal) sebelum otak tidak menerima
aliran darah yang adekuat. Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan
neurologis [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Penurunan fungsi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan diarteri serebral
atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik
pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dank
arena adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel – sel dibagian tengah
atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segera setelah kejadian stroke
terjadi. Hal ini dikenal dengan istilah cerdera sel –sel saraf primer (primary neural
injury). Daerah yang mengalami hipoperfusi juga terjadi disekitar bagian utama
yang mati. Bagian ini disebut penumbra. Ukuran dari bagian ini tergantung dari
jumlah sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral merupakan gambaran
pembuluh darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh darah utama diotak.
Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh darah kolateral dapat menjelaskan
berbagai macam tingkat keparahan manifestasi stroke yang dialami oleh klien
didaerah anatomis yang sama [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Beberapa proses reaksi biokimia akan terjadi dalam hitungan menit pada
kondisi iskemik serebral. Reaksi – reaksi tersebut seperti neurotoksin, oksigen
radikal bebas (oxygen free radicals), nitro oksida (nitric oxide), dan glutamate
(glutamate) akan dilepaskan. Asidosis local juga akan terbentuk. Depolarisasi
membrane juga akan terjadi. Sebagai hasilnya akan terjadi edema sitotoksik dan
kematian sel. Hal ini dikenal dengan perlukaan sel – sel saraf sekunder (secondary
neuronal injury). Bagian neuron penumbra paling dicurigai terjadi sebagai akibat
dari iskemik serebral. Bagian yang membengkak setelah iskemik bisa mengarah
kepada penurunan fungsi saraf sementara. Edema bisa berkurang dalam beberapa
jam atau hari dank lien bisa mendapatkan kembali fungsi – fungsinya [CITATION
Joy14 \l 1033 ].
2.2.6 Manifestasi Klinis Stroke
Menurut WHO, dalam International Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10th Revision, stroke dapat dibagi atas :
1. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering kali setiap hari, saat aktivitas,
atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah
seringkali terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2 s.d 2
jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari) [ CITATION And15 \l 1057 ].
2. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala
hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala
atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bula ada
perdarahan subaraknoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikasi
anterior atau arteri karotis interna [ CITATION And15 \l 1057 ].
Manifestasi klinis stroke secara umum menurut [ CITATION Nur15 \l 1057 ] adalah
sebagai berikut :
1. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Tiba – tiba hilang rasa peka
3. Bicara cedel atau pelo
4. Gangguan bicara dan bahasa
5. Gangguan penglihatan
6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyingrai
7. Gangguan daya ingat
8. Nyeri kepala hebat
9. Vertigo
10. Kesadaran menurun
11. Proses kencing terganggu
12. Gangguan fungsi otak
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada stroke menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] adalah
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi/rupture.
2. Elektro encefalography
Mengidentifikasikan masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal darahyang berlawanan
dari masa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Kalsifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4. Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran
darah/muncul plak/arterosklerosis).
5. CT – Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
6. MRI
Memperlihatkan adanya edema tekanan anormal dan biasanya ada trombosisi,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub arachnois/perdarahan intracranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
berlawanan dari masa yang meluas.
8. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal
Tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA. Sedangkan
tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subaraknoid atau intracranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan
proses inflamasi.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah
Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai
250 mg dalam serum dan kemudian berangsung –angsur turun kembali.
2.2.8 Komplikasi Stroke
Menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] komplikasi stroke terdiri dari :
1. Berhubungan dengan immobilisasi
1) Infeksi persyarafan
2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan
3) Konstipasi
4) Trombofeblitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi
1) Nyeri pada daerah punggung
2) Dislokasi sendi
3. Berhubungan dengan kerusakan otak
1) Epilepsi
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
4. Hidrosefalus
2.2.9 Penatalaksanaan Stroke
1. Penatalaksanaan umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi lateral decubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik
stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 L/menit bila ada hasil gas darah.
3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
4) Control tekanan darah, dipertahankan normal
5) Suhu tubuh harus dipertahankan
6) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan, atau pasien yang kesadarannya menurun
dianjurkan pasang NGT.
7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
2. Penatalaksanaan medis
1) Trombolitik (streptokinase)
2) Anti platelet/anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Hemmoragea (pentoxyfilin)
5) Antagonis serotonin (noftidrofurly)
6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
3. Penatalaksanaan khusus/komplikasi
1) Atasi kejang (antikonvulsan)
2) Atasi tekanan intracranial yang meninggi (monitol. Gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll).
3) Atasi dekompresi (kraniotomi)
4) Untuk penatalaksanaan faktor risiko
(1) Atasi hipertensi (anti hipertensi)
(2) Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
(3) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
2.2.10 Upaya Pencegahan Stroke
Menurut [ CITATION And15 \l 1057 ] upaya pencegahan stroke dilakukan dengan
cara :
1. Mengurangi kegemukan
2. Berhenti merokok
3. Berhenti minum kopi
4. Batasi makan garam/lemak
5. Tingkatkan masukan kalium
6. Rajin berolahraga
7. Mengubah gaya hidup
8. Menghindari obat – obat yang dapat meningkatkan tekanan darah
Disamping itu ada kiat – kiat mencegah dan mengatasi stroke, yaitu :
1. Pola hidup sehat, mengonsumsi makanan rendah kolesterol dan tinggi serat.
2. Peningkatan intensitas dalam aktivitas fisik.
3. Menghilangkan atau meminimalkan melakukan pembatasan terhadap
kebiasaan merokok dan meminum – minuman beralkohol [ CITATION End09 \l
1057 ].
Daftar Pustaka
Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapakan buku 2 (8 ed.). Singapura: Elsevier.
Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan Buku 3. Singapura: Elseiver.
Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke (1 ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Julian Tudor Hart, T. F. (2009). Tanya Jawab Seputar Tekanan Darah Tinggi (2 ed.). Jakarta:
Arcan.
Kingham, K. (2009). Makan Oke Hidup Oke dengan Kolesterol Tinggi Kumpulan Resep dan
Tips Rendah Kolesterol. (P. Adhika, Ed.) Jakarta: Erlangga. Retrieved Agustus 28, 2009,
from http://www.erlangga.co.id
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia.
Mutaroh Akmal, Z. I. (2017). Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC - NOC (Revisi Jilid 3 ed.). Yogyakarta: Mediaction.
Priscilla LeMone, K. M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Integumen,
Gangguan Endokrin, Gangguan Gatrointestinal Edisi 5 (Vol. II). Jakarta: EGC.
Putri, A. S. (2015). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sayoga. (2013). Mencegah Stroke dan Serangan Jantung. (A. Kamsyach, Ed.) Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suryaningsih, E. K. (2009). Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker dan Stroke.
Yogyakarta: Kirana.