Anda di halaman 1dari 5

Stoikiometri

Stokiometri merupakan cabang ilmu kimia yang membahas hubungan bobot antara unsure-
unsur dan senyawa dalam reaksi kimia.
1. Bobot molekul dan bobot rumus
Mol didefinisikan sebagai zat yang mengandung satuan-satuan nyata (entitas)
sebanyak atom dalam 12 gram nuklida isotop carbon-12. Satuan nyata itu dapat berupa
atom, molekul, ion, ataupun electron. Karena 12 g Karbon mengandung atom sebanyak
bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa saja mengandung 6,023 x 1023 partikel elementer.
Bobot gram molekul atau biasa disingkat dengan bobot molekul adalah bobot dalam
gram dari suatu mol zat. Bobot gram – rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari
bobot-bobot atom semua dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama dengan bobot
molekul.
Dalam situasi dimana terjadi disosiasi ataupun embentukan kompleks, yang
mengakibatkan kuantitas yang cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan, akan
digunakan formalitas sebagai system konsentrasi untuk menyatakan banaknya total suatu zat
yang ditambahkan kedalam suatu larutan, dan molaritas untuk menyatakan konsentrasi
kesetimbangan dari masing-masing spesies.

2. Bobot ekuivalen
a. Asam – Basa.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 g) H+.
b. Redoks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
c. Pengendapan atau pembentukkan Kompleks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol kation univalen, ½ mol kation divalen, 1/3 mol
kation trivalen dan seterusnya.
Bobot ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul disebut mol.
Bobot akuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan
MW
EW =
n
n= jumlah mol ion hydrogen, electron, atau kation ekuivalen yang diberikan atau diikat oleh
zat yang bereaksi itu.
1 ekuivalen asam apa saja bereaksi dengan ekuivalen basa apa saja, 1 ekuivalen zat
pengoksid apa saja bereaksi dengan 1 ekuivalen pereduksi apa saja. Perhitungan
stoikiometrik dapat dilakukan baik menggunakan mol ataupun ekuivalen, apapun yang
digunakan hasilnya haruslah sama. Perhatikanlah prosedur yang beda untuk menghitung
berapa gram H3PO4 (BM = 98,0) yang diperlukan untuk bereaksi dengan 60,0 g NaOH (BM
= 40,0) dengan persamaan :
H3PO4 + 2NaOH → 2Na+ + HPO42- + 2H2O
Dengan menggunakan mol, mula-mula dapat dicatat bahwa diperlukan 2 mol NaOH
untuk tiap mol H3PO4. Karena itu untuk menyamakan mol (menyusun suatu persamaan),
akan ditulis :
60,0 g
2 x mol H3PO4 = mol NaOH = x 1mol = 1,50 mol
40,0 g
Mol H3PO4 = ½ x 1,50 mol = 0,75 mol
Dengan menggunakan ekuivalen, mula-mula dicatat bahwa bobot ekuivalen H 3PO4
adalah separuh bobot molekulnya, karena asam itu memberikan 2 mol H + ; bobot ekuivalen
NaOH sama dengan bobot molekulnya, karena basa itu bereaksi dengan 1 mol H +.
Kemudian ditulis :
60,0 g
Ekuivalen H3PO4 = Ekuivalen NaOH = x 1eg = 1,5
40,0 g
Banyaknya ekuivalen H3PO4 yang diperlukan adalah dua kali banyaknya mol, tapi
bobot satu mol dua kali bobot satu ekuivalen. Karena itu:
98,0 g
g H3PO4 = 0,75 mol x = 73,5
1 mol
atau
98,0 g
g H3PO4 = 1,5 ek x = 73,5
2 ek
V . Sistem Konsentrasi
Yang paling sering digunakan untuk analisis titrimetri adalah molaritas dan normalitas.
Sedangkan formalitas dan konsentrasi analitis hanya digunakan di mana terjadi disosiasi
atau pembentukan kompleks. Persen bobot digunakan untuk menyatakan konsentrasi kira-
kira dari reagensia laboratorium. Sedangkan untuk larutan yang sangat encer bagian tiap
juta (ppm=parts per million) atau bagian tiap milyar (ppb=parts per billion) lebih sesuai.
a. Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut tiap 1 Liter larutan. Sistem
konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan, oleh karenanya nyaman untuk digunakan
dalam prosedur laboratorium dengan kuantitas yang terukur.
n
M=
V
dimana M adalah molaritas, n banyaknya mol zat terlarut dan V volume larutan dalam Liter.
Karena
g
n=
BM
dimana g adalah gram zat terlarut dan BM adalah bobot molekul zat terlarut maka, molaritas
juga dapat dituliskan sebagai:
g
M= xV
BM
b. Formalitas
Formalitas didefinisikan sebagai banyaknya bobot rumus zat terlarut per liter larutan.
nf
F=
V
dimana F adalah formalitas, nf banyaknya bobot rumus dan V volume larutan dalam Liter.
Karena
g
nf =
BR

dimana g banyaknya zat terlarut dalam gram dan BR bobot rumus, maka formalitas dapat
dituliskan sebagai
g
F= xV
BR
Bobot rumus biasanyanya sinonim dengan bobot molekul, karena itu biasanya formalitas
sama dengan molaritas. Ketika terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks, formalitas
digunakan untuk menyatakan konsentrasi total semua spesies yang ada dalam pelarut.

c. Normalitas
Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya ekuivalen zat terlarut setiap 1 Liter larutan.
Normalitas dapat dituliskan sebagai
ek
N=
V
dengan N adalah normalitas, ek adalah massa ekuivalen dan Vvolume larutan dalam Liter.
Karena
g
ek =
BE
dengan g ialah gram zat terlarut dan BE adalah bobot ekuivalen maka,

g
N= xV
BE
d. Persen Bobot
Persen bobot menyatakan gram zat terlarut per seratus gram larutan. Secara matematis
dapat dituliskan:
w
P= x 100
w+ w 0
Keterangan:
P = persen bobot zat terlarut
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
w0 = banyaknya pelarut dalam gram

e. Bagian tiap juta (ppm)


Bagian tiap juta (ppm) menyatakan jumlah satu komponen dalam 1juta bagian campuran.
Secara matematis dapat ditulis:
w w
ppm = x 10⁶ ppm = x 10 ⁶
w+ w 0 w0
keterangan:
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
w0 = banyaknya pelarut dalam gram
karena w biasanya sangat kecil dibandingkan dengan w0, maka w biasanya tidak ditulis.
1 liter air pada suhu kamar berbobot kira-kira 10 6 mg, jadi suatu hubungan yang
memudahkan untuk diingat adalah 1 mg zat terlarut dalam 1 L air mempunyai konsentrasi
kira-kira 1 ppm.
Untuk larutan yang lebih encer digunakan bagian tiap milyar (ppb).
w
ppb = x 10 ⁹
w0

Anda mungkin juga menyukai