Anda di halaman 1dari 22

ASKEP Kanker Rongga Mulut

March 20, 2012 by Windya Kaze Zr

BAB 1
KANKER RONGGA MULUT
A.    Defenisi
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah
genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan
pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh
sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke
jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan
merupakan penyakit menular. (mengenal seluk beluk kaker. 2008)

Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel
tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
(kanker, pengenalan, pencegahan dan pengobatannya, 2007)

Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang


dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat
pertumbuhan atau luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi kanker
bibir, lidah, pipi, dasar mulut, langit-langit lunak dan keras, sinus, dan faring
(tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika tidak didiagnosis dan diobati dini.

Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara
cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan
dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap
awal.

B.     Epidimiologi

Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi
pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa
kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana
insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram
dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan
kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan
masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama
karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta
kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal
(Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996). Hampir semua penderita kanker
rongga mulut ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah
terdapat selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya
prognosa dari kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang
menyedihkan dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan
perawatan yang terlambat

C.    Klasifikasi

Kanker mulut di klarifikasikan menjadi 4 tingkatan

1. Tingkat 1 : ukuran lesi kurang dari 2 cm, tidak berpermentasi ke kelenjar


limpa
2. Tingkat 2 : ukuran lesi antara 2 – 4 cm, tidak berpermentasi ke kelenjar
limpa
3. Tingkat 3 : ukuran lesi lebih dari 4 cm, mungkin teraba benjolan pada
kenjar I satu sisi
4.  tingkat 4 : tumor sudah berinspasif dan mungkin sudah ada mentastase
ke hati atau paru-paru
D.    Anatomi Fisiologi
1. Mulut (oris)

Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.

Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :

 Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
 Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
 Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi
osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh
cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh
nucleus dalam batang otak.

Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat
menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama


untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai
membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang
harus di uraikan.

1. Lidah

Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya
disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi
untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak
masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua =
pangkal lidah, dorsum lingua = punggung lidah, apek lingua = ujung lidah.

1. Kelenjar ludah

Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan
duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di
dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar

 Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses


mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni.
 Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang,
dukts wartoni.
 Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga
mulut.

Fungsi saliva :
1. Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado
bolus
2. Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga
memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
3. Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah
zat tepung menjadi maltose polisakarida
4. Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan
logam, disekresi kedalam saliva
5. Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.

E.     Etiologi

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan
tumor : Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan
atas :

1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari, trauma yang kronik.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya
penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.
F.     Patofisiologi

Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan
oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu
terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :

1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal


dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melalui pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus menetap
→ menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel →
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.

G.    Manifestasi klinis

Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :

1. Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)


di dalam mulut ataupun pada bibir.
2. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
3. Perdarahan pada rongga mulut.
4. Kehilangan gigi.
5. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
6. Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
7. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.

Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi. Selanjutnya,


dilakukan staging untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat diberikan pada
pasien, apakah dengan intervensi bedah, radioterapi, atau kemoterapi. Dengan
penulisan artikel ini diharapkan kita dapat mempelajari kembali gejala klinis kanker
rongga mulut sehingga dapat dilakukan deteksi dini untuk mencegah penyebaran
kanker yang berakhir dengan kematian.

H.    Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut.

Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk
mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan
sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang
dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut (Coleman dan
Nelson,1993). Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan
tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang
disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.

1. Biopsi

Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan
pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis
dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk
menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.

Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang
normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi
insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional
yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.

I.       Penatalaksanaan
1. Tindakan Bedah

Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel
kanker hingga jaringan mulut dan leher.

1. Terapi Radiasi

Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah.
Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga
dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin
tertinggal didaerah tersebut.

1. Kemoterapi

Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel
kanker.

J.      Pencegahan
1. Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir
2. kurangi merokok atau mengunyah tembakau
3. pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik
4. segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak
sembuh dalam waktu 2- 3 minggu.
 

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1. Riwayat kesehatan

Kaji riwayat kesehatan pasien dan tetapkan kebutuhan akan penyuluhan dan
pembelajaran serta gejala – gejala yang memerlukan evaluasi medis. Cantumkan
pertanyaan yang berhubungan dengan rongga mulut, mis : hygiene gigi dan mulut,
lesi atau area teriritasi pada mulut, lidah dan tenggorok, riwayat sakit tenggorok
atau sputum mengandung darah yang baru di alami, rasa tak nyaman yang di
sebabkan oleh makanan tertentu.

1. Pemeriksaan fisik

Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok,
periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa
leher terhadap pembesaran nodus limfe.

1. pola makan
o Perubahan kemampuan dalam menyesuaikan dengan beberapa
jenis makanan, terutama makanan padat
o Kajian kemampuan untuk menelan:
o Aspirasi
o Tersedak
o Makanan masuk hidung
o Keluar air liur ketika menelan
o Komunikasi Verbal, kemampuan untuk berbicara bervariasi dari
kesulitan yang ringan sampai kehilangan sekali kemampuan untuk
bicara
o Penampilan wajah pasien, tergantung pada luasnya lapisan
yang hilang atau rusak
B.     Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan lesi oral
2. Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi
patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral
atau gigi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada
penampilan dan pengobatannya
5. Takut atau cemas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
imunologi, efek radiasi kemoterapi
C.    Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : nyeri b/d lesi oral
Karakteristik : Mengatakan sakit pada daerah mulut dan/atau sakit pada saat
menelan
Hasil pasien : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
3. Beri perawatan orang tiak 2 jam
4. Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu

1)      Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi
selanjutnya

2)      Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi

3)      Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bernapas

4)      Obat analgatik bisa menurunkan persepsi nyeri

1. Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi


patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis

Karakteristik : Membran mukosa oral klien nampak kering di kulit dengan bibir klien,
mulut klien berbau dan selama sakit klien belum pernah gosok gigi

Hasil pasien : terjadi gangguan pada membran mukosa

Kriteria evaluasi : Membran mukosa klien normal, bau mulut klien hilang PH oral
klien
Intervensi Rasional

1. Kaji orang mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas


membran mukosa oral
2. Mulai program hygiene oral : gunakan pencuci mulut dan salin hangat,
larutan pelarut dan hidroge peroksida, sikat dengan sikat gigi, benang gigi,
pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir

1)      Agar mengetahui PH gigi, sehingga resiko terjadinya kerusakan membran


mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral
dengan benar

2)      Agar melancarkan peredaran darah sehingga resiko terjadinya kerusakan


membran mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program
PH oral dengan benar

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan


mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
Karakteristik : Penurunan BB, menolak makanan per oral
Hasil Pasien : Memperlihatkan/mendemonstrasikan masukan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : BB stabil, masukan makanan oral meningkat.

Intervensi Rasional

1. Berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap


kali makan, jika makanan per oral dimungkinkan
2. Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal
pemberiannya. Ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan sendiri
melalui selang
3. Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang
lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasi pada ahli diet
untuk memilih makanan yang tepat jika masukan oral kurang dari 30%
4. Berikan makanan sedikit tapi sering
5. Berikan obat atau muntah jika perlu
6. Jika peranan per oral sudah mulai diperbolehkan, tunggu pasien selama
makan. Telah kembali teknik menelan untuk meminimalkan aspirasi.
Izinkan psaien untuk sendiri, ketika pasien sudah mampu makan per oral
tanpa batuk
7. Konsultasi dengan dokter jika batuk berlebihan pada sat makan per oral
1. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau
penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
2. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk
memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka
sampai makanan tier oral dapat dimulai. Perawatan diri
menumbuhkan kemandirian
3. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah
spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan
bersama merencanakan kebutuhan dan kondisi pasien
4. Untuk merangsang nafsu makan pasien
5. Untuk mengontrol mual dan muntah
6. Kesulitan menelan dan batuk karena makan dan batuk karena
per oral dapat mencetuskan ansietas. Pemberian pelayanan
kesehatan yang komponen, dapat bertindak cepat ketika terjadi
aspirasi, dapat menurunkan pasien berkontraksi sehingga dapat
menelan dengan baik
7. Makanan melalui selang NGT perlu dimulai

1. Gangguan harga diri berhubungan dengan efek samping radiotherapy


penampilan fisiknya.

Karakteristik : KLien nampak tidak percaya diri sering menarik diri dengan orang
lain

Hasil pasien : Gangguan harga diri teratasi

Kriteria evaluasi : KLien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan
pengobatan tertentu
2. Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker
1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga
dapat diketahui kemungkinan resiko yang terjadi.
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti
akan semua proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan
terjadi sehingga klien merasa lebih kuat dalam menjalani proses
penyembuhannya
3. Diagnosa : Gangguan rasa cemas b/d fisik pada penampilan
dan pengobatannya

Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, meminta informasi,


mengungkapkan kurang mengerti, dan gelisah

Hasil pasien : Ansietas berkurang

Kriteria evaluasi : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka,


melaporkan berkurangnya ansietas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang
penyakitnya, secara verbal menyadari terhadap apa yang diinginkan yaitu
menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.

Intervensi Rasional

1. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan/status penyakitnya


2. Jelaskan metode komunikasi yang dapat digunakan secara baik dan
efektif.
3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan keadaannya
tentang hasil pemeriksaannya.
1. Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari interaksi
membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien untuk
memikirkan tujuan yang realistik
2. Kemauan berkomunikasi membantu mengembangkan rasa
aman penting untuk fungsi andiron.
3. Ekspresi perasaan secara verbal membantu meningkatkan
kesadaran akan realitas (kenyataan).
4. Diagnosa : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi
kemoterapi

Karakteristik : Kulit klien nampak kotor, klien tidak pernah mandi selama sakit,
badan klien berbau

Hasil pasien : Integritas kulit tetap terjaga

Kriteria evaluasi : Kulit klien nampak bersih dan bau badan klien sudah tidak ada.
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker
2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan
3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep
apapun kecuali diijinkan dokter
4. Hindarkan pakaian yang ketat pada area tersebut
5. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi
1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Agar melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) penggunaan
sabun agar bau badan klien tidak ada
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan
infeksi kulit
4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga
integritas kulit tidak terjadi
5. Sebagai acuan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang
terjadi dan dapat mengambil keputusan masalah tindakan
pengobatan yang selanjutnya
1. D.    Evaluasi
2. Menunjukkan bukti membrane mukosa utuh
1. Bebas dari nyeri dan ketidaknyamanan pada rongga oral
2. Tidak terlihat perubahan pada integritas organ
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan
4.  Mempunyai citra diri positif seperti, mampu menerima
perubahan yang ada pada dirinya.
5. Mengalami penurunan rasa takut
6. Bebas dari infeksi, tidak demam, menunjukkan nilai-nilai lab
yang normal.

BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TIFUS ABDOMINALIS
 

Tema                                       : Kanker rongga mulut

Sub Tema                                : Mengenal lebih dalam Kanker rongga mulut


Waktu                                     : 30 menit

Sasaran                                    : Mahasiswa Stikes Bethesda Yogyakarta

Tempat                                    : Ruang Kelas Stikes Bethesda

Penyuluh                                 : Windya Karunia

1. I.            Tujuan Intruksional Umum

Mahasiswa Mengetahui dan Mengenal Kanker rongga mulut

1. II.         Tujuan Intruksional Khusus        


1. Mahasiswa mengerti Pengertian Kanker rongga mulut
2. Mahasiswa mengetahui Tanda dan Gejala Tifus abdominalis
3. Mahasiswa mengetahui Penyebab Kanker rongga mulut
4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Kanker rongga mulut
5. Mahasiswa mengertahui Etiologi/ Penyebab Kanker rongga
mulut
6. Mahasiswa Mengetahui Pencegahan terhadap Kanker rongga
mulut
1. III.      Pokok Materi
Terlampir (di Makalah Tugas Individu)
1. IV.      Metoda                    
1. Ceramah
2. Tanya jawab
1. V.         Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Penyuluh Audience Wak


tu
Pendahul 1. Mengucapkan Salam 5
uan & 2. Memperkenalkan Diri Men
Aperseps 3. Menyampaikan Maksud dari it
i penyuluhan
1. Menjawab Salam
1. Mende
ngarkan
2. Memp
erhatikan
Isi 1. Menjelaskan Pengertian Kanker 1. Menden 15
rongga mulut Menjelaskan Tanda garkan Men
dan Gejala Kanker rongga mulut 1. Memper it
Menjelaskan Penyebab Kanker hatikan
rongga mulut Menjelaskan 
tentang Patofisiologi Kanker
rongga mulut Menjelaskan
tentang Etiologi / Penyebab
Kanker rongga mulut
2. Menjelaskan Pencegahan
terhadap Kanker rongga mulut
Tanya Bertanya Menjawab 5
Jawab Men
it
Penutup 1. Menyimpulkan hasil 1. Menjaw 5
penyuluhan ab salam Men
2. Memberikan saran it
3. Memberikan Salam
4. Memperhatikan
1. VI.      Media

Power Point

1. VII.   Evaluasi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Kanker rongga
mulut
2. Mahasiswa dapat menyebutkan Tanda dan Gejala Kanker
rongga mulut
3. Mahasiswa mengerti tentang Penyebab Kanker rongga mulut
4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Kanker rongga mulut
5. Mahasiswa dapat menjelaskan Etiologi/ Penyebab Kanker
rongga mulut
6. Mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan terhadap Kanker
rongga mulut

Yogyakarta, 14 November 2011

Pembimbing, Penyuluh

Isnanto S.kep, Ns. Windya Karunia


 
 
 

 
BAB IV
ADVOKASI, ISSU LEGAL ETIK PERAWAT
 
1. A.    Fungsi Advokasi
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

1. Peran Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan untuk :

1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien


mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien.
3. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :

1. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan


menguntungkan klien.
2. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3. Menggunakan keterampilan perawat untuk :

1)      Merencanakan

2)      Mengorganisasikan

3)      Mengarahkan

4)      Mengontrol

1. Peran Sebagai Kolaborator

Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

1. Peran Sebagai Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.

1. Peran Sebagai Pembeharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja


sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :


1. Kemajuan teknologi
2. Perubahan Lisensi-regulasi
3. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
4. Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.

Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian


peran perawat menurut hasil loka karya keperawatan tahun 1983 yang membagi
menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi
keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran
perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.

1. B.     Issue Legal Etik Perawat


2. Accountability

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari
prosespengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga
segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum,
saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi.

Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran
tertentu perawat. sebagai contoh, ketika memberikan medikasi, perawat
bertanggung jawab dalam mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatan,
memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman serta mengevaluasi
responnya. Seseorang perawat yang bertindak secara bertanggung jawab akan
meningkatkan rasa percaya klien. Seorang perawat yang bertanggung jawab akan
tetap kompeten dalam pengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan
untuk bertindak menurut panduan etik profesi.

Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya. seorang


perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan
masyarakat.jika dosismedikasi salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada
klien yang menerima medikasi tersebut.

Untuk melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik


professional. Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulai
perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasi
efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan
sebagaiberikut:

1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang


telah ada
2. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan
pribadipada pihak professional perawatan kesehatan
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
5. Confidentiality

Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat menghindari


pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung
terlibatdalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang
berkaitan dengankesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb. Jika
anggota keluarganya menanggung perawatan klien perawat mungkin merasa bahwa
mereka memiliki hak untuk di beri tau.

1. Respect for autonomi( penentuan pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk
memilih.

rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat memberikan inform consen


tentang asuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan prosedur tindakan.
Sehingga, perawat semestinya tidak marah saat keluarga menanyakan status
kesehatan klien, karena itu merupakan kebebasan keluarga untuk mengetahui
semua tindakan yang akan dilakukan. Inform consent dilakukan saat pengkajian,
sebelum pengobatan, saat akan di obati dan setelah pengobatan.Penting bagi
perawat juga untuk memberikan health education dalam mendukung
prosespenyembuhan klien.

1. Beneficience ( do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban
untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang
mengutungkan klien dan keluarga Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara
melindungi hk-hak klien.

Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya


untuk menentukan terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan baik sebelum
pengobatan maupun setelah pengobatan.

1. Non-malefisience (tidak membahayakan klien)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkanbahaya


bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode
etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan,
resikomembahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.

Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus,
perawat perlu melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi
dan segala tindakan selama proses pengobatan hingga setelah pengobatan

1. Justice ( perlakuan adil)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan
apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam
perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil
untuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa
yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.

Perawat sering mengambil keputusan denganmenggunakan rasa keadilan. Pada


kasus, perawat tidak boleh membeda-bedakan pengobatan antara klien yang satu
dengan yang lain, namun disesuaikan dengan kondisiklien saat ini.

1. Fidelity (Setia)

Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya
kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya,
rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorangperawat. Pada kasus, perawat harus memegang janji yang telah di
bicarakan sebelumnyakepada klien.

1. Veracity (Kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan


yangsebenarnya mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan
pada klienatau menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.

BAB IV
JURNAL

Perawatan pemahaman staf perawatan kesehatan mulut bagi pasien dengan


diagnosis kanker: sebuah studi intervensi.

Penulis:
Wårdh Aku; Paulsson G; Fridlund B
Author Alamat:
Departemen Gerodontology, Karolinska Institutet, Huddinge, Swedia. inger.wardh @
ki.se
Sumber:
Jurnal Keperawatan Klinik [J Clin Nurs] 2009 Mar; Vol. 18 (6), hlm 799-806. Tanggal
Publikasi Elektronik: 19 Februari 2008.
Jenis Publikasi:
Journal Article; Dukungan Penelitian, Non-U.S. Gov’t
Jurnal Informasi:
Negara Publikasi: Inggris NLM ID: 9207302 Publikasi Model: Cetak-Elektronik
Dikutip Menengah: Internet ISSN: 1365-2702 (Elektronik) Menghubungkan ISSN:
09621067 NLM ISO Singkatan: J Clin Nurs subset: Perawatan
Langgan: Poskan Komentar
Kesehatan Pengetahuan, Sikap, Praktek *
Oral Kesehatan *
Kompetensi Klinis / * statistik & data numerik
Neoplasma / * keperawatan
Staf Keperawatan, Rumah Sakit / * statistik & data numerik
Dewasa; Wanita; Manusia; Laki-laki, Berumur Tengah; Neoplasma / diagnosis;
Kuesioner, Swedia
Abstrak:
Maksud dan Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tahan
lama dalam memahami perubahan staf keperawatan perawatan kesehatan mulut
bagi pasien kanker setelah intervensi perawatan kesehatan mulut. Penelitian ini juga
menilai apakah ada perubahan antara perawat terdaftar dan perawat tambahan.
Latar Belakang: pemeliharaan perawatan kesehatan yang baik oral pada pasien
kanker adalah penting untuk nutrisi, pemulihan dan kesejahteraan dan
membutuhkan keterlibatan staf perawat. Namun, beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk memprioritaskan perawatan kesehatan
mulut belum dibuat cukup jelas.
Metode: Staf keperawatan (perawat terdaftar, n = 133 dan perawat tambahan, n =
109) pada lima bangsal di rumah sakit yang berbeda memberikan perawatan kanker
mengambil bagian dalam sesi kesehatan empat jam pelatihan lisan, termasuk
penggunaan panduan penilaian lisan dan menjawab kuesioner pada awalnya dan
setelah intervensi ini. Data dianalisis secara statistik.

Hasil: Beberapa aspek dari peluang implementasi membaik, tetapi mereka tidak
termasuk sikap untuk perawatan kesehatan mulut. Pengetahuan tentang penyakit
mulut menurun, lebih untuk perawat tambahan daripada perawat terdaftar.

Kesimpulan: Sebuah empat jam sesi pelatihan kesehatan mulut dan kegiatan
selanjutnya meningkatkan pemahaman staf perawat tentang perawatan kesehatan
oral untuk pasien dengan diagnosis kanker dalam beberapa hal tetapi tidak dalam
hal sikap terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut atau pengetahuan lisan
tertentu.

Relevansi Untuk Clinical Practice: kesehatan oral pendidikan dan kegiatan pelatihan
untuk staf keperawatan dapat menghasilkan beberapa perbaikan dalam pemahaman
perawatan kesehatan mulut bagi pasien kanker tapi tidak dalam sikap dan
pengetahuan lisan tertentu. Daerah ini harus ditutupi selama periode pendidikan
dasar dan / atau oleh program kesehatan rutin oral untuk staf perawat, mungkin
termasuk standar kesehatan mulut.
Tanggal masuk:

Tanggal Dibuat: 20090225 Tanggal Selesai: 20100929

Perbarui Kode:

20101124

 
Daftar Pustaka
Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Ester, Monica, 2002, Keperawatan Medikal Bedah ; Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Prabu, B. D. R, 1996, Penyakit – Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, Widya Medika,
Jakarta.
Rosa, M. Sacharin, 1993, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 EGC, Jakarta.
Soedarto, 1996, Penyakit – Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika,
Jakarta.
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung, Jakarta.
Tambayong, Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
Tambunan, Gani W, 1994, Patologi Gastroenterologi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai