Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang

secara berangsur-angsur mencapai ke matangan seksual, mengalami

perubahan jiwa, dari jiwa kanak-kanak menjadi jiwa dewasa dan mengalami

perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Jumlah remaja di

dunia mencapai + 1,2 milyar pada tahun 2015 dan pada saat ini terdapat 1,1

milyar penghisap rokok di dunia dan 45% perokok adalah pelajar.

Diperkirakan tahun 2025 jumlah perokok akan semakin bertambah mencapai

1,7 milyar remaja.1

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa kanak-

kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan

psikologis, dan perubahan social.2

Jumlah remaja diseluruh Indonesia tercatat lebih dari 70 juta jiwa atau 13

kali lipat dari jumlah penduduk Singapura, “kata Deputi keluarga sejahtera

dan pemberdayaan keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), Sudibyo Alimoso. Jumlah remaja yang terlampau banyak

di Indonesia sering diikuti berbagai macam situasi memprihatinkan.


Jumlah perokok di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, tak hanya

orang dewasa namun,kini kebiasaan merokok sudah merambah anak-anak usia

1
2

belia. Mengacu data yang diberikan Tobacco Control Support Center (TCSC)

dalam komferensi pers “kawasan tanpa roko tidak berpihak pada rakyat,

mitos/ fakta”, dampak sosial merokok Pengurus Lembaga Perlindungan anak

Jawa Timur dapat meracuni anak tiap tahunnya. Berdasarka survey Lentera

tahun 2015, sebanyak 45% jumlah remaja di Indonesia 13-19 tahun sudah

merokok. Sedangkan pada tahun 2016 anak SD pun sudah ada yang merokok.3
Jumlah remaja di Provinsi Jawa Barat sebanyak 4,417,844 juta remaja.

Pada tahun 2012 jumlah remaja yang merokok sebanyak 31,5%, meningkat

pada tahun 2013 sebanyak 34,2%. Dan yang lebih menghawatirkan umur

mulai meroko yang semakin muda. Anak-anak berusia 5-9 tahun.4


Di Kabupaten Bogor dinas kesehatan kabupaten bogor melansir jumlah

prokok aktif saat ini sekitar 74% dari jumlah penduduk. Kenaikannya sangat

tinggi yakni 47% lebih banyak dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 27%

penduduk. Artinya pada saat ini ada sekitar 3,7 juta peroko aktif di kabupaten

bogor. Dari 3,7 juta perokok aktif tersebut 67,4% perokok adalah kaum pria

dan separuhnya berstatus pelajar SMP dan SMA.5


Sedangkan data yang diperoleh di SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi

Kabupaten Bogor pada tahun 2015 kelas satu terdapat 30 siswa. Kelas dua

terdapat 22 siswa. Dan kelas tiga terdapat 36 siswa, tercatat siswa yang

diketahui merokok sebanyak 88 siswa. Dan meningkat pada Tahun 2016 kelas

satu terdapat 40 siswa, kelas dua 44 siswa, kelas tiga 45 siswa. Tercatat siswa

yang diketahui meroko hampir seluruh siswa sebanyak 75 siswa merokok.


Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan bulan desember tahun

2016, yang dilakukan di SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi dari 20 responden,

terdapat 11 remaja perokok dan 9 orang mengatakan tidak merokok.


3

Minimnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok, membuat mereka

mengkonsumsi rokok tanpa tahu bagaimana cara melindungi dirinya sendiri.

Akibatnya banyak dari remaja tersebut yang sudah kecanduan rokok,

Permasalahan remaja ini makin kompleks dan mengkhawatirkan. Terutama

menyangkut soal usia remaja di bawah umur yang sudah mengkonsumsi

rokok. Hal tersebut di picu oleh kurangnya informasi yang mereka serap dan

harga diri yang tinggi yang di miliki para remaja. Remaja usia 5-14 tahun

sudah mengisap rokok. Tidak tanggung-tanggung pula, sekitar 60%

diantaranya melakukannya di dalam rumahnya sendiri.


Perokok di kalangan remaja semakin berani terang-terangan di tempat

umum, faktor pemicunya adalah kurangnya pengawasan orang tua,

lingkungan, harga diri remaja.


Pemerintah Indonesia menaikan harga rokok menjadi upaya untuk

menurunkan jumlah perokok di Indonesia. Selain itu pemerintah mengadakan

penyuluhan tentang bahaya rokok, penjelasan sekema nikotin mempengaruhi

otak sehingga menjadi ketagihan untuk merokok.


Berdasarkan data-data diatas dan pengamatan yang telah dilakukan, maka

penulis merasa tertarik untuk mengetahui “Hubungan Perilaku Merokok

Dengan Harga Diri Pada Siswa Di SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten

Bogor Tahun 2017”.


B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu

“Apakah ada Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Pada Siswa Di

SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017?”.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
4

Untuk Mengetahui Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Siswa

Di SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017.


2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku merokok siswa di

SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017.


b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi harga diri pada siswa yang

merokok di SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun

2017
c. Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan harga diri pada

siswa di SMK Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017

D. Manfaat
1. Manfaat bagi institusi
Menambah referensi perpustakaan yang dapat menambah wawasan

pembaca serta dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.


2. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi pihak sekolah untuk

lebih meningkatkan pengawasan dan memberikan penyuluhan tentang

bahaya merokok.
3. Bagi Peneliti
Sebagai latihan dan pengalaman berharga bagi peneliti untuk

mengetahui Hubungan perilaku merokok dengan harga diri siswa di SMK

Sumpah pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017.


E. Ruang lingkup
5

Penelitian ini berjudul Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri

Siswa Di SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor pada tahun 2017.

Variabel independen pada penelitian ini adalah perilaku merokok, variable

dependen pada penelitian ini adalah harga diri. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Responden pada penelitian ini adalah Remaja laki-laki, populasinya sebanyak

75 responden. Waktu penelitian akan di lakukan pada tanggal 24 juli tahun

2017 di SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor. Teknik sampel

menggunakan total sampling. Teknik analisa data yang digunakan adalah

univariat dan bivariat dengan uji statisktik Chi square.


F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Peneliti

No Nama Judul Desaign Hasil Penelitian

penelitian Penelitian
1 Arum Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian:Remaja

Wijayanti harga diri menggunakan laki-laki di SMP N 2

remaja laki- metode cross Gamping memiliki harga

laki dengan sectional. diri rendah sebanyak

kebiasaan Teknik (46,2%), dan remaja

merokok sampling yang yang memiliki perilaku

pada tahun digunakan merokok ringan

2015 SMP yaitu sebanyak (65,4%).Uji

Negri 2 proportional kendall’s tau didapatkan

Gamping stratified hasil p=0,000 berarti ada

random hubungan yang


6

sampling signifikan antara harga

diri dengan perilaku

merokok siswa dengan

hubungan kuat-0,642

dan dengan arah

hubungan negatif karena

semakin rendahnya

harga diri akan diikuti

dengan tingginya

intensitas perilaku

merokok.
2 Masruri Hubungan Metode Sebagian besar

Abdilah perilaku penelitian responden adalah usia

merokok menggunakan remaja pertengahan (15-

dengan harga metode 17 tahun) (55.2%),

diri remaja kuantitatif dipengaruhi faktor sosial

putra di SMK dengan desain (57.9%), dipengaruhi

Muhammadi korelasi, faktor psikologis

yah 4 Jakarta dengan uji (71.1%), dipengaruhi

pada tahun statistik yang faktor genetik (60.5%),

2014 digunakan dipengaruhi harga diri

adalah Chi rendah (63.2%). Hasil uji

Square untuk statistic menyatakan

analisa bivariat faktor sosial (0.043),


7

dan distribusi faktor psikososial

frekuensi (0.005), dan pada faktor

untuk univariat genetik (0.027) dengan

harga diri < α (0.05).


3 Achmad hubungan Teknik analisis dengan nilai korelasi

Firmandias antara data yang sebesar 0,843 dan dari

perilaku digunakan hasil uji regresi

merokok adalah regresi diperoleh persamaan Y =

dengan linear 8.198 + 1.561X dengan

peningkatan sederhana nilai signifikan 0.024.

harga diri dengan format Sedangkan nilai F hitung

remaja pada Skala Likert. > F table ( 68.751 >

mahasiswi Hasil analisis 0.398 ). Variabel yang

universitas data memiliki nilai dominan

gunadarma menggunakan dengan peningkatan

pada tahun uji validitas, harga diri remaja adalah

2012 uji reabilitas, variabel X1 yakni

korelasi, moment untuk merokok

regresi, uji t mempunyai pengaruh

dan uji sebesar 0.734 terhadap

hipotesis. variabel Y1 yakni

dihormati orang lain,

sebaliknya yang

mempunyai pengaruh
8

terkecil adalah variabel

X3yaitu dampak

merokok terhadap Y1

yaitu dihargai orang lain

sebesar 0.344

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Definisi
Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Selain istilah

pubertas digunakan juga istilah adolesens. Para ahli merumuskan bahwa

pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk

maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak kemasa

dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens

lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai

masa pubertas.6
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa kanak-

kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan

psikologis, dan perubahan social.6


Di sebagian besar masyarakat dan budaya, masa remaja pada umumnya

dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. remaja

merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara


9

berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa

dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan

ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.7


2. Fase Remaja
Masa remaja sangat panjang. Oleh karena itu, beberapa ahli

membagi masa remaja menjadi tiga fase ersebut antara lain:


a. Masa remaja awal (11-14 tahun)
Selama tahap remaja9 awal, remaja merasa harus menjadi

bagian dari kelompok. Sebab, kelompok dapat memberikan status

kepada dirinya.5 Remaja akan berusaha untuk mengikuti gaya

kelompok, mulai dari gaya berpakaian, merias wajah, serta menata

rambut sesuai dengan kriteria yang dianut oleh kelompok. Remaja

berusaha untuk menjadi bagian dari kelompok dengan cara-cara

demikian. Sebab, menjadi individu yang berbeda dari kelompok

dapat menyebabkan remaja tidak dapat diterima, bahkan

diasingkan oleh kelompok.8


b. Masa remaja pertengahan (15-17 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir

yang baru, mampu mengarahkan diri sendiri (self direct), mulai

mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

diri, dan membuat keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan

yang ingin dicapai.8


c. Masa remaja akhir (18-20 tahun)
Masa ini ditandai dengan persiapan akhir remaja untuk

memasuki peran dewasa. Selama periode ini, remaja berusaha

memantapkan tujuan dan mengembangkan identitas personal. Ciri

dari tahap ini adalah remaja memiliki keinginan yang kuat untuk
10

menjadi pribadi yang matang; dan remaja berusaha agar dapat

diterima dalam kelompok teman sebaya serta orang dewasa.8


3. Perkembangan pada Masa Remaja
Setiap individu yang memasuki usia remaja akan mengalami

berbagai perkembangan pada dirinya9. Berikut adalah berbagai

perkembangan yang dialami oleh remaja:


a. Perkembangan fisik
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil

perubahan hormonal yang berada di bawah pengaruh sistem saraf

pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan

fisik serta pada penampakan dan perkembangan karakteristik seks

sekunder.9 Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan

berdasarkan dua karakteristik, yaitu:


1) karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal

yang melaksanakan fungsi reproduktif (misal : ovarium, uterus,

payudara, penis).10
2) karakteristik seks sekunder yang merupakan perubahan di

seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal:

perubahan suara, munculnya rambut pubertas, penumpukan

lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam fungsi reproduksi.10

b. Perkembangan emosional
Remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang labil, tidak

konsisten, dan tidak dapat diterka. Hal ini dikarenakan status

emosional remaja masih belum stabil. Remaja awal bereaksi cepat

dan emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu


11

mengendalikan emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi yang

tepat untuk mengekspresikan dirinya.


c. Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja

mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak.9 Remaja

sudah memiliki pola pikir sendiri sebagai upaya untuk

menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan abstrak.


d. Perkembangan moral
Perkembangan menyebutkan bahwa pada masa remaja mulai

terbentuk sikap autonomi. Remaja sudah memiliki suatu prinsip

yang diyakini, mulai memikirkan keabsahan dari pemikiran yang

ada, serta mencari dan mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk

mencapai tujuan.9
e. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya

pertanyaan terkait nilai-nilai yang dianut keluarga. Remaja akan

mengeksplorasi keberadaan Tuhan dan membandingkan agamanya

dengan agama orang lain. Hal ini dapat menyebabkan remaja

seringkali mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri

remaja sendiri.
f. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan

bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi

keluarga, serta menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang

orang tua.9
g. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri remaja ditandai dengan menerima

perubahan tubuh, menggali tujuan hidup untuk masa depan, menilai


12

positif tentang dirinya sendiri, dan terjalin hubungan dengan lawan

jenis. Perkembangan konsep diri, khususnya harga diri, akan terus

mengalami perkembangan. menyebutkan bahwa individu yang

memasuki masa remaja dengan harga diri yang utuh, akan mampu

mengatasi semua perubahan perkembangan yang terjadi pada masa

remaja.9
h. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial dicirikan dengan tingginya inisiatif

dankesenangan remaja untuk mencoba suatu hal yang baru.

Menyebutkan latar belakang remaja mulai merokok berkaitan

dengan adanya krisis aspek psikososial pada masa

perkembangannya, yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati diri

dan memiliki inisiatif tinggi untuk mencoba hal-hal baru yang

menantang.11
4. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja :
a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis dan psikologis
Perbedaan antara harapan remaja dan lingkungan terhadap

penampilan fisik remaja, dapat menimbulkan masalah bagi remaja

untuk menerima keadaannya dan berpengaruh pada perilaku

remaja. Permasalahan ini dapat menimbulkan masalah pada konsep

diri dan berisiko terjadinya perilaku yang membahayakan

kesehatan, seperti merokok. Hal ini remaja lakukan untuk

menghilangkan perasaan negatif yang remaja rasakan.12


b. Belajar bersosialisasi dengan orang lain
Nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua sering diabaikan oleh

remaja karena remaja seringkali mengadopsi nilainilai yang baru.


13

Perubahan nilai-nilai yang dianut dapat menyebabkan konflik

dengan orang tua. Konflik ini dapat memicu remaja untuk mudah

terjerumus pada perilaku maladapatif seperti merokok.12


c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang

dewasa lainnya.
Remaja harus memiliki kemampuan membedakan mana yang baik

dan mana yang tidak baik, serta dapat mengambil keputusan yang

tepat, semakin besar pemberian otonomi dari orang tua, maka akan

semakin positif perkembangan psikososial, kesehatan mental, dan

kepribadian remaja. Hal ini dapat menjadi konflik bagi remaja saat

remaja menginginkan kebebasan dengan cara berkumpul dengan

teman sebaya. Remaja seringkali menghabiskan sebagian besar

waktunya untuk bergaul bersama dengan teman sebaya. Konflik

dapat terjadi jika nilai yang dianut oleh teman sebaya bertentangan

dengan nilai dalam keluarga. 12


d. Memperoleh kemandirian secara ekonomi
Keinginan terbesar dari remaja adalah mulai menjadi seseorang

yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang tua secara

ekonomi. Kondisi internal dan eksternal dapat menyebabkan remaja

tidak mendapatkan keinginannya untuk menjadi individu yang

mandiri dan terbebas dari masalah ekonomi. Permasalahan ini dapat

menjadi konflik bagi remaja dan dapat menjerumuskan remaja pada

perilaku merokok.12
e. Menemukan model untuk identifikasi
Tugas perkembangan remaja adalah menemukan model untuk

identitasnya. Remaja seringkali memberikan identitas pada dirinya


14

seperti pada tokoh yang remaja kagumi. Tokoh tersebut merupakan

model bagi remaja yang patut untuk dicontoh, baik karena tingkah

laku maupun kepribadiannya. Permasalahannya saat ini, banyak

remaja yang mengidolakan tokoh yang seringkali menonjolkan

kekerasan dan perilaku tidak sehat, seperti merokok, pornografi,

maupun pornoaksi. Hal ini menyebabkan munculnya risiko masalah

perilaku merokok, agresif, dan seksual pada remaja.12


B. Konsep Perilaku
1. Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh

manusia dan di pengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,

persuasi dan genetika.Perilaku seseorang di kelompokan ke dalam

perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku

menyimpang.Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang

tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu

tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh

disalah artikan sebagai perilaku social, yang merupakan suatu tindakan

dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang

secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku

seseorang di ukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai

control sosial dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya

dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang

memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku

seringkali dilakukan dalam rangka piñata-laksanaan yang holistik dan

komprehensif.13
15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


a. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercaya oleh

individu. Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang

dimiliki individu mengenai sesuatu kepercayaan datang dari yang telah

dilihat, kemudian terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau

karakteristik umum suatu objek.13


b. Sekali kepercayaan telah terbentuk, akan menjadi dasar pengetahuan

seseorang mengenai yang dapat diharapkan dari objek tertentu. Namun

kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak terlalu akurat. Kadang-

kadang kepercayaan tersebut terbentuk justru dikarenakan kurang atau

tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. Sering

kali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan atau

opini. 13
c. Tahap memahami (comprehension), merupakan tahap memahami

suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga

dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek. 13


d. Tahap aplikasi (application), yaitu jika orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui

pada situasi yang lain. 13


e. Tahap analisis (analysis), merupakan kemampuan seseorang

menjabarkan dan memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan,

memisahkan, mengelompokan, membuat diagram pada pengetahuan

atas objek tersebut. 13


16

f. Tahap sintesis (synthesis), tahap ini menunjukan kemampuan

seseorang untuk merangkum suatu hubungan logis dari komponen-

komponen pengetahua yang dimiliki. Sintesis merupakan kemampuan

untuk menyusun formulasi baru. 13


g. Tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan penelitian terhadap suatu objek.13


Sedangkan perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu :
1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-

nilai dan tradisi.


2) Faktor pemungkin (enabling factors),yaitu faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan

antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan

sarana, serta sumber daya.


3) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya prilaku misalnya dengan

adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.


14

C. Perilaku Merokok
1. Definisi Rokok
17

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2012).

Mendefinisikan rokok sebagai gulungan tembakau yang dibungkus

dengan daun nipah, dibungkus dengan kertas berbentuk silinder, ukuran

panjang 70-120 mm, diameter 10 mm, serta berwarna putih atau cokelat.15
Menyebutkan rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus,

sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan sejenisnya. Asap rokok

mengandung sekitar 4000 bahan kimia dengan 43 diantaranya bersifat

karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan berbagai macam

penyakit, seperti: kanker mulut, kanker faring, kanker paru, kanker

prostat, gangguan kehamilan dan janin, penyakit jantung koroner,

pneumonia, dan lainnya.15


2. Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan

atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses

pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.16


a. Jenis rokok berdasarkan bahan pembungkus:
1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung.
2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau
b. Sedangkan, jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi rokok, yaitu:
1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi bahan tertentu untuk mendapatkan efek rasa

dan aroma tertentu.


2) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu.


18

3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.


c. Jenis rokok berdasarkan proses pembuatannya terbagi menjadi dua

yaitu:
1) Sigaret kretek tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya

dengan cara digiling atau di linting dengan menggunakan tangan

dan atau alat bantu sederhana.


2) Sigaret kretek mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya

menggunakan mesin. Sigaret kretek mesin sendiri di kategorikan

ke dalam 2 bagian:
a) Sigaret kretek mesin full flavor (SKM FF): rokok yang dalam

proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.

Contoh: gudang garam filter internasional, djarum super, dan

lain-lain.
b) Sigaret kretek mesin light mild (SKM LM): rokok mesin yang

menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok

jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A

Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, LA Light, Surya Slim, dan

lain-lain. Sedangkan, jenis rokok berdasarkan penggunaan filter

terbagi menjadi dua yaitu:


1. Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus.
2. Rokok non filter (RNF): rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus.


3. Definisi Perilaku Merokok
Definisikan merokok sebagai suatu aktivitas menghisap asap

tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali


19

keluar. Maka, perilaku merokok merupakan suatu kegiatan membakar

rokok dan menghisap asap rokok. Asap rokok kemudian dihembuskan

keluar, sehingga menyebabkan asap rokok terhisap oleh orangorang yang

berada di sekitar perokok. Perilaku merokok merupakan perilaku yang

berkaitan erat dengan perilaku kesehatan.14 Sebab, perilaku merokok

merupakan salah satu perilaku yang dapat membahayakan kesehatan.

Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas

pada masyarakat Indonesia. Perokok berasal dari berbagai jenis kelas yang

meliputi: kelompok umur, sosial, dan jenis kelamin. Hal ini menjadi dasar

bahwa kebiasaan merokok sulit untuk dihilangkan. Sebab, tidak banyak

masyarakat yang mengakui bahwa rokok merupakan suatu kebiasaan

buruk yang seharusnya dihindari.17


4. Tipe Perilaku Merokok
klasifikasikan tipe yaitu:
1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif
Perokok tipe ini merokok untuk mendapatkan relaksasi dan

kesenangan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kenikmatan yang

didapat dari merokok; rangsangan untuk meningkatkan kepuasan dari

merokok; dan dilatarbelakangi karena kesenangan individu dalam

memegang rokok.18
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Perokok tipe ini merokok untuk menurunkan perasaan negatif yang

perokok alami. Misalkan untuk menurunkan perasaan cemas, marah, atau

gelisah. Motivasi individu untuk merokok adalah sebagai upaya untuk

menghindarkan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan bagi

dirinya.18
3. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis
20

Perokok tipe ini sudah mengalami kecanduan psikologis dari

rokok. Perokok akan meningkatkan jumlah batang rokok yang dihisap

setiapn harinya. Hal ini dilakukan hingga individu mendapatkan efek

ketenangan seperti yang diharapkan.18


4. Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan
Perokok tipe ini menggunakan rokok sama sekali bukan untuk

mengendalikan perasaannya kegiatan merokok sudah menjadi kebiasaan

atau rutinitas individu. Perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang

otomatis, tanpa dipikirkan, dan tanpa disadari oleh individu. 18


5. Tipe Perokok
Tipe perokok berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang dihisap

setiap harinya Tiga tipe perokok tersebut adalah:19


1. perokok ringan menghisap 1-4 batang rokok perhari;
2. perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok perhari; dan
3. perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari.
6. Tahapan Perilaku Merokok pada Remaja
Perilaku merokok pada remaja menjadi empat tahap. Empat tahapan

perilaku merokok pada remaja adalah:


1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum pernah merokok.

Pada tahap ini, remaja mulai membentuk opini tentang rokok dan

perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan

sikap pada remaja, munculnya tujuan mengenai rokok, dan citra perilaku

merokok yang diperoleh remaja.19


2. Tahap inisiasi
Tahap ini merupakan tahap coba-coba untuk merokok. Remaja

beranggapan bahwa dengan merokok, remaja akan terlihat dewasa,

keren, gagah, dan berani.19


3. Tahap menjadi seorang perokok
Pada tahap ini, remaja memberikan identitas pada dirinya sebagai

seorang perokok. Remaja juga sudah mulai ketergantungan rokok


21

remaja yang menggambarkan dirinya sebagai seorang perokok, besar

kemungkinan akan tetap menjadi seorang perokok di masa yang akan

datang.19
4. Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis. Faktor

psikologis yang mempengaruhi remaja untuk terus merokok adalah:

adanya kebiasaan, stres, depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan,

ketegangan, upaya untuk memiliki teman.19


7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja
ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.

Faktor-faktor tersebut adalah:


a. Pengaruh orang tua
Remaja yang tinggal dengan orang tua yang tidak memperhatikan

anak dan adanya hukuman fisik yang keras dalam keluarga, akan lebih

mudah untuk menjadi perokok Selain itu, salah satu faktor risiko

pencetus bagi remaja untuk merokok adalah memiliki keluarga yang

meroko. Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada

anak. Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti

perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.19


b. Pengaruh teman
menyebutkan bahwa salah satu faktor risiko pencetus remaja untuk

merokok adalah memiliki memiliki teman yang juga sebagai perokok.

menyebutkan, diantara remaja perokok terdapat 87% di antaranya

memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan

remaja bukan perokok. 19


c. Faktor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja untuk

mengonsumsi rokok dan obat-obatan, yaitu sifat konformitas sosial,


22

individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas

sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan

dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah.19


d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok,

baik dari media cetak maupun media elektronik, yang menggambarkan

bahwa perokok terlihat jantan dan gagah. 19


D. Harga Diri
1. Definisi Harga Diri
Mendefinisikan harga diri sebagai nilai yang ditempatkan individu

pada diri sendiri. Hal ini mengacu pada evaluasi diri secara menyeluruh

terhadap diri sendiri. Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu sumber

internal dan eksternal, yang mencakup penerimaan diri meski lemah.20


Penilaian harga diri secara tinggi atau rendah diperoleh dari evaluasi

individual terhadap dirinya. Individu mengevaluasi diri dalam lingkungan

keluarga, sekolah, tempat berorganisasi, tempat bekerja, maupun

lingkungan sosial. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah penilaian

terhadap kondisi iri, seperti: menghargai kelebihan, menghargai potensi

diri, dan menerima kekurangan diri sendiri. Sedangkan, penilaian negatif

terhadap diri sendiri adalah:


1) Penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri
2) Tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu

yang selalu kurang.


Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat

sebagai individu yang berarti dan penting, meskipun individu mengalami

kegagalan, kekalahan, atau bersalah.20


2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Harga diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor yang

melatarbelakangi harga diri terdiri atas empat komponen, yaitu:


23

a. Pengalaman
Mendefinisikan pengalaman sebagai suatu bentuk emosi, perasaan,

tindakan, dan kejadian yang pernah dialami individu; dirasakan

bermakna; dan meninggalkan kesan dalam hidup individu. Pengalaman

individu yang positif dapat meningkatkan harga diri, seperti: prestasi

yang diraih dan kompetensi diri dalam berbagai hal. Sedangkan,

pengalaman individu yang negatif dapat menurunkan harga diri,

seperti: merasa dirinya tidak diterima, tidak kompeten, dan tidak

bernilai.21
b. Pola asuh
mendefinisikan pola asuh sebagai cara orang tua dalam

menunjukkan otoritasnya. Pola asuh merupakan cara orang tua untuk

memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.21


c. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak besar kepada remaja melalui

hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua, teman sebaya,

dan lingkungan sekitar, Lingkungan yang membuat remaja merasa

diterima, dihargai, dan dihormati, akan menjadikan remaja merasa

bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang lain.21


Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan

tembakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman sebaya

yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok dimedia.

Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam pembentukan

perilaku merokok remaja. Sebuah studi kohort terhadap remaja

didapatkan bahwa prediktor bermakna dalam peralihan dari kadang-


24

kadang merokok menjadi merokok secara teratur adalah orangtua

perokok dan konflik keluarga.


Faktor lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali

memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok, terutama perilaku

merokok yang ada di keluarga keluarga (orangtua atau saudara

kandung yang merokok), dan perilaku merokok teman sebaya.22


d. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan

individu untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan

finansial. Individu dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi, akan

merasa dirinya lebih berarti dan berharga, dibandingkan dengan orang

lain dengan status sosial ekonomi di bawahnya.


3. Aspek-Aspek Harga Diri
Harga diri individu terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a. Perasaan berharga
Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu saat

merasa dirinya berharga karena dihargai oleh orang. Individu yang

merasa dirinya berharga, akan dapat mengekspresikan dirinya dengan

baik, dapat menerima kritik, dan memiliki kecenderungan dapat

mengontrol perilaku.22
b. Perasaan mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki individu pada

saat individu merasa mampu untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan. Individu yang memiliki harga diri positif menyukai tugas

baru yang menantang, aktif, dan tidak cepat bingung jika segala

sesuatu berjalan di luar rencana. Perasaan mampu dan merasa

kompeten ketika melaksanakan tugas, secara bertahap dapat

meningkatkan harga diri remaja.22


25

c. Perasaan diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu

ketika individu diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok.

Ketika individu diperlakukan sebagai bagian dari kelompok, maka ia

akan merasa dirinya diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut.22


4. Karakteristik harga diri
Harga diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang

dirinya yang dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan

sehari-hari. Penilaian individu ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang

dapat bersifat tinggi dan negatif.23


a. Harga diri tinggi
Orang asertif mengarah pada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya

diri. Asertivitas terkandung perilaku kesanggupan ber-masyarakat,

berempati dan ber-komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Individu yang asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan kelebihan

yang dimiliki dan memandang kelebihan- kelebihan tersebut lebih

penting dari pada kelemahannya, begitu pula sebaliknya. Terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan asertivitas

yaitu: jenis kelamin, harga diri, kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe

kepribadian dan situasi tertentu lingkungan sekitar


b. Harga diri rendah
Perasaan tidak berharga, tidak berati dan rendah diri berkepanjangan

akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.


26

E. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri
:

1. Pengalaman
2. Pola asuh Harga Diri Remaja
3. Lingkungan

 Perilaku
merokok
4. Sosial ekonomi

Bagan 1.2 Kerangka Teori

Sumber : Santrock, J. W (2010)

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Ditelian
27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

deskriptif analitik dengan pendekatan ”cross sectional” dimana data yang

menyangkut variabel independen dan variabel dependen di kumpulkan

dalam waktu yang bersamaan. Analitik yaitu digunakan untuk mengetahui

hubungan sebab akibat antara dua variabel secara observasional.

Kuantitatif adalah sebuah penelitian yang berlangsung secara ilmiah dan

sistematis dimana pengamatan yang dilakukan mencakup segala hal yang

berhubungan dengan objek penelitian, fenomena serta korelasi yang ada.24


B. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara

variabel satu dengan variabel lain. Dalam kerangka konsep ini penelitian

Hubunga Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Siswa Di SMK Sumpah

Pemuda 2 Kabupaten Bogor. Dimana variabel bebas (Independent) ada

yaitu perilaku merokok. Harga diri sebagai variabel terikat (Dependent).

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Merokok Harga Diri


28

3.1 Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah Segala
32 sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi hal

tersebut,kemudian ditarik kesimpulannya.25


1. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini yaitu “Perilaku merokok”.


2. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini yaitu “ Harga Diri”.


D. Definisi Operasional

Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena.25

Definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :


29

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel
Definisi Skala
Penelitian
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Independen
Perilaku Definisi perilaku Kuesioner Diberikan 1. Perokok Ordinal

merokok merokok lembar ceklis ringan

sebagai suatu dengan 1 apabila

aktivitas pernyataan di merokok 1-4

menghisap asap beri nilai 1 jika batang

tembakau yang pernyataan 1-4 perhari


2. perokok
dibakar ke batang rokok
sedang
dalam tubuh dan perhari nyaitu
apabila
menghembuskan perokok
merokok 5-
nya kembali ringan,
Di beri nilai 2 14 batang
keluar
jika pernyataan perhari
3. perokok
5-14 batang
berat apabila
perhari yaitu
merokok
perokok
lebih dari 15
sedang,
diberi nilai 3 batang

jika pernyataan perhari

lebih dari 15

batang perhari
30

yaitu perokok

berat.

Harga Diri harga diri adalah Kuesioner Diberikan 1. harga diri Ordinal

sebagai nilai kuesioner yang tinggi ≥

yang berjumlah 15 mean


2. harga diri
ditempatkan pertanyaan
rendah <
individu pada tentang harga
mean
diri sendiri. diri, jika

pernyataan iya

di berinilai

1,jika tidak di

beri nilai 2

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk pernyataan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara

karena jawaban yang sementara karena jawaban yang diberikan baru


31

didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir

yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.


1. Ha= Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Siswa Di SMK

Sumpah Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor


Ha = Diterima, jika P value < Alpa (0,05), artinya ada hubungan.

2. H0=Tidak ada Hubungan perilaku merokok dengan harga siswa di

SMK Sumpah Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor

H0=Ditolak, jika P value > Alpa (0,05),artinya tidak ada hubungan.

F. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian

ini adalah Siswa Di SMK Sumpah Pemuda 2 Kabupaten Bogor Tahun

2017 sebanyak 75 responden.


2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian.24 Dalam penelitian ini diambil secara total

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber

data. Yang menjadi responden dalam penelitian ini Siswa Di SMK

Sumpah Pemuda 2 Kabupaten Bogor Tahun 2017 sebanyak 75

responden.

G. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah obyek yang dijadikan pusat penelitian

untuk menghasilkan data selengkap mungkin sesuai dengan permasalahan

yang dihadapi,selanjutnya data tersebut akan dianalisa berdasarkan


32

perhitungan statistik. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK Sumpah

Pemuda 2 Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017.


H. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian adalah waktu keseluruhan dari jalannya

penelitian yang berkaitan dengan pengambilan data saat penelitian.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 24 juli 2017 di SMK

Sumpah Pemuda 2 Kabupaten Bogor.


I. Etika Penelitian
Etika Penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,pihak

yang diteliti dan masyarakat akan memperoleh dampak dari hasil

penelitian tersebut.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti membagikan kuesioner

kepada responden. Selanjutnya kuesioner disampaikan kepada responden

dengan menekankan pada etika yang meliputi :


1. Right to self determination
Responden yang bersedia diteliti diberikan lembar

persetujuan.Responden dengan terlebih dahulu diberi kesempatan

membaca isi lembar tersebut,selanjutnya harus mencantumkan tanda

tangan sebagai bukti kesediannya menjadi responen penelitian.


2. Right to privacy and dignity
Untuk menjaga kerahasiaan responden,responden tidak perlu

mencantumkan nama dalam kuesioner. Pada lembar pengumpulan data

peneliti hanya menuliskan atau memberi kode tertentu pada setiap

lembaran.
3. Right to anonymity and confidental
Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin

oleh peneliti.
4. Right to fair treatment
33

Dalam memenuhi hak ini biasanya nama responden

dirahasiakan,responden berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang

telah dia lakukan dala penelitian,responden juga harus diberitahu apa

hasil dari penelitian tersebut.


5. Right to protection from discomport and harm
Responden berhak mendapatkan perlindungan dari berbagai

ketidaknyamanan yang mungkin muncul selama dalam proses pengisian

kuesioner.Misalnya responden sudah lelah sehingga antisipasi yang

dilakukan oleh peneliti adalah menghentikan proses pengisian

kuesioner dan akan dilanjutkan sesuai kontrak waku yang sudah

disepakati oleh responden dan peneliti sebelum proses pengisian

kuesioner selesai.
J. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data


Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang hal-hal yang diketahui responden.Variabel bebas

(Variabel independent) dalam penelitian ini adalah Siswa Di SMK

Sumpah Pemuda 2 Kabupaten Bogor Tahun 2017.


2. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis primer yang

diperoleh dari hasil kuesioner dan pengisian lembar pengumpulan data

lembar pengumpulan data dari setiap variabel. Tehnik pengumpulan

data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :mengambil

data studi pendahuluan kepada Siswa Di SMK Sumpah Pemuda 2


34

Kabupaten Bogor Tahun 2017 sebanyak 75 responden dengan

menggunakan kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang di

lakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan dan

pertanyaan kepada orang lain.


a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji Validitas ini akan

dilakukan di SMK Wijaya Plus 1 Ciawi Kabupaten Bogor. Validitas

merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

keaslian instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai

validitas tinggi. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita

susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka

perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item

(pernyataan) dengan skor total kuesioner tersebut.26


Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner

dalam penelitian ini dapat digunakan. Uji validitas yang digunakan

adalah dengan rumus Pearson Product Moment.28


Uji validitas dilakukan di SMK Wijaya Plus 1 Ciawi dengan

jumlah 20 responden. Hasil validitas yang dilakukan di SMK

Wijaya Plus 1 Ciawi adalah Cronbach’s Alpha ,992 dengan angka

kesalahan 0,5 dengan responden jumlah responden sebanyak 20

dengan r table 0,444, yang berarti hasil dari reliabilitas yang

dilakukan seluruh komponen kuesioner valid.


b. Uji Reliabilitas
35

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal-soal

tersebut reabel atau tidak. Dalam mencari reliabilitas dengan

menggunakan rumus K-R 20.


Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran dikatakan reliable

jika digunakan ulang dengan kepututusan uji bila nilai cronbah’s

alpha ≥ 0,6 maka pertanyaan reliabel.

3.Prosedur Kerja
a. Tahapan persiapan
Dalam tahap ini terdiri dari:
1) Konsultasi pembimbing
2) Studi pustaka
3) Menyusun proposal penelitian
4) Melaksanakan ujian seminar proposal
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini terdiri dari mengurus perijinan di instalasi

dan lahan tempat penelitian serta menyiapkan instrumen.

Instrumen penelitian berupa kuesioner.


c. Tahap pengumpulan data
Dalam tahap ini terdiri dari memilih sampel penelitian,

mengumpulkan sampel dan menjelaskan tentang proses

penelitian, membagikan kuesioner keresponden. Data yang

dianalisis disusun menjadi laporan akhir dibawah bimbingan

dosen pembimbing.
K. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Data mentah ( raw

data) yang telah dikumpulkan selanjutnya di olah sehingga menjadi

sumber yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.


36

Pengolahan data dalam peneitian ini dilakukan dengan menggunakan

komputer dengan tahapan pengolahan data melalui beberapa proses

yakni sebagai berikut:


a. Editing Data
Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan suatu

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner yang kemungkinan ada kesalahan dalam kelengkapan,

kejelasan, dan konsisten jawaban.


b. Coding data
Setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan

pengkodean pada jawaban dari setiap pertanyaan terhadap

variabel sebelum di olah dengan komputer, dengan tujuan untuk

memudahkan dalam melakukan analisa data.


Coding yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Coding Perilaku Merokok:
a) Perokok ringan = 1
b) Perokok sedang = 2
c) Perokok berat = 3
2. Coding Harga diri
a) Harga diri tinggi apabila ≥ mean
b) Harga diri rendah apabila < mean
Yakni mengisi kolom-kolom lembar atau kartu kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan


c. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali dan pemeriksa

kesalahan pada data yang sudah di entry untuk diperbaiki dan

disesuaikan dengan data yang telah dikumpulkan


.

3. Analisa Data
37

Ada beberapa macam analisis data, tetapi dalam penelitian ini

peneliti menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Bentuk

analisis univariat tergantung dari jenis datanya.Untuk data

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata,median dan standar

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Variabel

yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah variabel

independent “Perilaku Merokok” dan variabel dependent “Harga

diri”

x 100%

Keterangan:

P = Frekuensi hasil presentase

f = Hasil pencapaian
n = Total seluruh observasi
Hasil univariat dalam penelitian ini adalah terdapat jenis

perokok sedang dengan jumlah 31 responden (41,3%), jenis

perokok ringan 26 responden (34,7%) dan jenis perokok berat

sebanyak 18 responden (24%). Untuk hasil dari harga diri 24

responden (32%) memiliki harga diri tinggi dan 51 responden

(68%) memliki harga diri negatif

b. Analisis Bivariat
38

Analisis Bivariat yaitu analisis yang menggunakan tabel

silang untuk menyoroti dan menganalisis perbedaan atau

hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen,

Hubungan Perilaku merokok dengan harga diri siswa di SMK

Sumpah Penuda 2 Ciawi Kabupaten bogor.


Menguji ada tidaknya perbedaan/hubungan antara variable

digunakan chi square, dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil

yang diperoleh pada analisis chi square, dengan menggunakan

program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan α =

0,05. Apabila nilai p < dari α = 0,05, maka ada hubungan atau

perbedaan antara dua variabel tersebut. 24


Rumus Chi Square

X2 = ∑ (0 -: ϵ)2
Keterangan
0 = Frekuensi (Observasi
ϵ = Efek yang diharapkan (Expected)
X2 = Chi Square
Uji Chi Square atau X2 dapat digunakan untuk mengestimasi atau

mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis observasi

untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang

signifikan
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dapat digunakan Uji kai

Kuadrat atau Chi Square. Proses pengujian Chi Square adalah

membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan

frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi

dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada


39

perbedaan yang bermak na (signifikan). Sebaliknya bila nilai

frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang

bermakna.
Hipotesis ditolak bila p value ≤ 0,05 berarti ada hubungan,

hipotesis diterima bila p value ≥ 0,05 berarti tak ada hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat, (α = 0,05). Adapun

pembuktian dengan uji chi square dapat menggunakan rumus

perhitungannya adalah :24

x2

Keterangan :
O:Nilai Observasi
E:Nilai Ekspektasi (Harapan)

Anda mungkin juga menyukai