Dosen Pengampu :
Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi FItranti, S.Gz, M.SI
Disusun oleh:
Kelompok 4 Kloter D Kelas Ganjil
BAB I
PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Pada praktikum yang dilaksanakan hari Senin, 12 November 2018 dilakukan
praktikum mengenai survei makanan menggunakan dietary history. Fungsi dari
mensurvei pangan menggunakan metode ini adalah dapat memberikan informasi
kebiasaan konsumsi individu dalam waktu yang panjang. Umumnya metode ini
memberikan data kualitatif dan kuantitatif
2. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu melakukan survei konsumsi makanan tingkat individu dengan
metode dietary history dengan benar.
3. Tinjauan Pustaka
1. Survei Konsumsi Pangan
Pengertian survei konsumsi pangan adalah serangkaian kegiatan pengukuran
konsumsi makanan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dengan
menggunakan metode pengukuran yang sistematis, menilai asupan zat gizi dan
mengevaluasi asupan zat gizi sebagai cara penilaian status gizi secara tidak
langsung.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah
bahan makanan rata-rata per orang per hari, yang umum dikonsumsi masyarakat
dalam jangka waktu tertentu. Jenis bahan pangan dibedakan menurut berbagai
cara. Salah satu cara membedakan bahan pangan adalah berdasarkan sumbernya.
Berdasarkan sumbernya bahan pangan dibedakan menjadi bahan pangan pokok,
lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah- buahan. Jenis bahan makanan yang
dikonsumsi idealnya memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas
pangan yang dikonsumsi harus mampu memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi.
Bahan pangan yang dikonsumsi apabila telah mampu menyediakan semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan maka ia disebut berkualitas. Fakta yang adalah bahwa
tidak ada satu bahan makanan yang mampu memenuhi seluruh zat gizi. Atas
alasan inilah maka perlu dilakukan penganekaragaman konsumsi pangan dan
harus berbasis makanan lokal. Banyak pertimbangan logis sederhana yang harus
dipahami pada kebijakan pemerintah terkait penganekaragaman dan konsumsi
makanan lokal.
Pemerintah telah menetapkan peraturan terkait dengan gerakan percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui
peraturan menteri pertanian nomor 43/Permentan.OT.140/10/2009.
Penganekaragaman konsumsi pangan adalah ditujukan untuk memenuhi
konsumsi gizi seimbang. Gizi seimbang adalah syarat untuk dapat bekerja secara
aktif dan produktif.
Alasan pemerintah menetapkan konsep penganekaragaman pangan adalah
dominasi beras sebagai sumber makanan pokok bagi seluruh penduduk Indonesia.
Dominasi beras yang sangat besar menyebabkan ketergantungan pada komoditas
padi juga tinggi. Konsumsi beras yang tinggi tidak disertai dengan produksi yang
cukup. Kesenjangan antara kebutuhan beras dan produksi padi dalam negeri
menjadi tidak seimbang. Pemerintah mengantisipasinya dengan berbagai cara.
Salah satu caranya adalah aneka ragam konsumsi pangan termasuk pangan non
beras.
Makanan pokok selain beras, secara historis di Indonesia adalah cukup
potensial. Berbagai sentra produksi sagu, singkong dan jagung sudah dikenal
sejak lama. Daerah seperti kawasan timur Indonesia dikenal sebagai sentra
produksi sagu dan nusa tenggara dikenal sebagai sentra produksi jagung.
Kekhususan setiap daerah dengan makanan pokoknya dapat dikembalikan
sebagaimana kondisi geografis dan sosial masyarakat setempat. Adanya
pergeseran konsumsi non beras menjadi beras di sentra produksi sagu, singkong
dan jagung saat ini dikembalikan ke konsep makanan non beras. Hal ini bertujuan
agar ketahanan pangan penduduk Indonesia tetap terpenuhi dengan baik.
Dinamika konsumsi pangan yang berubah secara terus menerus sesuai
dengan perkembangan berbagai sektor termasuk sektor pendapatan adalah harus
dipantau setiap periode waktu tertentu, Pemantauan ini dijelaskan sebagai salah
cara untuk mendeteksi secara dini kemampuan sektor produksi untuk menjamin
pasokan guna mengatasi gejolak harga yang dapat memicu inflasi. Makanan
adalah pemicu inflasi yang paling potensial. Jika inflasi naik karena kenaikan
harga makanan pokok maka ini dapat memicu lahirnya masalah gizi dan
kesehatan. Perubahan itu layaknya dapat dimonitor melalui survei konsumsi
pangan penduduk secara berkala.1
2. Dietary History
Metode dietary history merupakan metode pengukuran yang bersifat
kualitatif yang memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan
dalam waktu yang cukup lama ( dapat selama 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke,
1974 dalam Supariasa, 2001 menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu: komponen pertama adalah wawancara (recall 24 jam);
komponen kedua adalah frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan
dengan memberikan daftar, untuk mengecek kebenaran recall 24 jam tadi;
komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sejak dicek ulang.2
Metode dietary history bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama, menyatakan
bahwa metode ini sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu :
a. Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24
jam terakhir.
b. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah
bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah
disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
c. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai
cek ulang.3
3. Prinsip Penggunaan Dietary History
Prinsip umum dalam DH adalah pencatatan riwayat makan dari aspek
keteraturan waktu, komposisi gizi, kecukupan asupan gizi. Kepatuhan diet, dan
makanan pantangan. Riwayat ditelusuri dengan dua pendekatan yaitu frekuensi
konsumsi makanan dan porsi makan setiap hari selama beberapa hari.
Berdasarkan pertimbangan ini maka beberapa prinsip DH adalah sebagai berikut:
a. Waktu Makan
Metode DH mencantumkan waktu makan sebagai bagian dari pola
makan. Waktu makan yang dimaksud adalah waktu makan utama dan
makanan selingan pada subjek. Berdasarkan cara ini maka di Indoensia
dikenal waktu makan pada pagi, siang dan malam hari. Tiga waktu
makan ini masih diselingi dengan makanan selingan pada pagi
menjelang siang dan sore hari. Makan selingan ini tidak selalu ada pada
setiap kelompok masyarakat. Ini disesuaikan dengan kondisi masing
masing wilayah dan satuan sosial tertentu.
Deskripsi waktu makan penting dalam kajian dietetik subjek. Salah
satu pertimbangannya adalah hormon leptin yang mengatur rasa lapar
dan rasa kenyang dipengaruhi oleh keteraturan waktu makan. Selain itu
waktu makan juga dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk kesibukan
dan pola penyediaan hidangan. Hal ini berarti bahwa kebiasaan makan
menurut kajian metode DH adalah mengkaji berbagai determinan faktor
konsumsi. Faktor konsumsi pangan dari sisi kandungan gizi tetapi juga
dari aspek penyediaan dan sistem sosial lain yang memengaruhinya.
b. Nama Hidangan
Nama hidangan hendaknya ditulis lengkap, dan mengikuti nama
yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagaimana ia disebut dalam
kehidupan sehari hari. Tujuan penamaan yang sifatnya dikenal oleh
masyarakt umum adalah dalam rangka edukasi gizi dimasa yang akan
datang. Memudahkan kita berkomunikasi dan menyampaikan pesan
pesan gizi yang terkait dengan kontent hidangan tersebut sesuai hasil
kajian DH. Nama hidangan ini kemungkinan berbeda untuk hidangan
yang sama ditempat atau etnis lain. Menghidari salah persepsi atas nama
hidangan pada kasus seperti diatas, maka akan dapat dihindari, karena
pada setiap nama hidangan selalu diikuti dengan rincian nama bahan
atau komponen penyusunnya.
c. Bahan hidangan
Bahan hidangan adalah seluruh bahan yang digunakan untuk
membuat hidangan. Bahan hidangan terdiri dari dari dua yaitu bahan
pokok dan bahan tambahan. Hidangan dari waktu ke waktu mengalami
modifikasi dengan cara memodifikasi dari resep aslinya. Pada konteks
ini seringkali satu jenis makanan atau minuman dimodifikasi dengan
memberikan bahan tambahan lain dengan tujuan memperbaiki rasa atau
penampilan. Pada metode DH semua bahan yang digunakan untuk
membuatnya adalah ditulis secara lengkap. Komponen yang sedikit
dicatat hasilnya sebagai porsi konsumsi. Cara ini dipandang sebagai cara
untuk mengetahui porsi konsumsi aktual setiap subjek.
f. Catatan Diet
Catatan diet adalah tanda yang diberikan pada setiap hari, untuk
kepatuhan subjek menjalankan diet yang digunakannya. Jika subjek
sedang menerapkan diet tertentu maka tanda ceklist dibubuhkan pada
kolom hari pengamatan, Jika subjek tidak menerapkan diet pada hari
pengamatan maka, kolom ini dikosongkan atau diberi tanda silang,
Tujuan catatan diet ini juga berguna untuk menilai kepatuhan subjek
pada diet. Diet dalam konteks ini adalah diet yang beredar di
masyarakat.
g. Pantangan
Makanan pantangan adalah makanan yang pada umumnya orang
konsumsi tetapi untuk subjek tertentu tidak dikonsumsi dengan alasan
subjektif diluar penilaian organoleptik. Makanan pantangan ditolak
untuk dikonsumsi karena alasan subjektif. Alasan subjektif karena
persepsi yang menyimpang dari kaidah ilmu pengetahuan gizi dan
makanan. Alasan seringkali berhubungan dengan mitos atau legenda
secara turun temurun. Jika subjek memiliki makanan pantangan maka
kolom ini diberi tanda ceklist. Tujuan kolom ini adalah untuk
memberikan deskripsi secara lengkap bahwa subjek memiliki makanan
pantangan. Pada wawancara mendalam dapat ditelusuri tentang alasan
memantangkan makanan tertentu dan bagaimana efeknya pada
keragaman konsumsi subjek.
h. Deskripsi DH
Deskripsi DH adalah penjelasan narasi yang mudah dipahami atas
fakta fakta riwayat makan subjek. Deskripsi DH adalah dirinci terkait
konsistensi waktu makan, sumber makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, kelompok sayuran, dan kelompok buah buahan, serta makanan
bersama atau even sosial lainnya. Makanan pantangan juga dijelaskan
jika ada atau tidak ada. Deskripsi ini adalah ringkasan tentang riwayat
makan subjek.
i. Interpretasi DH
Interpretasi DH adalah simpulan atas riwayat makan subjek.
Simpulan ini diuraikan menurut dimensi keragaman konsumsi sesuai
dengan pilar gizi seimbang dan dilengkapi dengan asupan rerata harian
selama DH. Asupan terhadap gizi makro dan mikro. Jika dilakukan
penyederhanaan maka, disesuaikan dengan tujuan DH. Jika tujuan DH
adalah untuk menelusuri efek riwayat makan dengan munculnya kasus
malnutrisi gizi makro maka di interpretasi relasinya dengan gizi makro
saja.
Pada metode DH tidak diperlukan studi pendahuluan yang sistematis
seperti pada metode FFQ maupun semi FFQ. Studi tidak diperlukan
karena formulir DH adalah formulir dengan pertanyaan terbuka.
Dilakukan identifikasi bahan makanan sudah dikonsumsi setiap hari. Hal
ini berbeda dengan metode FFQ dan Semi FFQ dimana daftar mahanan
sudah ditentukan sebelumnya dari hasil studi pendahuluan.1
4. Kelebihan Metode Dietary History (DH)
Salah satu pertimbangan dalam memilih metode survei konsumsi pangan
adalah memertimbangkan kelebihannya. Kelebihan metode DH sesuai dengan
tujuannya adalah untuk mengidentifikasi riwayat makan pada subjek. Status gizi
tidak lain adalah luaran dari riwayat makan subjek. Malnutrisi adalah disebabkan
asupan makanan berlebihan atau kekurangan makanan dalam jangka panjang.
Aspek durasi waktu yang panjang berkorelasi dengan kekhususan dalam assosiasi
hubungan sebab akibat yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kekerapan
konsumsi signifikan berefek pada kondisi fisiologis subjek. Kondisi fisiologis
akan menyesuaikan diri dengan fakta asupan zat gizi dimasa yang telah berlalu.1
Kelebihan metode DH dari aspek sasaran adalah dapat digunakan pada
kelompok literasi rendah sama halnya dengan metode FFQ. Kemudahan ini
disebabkan pada proses pengumpulan datanya adalah menggunakan metode
wawancara langsung (direct interview), bukan wawancara tidak langsung
(indirect interview). Wawancara tidak langsung contohnya adalah wawancara
menggunakan telepon (telephone interview). Sasaran dengan kemampuan baca
tulis dan pemahaman yang rendah dapat diinvestigasi konsumsi pangannya
dengan baik. Salah satu syaratnya adalah dilakukan oleh interviewer yang terlatih.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2. Bahan
- (tidak ada)
B. Cara Kerja
1. Sesi 1 Pengambilan Data
a. Setiap kelompok membagi anggota kelompoknya menjadi 2 kelompok kecil
sebagai berikut :
• Kelompok X, beranggotakan 2 mahasiswa yaitu mahasiswa X1 dan X2
X bertugas sebagai pewawancara (petugas gizi)
• Kelompok Y, beranggotakan 2 mahasiswa yaitu mahasiswa Y1 dan Y2
Y bertugas sebagai responden / subjek
b. Mahasiswa berpasangan (bermain peran untuk melakukan praktek survei
konsumsi tingkat individu dengan metode dietary history. Pasangan 1 adalah
X1 dan Y1, dan pasangan 2 adalah X2 dan Y2.
c. Mahasiswa bertukar posisi untuk melakukan praktek survei konsumsi tingkat
individu dengan metode dietary history. Mahasiswa yang sebelumnya bertugas
sebagai pewawancara , sekarang bertindak sebagai responden /subjek
BAB III
HASIL PENGAMATAN
1. Form Dietary History (terlampir)
BAB IV
PEMBAHASAN
h. Iklan/Media massa
Media bisa berpengaruh positif maupun negatif dalam mempromosikan
berbagai macam informasi. Perkembangan teknologi dan media massa juga
mempunyai perandalam mempromosikan pemilihan makanan. Media massa
sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan
kepercaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa
pesan dan sugesti yang mengarahkan opini seseorang. Akan tetapi dalam
penelitian Srimaryani (2010), ditemukan bahwa iklan/media massa tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu.5
Seperti halnya yang sudah dijabarkan diatas, dapat dirangkum seperti
berikut:4
a. Faktor Predisposisi
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pendidikan anak
4) Pengetahuan anak
b. Faktor Pemungkin
1) Ketersediaan makanan
2) Media massa/iklan
c. Faktor Penguat
1) Pengetahuan orang tua
2) Pendidikan orang tua
3) Pekerjaan orang tua
4) Pendapatan orang tua
5) Pengaruh teman sebaya
Saat melakukan dietary history, pemilihan makanan subjek cenderung
berdasarkan ketersediaan makanan, pengetahuan, pendidikan, dan pengaruh teman
sebaya.
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Dietary History6
Kelebihan metode DH yaitu:
a. Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara
kualitatif dan kuantitatif
b. Biaya relatif murah
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jam Nama Teknik Merk Bahan Frekuensi konsumsi Porsi per kali Berat Rata-rata
maka Masakan pengolaha makanan makan menta frekuensi/har
n n h (n) i (f)
hari Minggu Bulan URT Berat [gr]
matan
x/mingg x/har x/bula x/har g
u i n i
minyak 5 1 2 0,4
goreng
nugget digoreng fiesta nugget 5 1 4 buah 80 gr 77 12,83
ayam ayam
bakso 6 1 20 gr 26 5,2
minyak 6 1 6 1,2
goreng
minyak 6 1 2 0,4
goreng
donat donat 3 1 1 buah 25 gr 21 2,1
gula putih sedang
tanpa isi
minyak 3 1 4 0,4
goreng
gula 3 1 7 gr 7 0,7
halus
putih
mangga
selai 3 1 1 sdm 20 gr 20 2
coklat
roti rasa sari roti roti putih 3 1 1 lembar 20 gr 20 2
kacang sandwic
h
sela 3 1 1 sdm 20 gr 20 2
kacang
ayam tanpa 2 1 1 potong 50 gr 110 31,43
kecap kulit
indomie + indomie indomie 3 1 1 150 gr 70 7
telur + : ayam bungkus
sosis spesial
ayam sosis :
charm
Jam Nama Teknik Merk Bahan Frekuensi konsumsi Porsi per kali Berat Rata-rata Rata-rata
makan Masakan pengolahan makanan makan mentah frekuensi/hari asupan
hari Minggu Bulan URT Berat (n) (f) gram/hari
matang (n x f)
x/minggu x/hari x/bulan x/hari
05.00 Air putih - Aqua 5 1 gelas 250 ml 250 ml 5 1250 ml
Jam Nama Teknik Merk Bahan Frekuensi konsumsi Porsi per kali Berat Rata-rata Rata-rata
makan Masakan pengolahan makanan makan mentah frekuensi/hari asupan
Hari Minggu Bulan URT Berat (n) (f) gram/hari
x/mingg x/hari x/bula x/hari matan (n x f)
u n g
07.00 Tahu Goreng - Tahu 5 1 1 biji 100 g 100 0,71 71
bakso
Bakso - - -
08.00 Nasi Kukus Beras 2 30 2 3 ctg 150 g 200 2 400
putih
Air - -
Tempe Goreng Tempe - 3 2 - 1 ptg 25 g 25 0,85 21,25
Minyak - -
Tumis Tumis Kangkun 3 2 1 ctg 100 g 100 0,85 85
kangkung g syr
Minyak - -
Cabai - -
08.30 Pisang Goreng Pisang 5 1 30 1 1 biji 30 g 30 0,71 21,3
cokelat
Gula - - -
Cokelat - - -
Kulit - - -
tepung
Minyak - -
Risoles Goreng Tepung 3 1 1 biji 50 g 50 0,42 21
Wortel - - -
Kentang - - -
Minyak - - -
Gula - - -
halus
12.00 Siomay Goreng Kentang 2 1 1 50 g 50 0,28 14
piring
Tahu - - 1 biji 80 g 80 0,28 22,4
Minyak - - -
Kerupuk - - -
21.00 Gorengan Goreng Tahu 2 1 50 0,28 14
petis
Tempe 2 1 50 0,28 14
1 hari Air putih air galon Air 1 hari - - - - 1 btl 600 ml 600 1 60
mineral bsr
Jam Nama Masakan Teknik Merk Bahan Frekuensi konsumsi Porsi per kali makan Berat Rata-rata
makan pengolahan makanan mentah frekuensi
(n) [gr] /hari (f)
Minggu Bulan
Berat
hari URT
x/mingg matang
x/hari x/bulan x/hari
u
Air 30 ml
Air 100 ml
Gula 20 g
Susu 5g
Air 250 ml
Gula 20 g
Susu 15 g
1/4
Oseng kangkung Tumis Kangkung 5 1 25 g 25 g 0,16
mangkuk
Minyak 3g
Minyak 3g
Minyak 3g
Minyak 3g
Terong
goreng
Meses 8g
Susu 5 g
Minyak 3g
Susu 20 g
Bubuk matcha 40 g
Teh 15 g
Gula 20 g