Anda di halaman 1dari 2

Paragraf 14

Enzim atau katalisator adalah biomolekuler berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia
organik. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan atau
nutrient dalam keadaan terlarut yang diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangan, pergerakan, dan lain-lain (Poedjadi, 2006).

Modifier atau modulator atau efektor adalah bahan yang dapat mengubah aktivitas enzim.
Bahan tersebut terbagi menjadi dua yaitu, senyawa organik dan senyawa anorganik. Modifeir
yang dapat mempercepat kinerja enzim disebut dengan activator, sedangkan yang menghambat
kinerja enzim disebut inhibitor. Apabila enzim berikatan dengan modifier, kerja enzim tersebut
dapat terhambat atau bahkan tidak berjalan sama sekali yang dikarenakan rusaknya struktur tiga
dimensi yang disebut denaturasi.

Inhibitor ada dua macam yaitu inhibitor reversible dan irreversible. Inhibitor reversible
adalah inhibitor yang reaksi kimia berjalan dua arah atau dapat balik dan bersifat tidak stabil.
Ketika inhibitor mengikat sisi aktif enzim, maka inhibitor ini dapat dipisahkan lagi dari
ikatannya. Sedangkan inihibitor irreversible adalah inhibitor yang reaksi kimianya berjalan satu
arah, dimana setelah inhibitor mengikat enzim, inhibitor ini tidak dapat dipisahkan dan bersifat
stabil.

Dalam praktikum ini kelompok 12 (3B1) menggunakan modifier Hg yang bersifat


irreversible. Pada menit ke 3, substrat yang tercerna 26,88%, pada menit ke 6, substrat yang
tercerna 29,43%, pada manit ke 9, substrar yang tercerna 31,98%, pada menit ke 12, substat yang
tercerna 48,90%. Secara teori rentang absorbansi yang tertera adalah sekitar 0,2 – 0,8. Dari data
kelompok 12 dapat disimpulkan bahwa absorbansi yang di dapatkan sesuai dengan rentang
teoritis. Semakin bertambahnya waktu, nilai absorbansi yang di dapat semakin menurun karena
kemungkinan masih ada enzim yang bekerja tetapi tidak maksimal.

Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan semakin bertambahnya waktu, warna larutan
yang dihasilkan semakin jernih atau bening, itu dikarenakan semakin banyak substrat yang
tercerna, karena kelompok kami menggunakan Hg yang sifatnya inhibitor irreversible yang
bekerja dengan menghambat kerja enzim, maka enzim yang tercerna jumlahnya sedikit dan
kurang maksimal. Pudarnya warna suatu larutan, menandakan bahwa enzim tersebut bekerja
dengan baik. Menurut teori Hg+ merupakan inhibitor non kompetitif irreversible, yang artinya
merupakan kofaktor yang akan mempengaruhi kerja enzim dengan cara melekat pada bagian lain
dari sisi aktif enzim sehingga mengubah bentuk enzim, menyebabkan substrat tidak dapat
menempel pada sisi aktif dari enzim. Hal ini mengakibatkan kerja enzim menjadi terganggu.
Bersifat irreversible atau tidak dapat balik, yang artinya dapat merusak gugus fungsi pada
molekul enzim dengan cara mengikat residu asam amino atu dengan merusak gugus fungsional
pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalisnya. Meskipun dengan penambahan
substrat tidak akan mengembalikan kerja dari enzim (Amirudin et al, 2011). Sehingga
seharusnya pada data 3B1 enzim tidak bekerja. Kemungkinan ada beberapa kesalahan pada saat
proses preparasi sampel. Ketidak ketelitian kami saat mengambil enzim yang melebihi aturan
seharusnya yang membuat data praktikum kelompok kami tidak sesuai dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai