PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
politik yang meraih kekuasaan partisipasi politik rakyat untuk menentukan pilihan
serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga negara.1 Sedangkan menurut A. S.
S. Tambunan pemilu adalah sarana atas pelaksanaan kedaulatan rakyat yang pada
dasarnya merupakan pengakuan dan perwujudan dari pada hak-hak politik rakyat
mempergunakan haknya untuk memilih wakil rakyat maupun presiden dan wakil
Begitu pula halnya pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara langsung yang
1
P. Antonius Sitepu, Studi Ilmu Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal. 177.
2
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 331.
1
Kabupaten/Kota. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan salah satu
pilkada serentak pertama tahun 2015 dimana Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebanyak 101 daerah di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Pilkada tersebut
terdiri atas 7 Provinsi, 76 Kabupaten, dan 18 Kota. Ketujuh Provinsi tersebut yaitu
Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan
dengan Djarot Syaiful Hidayat sebagai pasangan petahana, namun kalah dalam
kontestasi.
tidak sedikit pula media asing yang ikut memberitakan Pilkada DKI Jakarta.
3
Thahjo Kumolo, Politik Hukum Pilkada Serentak, (Jakarta: PT Mizan Republika, 2015),
hlm.76.
4
http://pilkada.liputan6.com/read/2436435/ini-101-daerah-yang-gelar-pilkada-serentak-
2017 diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 16.01 WIB
2
Beberapa kelompok masyarakat di Jakarta menginginkan calon yang sudah
terlihat kinerjanya dan sudah dikenal lama oleh masyarakat jakarta. Namun,
dengan harapan lebih santun dan pro terhadap rakyat kecil. Dinamika yang tercipta
diikuti dengan keterlibatan beragam media membuat situasi dalam Pilkada menjadi
semakin menarik. Hal ini dikarenakan calon yang akan terpilih selanjutnya menjadi
penentu nasib mereka dan kebijakan yang dikeluarkan akan berpengaruh terhadap
kontestasi tersebut. Figur dan dukungan partai serta kinerja selama memimpin
merupakan hal yang tidak dimiliki oleh pasangan lain yang mencalonkan diri,
diusung oleh empat parpol, yaitu PDIP (28 kursi DPRD DKI), Nasdem (5 kursi),
Hanura (10 kursi), Golkar (9 kursi). Total kekuatan kursi Ahok-Djarot di DPRD
DKI Jakarta berjumlah 52 kursi.7 Selain diusung empat parpol tersebut, Ahok-
5
http://www.republika.co.id/berita/koran/opini-koran/16/10/22/offn854-dinamika-
pilkada-dki diakses pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 16.15 WIB
6
http://perludem.org/2015/12/23/siaran -pers-sepak-terjang-petahana-di-pilkada-serentak-
2015 diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.14 WIB
7
http://pilkada.liputan6.com/read/2608896/koalisi-non-ahok-pecah-berapa-kekuatan-
penantang-ahok-djarot diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.32
3
Djarot juga didukung oleh Relawan Teman Ahok yang mengklaim telah berhasil
pasangan Agus-Sylvi dengan 30,9 % dan berada di atas Anies-Sandi dengan 29,9
tanggal 3-9 Februari 2017 oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC),
pasangan Anies-Sandi 33,5 %, dan terakhir pasangan Agus-Sylvi dengan 19,9 %.10
isu, pasangan petahana ini berhasil meraih suara terbanyak pada Pilkada putaran
8
https://news.detik.com/berita/3305675/peta-kekuatan-ahok-agus-dan-anies diakses pada
tanggal 19 Oktober 2017 pukul 19.55 WIB
9
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/13/14583181/survei.lsi.denny.ja.dukungan
.untuk.ahok-djarot.42.7.persen.anies-sandi.51.4.persen. diakses pada tanggal 19 Oktober 2017
pukul 21.36 WIB
10
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/10/20471111/survei.smrc.elektabilitas.ah
ok-djarot.39.1.anies-sandi.33.5.agus-sylvi.19.9. diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 22.06
WIB
4
Tabel I.A.1
Perolehan suara putaran pertama Pilkada DKI Jakarta tahun 2017
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 937.955 (17,05 %)
2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 2.364.577 (42,99 %)
3 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno 2.197.333 (39,95 %)
Sumber: kpujakarta.go.id
khususnya pasangan Anies-Sandi terbilang tidak terlalu jauh. Ini mengejutkan jika
dililhat dari peta kekuatan politik anies-sandi yang hanya didukung oleh dua partai,
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta PKPU No. 6/2016 tentang Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota di Wilayah Aceh, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Papua dan Papua Barat yang menyatakan bahwa Cagub
5
dan Cawagub DKI harus memperoleh suara lebih dari 50 persen untuk menjadi
pemenang.11
dengan berbagai macam model kampanye yang dilakukan, ditambah perang media
antara kedua pasang calon yang akan bertarung di putaran kedua. Banyaknya
tersangka kasus penistaan agama atas pernyataannya terkait Surat Al-Maidah ayat
51. Berikut ucapan Ahok yang dianggap telah merendahkan dan menghina Ayat
suci Al-Qur`an.
"Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu nggak
bisa pilih saya ya kan? Dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-macam itu.
Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan nggak bisa kepilih nih,
karena saya takut masuk neraka karena dibodohin gitu ya, nggak apa-apa,"12
banyak pihak, terutama kalangan umat Muslim di indonesia. Puncak dari isu panas
umat Muslim dari berbagai daerah seperti aksi pada tanggal 4 November atau yang
dikenal dengan aksi 411 dan aksi pada tanggal 2 Desember atau yang dikenal aksi
11
https://kpujakarta.go.id/view_berita/kpu_launching_pilkada_dki_putaran_kedua
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 12.21 WIB
12
https://news.detik.com/berita/d-3496149/hakim-ahok-merendahkan-surat-al-maidah-51
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 13.24 WIB
6
212. Demonstrasi ini menuntut agar Ahok di pidanakan karena telah dianggap
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 12-14 April 2017 oleh lembaga
yang banyak diterpa isu ditambah ditetapkannya Ahok sebagai tersangka kalah tipis
dengan berada pada angka 47,4 %, dibanding pasangan Anies-Sandi dengan angka
48,2 %.13 Dengan demikian, artinya ada perubahan perilaku warga jakarta dalam
Pertarungan kedua pasangan ini mengahsilkan kekalahan yang harus diterima oleh
pasangan Ahok-Djarot. Berikut hasil perolehan suara pada pilkada putaran kedua.
Tabel I.A.2
Perolehan suara putaran kedua Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat 2.350.366 (42,04 %)
2 Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno 3.240.987 (57,96 %)
Sumber: kpujakarta.go.id
bahwa pertarungan Pilkada di DKI Jakarta bukan ditentukan oleh partai pendukung,
namun diyakini figur calon menjadi faktor penentu calon Gubernur serta kinerja
Kekalahan Ahok juga tidak terlepas dari sosoknya yang dinilai publik memiliki
13
https://news.detik.com/berita/d-3475273/survei-indikator-elektabilitas-anies-sandi-482-
ahok-djarot-474 diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 14.03
7
gaya komunikasi yang tidak ramah dan kurang santun, seperti survei yang
kekalahan dalam kontestasi di Pilkada. Atas dasar inilah penulis ingin meneliti
B. Pertanyaan Penelitian
Ahok-Djarot pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta Tahun 2017. Adapun
14
https://news.okezone.com/read/2016/11/24/338/1550336/survei-indikator-politik-ahok-
dinilai-sosok-yang-kurang-santun diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
8
1. Secara teoritis, memberikan kontribusi terhadap ilmu politik khususnya kajian
Studi Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
membuat Ahok-Djarot kalah dalam pilkada DKI Jakarta serta penelitian ini
D. Tinjauan Pustaka
diantaranya:
berbagai kalangan dan punya posisi strategis nyatanya belum mampu membuat
kekalahan presentase yang sangat jauh, hanya mendapat suara sebesar 11,34%
dibanding lawannya yaitu pasangan Herman HN-Yusuf Kohar yang unggul sangat
15
Bakti Saputra, “Kekalahan Tobroni Harun-Komarunizar Dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Bandar Lampung 2015”, Program Sarjana, Universitas Lampung(2016).
9
mampu dianggap sebagai figur yang ditokohkan oleh pemilih di Bandar Lampung
dan ditemukan fakta bahwa informasi mengenai visi misi dan sosok Tobroni Harun
dukungan dan huga kinerja tim sukses kepada pasangan Tobroni Harun-
diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda pula
kinerja calon dari petahana sangat mempengaruhi perilaku seorang pemilih. Hal ini
terlihat dari kekalahan Arifin Junaidi dalam pilkada di Luwu Utara yang
Junaidi juga tidak terlepas dari sikap kepemimpinannya yang cenderung otoriter
Utara terhadap mantan wakilnya yang dinilai lebih baik darinya. Penelitian tersebut
16
Reza Muhammad, “Kekalahan Petahana Dalam Pilkada 2015 Di kabupaten Luwu Utara”,
Program Sarjana, Universitas Hasanuddin Makassar(2017).
10
Perbedaan yang ditemukan dari penelitian yang penulis buat dengan
penelitian tersebut diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian
yang berbeda pula yaitu sosok Arifin Junaidi dan kekalahannya di Kabupaten
Zainal Abidin dan Anshori Djausal atas kinerjanya sebelumnya. Pemilih memilih
pasangan calon lain dengan harapan adanya perubahan dari seorang pemimpin
diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda pula
yaitu Zainal Abidin dan Anshori Djausal dan kekalahannya di Kabupaten Lampung
17
Monicha Angraini, “Faktor Penyebab Kekalahan Pasangan Zainal Abidin (Incumbent)
Dan Anshori Djausal Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013”,
Program Sarjana, Universitas Lampung Bandar Lampung(2015).
11
Keempat, Skripsi Muhamad Khafidhin18 yang menggambarkan
pemberitaan Media Kompas dalam framing dugaan kasus penistaan agama yang
sebelumnya yaitu subjek yang sama, namun terdapat pula perbedaan penelitian
yang penulis buat dengan penelitian tersebut yaitu sudut pandang yang berbeda
Jakarta. Dari beberapa literatur yang diperoleh tentang tentang Ahok dan Djarot,
penulis belum menemukan studi kasus atau penelitian yang sama dengan penulis.
dalam pilkada DKI Jakarta” akan menjadi tambahan khazanah keilmuan, sekaligus
E. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
18
Muhamad Khafidhin, “Framing Kasus Ahok Tentang Penistaan Agama (Analisis
Terhadap Berita Kompas Edisi 5-17 November 2016)”, Program Sarjana, Uin Sunan Kalijaga
Yogyakarta(2017).
12
menggambarkan fenomena sosial yang diteliti adalah data-data yang bersifat
kualitatif yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat dan skema. Creswell
Sementara itu, tipe pendekatan kualitatif pada penelitian ini dengan cara
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat
diselidiki.20
periset dan responden di mana jawaban responden akan menjadi data mentah.
Secara khusus, wawancara adalah alat yang baik untuk menghidupkan topik
19
J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya),
(Jakarta: GRASINDO, 2010), hal. 7
20
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 63.
21
Lisa Harrison, Metode Penelitian Politik, (Jakarta: KENCANA, 2009), hal. 104.
13
Pilkada DKI Jakarta. Sedangkan dokumentasi, menurut Hamidi ialah informasi
yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan. Sumber datanya baik dari media cetak maupun elektronik, seperti
elektronik lainnya.22
dahulu data dikelompokan sesuai jenis dan karakteristiknya. Dalam hal ini,
penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder:
1. Data Primer
yang riil dalam berbagai bentuk.23 Adapun data primer diambil dari
22
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan proposan dan
Laporan penelitian, (Malang: UMM Press, 2004), hal. 72.
23
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006, hal. 209.
14
Tabel I.E.3
Selisih suara Ahok-Djarot dari putaran pertama sampai putaran kedua di
Kelurahan Ciracas
perempuan.
2. Data Sekunder
data yang sudah ada, diantaranya informasi yang diambil secara langsung
15
dari dokumen, data, statistik yang dalam hal ini adalah hasil penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah data yang benar dan
valid yang bersumber dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait hasil
Pilkada DKI Jakarta 2017 yang didukung dengan buku-buku terkait, jurnal,
Dengan menganalisa data maka penulis akan mendapat jawaban atas fenomena
yang sedang diteliti. Dalam proses analsis data, peneliti menggunakan model
analisis data dengan menelaah data dari berbagai sumber yang telah di dapat
24
Lisa Horison, Metode Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 125.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2012),
hlm 277.
16
data berdasarkan dari informan, sehingga akan diketahui informasi yang
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
tujuan untuk memantapkan data agar dapat diperoleh benang merah dari
F. Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini menjadi lebih sistematis, dalam penulisan skripsi ini penulis
manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II, berupa landasan teori, dimana penulis menjelaskan teori-teori yang
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,hal 71.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hal 28.
17
Ahok-Djarot pada pemilukada DKI Jakarta. Ada dua teori yang diuganakan pada
BAB III, penulis memaparkan profil dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama
dan Djarot Syaiful Hidayat seperti perjalanan politik kedua pasangan ini sehingga
BAB IV, merupakan inti dari penelitian penulis dari skrispi ini. Pada bab
menggunakan teori perilaku politik dan pemilu sebagai pisau analisis dalam
menjelaskannya.
Pada bab ini penulis memaparkan garis besar dari inti penelitian yang penulis teliti
tentang faktor kekalahan Ahok-Djarot pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2017.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai kajian teori yang
digunakan untuk melihat faktor kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta
dengan menggunakan teori perilaku politik sebagai teori utama dalam penelitian
ini. Disamping teori utama, akan dijelaskan juga teori pendukung penelitian ini
A. Kampanye Politik
Hasil pemilu tanpa didahului oleh kampanye akan berefek pada menang dan
kalah, karena kampanye politik sangat menentukan apakah calon pemimpin akan
menang atau justru kalah. Kampanye politik adalah suatu usaha yang terkelola,
dalam suatu jabatan resmi. Sedangkan kampanye politik modern menurut Arnold
Steinberg adalah cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi untuk
itu pada abad 19 pada hakikatnya sama yakni membujuk sejumlah pemberi suara
yang sudah terdaftar untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi pada
Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu
28
Toni Andrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah, Mengenal Teori-teori Politik: Dari
Sistem Politik sampai Korupsi, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013), hal. 186.
19
terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku
(behavioral).
Terdapat jenis kampanye menurut Charles U. Larson yang dibagi dalam tiga
kategori:29
diharapakan.
perubahan sosial.
29
Toni, Mengenal Teori-teori Politik, hal. 187.
20
melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.
Sedangkan kampanye negatif (black campaign) adalah kampanye yang berisi buruk
atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapat keuntungan.30
Salah satu bentuk kampanye negative adalah menggelari orang dengan nama-nama
julukan (name calling) yang jelek, hal ini membuat citra diri aslinya sirna dan
B. Perilaku Politik
ilmu sosial tahun 1950-an dan 1960-an. Asal-usul filosofisnya adalah dalam tulisan
Auguste Comte di abad ke-19, dan berdasarkan positivisme logis `Vienna Circle`
tahun 1920-an.32 Perilaku politik dapat dianggap berkembang melalui tiga tahap.
Interaksi antara pemerintah dan masyarakat atau adanya hak untuk memilih
behavioral). Adapun perilaku politik sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti faktor internal dan faktor eksternal. Berbagai studi memperlihatkan bahwa
kelas sosial mempengaruhi perilaku politik orang. Studi yang dilakukan Erbe
30
Denis McQuali, Teori Komunikasi Masa: Suatu Pengantar. Diterjemahkan Aminuddin
Ram (Jakarta: Erlangga, 1983), hal. 242.
31
Hafied Canggara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi,(Jakarta: Rajawali
Pers, 2009), hal. 366.
32
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik,(Bandung: Nusa
Media, 2010), hal. 54.
33
S.P. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 88.
21
(1964), Hansen (1975), Kim, Petrocik, dan Enokson (1975) menyimpulkan bahwa
semakin tinggi kelas sosial maka semakin cenderung sang individu mendaftarkan
diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik pada politik, membahas soal-soal
politik, menjadi anggota organisasi yang mempunyai arti penting, secara politis,
dalam menghadapi situasi politik tertentu. Situasi politik yang dimaksud adalah
berkaitan dengan proses dalam pembuatan dan pelaksanaan atas keputusan politik.
oleh pemerintah selaku aktor politik dan bermanfaat bagi masyarakat sebagai
pelaksana kebijakan. Tetapi kegiatan ini bukan hanya dilakukan oleh satu pihak,
pemerintahan yang baik dan tahu akan fungsi masing-masing, yakni fungsi-fungsi
masyarakat.36
Oleh karena itu, perilaku politik pada dasarnya kegiatan yang dilakukan
kegiatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat akan ada yang namanya
34
J. Dwi Darwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta:
PrenadaMedia Group, 2004), hal. 190.
35
Soedjatmoko, Dimensi Manusia Dalam Pembangunan,(Jakarta: LP3ES, 1995), hal 57.
36
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Poliik, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2010),
hal.167.
22
perilaku pemilih (voter behavior) yang ditujukan kepada perilaku seseorang dalam
pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan
keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) didalam suatu
pemilihan umum. Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters
presiden (voter turnout). Kedua, berkaitan dengan pilihan warga terhadap partai
partai atau kandidat X ataukah partai Y atau kandidat Y? Lalu kemudian muncul
kontestan lain?39
37
Suryana Aminudin, Jurnal Aspirasi, “Perilaku Politik di Indonesia”, Vol.1/No.2/Februari
2011, FISIP UNWIR Indramayu, hal. 5. Di unduh dari http://ejournal.unwir.ac.id/ pada17 november
2017.
38
Saiful Mujani, William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis Tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Mizan
Publika, 2011), hal. 20.
39
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 185-186.
23
Oleh karena itu, dalam memahami perilaku politik, ada beberapa
1. Pendekatan Sosiologis
menyebutkan ada beberapa hal, yang pertama yaitu berkaitan dengan latar
belakang sosiologis seperti agama, jenis kelamin, umur, dan yang kedua adalah
yang ada disekitarnya dan yang terakhir yaitu dipengaruhi oleh kelas sosial
40
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 186.
41
Radityo Rizki Hutomo, Jurnal Politik Muda, “Perilaku Memilih Warga Surabaya Dalam
Pemilu Legislatif 2014 (Hubungan Kesesuaian Program Kandidat, Kampanye, Identifikasi Partai
dan Pemberian Imbalan Uang dalam Menentukan Pilihan Partai Politik dalam Pemilu Legislatif
2014)”, Vol.4/No.1/Januari-Maret 2015, Universitas Airlangga, Surabaya, hal. 53. Di unduh dari
http://journal.unair.ac.id/ pada 18 November 2017.
24
2. Pendekatan Psikologis
persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih
dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh
faktor-faktor lain.42
terhadap isu, dan citra kandidat. Keyakinan inilah yang paling dekat pada
keputusan suara dan karena itu memiliki dampak langsung dan sangat kuat
memiliki pilihan tertentu yang dapat dijelaskan oleh tiga fungsi sikap. Fungsi
sikap pertama adalah fungsi kepentingan, dimana tiap pilihan yang dipilih oleh
Fungsi sikap kedua adalah fungsi adaptasi, bahwa dalam setiap pilihan yang ia
42
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 187.
Haryanto, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, “Kebangkitan Party ID: Analisis Perilaku
43
Memilih Dalam Politik Lokal Di Indonesia”, Vol. 17/No. 3/Maret 2014, Universitas Gajah Mada
Yogyakarta, hal. 293-294. Di unduh dari https://jurnal.ugm.ac.id/ pada 18 November 2017.
25
sekitarnya misalnya seseorang terpaksa untuk memilih calon tertentu karena
berada dibawah tekanan preman atau yang selainnya maka mau tidak mau ia
mempertahankan diri dan externalisasi diri dimana setiap pilihan yang akan ia
lainnya seperti Public Choice dan Collective Choice45 yang dibawa oleh
hadir sebagai kritik atas dua model pendekatan yang sudah ada sebelumnya.
Pilihan rasional muncul sebagai bagian revolusi behavioural dalam ilmu politik
kenyataan bahwa manusia dalam perilaku politiknya sering tidak rasional, tetapi
44
Hutomo,“Perilaku Memilih Warga Surabaya Dalam Pemilu Legislatif 2014”,
Vol.4/No.1/Januari-Maret 2015, hal. 53-54.
45
Miriam budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal. 92.
46
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, hal. 76.
26
empiris yang dapat dibuktikan kebenarannya. Ia merupakan studi empiris,
bagi perilaku pemilihan umum dan persaingan partai, dan karyanya merevolusi
individu yang mempunyai kepentingan pribadi tidak akan selalu ambil bagian
teori ekonomi. Model ini merupakan upaya untuk menjelaskan perilaku pemilih
didasarkan bahwa semua keputusan yang telah dibuat oleh pemilih bersifat
senantiasa berorientasi kepada hasil yang dicapai oleh partai atau kandidat
berpartisipasi dalam pemilu sedangkan orang lain tidak, ketiga model diatas
47
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 94-95.
48
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, hal. 77.
49
Hariyanto, “Kebangkitan Party ID: Analisis Perilaku Memilih Dalam Politik Lokal Di
Indonesia”, Vol. 17/No. 3/Maret 2014, hal. 294.
27
selalu hadir untuk menjelaskan perilaku seseorang dalam menentukan
pilihannya.
sebagai wahana formal untuk membentuk tatanan negara dan masyarakat (state and
kesepakatan (consent).50
di daerah, diatur dalam Pasal 18 ayat (1) UUD Tahun 1945. Dalam sejarahnya,
reformasi. Di masa Orde Baru, calon-calon kepala daerah, tingkat satu dan dua,
dipilih oleh anggota DPR kemudian diajukan untuk mendapatkan restu dari
50
Marulak Pardede, Jurnal Rechts Vinding BPHN, “Implikasi Sistem Pemilihan Umum
Indonesia”, Vol. 3/No. 1/April 2014, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, hal. 86. Di unduh dari http://rechtsvinding.bphn.go.id/
pada 18 November 2017
28
presiden. Sedangkan di masa reformasi, proses pemilihan yang sentralistik
(DPRD).51
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan UU hasil revisi atas
Undang Nomor 22 Tahun 2007 dan dapat dikatakan sebagai bagian dari rezim
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilihan Umum untuk memilih
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan
Tahun 2014, Gubernur, Bupati, dan Walikota dipilih oleh DPR. Setelah terjadi
51
Pheni Khalid, dkk, ed., Pilkada Langsung:Demokratisasi Daerah dan Mitos Good
Governance, (Jakarta: PT Mardi Mulyo, 2005), hal. 1.
52
Ridho Imawan Hanafi, Jurnal Penilitan Politik, “Pemilihan langsung Kepala Daerah Di
Indonesia: Beberapa Catatan Kritis Untuk Partai Politk”, Vol. 11/No. 2/Desember 2014, FISIP
Universitas Indonesia, hal. 2. Di unduh dari http://ejournal.politik.lipi.go.id pada 20 November
2017.
29
perdebatan politik hingga muncul penolakan publik, maka pemerintah akhirnya
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, maka Kepala Daerah dipilih secara
Lalu lahirlah UU No. 1 Tahun 2015 peraturan yang berasal dari Perppu No
UU No. 1 Tahun 2015 ini memuat tujuh substansi baru: (1) pencalonan tunggal,
(2) pencegahan politik dinasti, (3) uji publik, (4) pembatasan dana kampanye, (5)
Pemilihan kepala daerah yang dikenal saat ini yaitu pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
53
Cucu Sutrisno, Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, “Partisipasi Warga Negara
Dalam Pilkada”, Vol. 2/No. 2/Juli 2017, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, hal. 38. Di unduh
dari http://journal.umpo.ac.id pada 20 Desember 2017.
54
Tim Revisi Undang-Undang Pilkada, Menuju Pilkada Serentak Nasional 2021: Substansi
dan Strategi Perubahan UU No 1/2015, (Jakarta: Yayasan Perludem, 2015), hal. 1.
30
untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis.55 Seperti yang telah
dikemukakan bahwa tiap-tiap provinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Provinsi dan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
55
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, Dan Walikota
56
Pasal 1 ayat (22) UU nomor 8 tahun 2015
31
BAB III
HIDAYAT
Indonesia, maka tak sedikit pula yang berhijrah dari luar berbagai daerah pergi ke
mengundang perhatian dari masyarakat dari berbagai daerah dan para tokoh-tokoh
yang ingin maju sebagai gubernur DKI Jakarta, seperti halnya Basuki Tjhaja
purnama dan Djarot Saiful Hidayat yang sudah pernah memimpin di DKI Jakarta
namun tergiur untuk memimpin kembali DKI Jakarta. Perjalanan politik kedua
Pada bab ini, diawal peneliti memaparkan tentang biografi kedua pasangan
petahana yang maju pada pilkada DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan
Tabel III.A.457
Data Pribadi Basuki Tjahaja Purnama
NamaLengkap Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
57
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 05 Januari 2018 pukul 20.03 WIB
32
Tempat/TanggalLahir Manggar, 29 Juni 1966
NIK 3172012906660005
Usia 50 Tahun
Pantai Mutiara Blok J No. 39, RT/RW. 006/016,
AlamatTempatTinggal Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara
Email ahokbtp@gmail.com
JenisKelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Kristen
NPWP 06.520.857.1-305.000
Hobi Olahraga
Mati adalah keuntungan dan hidup untuk wujudkan
Moto Hidup
keadilan social
Tabel III.A.558
Riwayat Pendidikan Basuki Tjahaja Purnama
SD SDN No. 03, Gantung, Belitung Timur 1971-1977
SMP SMP Negeri 1, Gantung, Belitung Timur 1978-1981
SMA SMA Swasta III PSKD, Jakarta 1981-1984
Universitas Trisakti, Teknik Geologi,
S-1 1990
Jakarta
Sekolah Tinggi Prasetiya Mulya, Magister
S-2 1994
Manajamen, Jakarta
Tabel III.A.659
Pengalaman Pekerjaan Basuki Tjahaja Purnama
Center Of Democracy and
Direktur Eksekutif 2007-2009
Transparency (CDT 3.1)
Direktur PT. NurindraEkapersada 1992-2005
Staf Direksi
Bidang Analisa PT. Simaxsindo Primadaya 1994-1995
Biaya & Keuangan
Anggota DPRD
Partai Perhimpunan Indonesia Baru
Kab. Belitung 2004-2005
(PIB)
Timur
58
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 05 Januari 2018 pukul 20.03 WIB
59
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 05 Januari 2018 pukul 20.03 WIB
33
Bupati Kabupaten Belitung Timur 2005-2006
Anggota DPR RI Partai GolonganKarya (Golkar) 2009-2012
2012-19 Nov
WakilGubernur Provinsi DKI Jakarta
2014
19 Nov 2014-
Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2017
pertama Alm. Indra Tjahaja Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsih
(Boen Nen Tjauw). Anak kedua yaitu Basuri lahir pada tahun berikutnya,
diikuti oleh kelahiran Fifi, Harry, dan Frans yang meninggal karena kecelakaan
saat remaja. Ketika lahir nama Ahok sesungguhnya hanya Basuki saja dan
bahkan yang tercantum di rapor SMA-nya pun hanya Basuki. Pria yang
menikah dengan Veronica Tan ini lantas dikenal luas dengan nama panggilan
“Ahok”.60
sistem pemerintahan Belitung Timur yang korup dan feodal. Tahun 1995,
namun keinginan itu ditolak oleh Ayahnya. Sang Ayah pernah mengatakan
bahwa suatu hari nanti rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan
nasib mereka.
60
Meicky Shoreamanis Panggabean, AHOK, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2016), hal. 3.
34
Bermodalkan keyakinan bahwa orang miskin jangan melawan orang
kaya dan orang kaya jangan melawan pejabat, berlandaskan keinginan untuk
memutuskan untuk masuk ke politik pada tahun 2003. Ahok bergabung dengan
Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr.
Sjahrir. Pada pemilu 2004 Ahok mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Dengan keungan sangat terbatas dan dengan model kampanye yang lain dari
yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat, Ahok terpilih
dalam praktik KKN, menolak mengambil uang SPPD fiktif, dan menjadi
Ahok dalam mengarungi debut politiknya di tanah air sering kali digoda
membayar sejumlah uang untuk sebuah jabatan, memberi jatah proyek kepada
para tim sukses, dan banyak lagi. Tapi semua itu ditolaknya dengan alasan tidak
sesuai dengan kebenaran yang dipegang dan diyakininya. Bagi Ahok apalah
61
Panggabean, AHOK, hal. 4.
62
http://ahok.org/tentang-ahok/siapa-ahok/ diakses pada tanggal 06 Januari 2018 pukul
14.02
35
artinya memperoleh kehormatan, kekuasaan dan kekayaan di dunia ini tapi
dari rakyat kepada Ahok untuk menjadi bupati. Maju sebagai calon Bupati
suara 37,13 persen dan menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Padahal Belitung Timur dikenal sebagai basis Masyumi, yang juga adalah
DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada
kesehatan gratis, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan jalan sampai
Prinsipnya sederhana: Jika kepala lurus, bawahannya tidak berani tidak lurus.
Selama menjadi bupati, Ahok dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik di
63
Piter Randan Bua, The Ahok Way, (Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014), hal.
31.
64
Panggabean, AHOK, hal. 5.
36
Cerita menarik lainnya sewaktu kampanye pemilu, Ahok harus memilih
dengan rakyat pemilih. Dengan segala yang telah diberikan, dan jika diteruskan
dengan melakukan “bantuan uang”, tentulah akan menuai banyak suara. Tetapi,
Ahok berkeyakinan, jika menjadi anggota DPRD terpilih dan konstituen yang
akan terus meminta atau mereka akan mengatakan bahwa mereka akan
dilupakan pasca pemilu. Bahkan, lebih buruk lagi mereka bias merasa tidak ada
political voice artinya tidak peduli halal atau haram, yang menang dalam
pemilu, karena hanya ada prinsip menang dan kalah, tidak istilah halal dan
haram.65
65
Jani Ginting, dkk, ed,. Merubah Indonesia: The story Of Basuki Tjahaja Purnama,
(Jakarta: Center For Democracy and transparency, 2008), hal. 28.
37
Ahok. Sayang, karena banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan
Dalam pemilu legislatif 2009 dia maju sebagai caleg dari Golkar, meski
awalnya ditempatkan pada nomor urut keempat dalam daftar caleg, dia berhasil
sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak. Selama di
DPR, dia duduk di komisi II. Dia dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figure
yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat
dikatakan sebagai pionir dalam pelaporan aktivitas kerja DPR dan semua
laporan bisa diakses melalui website-nya. Sementara itu, staf ahlinya bukan
Pada tahun 2006, Ahok dinobatkan oleh Majalah TEMPO sebagai salah
satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Pada tahun 2007 dia donobatkan
Nama Ahok kian mencuat pada tahun 2012 karena dipilih Joko Widodo
(Jokowi) sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari PDIP dan Gerindra.
38
sebagai pemenang dan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
mencalonkan diri menjadi Presiden dan menang, Ahok pun secara otomatis
Pembela Islam (FPI), DPRD DKI Jakarta dalam sidang paripurna pada tanggal
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dikenal tegas68 dan juga dikenal
memimpin DKI Jakarta juga mendapat respon yang positif dan negatif.
pilkada serentak tahun 2017, Ahok kembali mencalonkan diri lagi menjadi
66
Panggabean, AHOK, hal. 7.
67
M. Husein Maruapey, Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, “Penegakan Hukum dan
Perlindungan Negara (Analisis Kritis Terhadap Kasus Penistaan Agama Oleh Petahana Gubernur
DKI Jakarta), Vol. VII/No. 1/Juni 2017, Administrasi Publik S3 Unpad, hal. 22. Di unduh dari
http://jipsi.fisip.unikom.ac.id pada 06 Januari 2018
68
M. Husein Maruapey, “Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara”, Vol. VII/No.
1/Juni 2017, hal. 26.
39
cagub dengan status sebagai petahana bersama wakilnya di pemerintahan
Tabel III.A.769
Data Pribadi Djarot Saiful Hidayat
NamaLengkap Drs. Djarot Saiful Hidayat
Tempat/TanggalLahir Magelang, 06 Juli 1962
NIK 0357203060762002
Usia 54 Tahun
Jl. Mega Kuningan Barat III / Blok E 35 No. 11,
AlamatTempatTinggal RT/RW. 004/005, Kelurahan Kuningan Timur,
Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan
Email wagubdjarot@gmail.com
JenisKelamin Laki-laki
Status Perkawinan Kawin
Agama Islam
NPWP 09.768.563.0-653.000
Hobi Membaca, Olahraga, Berorganisasi
Isi Hidupmu Dengan Mengabdi Kepada Semua,
Moto Hidup
Bangsa dan Negara
Tabel III.A.870
Riwayat Pendidikan Djarot Saiful Hidayat
SD Raden Saleh Surabaya 1971-1977
SMP SMPN Surabaya 1978-1981
SMA SMA TNH-Mojokerto 1981-1984
S-1 Universitas Brawijaya 1986
S-2 Universitas Gajah Mada 1991
69
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
70
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
40
Tabel III.A.971
Pengalaman Pekerjaan Djarot Saiful Hidayat
Universitas 17 Agutsus 1945
Dosen 1986
Surabaya
Universitas 17 Agutsus 1945
Pembantu Dekan I 1989-1991
Surabaya
Universitas 17 Agutsus 1945
Dekan FIA 1991-1997
Surabaya
Pembantu Rektor Universitas 17 Agutsus 1945
1997-1999
I Surabaya
Ketua Komisi DPRD Provinsi Jawa Timur 1999-2000
Wali Kota Kota Blitar 2000-2010
1 Oktober 2014
Anggota DPR RI DPR RI s/d 12
Desember 2014
17 Desember
Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta
2014 s/d
Djarot Saiful Hidayat, pria kelahiran Magelang 06 Juli 1962 ini adalah
tiga orang anak, yaitu Farida Prameswari, Karunia Dwi Haspa Paramasari, dan
Meisa Rizki. Pemilik nama lengkap Djarot Saiful Hidayat ini biasa dipamggil
Djarot, dan nama panggilan tersebut sebetulnya bukan nama aslinya, saat lahir
ia diberi nama Saiful Hidayat. Nama Djarot sendiri berawal dari panggilan
seorang tukang tempe langganan sang ibu, dan kebetulan ketika kecil dirinya
sering diasuh oleh penjual tempe langganan ibunya. Saat diasuh tukang tempe
71
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/BB2%20BASUKI%20-%20DJAROT.pdf diakses
pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 19.18 WIB
41
langganan ibunya, dia suka dipanggil Djarot kemudian nama itu melekat pada
dirinya.
nama tersebut, Djarot pun harus mengurus akta kelahiran ke kelurahan lantaran
kepada kelurahan karena ketika kecil dia sering sakit-sakitan, maka perlu
Pada awal reformasi tahun 1998, Djarot mencoba karir barunya di dunia
politik. Pada tahun 1999 dia bergabung dengan PDIP utnuk maju sebagai calon
legislatif daerah dan dia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Timur periode
1999-2004. Baru setahun menjadi anggota legislatif, Djarot pilih haluan untuk
berkarir ke dunia eksekutif. Pada tahun 2000, dia bertarung maju untuk menjadi
mencalonkan diri sebagai caleg DPR pusat, di mana dia terpilih untuk periode
2014-2019. Lagi-lagi, belum lama menjalankan tugas dewan, dia diajukan PDIP
pusat untuk menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta yang kosong. Dia
42
yang terpilih menjadi Presiden. Ia pun resmi mendampingi Ahok untuk periode
Pada pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, pasangan Ahok-Djarot sendiri dalam
proses pencalonannya sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur diusung oleh
koalisi dari berbagai partai, yaitu koalisi partai PDI Perjuangan, partai Nasdem, dan
partai Hanura.
yang terdiri dari orang-orang yang berada dalam barisan koalisi partai pengusung
Tabel III.B.1073
Struktur Tim Pemenangan
Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat
43
8 Gatot Sudariyanto Wiraswasta
25 Bidang Sumber
Daya dan Kreatif Aria Bima Anggota DPR RI
26 Bidang Data dan
Informasi Eva Sundari Anggota DPRD Prov.
DKI Jakarta
27 Bidang
Perlengkapan dan Mahmudin Muslim Senior Peneliti
Rumah Tangga
28 Bidang Kampanye
dan Sosialisasi Merry Hotma Anggota DPRD Prov.
DKI Jakarta
29 Bidang
Penggalangan Arif Wibowo Anggota DPR RI
Massa
30 Bidang Media Martin Manurung Wiraswasta
31 Bidang Saksi Faiz Dwi Hazrian Karyawan Swasta
44
32 Bidang Hukum dan
Advokasi Pantas Nainggolan Pengacara
33 Bidang Khusus Masinton Pasaribu Anggota DPR RI
34 Juru Bicara Ahmad Basarah Anggota DPR RI
35 Bidang Keamanan Audi Tambunan Swasta
36 Bidang Koorda
Jakarta Timur Taufik Azhar Anggota DPRD
37 Bidang Koorda
Jakarta Pusat Farida Listuti Wakil Ketua DPD DKI
Jakarta Partai Hanura
38 Bidang Koorda
Jakarta Barat Darmadi Durianto Anggota DPR RI
39 Bidang Koorda
Jakarta Utara dan Jonny Simanjuntak Anggota DPRD Prov.
Kep. Seribu DKI Jakarta
40
Bidang Koorda Gembong Warsono Anggota DPRD Prov.
Jakarta Selatan DKI Jakarta
Selain daripada tim pemenangan yang ada dalam barisan pencalonan Ahok-
Djarot sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur, terdapat juga tim relawan yang
mengalawan pencalonannya. Sebut saja salah satunya Teman Ahok yang menarik
1 juta KTP sebagai syarat dan upaya pencalonan Ahok melalui jalur independen,
meskipun pada akhirnya Ahok berbelok arah dengan maju melalui jalur partai
politik. Selain Teman Ahok, masih banyak relawan lainnya yang ikut serta aktif
DKI Jakarta, kedua pasangan ini mempunyai visi dan misi sebagai berikut:
45
Tabel III.C.1274
Visi dan Misi Ahok-Djarot
Visi
Jakarta sebagai etalase kota Indonesia yang modern, tertata rapi, manusiawi
dan fokus pada pembangunan manusia seutuhnya dengan kepemimpinan yang
bersih, transparan, dan professional
Misi
1. Mewujudkan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN), terbuka, dan melayani warga.
2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga, jaminan kesehatan, jaminan
pendidikan, hunian yang layak, bahan pangan yang terjangkau, transportasi
public yang ekonomis, dan lapangan pekerjaan serta usaha agar seluruh
warga berkesempatan memperoleh kehidupan yang lebih baik sehingga
indeks kebahagiaan kota Jakarta menjadi salah satu yang tertinggi diantara
kota-kota di dunia.
3. Menciptakan menciptakan sumber daya manusia yang tangguh, lahir dan
batin, kompeten, dan berdaya saing global dengan indeks pembangunan
manusia yang setara dengan kota-kota maju di dunia.
4. Menata kota sesuai perubahan zaman untuk mendukung kemajuan ekonomi,
keberlangsungan lingkungan, dan kehidupan social budaya warga.
5. Membangun kehidupan kota yang berbasis teknologi dan berinfrastruktur
kelas dunia dengan warga yang berketuhanan, berbudaya, bergotong royong,
berwawasan, toleran, partisipatif, dan inovatif.
74
https://kpujakarta.go.id/file_lampiran/VISI%20MISI%20BASUKI%20-
%20DJAROT.pdf diakses pada tanggal
46
BAB IV
Ahok-Djarot yang notabene adalah pasangan petahana yang sudah lama dikenal
oleh masyarakat dan sudah terbukti kinerjanya namun justru kalah dalam
kontestasinya di Pilkada DKI Jakarta. Pada bab ini, penulis akan menganalisis
faktor apa yang menyebabkan Ahok-Djarot kalah pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Situasi politik yang begitu panas di Pilkada DKI Jakarta 2017 menghadirkan
animo masyarakat yang begitu banyak untuk turut serta berpartisipasi aktif dalam
pilihnya di kontestasi politik merupakan intisari dari perilaku politik.75 Dari data
yang dihimpun berdasarkan hasil real count KPU DKI Jakarta melalui Sistem
mencapai 77.1 persen pada putaran pertama dan diputaran kedua mencapai 78
75
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rumpai, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1998), hal. 8.
76
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/20/22240361/tingkat.partisipasi.pemilih.
pada.putaran.kedua.pilkada.dki.78.persen diakses pada tanggal 20 November 2018
47
Tabel IV.A.12
Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Putaran Pertama
Jumlah Jumlah Pemilih
No. Kabupaten/Kota TPS L P Total
1 Jakarta Barat 2.934 834.448 817.603 1.652.051
2 Jakarta Pusat 1.237 374.307 372.845 747.152
3 Jakarta Selatan 2.973 796.540 797.160 1.593.700
4 Jakarta Timur 3.690 999.941 1.006.456 2.006.397
5 Jakarta Utara 2.150 547.668 544.206 1.091.874
6 Kepulauan Seribu 39 8.786 8.629 17.415
Total 13.023 7.108.589
Sumber: KPUD DKI Jakarta
Tabel IV.A.13
Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap di Putaran Kedua
Jumlah Jumlah Pemilih
No. Kota TPS L P Total
1 DKI Jakarta 13.034 3.610.079 3.608.201 7.218.280
Sumber: KPUD DKI Jakarta
Kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017
layaknya seperti calon kandidat lain dengan status petahana. Bermodalkan kinerja
yang sudah terbukti hasilnya dan sosoknya yang sudah banyak dikenal masyarakat,
melakukan kampanye lebih lama bahkan saat masih menjabat dengan membuat
48
Pada kasus kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI, pasangan ini tidak
mampu meraih kemenangan pada putaran pertama saja, diputaran kedua justru
mengalami kekalahan akibat dari beberapa faktor yang menyebabkan citranya yang
semakin buruk menjelang masa pencoblosan. Dalam hal ini, penulis telah
kandidatnya. Timses dalam hal ini harus mampu membuat strategi kampanye
seorang kandidat dapat dilihat dari efektifitas kampanye yang dilakukan timses
prosesnya, timses harus punya strategi yang matang sehingga mampu mengajak
warga untuk memilih kandidat yang diusungnya, bukan malah membuat citra
77
Wawancara penulis dengan pengamat politik Veri Muhlis Ariefuzzaman, di kantor
KONSEP Indonesia, BSD Tangerang 14 Agustus 2018
49
kandidatnya menjadi buruk dihadapan pemilihnya. Meskipun Ahok-Djarot
menang di putaran pertama namun pada putaran berikutnya mereka gagal, hal
yang kita sampaikan. Pola yang kita gunakan selama kampanye terbukti efektif
meskipun keinginan kita untuk menang satu putaran tidak tercapai.”78 Selain
hanya gagal di putaran kedua tetapi juga telah gagal pada putaran pertama
karena hanya unggul tipis dari pesaing terdekatnya yaitu pasangan Anies-Sandi.
memperoleh suara sebesar 42.99 persen, unggul atas Agus Sylvi yang
memperoleh suara sebesar 17.05 persen dan Anies Sandi dengan perolehan
suara sebesar 39.95 persen. Dengan hasil ini pasangan Ahok-Djarot belum
menghasilkan perolehan suara setidaknya lebih dari 50 persen. Jika tidak ada
maka akan dilanjutkan dengan putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon
78
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
79
https://kpujakarta.go.id/viewberita/kpu_provinsi_dki_selesaikan_rekapitulasi_penghitun
gan_suara_hari_ini di akses pada tanggal 21 Oktober 2018
50
Melihat kandidat yang maju adalah petahana, hal ini menjadi tantangan
Djarot tidak akan pindah ke lain hati, apalagi Ahok sendiri adalah seorang
minoritas yang akan merebut suara mayoritas dan sudah barang tentu Ahok
semestinya punya persiapan dan strategi khusus karena sudah tahu apa yang
strategi tersendiri untuk menarik perhatian pemilih. Salah satu strategi yang
digunakan selama kampanye adalah kampanye rakyat. Hal ini juga dijelaskan
menyampaikan prestasi-presatsi apa saja yang sudah dicapai oleh pak Ahok-
80
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
51
Djarot. Selain itu kita juga fokus ke daerah-daerah yang punya problem sosial
yang tinggi, dan ini merupakan inisiatif dari pak Ahok sendiri.”81
kerjanya di mana hal ini hal ini relevan dengan status Ahok-Djarot sebagai
petahana, namun faktanya hal itu tidaklah cukup mengingat munculnya kasus
atau meyakinkan kepada masyarakat secara masif bahwa Ahok tidak bersalah,
padahal isu penistaan agama tersebut semakin panas diputaran kedua. Hal ini
81
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
82
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
52
semua mengklaim jadi panglima akhirnya isunya tidak terkomando
karena semua orang ingin terlibat dan banyak sekali orang yang
mengeluarkan dana pribadi hanya untuk memenuhi keterpanggilan
jiwanya hanya karena kesamaannya sebagai minoritas.”83
bersalah dan ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran
Ketika Ahok sudah sulit diterima oleh masyarakat muslim dan di saat
tenang Pilkada yaitu pada 16-18 April 2017 Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
DKI Jakarta menemukan paket sembako beserta spanduk relawan Badja yang
juga menemukan paket sembako disertai 23 ekor Sapi yang diketahui milik
83
Wawancara penulis dengan pengamat politik Veri Muhlis Ariefuzzaman, di kantor
KONSEP Indonesia, BSD Tangerang 29 Agustus 2018
84
https://metro.sindonews.com/read/1154556/170/73-warga-yakin-ahok-menistakan-
agama-1478838244 diakses pada tanggal 22 Oktober 2018
85
https://news.detik.com/berita/d-3477951/ini-lokasi-penemuan-sembako-hingga-sapi-
diduga-politik-uang diakses pada tanggal 22 Oktober 2018
53
Kasus bagi-bagi sembako yang dilakukan oleh timses Ahok-Djarot
tersebut diduga mempengaruhi pilihan politik warga. Cara kampanye seperti ini
jelas membuat warga semakin kecewa karena dianggap merusak demokrasi dan
juga tidak sesuai dengan apa yang selalu di galakkan oleh pasangan Ahok-
Djarot yaitu bersih dan transparan. Sebagai mana yang diungkapkan salah satu
warga ciracas Hendi Sunardi, “Terus juga ada berita kalo timses Ahok itu bagi-
bagi sembako itu kan gak boleh sebenarnya, menurut saya itu kan politik kotor
pilihan politik seorang warga karena berkaitan dengan suka atau tidaknya warga
terhadap kandidat yang akan dipilih. Kandidat yang memiliki citra positif dari
pada negatif akan lebih disukai oleh warga. Citra positif dianggap sebagai
terhadap kandidat.86
86
Pawito, Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Pemilihan, (Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra, 2009), hal. 263.
54
Pada kasus kekalahan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017,
citra pasangan petahana ini mengalami penurunan yang sangat drastis, selain
ditambah kasus yang menimpa dirinya yaitu kasus penistaan agama. Efeknya
Tabel IV.A.14
Survei Elektabilitas Pasangan Ahok-Djarot
Elektabilitas Ahok-Djarot
43.0%
40.5% 41.1%
37.8%
31.9
27.1%
20.4%
FEBRUARI 2016 JULI 2016 OKTOBER 2016 JANUARI 2017 FEBRUARI 2017 15 FEBRUARI 2017 MARET 2017
Series 1
memperoleh angka 37.80%, namun terhitung dari bulan Juli 2016 sampai bulan
87
Pertanyaan elektabilitas pada survei Februari dan Juli 2016 ditujukan untuk bakal calon
secara perseorangan, bukan sebagai pasangan. Sementara data survei Oktober 2016, Januari 2017,
Februari 2017 dan Maret 2017 ditujukan untuk pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
55
ini tidak terlepas dari pengaruh isu penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok
sangat fokus pada program kerja dan mensosialisasikan prestasi pak Ahok-
Djarot secara masif.”88 Disisi lain penyebab naiknya elektabilitas Ahok karena
gaya komunikasinya yang berubah tidak sekasar dulu dan permintaan maafnya
karena menguatnya isu SARA menjelang putaran kedua.90 Menutur Rian Ernest
penurunan itu disebabkan, “karena isu SARA tadi ya, isunya semakin panas
baik itu di media sosial ataupun beberapa tempat yang memang banyak
bertebaran spanduk-spanduk anti Ahok dan itu memang menyulitkan bagi kami
88
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
89
https://pilkada.tempo.co/read/839320/elektabilitas-ahok-merangkak-naik-ini-
penyebabnya diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
90
http://m.metrotvnews.com/read/2017/03/15/671921/timses-akui-elektabilitas-ahok-
djarot-turun-karena-isu- diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
91
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
56
Dari data tersebut diketahui bahwa dukungan terhadap pasangan Ahok-
berimbas pada bertambahnya dukungan publik kepada kubu lawan. Hal ini juga
diungkapkan oleh warga bernama Rusdi Diantoro, “Saya sempet kemaren itu
milih Ahok dan belum terlalu yakin ahok menistakan agama, tapi nyatanya
Ahok gak bisa buktikan kalo dia gak salah berarti kan Ahok bener dong
yang disebut dengan “Aksi Bela Islam” ini digelar menuntut hukuman atas
pada tanggal 14 Oktober 2016 yang berlangsung di depan balai kota DKI
Jakarta, dikomandoi oleh Front Pembela Islam (FPI) aksi ini menuntut segera
aksi ini dibubarkan, Habib Rizieq Shihab selaku pimpinan FPI mengecam akan
melakukan aksi lanjutan yang lebih besar jika dalam tempo tiga minggu tidak
92
https://www.suara.com/news/2016/10/14/172957/demo-ormas-islam-bubar-sebelum-
pergi-rizieq-keluarkan-ancaman diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
57
Gambar IV.A.1
Ribuan Massa Aksi Bela Islam I
agama, pada tanggal 4 November 2016 akhirnya digelar kembali aksi lanjutan
yang dihadiri massa dari luar daerah guna menuntut segera di tentukannya
status hukum Ahok. Aksi yang dikenal juga dengan aksi damai 411 ini berpusat
di depan Istana Negara dan disertai kericuhan. Buntut dari aksi ini mendapat
respon dari pemerintah dan Ahok resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus
hadir pula aksi lanjutan yang berlangsung pada tanggal 2 Desember dan 11
Februari 2016. Aksi ini berlangsung damai yang disertai dengan zikir dan do`a
bersama. Terhitung diputaran pertama telah terjadi empat aksi belas Islam yang
karena isu penistaan agama yang terus bergejolak sampai digelarnya aksi besar-
58
besaran yang terjadi pada tanggal 21 Februari 2017 atau disebut juga dengan
Aksi Bela Islam 212 sebagai aksi lanjutan atas beberapa aksi yang terjadi
Perwakilan Rakyat (DPR) dan dihadiri oleh ribuan massa yang terdiri dari
simpatisan Forum Umat Islam (FUI) dan Mahasiswa yang menuntut agar Ahok
Jakarta Selatan.93
lanjutan yang berlangsung pada tanggal 31 Maret 2017. Aksi ini bertujuan
jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Awalnya aksi ini akan berpusat di
Istana Merdeka namun tidak di izinkan dan hanya boleh melakukan long march
diadili, dampak kasus penistaan agama ternyata sangat dirasakan oleh pasangan
93
https://www.merdeka.com/peristiwa/21-februari-fui-gelar-aksi-bela-islam-di-dpr-tuntut-
ahok-dicopot.html dikses pada tanggal 29 Oktober 2018
94
https://www.liputan6.com/news/read/2904995/massa-aksi-31-maret-longmarch-dari-
istiqlal-ke-istana-merdeka dikses pada tanggal 29 Oktober 2018
59
penolakan kampanye ini terjadi di beberapa daerah seperti di Jatipadang,
hukuman pidana penjara paling lama 6 bulan atau denda maksimal Rp 6 juta,
tetapi tak menyurutkan aksi penolakan ini. Pada akhirnya Ahok-Djarot pun
berjalan tidak kondusif.95 Hal ini yang kemudian menyebabkan tidak efektifnya
Spanduk yang banyak bertebaran ini salah satunya bertuliskan “masjid ini tidak
95
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09570671/kampanye.ahok.yang.berg
ejolak.di.penghujung.dan.awal.tahun diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
96
http://wartakota.tribunnews.com/2017/03/12/marak-penolakan-menyalatkan-jenazah-
pendukung-ahok-ini-sikap-dewan-masjid-indonesia diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
60
Gambar IV.A.2
Spanduk Provokatif di Masjid Kawasan Pondok Pinang
citra Ahok di mata masyarakat khususnya umat muslim. Hal ini merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kekalahan yang dialami oleh pasangan
mengatakan:97
“putaran kedua sudah kami prediksi isunya akan semakin panas, seperti yang
saya jelaskan sebelumnya. Adanya aksi dan spanduk anti Ahok membuat kami
harus bekerja keras memebendung isu penistaan agama ini baik di media sosial
maupun bertatap muka langsung dengan warga melalui kampanye senyap yang
kami lakukan di putaran kedua dan memang faktor ini sangat mempengaruhi
kekalahan Pak Ahok diputaran kedua.”
Ahok seperti yang diungkapkan oleh seorang warga perempuan bernama Siti
Mahfuzoh seperti yang disampaikannya, “ya kan orang udah terbukti jadi
tersangka ngelakuin penistaan agama kok mau dipilih, enggak lah. Warga
97
Wawancara dengan Tim Sukses Ahok-Djarot Bidang Advokasi Rian Ernest via
Telepon, 27 Juli 2018
61
muslim mana yang ga marah kalo Ayat suci Al-Qur`an di lecehin apalagi sama
orang non-muslim. Makanya mending pilih calon lain aja yang lebih santun.”98
yang ia sampaikan, ia mengatakan, “Saya sempet kemaren itu milih Ahok dan
belum terlalu yakin ahok menistakan agama, tapi nyatanya Ahok gak bisa
buktikan kalo dia gak salah berarti kan Ahok bener dong menistakan agama. Ya
bagus ya, saya senang juga waktu yang kalijodo di gusur, itu kan tempat
Dari penuturan para warga DKI Jakarta yang tidak memilih Ahok-
Djarot, hal ini juga didukung dari hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran
Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang digelar pada tanggal 5-11 januari 2017
LSI Denny JA Ardian Sofa menyatakan hasil survei yang menunjukkan bahwa
98
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Siti Mahfuzoh di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
99
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Rusdi Diantoro di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
100
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Rusdi Diantoro di Ciracas Jakarta
Timur, 05 Agustus 2018
62
ucapan Ahok terkait surat Al-Maidah ayat 51 yang dianggap menistakan agama,
merupakan faktor utama penyebab warga tidak memilih Ahok di mana tingkat
belakang agama yang dianut oleh kandidat. Ahok mencalonkan diri kembali
harus mampu meraup suara dari kalangan mayoritas yaitu pemilih dari warga
muslim. Pada studi perilaku politik, keinginan warga dalam memilih kandidat
diantaranya umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku dan gender.102 Dalam
ketimbang Djarot. Ahok dinilai selain kepribadian dan kinerjannya juga dinilai
oleh salah satu warga Kecamatan Ciracas Hendi Sunardi, “saya kurang suka
pasangan ini ya, apalagi ahok itu kan non-muslim, kalo saya pribadi mending
101
https://pilkada.jpnn.com/news/ini-penyebab-warga-ogah-pilih-ahok-versi-survei-lsi
diakses pada tanggal 16 November 2018 pukul 20.03 WIB
102
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 186.
103
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Hendi Sunardi di Ciracas Jakarta Timur,
05 Agustus 2018
63
Hal senada juga disampaikan oleh perempuan 40 tahun, Nur Jannah,
“saya sih kalo bisa seagama lah kalo buat pemimpin, kalo bukan seagama
jangan deh. Itu aja sih kalo saya.” Yang menarik adalah setelah Nur Jannah
dan Agus-Silvy berdasarkan debat kandidat. Dalam hal ini penulis melihat
seperti yang disampaikan Nur Jannah, ia mengatakan, “ya setelah tau Ahok
maju lagi dia kan non-muslim ya saya ga akan milih dia. Terus kan ada dua
calon lagi yang seagamalah gitu, jadi saya lihat dua calon yang lain, saya juga
sempat lihat pas debat kandidat kan ada berapa tahap tuh, ya mungkin saya
Dengan demikian, maka terlihat dengan jelas bahwa indikator yang ada
mempengaruhi perilaku pemilih warga DKI Jakarta dan terlebih sosok Ahok
yang nampaknya menjadi bahan pertimbangan bagi para warga dalam memilih
pasangan ini. Ahok masih menjadi magnet perhatian terbesar warga karena
perhatian sedikit dari warga. Hal ini juga diungkapkan oleh Veri Muhlis yang
104
Wawancara dengan warga Kecamatan Ciracas Nur Jannah di Ciracas Jakarta Timur, 05
Agustus 2018
64
petahana ini bisa kalah juga karena Ahok, Ahok lebih banyak masalahnya
IV.A.3 dan disisi lain elektabilitas Anies-Sandi masih berada diatas Ahok-
Djarot. Isu penistaan agama membuat dilema bagi warga muslim yang ingin
spanduk anti Ahok dan adanya mobilisasi massa besar-besaran oleh umat
muslim menuntut Ahok di hukum juga telah mengubah pilihan warga untuk
dan gaya komunikasinya yang kasar bahkan sampai memaki-maki. Hal ini
terlihat dari gaya kepemimpinannya pada saat dirinya masih menjabat sebagai
salah satu faktor kekalahannya ditambah isu penistaan agama yang memanas
65
mempengaruhi pilihan politik seorang pemilih. Dalam hal ini pemilih melewati
proses sosialisasi yang panjang, seperti adanya pengaruh orang tua ataupun
bagi pemilih yang tidak mempunyai ikatan emosional dengan partai, maka figur
ketidaksukaan warga pada pasangan calon. Dalam hal ini kepribadian Ahok
dinilai tidak dapat diterima oleh kultur masyarakat, seperti yang dia
sampaikan:106
“kalo ditanya penyebab kekalahan ahok itu banyak sebabnya, tapi dari sudut
pandang perilaku politik di Indonesia ini faktor kepribadian seorang kandidat
itu diperhatikan oleh pemilih. Siapapun orang kalo dia mau dipilih oleh rakyat,
apalagi kulturnya masih kultur tradisional modern tapi nusantara begini, maka
dia harus punya sikap yang baik, dia harus mampu menjaga perkataannya
dengan baik. Kalo kita bandingkan dari sisi para pemimpin bangsa, seperti
soekarno itu punya daya pikat yang luar biasa karena dia selalu tampil di depan
publik dalam keadaan berwibawa, lihat cara dia berpakaian, lihat cara dia
berbicara, nyaris tidak ada celah. Nah tokoh-tokoh yang tidak bisa menjaga
lisan, yang tidak bisa menjaga perilakunya atau kredibilitasnya buruk itu akan
mendapatkan akibatnya yaitu warga menjadi tidak suka. Suka dan tidak suka
itu kan sesuatu yang dinamis, tingkat kesukaannya bisa naik turun makanya di
ukur lewat survei kan tingkat kesukaan, nah kondisi inilah yang terjadi pada
pasangan ahok-djarot dimana tingkat kesukaan warga Jakarta yang relatif naik
turun.”
Pendapat ini juga didukung dari hasil survei yang diselenggarakan oleh
105
Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 187.
106
Wawancara penulis dengan pengamat politik Veri Muhlis Ariefuzzaman, di kantor
KONSEP Indonesia, BSD Tangerang 29 Agustus 2018
66
presentase paling rendah dibanding dua pasangan lainnya. Survei membuktikan
Ahok.107
pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Dalam pendekatan sosiologis telah dijelaskan
bahwa sentimen agama menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemilih
B. Pembahasan
Pilkada DKI Jakarta 2017 menjadi salah satu yang menunjukkan bahwa calon
107
https://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/21/09195611/survei.litbang.kompas.me
ski.popularitas.paling.tinggi.tingkat.kesukaan.terhadap.ahok-djarot.paling.rendah diakses pada
tanggal 10 November 2018
67
Proses pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini
diwarnai dengan kasus penistaan agama yang menimpa Ahok. Sebagai calon
Gubernur hal ini sangat menyulitkan bagi kubu Ahok dalam mendulang suara
tetapi diputaran kedua isu penistaan agama semakin menguat ditambah timses
DKI Jakarta.
pukulan telak bagi pasangan petahana. Kekalahan itu tidak lain bermula dari
blunder petahana sendiri dimana Ahok sebagai seorang minoritas dengan berani
elektabilitas yang drastis. Faktor lain seperti yang telah disinggung diatas justru
mencari sudut pandang berbeda yakni melihat faktor utama kekalahan Ahok-
Djarot justru berasal dari internal timnya bahkan kandidat petahana sendiri.
68
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisis penilitian pada bab sebelumnya, pada bab ini penulis
akan menguraikan secara singkat hasil penelitian yang penulis peroleh tentang
faktor kekalahan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Selain berisi
uraian singkat dari hasil penelitian, pada bab ini penulis juga memberikan saran-
A. Kesimpulan
Dari hasil penilitian yang penulis peroleh, terdapat beberapa faktor yang
strategi timses meng counter isu tidak berjalan maksimal, hanya memberikan
timses di media sosial juga tidak maksimal karena semua mengklaim sebagai
jenderal sehingga isunya tidak terkomando. Disisi lain adanya isu pembagian
sembako menjadi blunder fatal yang dilakukan timses di masa tenang Pilkada
memilih kandidat yang dipilihnya berdasarkan isu dan faktor figur kandidat.
69
mempengaruhi kekalahan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Hal
ini disebabkan oleh adanya isu penistaan agama yang mengundang reaksi warga
secara beragam, serta gaya komunikasi Ahok yang kasar membuat warga tidak
memilih kandidat yang dipilihnya berdasarkan latar belakang calon. Faktor latar
belakang agama yang dianut oleh Ahok menjadi bahan pertimbangan pemilih
dari suara mayoritas yaitu warga muslim sehingga enggan memilih Ahok.
B. Saran
berbau SARA. Hal ini juga berlaku bagi kandidat dari kalangan mana saja sebab
70
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bua, Piter Randan. The Ahok Way, Bandung: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014.
Budiardjo, Miriam. Partisipasi dan Partai Politik Sebuah Bunga Rumpai, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1998.
David Marsh dan Gerry Stoker. Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, Bandung:
Nusa Media, 2010.
Ginting, Jani. dkk, ed,. Merubah Indonesia: The story Of Basuki Tjahaja Purnama,
Jakarta: Center For Democracy and transparency, 2008.
J. Dwi Darwoko dan Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan,
Jakarta: Prenada Media Group, 2004.
Mujani, Saiful. Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan
Legislatif dan Indonesia Pasca-Orde Baru, Jakarta: Mizan Publika, 2011.
71
Panggabean, Meicky Shoreamanis. AHOK, Jakarta: PT Mizan Publika, 2016.
Ramlan Subakti. Memahami Ilmu Poliik, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 2010.
Toni Andrianus Pito, Efriza, dan Kemal Fasyah. Mengenal Teori-teori Politik: Dari
Sistem Politik sampai Korupsi, Bandung: Nuansa Cendikia, 2013.
Varma, S.P. Teori Politik Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
PENELITIAN
72
Muhammad, Reza. “Kekalahan Petahana Dalam Pilkada 2015 Di kabupaten Luwu
Utara”, Program Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Hasanuddin Makassar, 2017.
Saputra, Bakti. “Kekalahan Tobroni Harun-Komarunizar Dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kota Bandar Lampung 2015”, Program Sarjana, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2016.
JURNAL
Aminudin, Suryana, “Perilaku Politik di Indonesia”, Jurnal Aspirasi, Vol.1/No.2.
(Februari 2011).
Sutrisno, Cucu. “Partisipasi Warga Negara Dalam Pilkada”, Jurnal Pancasila Dan
Kewarganegaraan, Vol. 2/No. 2. (Juli 2017).
PERUNDANGAN
DOKUMEN ELEKTRONIK
73
INTERNET
74
Kpujakarta.com. diakses pada tanggal 20 November 2018 dari
https://kpujakarta.go.id/viewberita/kpu_provinsi_dki_selesaikan_rekapitul
asi_penghitungan_suara_hari_ini
75
Merdeka.com. diakses pada tanggal 29 Oktober 2018 dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/21-februari-fui-gelar-aksi-bela-islam-
di-dpr-tuntut-ahok-dicopot.html
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
kalo saya lebih loyalitasnya kepada pak ahoknya karena saya sudah kenal
pak ahoknya dari tahun 2012 jadi sudah pernah bantu pak ahok di pilkada Jakarta
2012. Jadi sudah kenal lama meskipun dulu tidak deka, baru dekat ketika bekerja
bersama beliau di balaikota dari 2015 sampe 2017. Jadi soal karakter pak ahok saya
pikir sejauh ini tidak perlu diragukan untuk komitmen beliau memberantas korupsi.
Saya pikir sih itu magnet terbesar pak ahok menurut saya. Jadi itu yang buat saya
ditanggung KPU?
timses yang sifatnya professional, serta biaya untuk ajudan-ajudan, dan banyak lagi.
dokumen, itu saya yang handle memang. Bicara soal kampanye saya dulu sangat
77
aktif sekali di tahap administrasinya dan akhirnya saya lebih banyak fokus kerja
bersama tim jubir. Soal strategi kampanye, salah satu yang kita gunakan adalah
kampanye rakyat. kampanye rakyat yang kami galakkan ini merupakan program
penggalangan dana kampanye yang berbasis partisipasi rakyat. Jadi kami ingin
transparan. Selama ini kampanye itu sarat akan politik uang makanya kami
menggunakan metode ini. Penggalangan dana ini juga bisa dilakukan secara online
apa saja yang sudah dicapai oleh pak Ahok-Djarot. Selain itu kita juga fokus ke
daerah-daerah yang punya problem sosial yang tinggi, dan ini merupakan inisiatif
dari pak Ahok sendiri. dalam setiap kegiatan kampanye baik diputaran pertama
maupun kedua kami menghidari kampanye yang berbau SARA, kami fokus soal
kinerja, prestasi dan program kerja. Soal adanya isu SARA, kami kampanyekan
tablig akbar dan pengajian. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk fokus
Secara politik saya sebagai timses dan politikus muda, dalam perspektif
saya sentimen agamanya begitu kencang. Maksudnya banyak orang yang tidak mau
78
kemenangan diputaran pertama karena masyarakat mampu menerima pesan yang
kita sampaikan. Pola yang kita gunakan selama kampanye terbukti efektif meskipun
isu SARA tadi ya, isunya semakin panas baik itu di media sosial ataupun beberapa
tempat yang memang banyak bertebaran spanduk-spanduk anti Ahok dan itu
memang menyulitkan bagi kami sebagai timses, isunya semakin sulit untuk kami
bendung. Putaran kedua sudah kami prediksi isunya akan semakin panas, seperti
yang saya jelaskan sebelumnya. Adanya aksi besar-besaran dan spanduk anti Ahok
membuat kami harus bekerja keras memebendung isu penistaan agama ini baik di
media sosial maupun bertatap muka langsung dengan warga melalui kampanye
senyap yang kami lakukan di putaran kedua. Jadi memang isu SARA ini menjadi
faktor terbesar pak Ahok-Djarot kalah ya. Menurut saya ini faktor utamanya karena
itu terus yang diserang kepada kami. Tentu di luar faktor agama ada faktor lainnya
yang di share ke publik bahwa pak ahok bermasalah, banyak berita-berita tidak baik
5. Apa kelemahan yang anda lihat dan rasakan dari pasangan ahok-
djarot pada pilkada DKI Jakarta 2017 dan apa harapan anda ke
depan?
Secara pasangan kelemahan nya adalah publik terlalu fokus kepada sosok
ahok sehingga sosok djarot tidak terlalu terekspos. Sosok djraot memang sedikit
terangkat apalagi menjelang hari H, tapi selama kampanye sosok ahoklah yang
79
6. berita ahok bagi2 sembako, bagaimana tanggapan anda? anda pribadi
Menurut saya ini jelas black campaign ya. Pak ahok itu paling tidak suka
dengan cara-cara tidak sehat seperti ini, pak ahok bisa saja melakukan penyogokan
atau semacamnya, tapi pak ahok lebih memilih cara-cara yang sehat saja.
Mayoritas orang Jakarta pasti kenal Ahok ya. Tahunya kan waktu dia nyalon
di Jakarta bareng Jokowi, dia kan dulu sempet mimpin di bangka Belitung juga.
Kalo Djarot gak terlalu kenal banget sebatas tahunya mulai dari dia jadi wagub aja.
Dibanding Ahok, Djarot lebih santun orangnya. Kalo Ahok kan ceplas-ceplos aja
kalo ngomong.
Ya gimana orang udah terbukti jadi tersangka ngelakuin penistaan agama kok
mau dipilih lagi, enggak lah. Orang islam mana yang ga marah kalo Ayat suci Al-Qur`an
di lecehin apalagi sama orang non-muslim. Makanya mending pilih calon lain aja yang
Ya pas Ahok resmi jadi tersangka, dari situ saya ga akan milih dia, paling milih
kandidatnya lewat debat yak an dari situ bisa kita liat mana yang bagus dan gaknya
80
4. Bagaimana ibu/bapak menanggapi isu-isu yang menerpa ahok? Seperti
Sebagai orang muslim saya sepakat Ahok menistakan agama, menurut saya gak
boleh lah dia bawa-bawa ayat suci Al-Qur`an dengan cara seperti itu kan melecehkan
orang Islam kalo begitu. Ahok sebenarnya kan udah minta maaf juga ya, saya kasihan
Sebenarnya gak jadi masalah meskipun bukan seagama, buka se suku kalo saya
pribadi, yang penting dia mampu memimpin dan menyejahterakan rakyatnya, itu aja.
Kalo Pendidikan itu harus karena itu modal buat jadi pemimpin.
Kalo kinerjanya saya akui sebenarnya bagus ya, disiplin juga orangnya
contohnya Kawasan Tanah Abang yang dulunya kurang tertib kondisinya lebih tertib
Ya orang Jakarta pasti udah pada kenal Ahok-Djarot. Kalo saya memang
kenalnya dari waktu bareng sama Jokowi dulu. Kalo Djarot juga waktu jadi wakil
gubernur. Djarot jauh lah dari Ahok, maksudnya ga terlalu tegas, tapi ga ceplas-
81
2. Pada pilkada lalu, kenapa anda tidak memilih ahok-djarot?
Saya sempet kemaren itu milih Ahok dan belum terlalu yakin ahok
menistakan agama, tapi nyatanya Ahok gak bisa buktikan kalo dia gak salah berarti
kan Ahok bener dong menistakan agama. Ya udah akhirnya saya ga jadi milih dia
lagi.
Setelah Ahok benar-benar mau dipenjara itu kan berarti Ahok beneran salah
akhirnya saya merubah pilihan saya ke dua calon yang lain. Saya lumayan lama nentuin
calon yang mau di pilih karena orangnya belum terlalu kenal, cuman pas diputaran
kedua kan tinggal Ahok sama Anies, nah disitu saya bakalan milih Anies.
Awalnya . Ya itu salah Ahok sendiri kenapa harus bawa-bawa ayat suci Al-
Jakarta, orangnya baik meskipun bukan seagama gak jadi masalah buat saya. Mau dari
suku mana aja juga gak masalah. Kalo Pendidikan itu harus lah karena seorang
82
6. Bagaimana kepemimpinan pak Ahok selama menjadi Gubernur?
` Sebenarnya Ahok itu bagus kinerjanya, zaman Ahok masalah banjir dia cepet
penangananya. Terus dia orangnya disiplin, ya contohnya aja waktu zaman dia menjabat
jarang ada yang telat itu orang-orang kaya di kelurahan, PNS-PNS juga. Kan dia suka
nindak langsung kalo ada yg bermasalah. Saya senang juga waktu yang kalijodo di
gusur, itu kan tempat prostitusi, jadi saya setuju kalo tempat kaya gitu digusur.
Kalo Ahok dari lama taunya saya, ya pas dari dia jadi Wagub itu bareng jokowi.
Kalo Djarot baru tau pas gantiin Ahok jadi Wagub kan ahoknya naik jadi gubernur. Kalo
Djarot saya liat ga sekasar Ahok kalo lagi ngomong. Orangnya lebih kalem gitu.
saya kurang suka pasangan ini ya, apalagi ahok itu kan non-muslim, kalo saya
saya waktu liat anies maju saya senang, orangnya kan pintar dan santun. Pas
masa kampanye liat ahok menistakan agama saya makin gak suka, pokoknya jangan
83
4. Bagaimana ibu/bapak menanggapi isu-isu yang menerpa ahok? Seperti
Menurut saya ya itu menistakan. saya heran dia kan non-muslim kenapa bawa-
bawa ayat suci Al-Qur`an terus ngomongnya begitu lagi di depan warga, saya kan liat
juga tuh videonya di tv. Gak pantes aja dia bawa-bawa ayat suci Al-Qur`an. Makanya
saya senang pas akhirnya dia jadi tersangka. Terus juga ada berita kalo timses Ahok itu
bagi-bagi sembako kan gak boleh sebenarnya, menurut saya itu kan politik kotor ya, gak
Kalo diri saya pribadi ya, saya intinya milih calon yang seagama aja, yang lainnya gak
jadi masalah.
Kalo kinerja waktu memimpin Jakarta sih lumayan di bilang bagus banget sih
ga juga. Ahok itu dia main gusur-gusur aja ga ada kompromi. Dia juga kan ngomongnya
kasar, ga bisa di jaga. Tegas sih iya tapi tetap harus santun juga.
Kalo Ahok taunya udah lama lah yapaling dari dia jadi wakilnya Jokowi
dulu. Setau saya dulu Ahok kalo gak salah pernah di Bangka Belitung kan jadi
84
bupati. Kalo djarot kan taunya baru-baruaja waktu gantiin Ahok jadi Wagub. Saya
Saya sih kalo bisa seagama kalo buat pemimpin, kalo bukan seagama jangan
deh. Itu aja sih kalo saya. Ahok itu kan non-muslim meskipun kerjanya bisa dibilang
bagus tapi karena beda agama menurut saya lebih baik pilih yang seagama aja.
Ya setelah tau Ahok maju lagi dia kan non-muslim yasaya udah ga akan milih
dia. Terus kan ada dua calon lagi yang seagama lah begitu, jadi saya fokus ke dua calon
itu, terus saya liat pas debat kandidat kan ada beberapa tahap tuh, ya mungkin saya mulai
Menurut saya ya menistakan itu. Jujur saya semakin ga suka denganAhok yang
udah jelas non-muslim terus dia pake ngomongin ayat suci Al-Qur'an lagi. Itu kan pas
kampanye kan,kalo ga salah dia bilang jangan mau di bohongi sama surat Al-Maidah,
di ngomong begitu kan ngundang kemarahan orang Islam kalo gitu. Pas ahok jadi
85
5. Apakah faktor umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/etnis, gender
Kalo itu pasti ya karena agama sangat penting menurut saya. Pendidikan juga
menurut saya juga penting, ya pemimpin itu kan harus pinter lah orangnya, kalo yang
Kalo yang saya lihat Ahok kerjanya cukup bagus ya, contohnya aja
Ariefuzzaman
adalah karena isu sara dan dari hasil terjun ke lapangan yaitu
hal ini?
Kalo ditanya penyebab kekalahan ahok itu banyak sebabnya, tapi dari sudut
pandang perilaku politik di Indonesia ini faktor kepribadian seorang kandidat itu
diperhatikan oleh pemilih. Siapapun orang kalo dia mau dipilih oleh rakyat, apalagi
kulturnya masih kultur tradisional modern tapi nusantara begini, maka dia harus
86
punya sikap yang baik, dia harus mampu menjaga perkataannya dengan baik. Kalo
kita bandingkan dari sisi para pemimpin bangsa, seperti soekarno itu punya daya
pikat yang luar biasa karena dia selalu tampil di depan publik dalam keadaan
berwibawa, lihat cara dia berpakaian, lihat cara dia berbicara, nyaris ga ada celah.
Nah tokoh-tokoh yang tidak bisa menjaga lisan, yang tidak bisa menjaga
perilakunya atau kredibilitasnya buruk itu akan mendapatkan akibatnya yaitu warga
menjadi tidak suka. Suka dan tidak suka itu kan sesuatu yang dinamis, tingkat
kesukaannya bisa naik turun makanya di ukur lewat survei kan tingkat kesukaan,
nah kondisi inilah yang terjadi pada pasangan Ahok-Djarot dimana tingkat
kesukaan warga Jakarta yang relatif naik turun. Mengapa tidak sinkron antara
kinerja dengan kepribadian karena budaya kita masih tradisional baru mau masuk
ya karena faktor Ahoklah yang menurunkan elektabilitas pasangan ini dan kenapa
petahana ini bisa kalah juga karena Ahok, Ahok lebih banyak masalahnya sehingga
itu tinggi tapi tidak tinggi sekali, survei pertama sekitar 56 persen dan survei kedua
sekitar 62 persen, itu pun karena faktor publikasi yang besar-besaran sebenarnya
atau karena faktor perubahan tradisi, contohnya zaman Ahok itu ngurus surat-surat
zaman Ahok duit yang banyak itu sama ahok dipakai buat membayar para pegawai
yang pasukan orange itu sehingga sungai-sungai di bersihin sebelumnya kan tidak
87
nah jadi tingkat kepuasannya disitu tapi elektabilitasnya tidak sampai 50 persen di
survei kami.
pasti yang tidak akan berubah itu sekitar 22 persen. Untuk seorang petahana, 38
persen itu kecil wajar karena pertama Ahok itu limpahan dari Jokowi, lalu
yang sama gaya kepemimpinan Ahok itu out off the book tidak seperti pada
umumnya orang, dia ceplas-ceplos, dia kasar, dan Ahok kadang-kadang mencaci
maki yang akhirnya bikin sakit hati orang. Jadi ada kaitanya ya soal perilaku
pemilih Indonesia itu bergantung pada perilaku orang yang akan dipilih juga. Jadi
faktor terbesar kekalahan Ahok itu karena perilaku pribadi Ahok sendiri. Seandainya
Ahok perilakunya tidak kasar seperti itu mungkin isu sara tidak akan muncul. Saya
melihat persoalan sara dari pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu hadir karena
ketakutan, ketidakpercayaan diri atas perbedaan yang Ahok sadari dari awal, bahwa
dia minoritas, itu kemudian dijadikan senjata atau tameng dan itu akhirnya diserang
oleh lawan dan pernyataannya pun melanggar karena terbukti dia di penjara karena
Di Indonesia ini semenarik apapun visi misi dan program kerja sepanjang
sistemnya dan dana masih seperti ini, legislatif dan eksekutif pola hubungannya
masih belum baik pada akhirnya akan larut pada sistem yang sudah mentradisi
seperti APBND. Salah satu program Ahok-Djarot yaitu ruang terbuka hijau itukan
88
bukan dari APBD itu, kerjasama dengan swasta dan ketika masuk kedalam sistem
di Indonesia itu tidak mudah. Kalo mencoba dikaji program kerja Ahok-Djarot itu
bagus dan menarik. Secara kinerja pelayanan birokrasi Ahok-Djarot lebih baik dan
tidak bisa dibantah, Ahok bisa menegur langsung dan itu fakta sehingga masyarakat
diyakinkan. Tapi diindonesia ini orang itu takut dipimpin sama orang galak dan
kampanye gagal. Jadi apakah kampanye Ahok-Djarot itu efektif menurut saya tidak
efektif karena semuanya jadi jenderal, disosial media itu jadi jenderal semua
mengklaim jadi panglima akhirnya isunya tidak terkomando karena semua orang
ingin terlibat dan banyak sekali orang yang mengeluarkan dana pribadi hanya untuk
89