Anda di halaman 1dari 29

MAKALALAH PALIATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

“ LUPUS dengan KOMPLIKASI “

Dosen pembimbing : Widyasih S, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Fadilla Nur Oktavia (201801041)


2. Fahim Risalatul K (201801042)
3. Faniko Nanda S (201801043)
4. Febriana Nokas (201801044)
5. Firda Ayu M (201801045)
6. Lily Sabrina (201801061)
7. Linasari (201801062)
8. Mei Kartika S (201801063)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak yang terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapa tbanyak
kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya.

Kediri, 08 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul....................................................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Pengertian...............................................................................................................
B. Etiologi....................................................................................................................
C. WOC.......................................................................................................................
D. Patofisiologi............................................................................................................
E. Penatalaksanaan......................................................................................................
F. Komplikasi..............................................................................................................
G. Pencegahan.............................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................

A. Kasus Semu.............................................................................................................
B. Pengkajian...............................................................................................................
C. Pemeriksaan Fisik...................................................................................................
D. Analisis Data...........................................................................................................
E. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................
F. Intervensi.................................................................................................................
G. Implementasi...........................................................................................................
H. Evaluasi...................................................................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Systemic Lupus Erithematosus (SLE) merupakan penyakit yang


menyebabkan peradangan atau inflamasi multisistem yang disebabkan banyak faktor
dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan
sistem imun dan produksi autoantibody yang berlebihan. Lupus hingga saat ini
menyerang paling sedikit sekitar 5 juta orang di dunia. Di Amerika hingga saat ini
tercatat 1,5 juta orang menderita penyakit lupus (Lupus Foundation of America,
2015).
Penderita lupus di Indonesia pada tahun 1998 tercatat 586 kasus, ternyata
setelah tahun 2005 telah mencapai 6.578 penderita. Penderita yang meninggal
mencapai sekitar 100 orang. Pada tahun 2008, tercatat 8.693 penderita lupus dan 43
orang meninggal. Kemudian, sampai dengan April 2009, tercatat 8.891 penderita
lupus dan 15 meninggal (Djoerban 2007, dalam Judha, dkk, 2015).
Menurut Judha, dkk (2015), faktor yang meningkatkan risiko penyakit lupus
yakni jenis kelamin, wanita usia produktif lebih berisiko terkena penyakit ini. Lupus
paling umum terdiagnosis pada mereka yang berusia diantara 15-40 tahun. Ras
Afrika, Hispanics dan Asia lebih berisiko terkena lupus. Paparan sinar matahari juga
menjadi faktor risiko lupus. Jenis kelamin, usia, ras, paparan sinar matahari, konsumsi
obat tertentu, infeksi virus Epstein-Barr, paparan zat kimia seperti rokok juga menjadi
faktor risiko penyakit lupus.
Sebesar 20% penderita lupus akan mempunyai saudara yang akan menderita
lupus. Sekitar 5% anak yang lahir dari individu yang terkena lupus, akan menderita
penyakit lupus, apabila kembar identik maka salah satu dari bayi kembar tersebut
akan menderita lupus. Sebesar 10% penderita lupus, mengalami kelainan pada lebih
dari satu jaringan tubuh. Kelainan jaringan tersebut dikenal dengan istilah “overlap
syndrom” atau “mixed connective tissue disease” (Lupus Foundation of America,
2015).
Penelitian Komalig, dkk (2008), menyatakan bahwa perempuan lebih banyak
menderita lupus (94,5%), kelompok umur terbanyak pada usia 25-34 tahun (45%),
suku terbanyak yang sakit lupus berasal dari suku Jawa (33,7%), penderita lupus
paling banyak tidak bekerja (32,2%), penderita lupus paling banyak tamat
akademi/perguruan tinggi (58,4%), penyakit ISPA lebih banyak ditemukan pada
penderita lupus sebelum sakit, jenis obat yang sering dikonsumsi sebelum sakit yakni
golongan ampisilin/amoksilin (63,1%), penderita lupus tidak merokok (88,1%),
menggunakan kontrasepsi (44%).

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE) ?

b. Apa yang menjadi penyebab dari penyakit Systemic Lupus Erithematosus


(SLE)?

c. Bagaimana patofisiologi/WOC dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE)?

d. Bagaimana prosedur pengobatan dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE)?

e. Apa saja komplikasi yang terjadi karna penyakit Systemic Lupus


Erithematosus (SLE)?

f. Apa saja cara pencegahan dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE)?

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE).

b. Untuk mengetahui etiologi dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE).

c. Untuk mengetahui WOC /patofisiologi dari Systemic Lupus Erithematosus


(SLE).

d. Untuk mengetahui tata laksana dari Systemic Lupus Erithematosus (SLE).

e. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi dari Systemic Lupus Erithematosus


(SLE).
f. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Systemic Lupus Erithematosus
(SLE).
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem


imun tubuh yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun
seharusnya melindungi tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada
pengidap lupus, sistem imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.
Penyebab terjadinya lupus pada seseorang hingga saat ini belum diketahui, sejauh ini,
diduga penyakit yang lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan laki-laki
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor genetic dan lingkungan. Inflamasi yang
disebabkan oleh lupus bisa menyerang berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, sel
darah, ginjal, paru-paru, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.
Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam
meniru gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan
langkah penanganan yang kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis,
salah satunya lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).
Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi
autoimun lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat
berujung pada munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di
samping itu, proses pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap
infeksi serius.

B. ETIOLOGI
Berikut beberapa penyebab dan jenis penyakit lupus :
1. SLE.
Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat umum dan
merupakan bahan utama pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang
jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai
parah.
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu
lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan
yang parah. Timbulnya rasa nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan salah
satu gejala ringan SLE. Oleh karena itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan,
depresi, dan cemas, meski hanya mengalami gejala ringan.

2. Lupus Eritematosus Diskoid (discoid lupus erythematosus/DLE).


DLE pada dasarnya hanya menyerang kulit. Namun, dampak yang
ditimbulkan oleh lupus jenis ini mampu menyerang jaringan dan organ tubuh
lainnya. DLE umumnya bisa dikendalikan dengan menghindari paparan
langsung sinar matahari dan obat-obatan.
Berikut beberapa gejala DLE:
- Rambut rontok.
- Pitak permanen.
- Ruam merah dan bulat, seperti sisik pada kulit yang terkadang akan
menebal dan menjadi bekas luka.
3. Lupus Akibat Obat
Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Kira-kira ada
lebih dari 100 jenis obat yang bisa menimbulkan efek samping yang mirip
dengan gejala lupus pada orang-orang tertentu.
Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti
mengonsumsi obat tersebut, sehingga tidak perlu menjalani pengobatan
khusus. Namun, jangan lupa untuk selalu berbicara dengan dokter sebelum
memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dengan resep dokter.
C. WOC

PAHTWAY SALE
Genetik,Kuman,Virus,Lingkungan,Obat obatan tertentu

Gangguan Imunoregulasi

Antibodi yang berlebihan

Sel T sepresor yang abnormal

Antibodi menyerang organ – organ tubuh ( sel, jarngan )

Penumpukan kompleks imu dan kerusakan jaringan

Penyakit Sale

Mencetus penyakit imun dan kerusakan jaringan

Muskuluskeletal Integume Cardiac Respirasi Vaskuler Hemato Saraf Pasien


nibiz n ccccc tidak
Familier
Pembengkakan Perikardit Pleuritis Kegagalan dengan
Adanya Inflamasi Ganggua
sendi asas sumsum proses
nyeri akut pada n
tulang
pada kulit arteriole spektru
Penumpuk memebent
Artlargia hidung Penumpuk terminalis m pada
an cairan uk sel sel
Artrithis dan pipi an cairan saraf
pada darah Pasien
( sinovisi ), efusi pada meluas
pleura merah tidak
Nyeritekan dan perikardiu Lesi Mengiku
rasa nyeri ketika m Papuler,E ti
Pasien
bergerak. merasa ritematou Tubuh Proses perintah
Efusi
malu Penebalan s dan mengalam neuroko
Pleura
Nyeri Akut dengan Perikardiu purpura i gis
Kurang
kondisiny m di ujung kekuranga tergangg
Pengeta
a Ekdpansi kaki, n sel u
huan
dada tumit dan darah
Penurunan siku merah
adekuat
Gangguan curah Depresi
Citra Tubuh jantung
Kerusakan Anemia
Pola
nafas intergritas
Ansietas
tidak kulit Keletihan
efektif
D. PATOFISIOLOGI
Autoantibodi yang diproduksi oleh sel plasma akan beredar dalam darah dan
mulai menyerang antigen tubuh penderita. Autoantibodi yang menangkap antigen
yang beredar dalam darah, hasil apopotsis, juga akan membentuk kompleks antigen-
antobodi. Autoantibodi ini akan mengaktivasi sistem inflamasi sehingga kemudian
akan menyebabkan kerusakan organ yang ditagetkannya.
Kerusakan organ dan sel yang terjadi akan semakin menambah dilepaskannya
antigen ke dalam darah. Antigen yang beredar ini akan menginduksi sel B memori
dan kemudian dengan cepat membelah dan membentuk lebih banyak sel plasma. Sel
plasma ini kemudian akan memproduksi lebih banyak lagi autoantibodi sehingga
reaksi peradangan dan gejala SLE semakin berat.

Adakalanya ketika SLE sudah mereda, kerusakan yang dipicu misalkan


terkena sinar matahari atau terkena infeksi virus akan menyebabkan apoptosis baru.
Apoptosis ini kemudian membangunkan kembali sel B memori dan timbulah flare
atau kekambuhan dari penyakit lupus atau SLE.

E. PENATALAKSANAAN

Non-Farmakologi

Terapi non farmakoloogi untuk pasien dengan SLE yang baru terdiagnosis adalah
penyuluhan dan edukasi.

 Penjelasan tentang apa itu lupus dan penyebab


 Masalah terkait fisik misalnya penggunaaan kortikosteroid untuk tatalaksana
SLE yang bisa menyebabkan osteoporosis sehingga perlunya pola hidup sehat
 Menghindari sinar matahari yang secara berlebih
 Memberikan edukasi mengenai terapi yang akan diberikan yakni terapi
imunosupresan dan kortikosteroid dosis tinggi, dan terapi konservatif

Farmakologi

1. Non Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID)


NSAID digunakan dalam pengobatan pasien SLE untuk mengobati gejala
musculoskeletal, nyeri kepala, inflamasi membrana mukosa dan serositis
2. Glukokortikoid
Kombinasi glukokortikoid dengan agen imunosupresan dapat membantu
tercapainya control penyakit
3. Agen Imunosupresan (Agen sitotoksik)
Digunakan pada SLE dengan manifestasi berat untuk meminimalisir kerusakan
jaringan ireversibel serta mengurangi toksiksitas akibat penggunaan
kortikosteroid (siklofosfamid, klorombucil, azathloprine, metehotrexat,
mycophenolate)

F. KOMPLIKASI

Penyakit lupus dapat menyebabkan beberapa komplikasi :

 Ginjal

Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein


didalam sel-sel tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan
ginjal yang menetap) pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga
penderita perlu mengalami dialysis atau pencakokan ginjal.

 Sistem saraf

Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Komplikasi yang


paling sering ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi
kelainan bisa terjadi bagaianmanapun dari otak, korda spinalis, maupun sistem
saraf. Kejang, pesikosa, sindroma otak organik dan sekitar kepala maupun
beberapa kelainan sistem saraf yang bias terjadi .
 Penggumpalan darah

Kelainan darah ditemukan pada 85% penderita lupus bisa berbentuk


bekuan darah didalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan
emboli paru. Jumlah thrombosit berkurang dan tubuh membentuk antibody
yang melawan faktor pembeku darah yang bisa menyebabkan perdarahan yang
berarti.

 Kardiovaskuler

Peradagan berbagai bagian jantung seperti perikarditis, endokarditis,


maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia yang terjadi akibat keadaan
tersebut.

 Paru-paru

Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi
pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya) Akibat dari
keadaan tersebut timbul nyeri dada dan sesak nafas. Otot dan kerangka tubuh

 Sendi

Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan


kebanyakan menderita arthritis. Persendian yang sering terkena adalah
persendian pada jaringan tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian
jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri
didaerah tersebut.

 Kulit

Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu ditulang pipi dan


pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar
matahari.

G. PENCEGAHAN

Untuk menghindari penyakit lupus, ada kiat-kiat tertentu untuk mencegahnya.


Salah satunya dengan pola hidup sehat seperti :
1. Pola Makan.

Makanan tinggi kalori terbukti membuat sel-sel imun terkait lupus


menjadi lebih aktif. Gluten, senyawa protein dari gandum, terbukti
mencetuskan beberapa sindrom autoimunitas. Toksin, bahan kimia, pengawet,
dan pewarna yang terkandung dalam makanan olahan diduga merusak DNA
terkait AI.

2. Jauhi Rokok

Untuk mencegah penyakit lupus adalah dengan tidak merokok. Sebab


lupus rentan paparan racun atau toksin dari asap rokok.

3. Cukup Tidur

Banyak pasien lupus mengeluh kelelahan dan nyeri sendi. Maka tidur 7
jam setiap malam wajib dipenuhi untuk mencegah penyakit lupus.

4. Sinar UV

Jangan terlalu sering berada di bawah paparan sinar matahari. Paling


jahat ada di rentang pukul 10 hingga 16. Gunakan tabir surya SPF 30 saat ke
luar rumah.

5. Hindari Infeksi

Pasien lupus biasanya demam. Demam adalah sebuah kondisi ketika


tubuh melawan infeksi. Maka untuk mencegah lupus tentu hindari infeksi.
Obat-obatan tertentu biasanya membuat pasien rentan infeksi. Rajin pula cuci
tangan.

6. Kelola Stres

Jauhi stres. Sebab stres merupakan kunci datangnya penyakit. Apalagi


pada pasien, stres justru memperburuk kondisi kualitas hidup.

7. Olahraga
Tentu berolahraga secara teratur baik untuk membuat tubuh selalu aktif
bergerak. Jangan sampai mengalami nyeri sendi yang biasanya dikeluhkan
pasien lupus di tahap awal.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Semu.
Seorang perempuan bernama Ny. S usia 35 tahun datang ke UGD dengan
keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher.
Awalnya kecil namun setelah satu minggu ukuran tersebut meningkat lebar, demam,
nyeri dan terasa kaku seluruh persendian terutama pagi hari dan kurang nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik di peroleh ruam pada pipi dengan batas tegas, peradangan
pada siku, lesi, pada daerah leher, malaise. Pasien mengatakan terdapat sariawan pada
mukosa mulut. Pasien ketika bertemu dengan orang lain selalu menunduk dan
menutupi wajahnya dengan masker. Tekanan darah 110/80 mmHg. RR 20x/menit,
Nadi 90x/menit, Suhu 38,5°C, Hb 11gr/dl, Wbc 15.000/mm.

B. Pengkajian.
1. Identitas Pasien
- Nama : Ny. S
- Umur : 35 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat : Jl.TB.Simatupang No. 71
- Status : Menikah
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : IRT
- DX Medis : SLE

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada
daerah pipi dan leher.
 Riwayat Penyakit
Saat dilakukan pemeriksaan :
- Suhu : 38,5°C
- RR : 20x/menit
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Hb : 11gr/dl
- Wbc : 15.000/mm.
 Riwayat penyakit terdahulu : -
 Riwayat Penyakit keluarga : -
 Riwayat Psikososial : -

C. Pemeriksaan Fisik.
 B1 (Breath) : RR 20x/menit, nyeri pada pipi dan leher
 B2 (Blood) : TD 110/80 mmHg, Suhu 38,5°C
 B3 (Brain) :-
 B4 (Bladder) :-
 B5 (Bowel) : Tidak nafsu makan
 B6 (Bone) :-

D. Analisis adata
No. DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: - Px mengatakan Vaskule
merasa tidak nyaman
pada kulit pada bagian Inflamasi pada
pipi dan leher. arteriole terminalis
-Px mengatakan ada
kemerahan pada Lesi
daerahpipi dan leher Papuler,Eritomatous
awalnya kecil namun dan purpura di ujung
stelah 1 minggu kaki,tumit dan siku
semakin melebar.
- Px merasakan Kerusakan Integritas
Gangguan Integritas Kulit/
demam, nyeri, kaku Kulit
Jaringan (D.0129)
pada seuruh
persendian.

DO : - Terdapat ruam
pada pipi dengan batas
tegas.
-peradangan pada
siku.
-Lesi pada daerah
leher, malaise.

2. DS : Vaskule Risiko Infeksi (D.0142)


- Tanda-tanda Infeksi
P : Kemerahan pada Inflamasi pada
daerah pipi dan leher. arteriole terminalis
Q : Menyebar.
R : Awalnya kecil Lesi
namun setelah 1 Papuler,Eritomatous
minggu melebar. dan purpura di ujung
S:- kaki,tumit dan siku
T : Pagi hari.
Kerusakan Integritas
DO : - TD : 110/80 Kulit
mmHg.
- Suhu : 38,5 °C Resiko infeksi
- Hb : 11 gr/dl
- WBC : 15.000/mm
- RR : 20x/menit
- Nadi : 90x/menit
3. Integumen

DS: -
Adanya nyeri akut
DO: - Ketika bertemu
pada kulit hidung
dengan orang px
selalu menunduk. Pasien merasa malu Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
- Px menutup dengan kondisinya
wajahnya dengan
masker. Gangguan Citra
Tubuh

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan berhubungan dengan adanya perubahan
pigmentasi pada pipi dan leher.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya kerusakan integritas kulit.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.

F. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1

Diagnosa Hari/ SLKI SIKI


Tanggal
Gangguan Selasa, 10 Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
Integritas Maret 2020 Jaringan (L.14125) (I.11353) (hal.316)
Kulit/ (hal.33) Observasi :
Jaringan a. Kerusakan - Identifikasi penyebab
(D.0129) jaringan. gangguan integritas kulit
(menurun) (mis. perubahan sirkulasi,
b. Kerusakan lapisan perubahan status nutrisi,
kulit. (menurun) penurunan kelembapan,
c. Nyeri. (menurun) suhu lingkungan
d. Kemerahan. ekstream, penurunan
(menurun) mobilitas)
e. Pigmentasi Perawatan Luka (I.14564)
abnormal. (hal.328)
(menurun) Observasi :
- Monitor
karakteristik luka
(mis. Drainase,
warna, ukuran,
bau)
- Monitor tanda-
tanda infeksi.
Terapeutik :
- Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi, jika
perlu.
- Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka.
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Kolaborasi :
- Kolaborsi
pemberian
antibiotik, jika
perlu.

Diagnosa Keperawatan 2

Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Resiko Selasa, 10 Tingkat Infeksi (L.14137) Perawatan Luka (I.14564)
Infeksi Maret 2020 (hal.139) (hal.328)
(D.0142) a. Demam. Observasi :
(menurun) - Monitor
b. Kemerahan. karakteristik luka
(menurun) (mis. Drainase,
c. Nyeri. (menurun) warna, ukuran,
Integritas Kulit dan bau)
Jaringan (L.14125) - Monitor tanda-
(hal.33) tanda infeksi.
a. Kerusakan Terapeutik :
jaringan. - Berikan salep
(menurun) yang sesuai ke
b. Kerusakan lapisan kulit/lesi, jika
kulit. (menurun) perlu.
- Pertahankan
teknik steril saat
melakukan
perawatan luka.
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri.
Kolaborasi :
- Kolaborsi
pemberian
antibiotik, jika
perlu.

Diagnosa Keperawatan 3

Hari/
Diagnosa SLKI SIKI
Tanggal
Gngguan Selasa, 10 Citra Tubuh (L.09067) Promosi Citra Tubuh
Citra Maret 2020 (hal.19) (I.09305) (hal.359)
Tubuh a. Melihat bagian Observasi :
(D.0083) tubuh. (membaik) - Identifikasi
b. Menyembunyikan harapan citra
bagaian tubuh tubuh
berlebihan.(menurun) berdasarkan
c. Hubungan social. tahap
(membaik) perkembangan.
Harga Diri (L.09069) - Identifikasi
(hal.30) perubahan citra
a. Penilaian diri positif. tubuh yang
(meningkat) mengakibatkan
b. Berjalan isolasi sosial.
menampakan wajah. Terapeutik :
(meningkat) - Diskusikan
c. Postur tubuh perbedaan
menampakan wajah. penampilan fisik
(meningkat) terhadap harga
d. Perasaan malu. diri.
(menurun) - Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra
tubuh secara
realistis.
Edykasi :
- Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh.
Edukasi Perawatan Diri
(I.12420) (hal.90)
Observasi :
- Identifikasi
pengetahuan
tentang
perawatan diri.
- Identifikasi
masalah dan
hambatan
perawatan diri
yang di alami.
Terapeutik :
- Rencanakan
strategi edukasi,
termasuk tujuan
yang realistis.
Edukasi :
- Ajarkan
perawatan diri,
praktik
perawatan diri,
dan aktivitas
sehari-hari.

G. Implementasi

Diagnosa Keperawatan 1

Hari/
No.Diagnosa Tindakan Paraf
Tanggal
Gangguan Selasa, 10 Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Integritas Maret 2020 (hal.316)
Kulit/ Observasi :
Jaringan - Mengidentifikasi penyebab gangguan
(D.0129) integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan
kelembapan, suhu lingkungan ekstream,
penurunan mobilitas)
Perawatan Luka (I.14564) (hal.328)
Observasi :
- Memonitor karakteristik luka (mis.
Drainase, warna, ukuran, bau)
- Memonitor tanda-tanda infeksi.
Terapeutik :
- Memberikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu.
- Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka.
Edukasi :
- Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi.
- Mengajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri.
Kolaborasi :
- Melakukan kolaborsi pemberian
antibiotik, jika perlu.

Diagnosa Keperawatan 2

Hari/
No.Diagnosa Tindakan Paraf
Tanggal
Resiko Selasa, 10 Perawatan Luka (I.14564) (hal.328)
Infeksi Maret 2020 Observasi :
(D.0142) - Memonitor karakteristik luka (mis.
Drainase, warna, ukuran, bau)
- Memonitor tanda-tanda infeksi.
Terapeutik :
- Memberikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu.
- Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka.
Edukasi :
- Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi.
- Mengajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri.
Kolaborasi :
- Melakukan kolaborsi pemberian
antibiotik, jika perlu.

Diagnosa Keperawatan 3
Hari/
No.Diagnosa Tindakan Paraf
Tanggal
Gangguan Selasa, 10 Promosi Citra Tubuh (I.09305) (hal.359)
Citra Tubuh Maret 2020 Observasi :
(D.0083) - Mengidentifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan tahap
perkembangan.
- Mengidentifikasi perubahan citra
tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial.
Terapeutik :
- Mendiskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri.
- Mendiskusikan cara
mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis.
Edykasi :
- Menjelaskan kepada keluarga
tentang perawatan perubahan citra
tubuh.
Edukasi Perawatan Diri (I.12420) (hal.90)
Observasi :
- Mengidentifikasi pengetahuan
tentang perawatan diri.
- Mengidentifikasi masalah dan
hambatan perawatan diri yang di
alami.
Terapeutik :
- Merencanakan strategi edukasi,
termasuk tujuan yang realistis.
Edukasi :
- Mengajarkan perawatan diri,
praktik perawatan diri, dan
aktivitas sehari-hari.

H. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan 1

Diagnosa Tanggal/
Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan Jam
Gangguan 17-03-20/ S : - Kemerahan pada daerah pipi dan
Integritas Kulit/ 08.00 leher sudah menghilang.
Jaringan - Demam, nyeri dan kaku pada
(D.0129) seluruh persendian sudah hilang.
O : - Ruam pada pipi sudah hilang.
- Peradangan pada siku sudah hilang.
- Lesi pada daerah leher sudah hilang.
A : Masalah teratasi.
P :Intervensi dihentikan

Diagnosa Keperawatan 2

Diagnosa Tanggal/
Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan Jam
Resiko Infeksi 17-03-20/ S : - tanda tanda infeksi pada pasien
(D.0142) 09.00 sudah hilang.
O : - Suhu : Normal
- Hb : Normal
- WBC : Normal
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Diagnosa Keperawatan 3
Diagnosa Tanggal/
Catatan Perkembangan Paraf
Keperawatan Jam
Gangguan Citra 17-03-20/ S:-
Tubuh (D.0083) 10.00 O : Px suda tidak malu menunjukan
wajahnya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem
imun tubuh yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun
seharusnya melindungi tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada
pengidap lupus, sistem imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.
Penyebab terjadinya lupus pada seseorang hingga saat ini belum diketahui, sejauh ini,
diduga penyakit yang lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan laki-laki
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor genetic dan lingkungan. Inflamasi yang
disebabkan oleh lupus bisa menyerang berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, sel
darah, ginjal, paru-paru, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang.
Sebesar 20% penderita lupus akan mempunyai saudara yang akan menderita
lupus. Sekitar 5% anak yang lahir dari individu yang terkena lupus, akan menderita
penyakit lupus, apabila kembar identik maka salah satu dari bayi kembar tersebut
akan menderita lupus. Sebesar 10% penderita lupus, mengalami kelainan pada lebih
dari satu jaringan tubuh.

B. Saran
1. Perlu mengenali gejala-gejala pada penyakit lupus ini agar dapat ditangani dengan
baik sejak awal untuk mempercepat proses penyembuhan dan atau merawat
penyakit ini untuk menghindari penyebarannya kesekuruh organ tubuh
2. Perlu mengetahui tindakan-tindakan untuk proses penyembuhan penyakit ini
3. Perlu mendapatkan informasi yang lebih dalam penyakit ini tentang penyakit
lupus
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/7114932/Makalah_penyakit_lupus
&ved=2ahUKEwiQsumYgIXoAhVYfisKHb77CzYQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw1RNk
bAstlXLXdWIkmR1V-x&cshid=1583468776123

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://hellosehat.com/hidup-
sehat/tips-sehat/penyakit-lupus-adalah-
autoimun/amp/&ved=2ahUKEwiPw9i5hYXoAhUDAXIKHczWCkcQFjACegQIBBAB&usg
=AOvVaw1zBZZY9LheHVoAQRzgzkYD&ampcf=1

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/38153956/ASKEP_SLE_.doc&ved
=2ahUKEwjFxOSvhYXoAhUK7HMBHQCEBsMQFjABegQIBxAC&usg=AOvVaw3dj0Vs
18jNn3dAMAWCL3hO&cshid=1583470226609

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/7114932/Makalah_penyakit_lupus
&ved=2ahUKEwiQsumYgIXoAhVYfisKHb77CzYQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw1RNk
bAstlXLXdWIkmR1V-x&cshid=1583468776123

Anda mungkin juga menyukai