BAB 1
KANKER RONGGA MULUT
A. Defenisi
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah
genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan
pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh
sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke
jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan
merupakan penyakit menular. (mengenal seluk beluk kaker. 2008)
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel
tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.
(kanker, pengenalan, pencegahan dan pengobatannya, 2007)
Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara
cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan
dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap
awal.
B. Epidimiologi
Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi
pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa
kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana
insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram
dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan
kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan
masalah didunia. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama
karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta
kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus limfe servikal
(Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996). Hampir semua penderita kanker
rongga mulut ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah
terdapat selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya
prognosa dari kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang
menyedihkan dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan
perawatan yang terlambat
C. Klasifikasi
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ
aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring.
Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi
osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh
cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh
nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat
menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.
1. Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya
disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi
untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat
lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak
masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua =
pangkal lidah, dorsum lingua = punggung lidah, apek lingua = ujung lidah.
1. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan
duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di
dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar
Fungsi saliva :
1. Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado
bolus
2. Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga
memudahkan lidah bergerak utnuk bericara
3. Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah
zat tepung menjadi maltose polisakarida
4. Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan
logam, disekresi kedalam saliva
5. Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.
E. Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan
tumor : Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan
atas :
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis
dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara
penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar
matahari, trauma yang kronik.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya
penjaggan pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.
F. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan
oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu
terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal menjadi sel kanker).
Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak → lesi yang terus menetap
→ menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel →
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.
G. Manifestasi klinis
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut.
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk
mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan
sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang
dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut (Coleman dan
Nelson,1993). Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan
tidak dilakukan, peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang
disertakan sampai pengirimannya ke bagian Patologi anatomi.
1. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan
pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis
dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk
menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang
normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi
insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional
yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel
kanker hingga jaringan mulut dan leher.
1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah.
Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga
dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin
tertinggal didaerah tersebut.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel
kanker.
J. Pencegahan
1. Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir
2. kurangi merokok atau mengunyah tembakau
3. pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik
4. segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak
sembuh dalam waktu 2- 3 minggu.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Kaji riwayat kesehatan pasien dan tetapkan kebutuhan akan penyuluhan dan
pembelajaran serta gejala – gejala yang memerlukan evaluasi medis. Cantumkan
pertanyaan yang berhubungan dengan rongga mulut, mis : hygiene gigi dan mulut,
lesi atau area teriritasi pada mulut, lidah dan tenggorok, riwayat sakit tenggorok
atau sputum mengandung darah yang baru di alami, rasa tak nyaman yang di
sebabkan oleh makanan tertentu.
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok,
periksa terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa
leher terhadap pembesaran nodus limfe.
1. pola makan
o Perubahan kemampuan dalam menyesuaikan dengan beberapa
jenis makanan, terutama makanan padat
o Kajian kemampuan untuk menelan:
o Aspirasi
o Tersedak
o Makanan masuk hidung
o Keluar air liur ketika menelan
o Komunikasi Verbal, kemampuan untuk berbicara bervariasi dari
kesulitan yang ringan sampai kehilangan sekali kemampuan untuk
bicara
o Penampilan wajah pasien, tergantung pada luasnya lapisan
yang hilang atau rusak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan lesi oral
2. Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi
patologis, infeksi, atau trauma kimia atau mekanis
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral
atau gigi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada
penampilan dan pengobatannya
5. Takut atau cemas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
imunologi, efek radiasi kemoterapi
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : nyeri b/d lesi oral
Karakteristik : Mengatakan sakit pada daerah mulut dan/atau sakit pada saat
menelan
Hasil pasien : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
3. Beri perawatan orang tiak 2 jam
4. Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu
1) Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi
selanjutnya
Karakteristik : Membran mukosa oral klien nampak kering di kulit dengan bibir klien,
mulut klien berbau dan selama sakit klien belum pernah gosok gigi
Kriteria evaluasi : Membran mukosa klien normal, bau mulut klien hilang PH oral
klien
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Karakteristik : KLien nampak tidak percaya diri sering menarik diri dengan orang
lain
Kriteria evaluasi : KLien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan
pengobatan tertentu
2. Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker
1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga
dapat diketahui kemungkinan resiko yang terjadi.
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti
akan semua proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan
terjadi sehingga klien merasa lebih kuat dalam menjalani proses
penyembuhannya
3. Diagnosa : Gangguan rasa cemas b/d fisik pada penampilan
dan pengobatannya
Intervensi Rasional
Karakteristik : Kulit klien nampak kotor, klien tidak pernah mandi selama sakit,
badan klien berbau
Kriteria evaluasi : Kulit klien nampak bersih dan bau badan klien sudah tidak ada.
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker
2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan
3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep
apapun kecuali diijinkan dokter
4. Hindarkan pakaian yang ketat pada area tersebut
5. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi
1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Agar melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) penggunaan
sabun agar bau badan klien tidak ada
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan
infeksi kulit
4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga
integritas kulit tidak terjadi
5. Sebagai acuan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang
terjadi dan dapat mengambil keputusan masalah tindakan
pengobatan yang selanjutnya
1. D. Evaluasi
2. Menunjukkan bukti membrane mukosa utuh
1. Bebas dari nyeri dan ketidaknyamanan pada rongga oral
2. Tidak terlihat perubahan pada integritas organ
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan
4. Mempunyai citra diri positif seperti, mampu menerima
perubahan yang ada pada dirinya.
5. Mengalami penurunan rasa takut
6. Bebas dari infeksi, tidak demam, menunjukkan nilai-nilai lab
yang normal.
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TIFUS ABDOMINALIS
Power Point
1. VII. Evaluasi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Kanker rongga
mulut
2. Mahasiswa dapat menyebutkan Tanda dan Gejala Kanker
rongga mulut
3. Mahasiswa mengerti tentang Penyebab Kanker rongga mulut
4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Kanker rongga mulut
5. Mahasiswa dapat menjelaskan Etiologi/ Penyebab Kanker
rongga mulut
6. Mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan terhadap Kanker
rongga mulut
Pembimbing, Penyuluh
BAB IV
ADVOKASI, ISSU LEGAL ETIK PERAWAT
1. A. Fungsi Advokasi
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1) Merencanakan
2) Mengorganisasikan
3) Mengarahkan
4) Mengontrol
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari
prosespengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga
segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum,
saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi.
Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran
tertentu perawat. sebagai contoh, ketika memberikan medikasi, perawat
bertanggung jawab dalam mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatan,
memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman serta mengevaluasi
responnya. Seseorang perawat yang bertindak secara bertanggung jawab akan
meningkatkan rasa percaya klien. Seorang perawat yang bertanggung jawab akan
tetap kompeten dalam pengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan
untuk bertindak menurut panduan etik profesi.
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari
keunikan induvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk
memilih.
1. Beneficience ( do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban
untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang
mengutungkan klien dan keluarga Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara
melindungi hk-hak klien.
Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus,
perawat perlu melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi
dan segala tindakan selama proses pengobatan hingga setelah pengobatan
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan
apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam
perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil
untuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa
yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.
1. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya
kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya,
rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorangperawat. Pada kasus, perawat harus memegang janji yang telah di
bicarakan sebelumnyakepada klien.
1. Veracity (Kebenaran)
BAB IV
JURNAL
Penulis:
Wårdh Aku; Paulsson G; Fridlund B
Author Alamat:
Departemen Gerodontology, Karolinska Institutet, Huddinge, Swedia. inger.wardh @
ki.se
Sumber:
Jurnal Keperawatan Klinik [J Clin Nurs] 2009 Mar; Vol. 18 (6), hlm 799-806. Tanggal
Publikasi Elektronik: 19 Februari 2008.
Jenis Publikasi:
Journal Article; Dukungan Penelitian, Non-U.S. Gov’t
Jurnal Informasi:
Negara Publikasi: Inggris NLM ID: 9207302 Publikasi Model: Cetak-Elektronik
Dikutip Menengah: Internet ISSN: 1365-2702 (Elektronik) Menghubungkan ISSN:
09621067 NLM ISO Singkatan: J Clin Nurs subset: Perawatan
Langgan: Poskan Komentar
Kesehatan Pengetahuan, Sikap, Praktek *
Oral Kesehatan *
Kompetensi Klinis / * statistik & data numerik
Neoplasma / * keperawatan
Staf Keperawatan, Rumah Sakit / * statistik & data numerik
Dewasa; Wanita; Manusia; Laki-laki, Berumur Tengah; Neoplasma / diagnosis;
Kuesioner, Swedia
Abstrak:
Maksud dan Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tahan
lama dalam memahami perubahan staf keperawatan perawatan kesehatan mulut
bagi pasien kanker setelah intervensi perawatan kesehatan mulut. Penelitian ini juga
menilai apakah ada perubahan antara perawat terdaftar dan perawat tambahan.
Latar Belakang: pemeliharaan perawatan kesehatan yang baik oral pada pasien
kanker adalah penting untuk nutrisi, pemulihan dan kesejahteraan dan
membutuhkan keterlibatan staf perawat. Namun, beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk memprioritaskan perawatan kesehatan
mulut belum dibuat cukup jelas.
Metode: Staf keperawatan (perawat terdaftar, n = 133 dan perawat tambahan, n =
109) pada lima bangsal di rumah sakit yang berbeda memberikan perawatan kanker
mengambil bagian dalam sesi kesehatan empat jam pelatihan lisan, termasuk
penggunaan panduan penilaian lisan dan menjawab kuesioner pada awalnya dan
setelah intervensi ini. Data dianalisis secara statistik.
Hasil: Beberapa aspek dari peluang implementasi membaik, tetapi mereka tidak
termasuk sikap untuk perawatan kesehatan mulut. Pengetahuan tentang penyakit
mulut menurun, lebih untuk perawat tambahan daripada perawat terdaftar.
Kesimpulan: Sebuah empat jam sesi pelatihan kesehatan mulut dan kegiatan
selanjutnya meningkatkan pemahaman staf perawat tentang perawatan kesehatan
oral untuk pasien dengan diagnosis kanker dalam beberapa hal tetapi tidak dalam
hal sikap terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut atau pengetahuan lisan
tertentu.
Relevansi Untuk Clinical Practice: kesehatan oral pendidikan dan kegiatan pelatihan
untuk staf keperawatan dapat menghasilkan beberapa perbaikan dalam pemahaman
perawatan kesehatan mulut bagi pasien kanker tapi tidak dalam sikap dan
pengetahuan lisan tertentu. Daerah ini harus ditutupi selama periode pendidikan
dasar dan / atau oleh program kesehatan rutin oral untuk staf perawat, mungkin
termasuk standar kesehatan mulut.
Tanggal masuk:
Perbarui Kode:
20101124
Daftar Pustaka
Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Ester, Monica, 2002, Keperawatan Medikal Bedah ; Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Prabu, B. D. R, 1996, Penyakit – Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, Widya Medika,
Jakarta.
Rosa, M. Sacharin, 1993, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 EGC, Jakarta.
Soedarto, 1996, Penyakit – Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika,
Jakarta.
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung, Jakarta.
Tambayong, Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
Tambunan, Gani W, 1994, Patologi Gastroenterologi, EGC, Jakarta.