Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULER (HIPERTENSI)”

Fatma S. Ruffaida, S. Kep., Ns., M.N.S.

Disusun Oleh:
Kelompok 12

Novita Sari 1610913320032


Ayu Dita Aprillia 1710913320007
Fitria Ariyati 1710913220011
Muhammad Kholillurrahman 1710913310020
Rahmatun Ni’mah 1710913320031
Ridha Nadini 1710913120008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Fatma S. Ruffaida, S. Kep., Ns., M.N.S.
Kelompok : Kelompok 12
Nama Anggota : Novita Sari 1610913320032
Ayu Dita Aprillia 1710913320007
Fitria Ariyati 1710913220011
Muhammad Kholillurrahman 1710913310020
Rahmatun Ni’mah 1710913320031
Ridha Nadini 1710913120008

Banjarbaru, Maret 2020

Fatma S. Ruffaida, S. Kep., Ns., M.N.S.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah ini pasti tidak lepas dari kesalahan. Tidak lupa pula kami mengharap
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita. Aamiin.

Banjarbaru, Maret 2020

Kelompok 12

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Definisi .......................................................................................................... 3
2.2 Manifestasi Klinis .......................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi ...................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi ................................................................................................... 4
2.5 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 5
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................. 5
BAB III PATHWAY (WOC) .......................................................................................... 6
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 7
4.1 Diagnosis Keperawatan ................................................................................. 7
4.2 Rencana Keperawatan ................................................................................... 7
BAB V SIMPULAN ...................................................................................................... 12
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
5.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau
5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia
meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh
Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh
penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4
persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro
Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada
tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun
serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS, 2000).
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat
diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu
penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah
hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa
patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan
hipertensi pada usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi
dengan bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun
sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko
penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 %
dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia
dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari
seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah,
stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak

1
menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko
utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi
merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi
dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya
yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran
hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian
keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang,
bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu hipertensi pada lansia?
b. Apa saja klasifikasi hipertensi pada lansia?
c. Bagaimana patofisiologi hipertensi pada lansia?
d. Apa saja pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia?
e. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi pada lansia?
f. Bagaimana Asuhan Keperawatan hipertensi pada lansia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2001). Menurut WHO
(1978), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996).
Dikatakan hipertensi apabila seseorang terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih (Smeltzer, 2001).

2.2 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala hipertensi pada lansia :
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak, yaitu sekitar 90-
95% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga, obesitas, diit tinggi natrium,
lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor genetik sepertinya
sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme pastinya masih belum
diketahui.

3
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya.
Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler,
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu
sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National Committee 7
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II ≥ 160 ≥ 100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
a. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%
penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring
bertambahnya umur.
b. Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring
bertambahnya umur.
c. Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60 th, lebih
banyak pada wanita. Meningkat dengan bertambahnya umur.

2.4 Patofisiologi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala
akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan,
saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang

4
dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan (Anbarasan, 2015):
1. Pemeriksaan urinalisa
2. Darah perifer lengkap
3. Kimia darah
 Kalium
 Natrium
 Kreatinin
 Gula darah puasa
 Kolesterol total
 Kolesterol HDL

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia, pada prinsipnya tidak berbeda dengan
hipertensi pada umumnya; yaitu terdiri dari modifikasi pola hidup dan bila diperlukan
dilanjutkan dengan pemberian obat-obat antihipertensi. Obat yang umum digunakan
adalah diuretic dan antagonis kalsium, dengan prinsip dosis awal yang kecil dan
ditingkatkan secara perlahan. Sasaran tekanan darah yang ingin dicapai adalah
tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan diastolic < 90 mmHg (Hartini, 2016).

5
BAB III
PATHWAY (WOC)

Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas ↓ arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskular pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan Pembuluh Darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

sistemik Spasme
Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi
pembuluh
arterioele
otak
darah menurun vaskontriksi
Blood flow
otak ↑
menurun Diplopia
Sinkop Afterload Resiko
Respon RAA meningkat cedera
Nyeri: kepala G. pola Rangsang
aldosteron Penurunan curah Fatique
& kaku kuduk tidur jantung 6
Retensi Na
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Intoleransi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

.1 Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur
3. Gangguan perfusi jaringan
4. Penurunan curah jantung
5. Intoleransi aktivitas
6. Resiko cedera

.2 Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut (00132)
Batasan karakteristik: keluhan karakteristik nyeri
Faktor yang berhubungan: agen cedera biologis
NOC: kontrol nyeri
a. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 1 (tidak pernah menunjukkan) s.d 4
(sering menujukkan)
b. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik dari skala 1
(tidak pernah menunjukkan) s.d 4 (sering menujukkan)
c. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan dari skala 1 (tidak pernah
menunjukkan) s.d 4 (sering menujukkan)
d. Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada tenaga kesehatan dari skala 1
(tidak pernah menunjukkan) s.d 4 (sering menujukkan)
e. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol kepada tenaga kesehatan
NIC: Pemberian Analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien.
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik
yang diresepkan.
c. Cek adanya riwayat alergi obat.

7
d. Tentukan pilihan pbat analgeseik (narkotik, non narkotik atau NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri.
e. Tentukan analgesik debelumnya, rute pemberian dan dosis untuk mencapai
hasil pengirangan nyeri yang optimal.
2. Gangguan pola tidur (00198)
Batasan karakteristik: sering terjaga tanpa jelas
Faktor yang berhubungan: pola tidur tidak menyehatkan
NOC: tidur
a. Pola tidur dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 4 (sedikit terganggu)
b. Kualitas tidur dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 4 (sedikit terganggu)
c. Kesulitan memulai dari tidur skala 1 (sangat terganggu) s.d 4 (sedikit
terganggu)
d. Tidur yang terputus dari tidur skala 1 (sangat terganggu) s.d 4 (sedikit
terganggu)
NIC: Peningkatan Tidur
a. Tentukan pola tidur / aktivitas pasien
b. Perkirakan tidur/siklus bangun pasien didalam perawatan perencanaan
c. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kehamilan, penyakit, tekanan
psikososial dan lain-lain.
d. Monitor pola tidur pasien dn jumlah jam tidur
e. Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur
f. Dorong paisn untuk menetapkan rutinitas tidur untuk memfasilitasi
perpindahan dari terjaga menuju tidur
g. Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
Batasan karakteristik: perubahan tekanan darah
Faktor yang berhubungan: hipertensi
NOC:
Pengetahuan: manajemen hipertensi
a. Penggunan yang benar dari obat yang diresepkan dari skala 1 (tidak ada
pengetahuan) s.d 3 (pengetahuan sedang)

8
b. Target tekanan darah dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) s.d 3 (pengetahuan
sedang)
c. Komplikasi potensial hipertensi dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) s.d 3
(pengetahuan sedang)
NIC: Pengeturan Hemodinamik
a. Lakukan auskultasi pada jantung
b. Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama dan denyut nadi
c. Monitor curah jantung, indeks kardiak dan indeks jerja stroke ventrikuler
yang sesuai
d. Tinggikan kepala tempat tidur
e. Jaga keseimbangan cairan dengan pemberian cairan IV atau diurwtik
f. Evaluasi efek dari terapi cairan
4. Penurunan curah jantung (00029)
Batasan karakteristik: perubahan tekanan darah
Faktor yang berhubungan: perubahan afterload
NOC:
Status sirkulasi
a. Tekanan darah sistolik dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) s.d 4
(deviasi ringan dari kisaran normal)
b. Tekanan darah diastolik dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran normal) s.d 4
(deviasi ringan dari kisaran normal)
NIC: Pengaturan Hemodinamik
g. Lakukan auskultasi pada jantung
h. Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama dan denyut nadi
i. Monitor curah jantung, indeks kardiak dan indeks jerja stroke ventrikuler
yang sesuai
j. Tinggikan kepala tempat tidur
k. Jaga keseimbangan cairan dengan pemberian cairan IV atau diuretik
l. Evaluasi efek dari terapi cairan
5. Intoleransi aktivitas (00092)
Batasan karakteristik: respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

9
Faktor yang berhubungan: ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
NOC:
Toleransi terhadap aktivitas
a. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 3
(cukup terganggu)
b. Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas dari skala 1 (sangat terganggu) s.d
3 (cukup terganggu)
Istirahat
a. Kualitas istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 3 (cukup terganggu)
b. Pola istirahat dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 3 (cukup terganggu)
c. Beristirah secara mental, fisik, emosional dari skala 1 (sangat terganggu) s.d 3
(cukup terganggu)
NIC: Terapi Aktivitas
a. Bantu klien hntuk memilih aktivitas dan pencapaian tujuan melalui
aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan sosial.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang bermakna
d. Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas fisik yang tepat
e. Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
6. Resiko cedera (00035)
Batasan karakteristik: profil darah abnornal
Faktor risiko: penghalang fisik
Risiko populasi: usia tua
NOC:
Kejadian jatuh
a. Jatuh saat berjalan dari skala 1 (10 dan lebih) s.d 5 (tidak ada)
b. Jatuh dari tempat tidur dari skala 1 (10 dan lebih) s.d 5 (tidak ada)
c. Jatuh naik tangga dari skala 1 (10 dan lebih) s.d 5 (tidak ada)
NIC : Manajemen Lingkungan: Keselamatan

10
a. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdaarkan fungsi fisik dan
kognitif serta riwayat prilaku dimasa lalu
b. Identifikasi hal-hal yang membahayakan lingkungan (misalnya bahaga
fisik, biologi dan kimiawi)
c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan berisiko
d. Sediakan alat untuk beradaptasi (misalnya, kursi untuk pijakan dan
pegangan tangan)

11
BAB V
SIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dikatakan hipertensi apabila seseorang terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih (Smeltzer, 2001).
Biasanya tanda dan gejala hipertensi yang terjadi pada lansia hampir sama dengan
gejala hipertensi pada umumnya yaitu mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,
sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Dalam klasifikasinya
hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu: hipertensi primer atau esensial dan hipertensi
sekunder. Penananganan hipertensi lansia tidak berbeda jauh pada penanganan
hipertensi pada umunya yaitu dengan memodfikasi pola hidup dan jika diperlukan maka
diberikan obat antihipertensi. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat di angkat yaitu
nyeri akut, gangguan pola tidur, gangguan perfusi jaringan, penurunan curah jantung,
intoleransi aktivitas dan resiko cedera.

5.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca
untuk memahami penyakit hipertensi yang terjadi pada lansia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anbarasan, Sri Santiya. 2015. Gambaran Kualitas Hidup lansia dengan Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Rendang. Jurnal ISM. Vol. 4 No. 1 Hal. 113-124.
Hartini, Sri Puji, Fitria Saftarina. 2016. Penatalaksanaan Hipertensi Urgensi pada
Wanita Lansia dengan Dukungan Keluarga yang Kurang. Jurnal Medula Unila.
Vol. 5 No. 2. Hal. 98-102.
Martono, H. 2004. Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Stanley, Mickey. 2007.  Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta: EGC.

13
14

Anda mungkin juga menyukai