Anda di halaman 1dari 16

REALISASI IMAN DALAM KEHIDUPAN

MAKALAH

Dipresentsasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“HADITS”

Disusun oleh :

Muhammad Farhan Al Anshari : 2017. 2133

Oki Ariyanto : 2017. 2135

Dosen Pengampu :

Hj. Amrina Rosyada, M.A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN

2018 M / 1440 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang muslim pastinya ingin mendapatkan ridho dari Allah Swt. Salah
satunya hubungan kita sebagai makhluk sosial yang sering berhubungan dengan
sesama. Salah satu hubungan kita yaitu mencintai dan menyayangi saudara kita
yang seiman seperti dia mencintai dirinya sendiri. Ketika mulai menyayangi dan
mencintai saudara timbul lah rasa persaudaran ( ukhuwah ). Persaudaran sesama
muslim merupakan bahagian dari iman. Tingkat keberimanan seseorang akan
melahirkan prilaku-prilaku manusia yang etika terhadap manusia lainnya sehingga
tidak akan memanggu orang lain dan merealisasikan makna keimanan dan sosial
yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Maka dari itu pemakalah ingin membahas serta menjelaskan makalah hadist
dengan topik Realisasi Iman dalam Kehidupan Sosial. Dalam makalah ini kami
menyajikan bahasan mengenai cinta sesama muslim bahagian dari iman, cinta
seorang muslim adalah tidak menganggu orang lain, dan realisasi iman dalam
menghadapi tamu, tetangga dan bertutur kata.

B. Rumusan Masalah
1. Cinta sesama muslim bahagian dari Iman
2. Ciri seorang muslim adalah tidak menganggu orang lain
3. Realisasi imandalam menghadapi tamu, tetangga dan bertutur kata

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cinta sesama muslim bahagian dari Iman


‫ ال‬: ‫عن انس رضي هللا عنه عن النّب ّي صلّى هللا عليه وسلم قا ل‬
‫يومن احد كم حتّى يحبّ ال خيه ما يحبّ لنفسه‬.
ِ

(‫)رواهالبخا رى ومسلم واحمد والنسائ‬

Terjemah Hadist :
Anas r.a berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “ Tidaklah termasuk beriman
seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri “ ( H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’I ).

Penjelasan Hadist

Seorang mukmin yang ingin memiliki ridha nya Allah swt harus berusaha
melakukan hal-hal perbuataan yang bermanfaat serta mencintai saudaranya
yang seiman, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadist diatas.
Penjelasan makna dari kata cinta adalah kecendrungan hati sesorang kepada
sesuatu kebaikan, kemuliaan, atau kesempurnaan, yang sesuai dengan kehendak
orang yang mecintai. Dan yang dimaksudkan disini ialah kecendrungan yang
bebeas, bukan yang dibentuk atau dipaksakan.
Bukti keimanan yang benar adalah ketika manusia itu melihat dirinya
sebagai suatu sosok individu yang merupakan satu organ tersendiri dalam tubuh
masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan dirasakan olehnya
dan bahaya yang menimpa masyarakat juga akan dirasakan oleh dirinya. Jika
seorang telah dapat menangkap perasaan yang jujur ini maka ia akan dapat
melihat orang lain seperti dirinya sendiri bahkan melihat bayanganya sendiri.
Sehuingga apa yang menjadi kesenangan orang lain maka akan menjadi
kesenangan baginya juga. Dari sikap seperti ini kemudian tercipta rasa cinta
terhadap segala sesuatu yang baik yang ada di lingkunganya. 1

1
Adabun nabi hal. 12

3
Perbuatan diatas merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan oleh
seorang mukmin untuk meraih ridha Allah SWT. Namun demikian, hadis diatas
tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudarnya
seperti mencintain diriya tidak beriman. Karena maksud dari kalimat pada hadis
diatas “tidak sempurna iman seseoarang”.Terdapat Huruf (La) nafi pada
kalimat tersebut yang memiliki makna yang berhubungan dengan
ketidaksempurnaan.
Hadist diatas juga menjelaskan bahwasanya islam sangat menghargai arti
dari sebuah persaudaraan. Persaudaraan yang berasal dari hati nurani dan
didasari lillah akan menjadikan seseorang itu akan saling mencintai dan
menghargai karena Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan didalam banyak hadist
tentang keutamaan mencintai seseorang karena Allah Swt, diantaranya :

‫ هللا صلى هللا عليه وسلم‬b‫قل رسول‬:‫عن ابى هريرة رضي هللا عنه قال‬:
‫اين المتحابون بجال لي اليوم اظلهم في ظلي يوم ال ظل‬:‫ان هللا تعالى يقول يوم القيامة‬
)‫اال ظلي (روه مسلم‬

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: rasulullah Saw. telah bersabda: pada hari
kiamat Allah Swt. akan berfirman: “Dimanakah orang yang saling berkasih
sayang karena kebesaran-Ku, kini aku naungi di bawah naungan-Ku, pada
saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku2” (H.R Muslim).

Sebaliknya, orang-orang mukmin yang memiliki pribadi yang egois pada


dasarnya belum memiliki keimanan yang sesungguhnya. Hal ini bisa
disebabkan oleh hal-hal sifat yang Allah tidak menyukainya, seperti :kufur,
sombong, tidak memperdulikan hak orang lain, dan sebagainya.

2
Terj. Al-Lu’lu’ Wal Marjan Mutiara Hadits Sahih Bukhari dan Muslim, bab Iman

4
B. Ciri seorang Muslim adalah tidak menganggu orang lain

‫ المسلم من سلم المسلمون‬:‫عن عبدهللا بن عمر عن النبي صلى هللا عليه وسلم قل‬
‫ من هاجر مانهى هللا عنه‬b‫من لسانه ويده والمهاجر‬.
(b‫)روه البخاري وابو داود والنسائ‬

Dari Abdullah bin Umar berkata, bahwa Nabi saw, telahbersabda:


“Seorangmuslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang ( islam yang lain)
selamat dari lisan dan tangannya, dan orang yang hijraha dalah orang yang
berpindah dari apa yang telah dilarang oleh Allah swt. (H.R Bukhari, Abu Dawud,
dan Nasa’i).

Penjelasan Hadist

Hadis di atas tidaklah bertolak belakang dengan hadis tentang rukun Islam,
yangmana jika telah terpenuhi maka seseorang sudah dianggap muslim. Hadis di
atas lebih berorientasi moral (moral oriented) bahwa muslim yang sejati tidak
hanya memenuhi rukun Islam secara formal, tetapi keislaman yang benarialah di
samping terpenuhi nya rukun Islam, juga harus senantiasa tercermin dalam segala
tingkah lakunya yang memiliki nilai-nilai moral yang islami.

Keislaman seseorang belum lah dianggap sempurna dan sejati jika hanya
terpaku pada ibadah ritual sebagai kewajibannya terhadap Allah swt., lalu
meremehkan hubungannya dengan sesama manusia. Ajaran Islam tidak
sepenuhnya berdimensi Ilahiyah, tetapi juga berdimensi insaniyah, meskipun
semuanya bermuara kepada ketaatan kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, berlaku
baik kepada sesame manusia juga merupakan bagian dari ajaran Islam yang tidak
dapat diabaikan.

Menyakiti sesame manusia mempunyai bentuk yang bermacam-macam.


Namun dalam hadis di atas hanya menyebutkan dua anggota tubuh secara simbolik.
Penggunaan tangan untuk gangguan fisik kepada secara metafora karena tanganlah

5
yang paling banyak menyakiti manusia. Selain itu, lidah merupakan bagian dari
anggota tubuh yang paling banyak menyakiti hati sesama manusia.

Oleh sebab itu, seorang muslim yang sejati harus mampu menjaga dirinya
sehingga orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan
mulutnya. Dengan kata lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim
tidak merasa disakiti oleh tangannya, baik fisik seperti dengan memukulnya,
merusak harta bendanya, dan lain-lain ataupun dengan lisannya.

Penjelasan, bukti keimanan yang benar adalah ketika manausia itu melihat
dirinya sebagai satu sosok individu yang merupakan satu organ tersendiri dalam
tubuh masyarakat. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan juga dirasakan
olehnya dan bahaya yang menimpa masyarakat juga akan menimpa dirinya jika
seseorang telah dapat menangkap perasaan yang jujur ini maka akan melihat orang
lain seperti dirinya sendiri bahkan melihat bayangannya sendiri. Sehingga apa yang
menjadi kesenangan orang lain adalah kesenanganya sendiri. Dari sikap seperti ini
kemudian tercipta rasa cinta kepada ilmu yang luas, akhlak yang baik dimana
posisi yang tinggi keluhuran dan lebih dalam lagi.

Terciptanya rasa cinta kepada tempat tinggal yang bagus, rezki yang lancar
perkarangan yang luas istri yang shalihah anak-anak yang berdedikasi tinggi
kendaraan yang tak pernah mogok, teman teman yang dekat yang muklis dan
teman-teman yang dekat dan yang muklis teman teman yang shalih pembantu
membantu yang saat saudaranya dan anak anaknya saudaranya namun selama
masih ada rasa untuk mencintai sesuatu tapi orang lain tidak mencintainya, maka
itulah sebab tertolaknya keimanan, karena itu adalah sifat peninggalan zaman kafir
dahulu.

Oleh karena itu, setiap muslim harus berhati-hati dalam bertingkah laku. Jangan
asal berbicara bila tidak ada manfaatnya. Jangan berbuat sesuatu bila hanya
menyebabkan penderitaan orang lain. Karena segala sesuatu tindakan akan
dipertanggung jawabkan kelak diakhirat nanti.

6
C. Realisasi Iman dalam menghadapi tamu, tetangga dan bertutur kata

‫ قا ل رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم‬: ‫ عن أبى هر يرة رضي هللا عنه قال‬:
‫من كا ن يؤ من با هلل و اليو م االخر فليكر م ضيفه ومن كا ن يؤ من با هلل وا ليوم اال خر‬
‫فليكرم ضيفه ومن كا ن يؤ من باهلل واليوم اال خر فليقل خير ا وليصمت‬
(‫) رواع الشخا ن وابن ما جا‬

Artinya :
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, ia berkata “ Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wassalam, bersabda : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah ia menghormati tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendalkah berbuat baik kepada tetangga. Dan, barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah bertutur yang baik atau diam.
“ ( H.R Asy- Syaikhany dan Ibnu Majah ).

Penjelasan Hadist
Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus
konsekuensi dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari
akhirat. Ketiga ciri yang dimaksudkan adalah: memuliakan tamu, menghormati
tetangga, dan berbicara yang baik atau diam. Meskipun keimanan kepada Allah
dan hari akhirat merupakan perbuatan yang bersifat abstrak, namun keimanan tidak
berhenti sebatas pengakuan, tetapi harus diaplikasikan dalam bentuk-bentuk nyata.

Demikian pula, ciri-ciri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas
tidaklah berarti bahwa orang yang tidak memenuhi hal itu diklaim sebagai orang
yang keluar dari keimanan3, sehingga orang yang tidak memuliakan tamu dan
tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah dan

3
Adabun nabi, hal. 145

7
Rasul-Nya. Maksud hadis di atas bahwa ketiga sifat yang disebutkan dalam hadis
termasuk aspek pelengkap keimanan kepada Allah dan hari akhir-Nya. Ketiga sifat
tersebut di atas jika diwujudkan dengan baik, mempunyai arti sangat besar dalam
kehidupan sosial.

1. Memuliakan Tamu
Kata tamu di sini, tidak terbatas dan bisa berarti kata tunggal atau juga berarti
jamak. Menghormati tamu adalah menerimanya dengan hangat, menghidangkan
makanan dan minuman dengan segala fasilitas yang terbaik.
Hal ini di dasarkan dalam hadist Rasulullah Saw :
‫ سمعت رسول هللا صل‬:‫عن ابى ثر يح خو يلد بن عمرو ( الخزاعى) رضيا هلل عنه قال‬
:‫ قال‬,‫ فليكرم ضيفه جا ئزته‬.‫ من كان يو من با هلل واليوم االخر‬:‫هللا عليه وسلّم يقول‬
‫ فما كا ن وراء ذ لك‬, ‫ فة ثال ثة اياّم‬j‫ضيا‬
ّ ‫ وال‬j‫ يومه وليلته‬:‫يارسوالهلل ؟ وماجا عزته؟ قال‬
‫فهم صد قة عليه‬.‫((متفق عليه‬

Artinya :

“ Abu Syuraih ( Khuawailid )bin Amru Al-Lhuza’ir radhiallah anhu . Saya telah
mendengar Rasulullah Saw, bersabda : “ Siapa yang percaya kepada Allah dan
hari kemudian,ia harus menghormati tamunya pada bagian keistimewaannya.”
Sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan keistimewaannya itu ?” Jawab
Nabi, hormat tamu itu sampai tiga hari, sedangkan lebihnya dari shadaqah.”
( Mutafaq Alaih ).

Para ulama lebih jauh berpendapat bahwa waktu bertamu itu menurut ketentuan
syari’at adalah tiga hari, dan selebihnya adalah shadaqah. Maka kita harus
menghormati tamu selama tiga hari itu, karena selebihnya merupakan keutamaan
dari tuan rumah.
Di antara hal-hal yang harus diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah
memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada disambut
dengan makanan yang mahal dan mewah-mewah.

Adapun etika bertamu yang harus diperhatikan antara lain:

8
1) Masuk ke rumah orang lain atau tempat perjamuan, harus memberi salam,
dan atau memberi hormat menurut adat dan tata cara masing-masing
masyarakat.
2) Masuk ke dalam rumah melalui pintu depan, dan diperjamuan melalui
pintu gerbang yang sengaja disediakan untuk jalan masuk bagi tamu.
3) Ikut berpartisipasi dalam acara yang diadakan dalam suatu perjamuan,
selama kegiatan itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
4) Duduk setelah dipersilahkan, kecuali di rumah sahabat karib atau
keluarga sendiri.
5) Duduk dengan sopan.

Jika tamu yang datang bermaksud meminta bantuan atas suatu masalah yang
dihadapinya, maka kita harus memberinya bantuan sesuai kemampuan. Bahkan
meskipun tamu bersangkutan tidak mengadukan kesulitannya jika hal itu kita
ketahui, maka kita berkewajiban memberikan bantuan dalam batas kemampuan
yang kita miliki.

Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap


umat Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam.
Keharmonisan di antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan
masyarakat yang aman dan damai.

2. Memuliakan Tetangga

Tetangga didefinisikan sebagai siapa saja yang berada disekitar dan hidup
berdampingan dengan rumah, tanpa memperhatikan apakah ia muslim, kristen, ahli
ibadah, fasik, teman, musuh, dan sebagainya. Tetangga merupakan orang-orang
yang terdekat yang umumnya merekalah orang pertama yang mengetahui jika kita
ditimpa musibah dan paling dekat untuk dimintai pertolongan di kala kita kesulitan.

Hubungan dengan tetangga harus senantiasa diperbaiki. Saling kunjung


mengunjungi antara tetangga merupakan perbuatan terpuji, karena hal itu akan
melahirkan kasih sayang antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, diharuskan
pula menjaga mereka dari ancaman gangguan dan bahaya. Perintah untuk berbuat
baik terhadap tetangga juga terdapat didalam (Q.S An-Nisa’ : 36 )

9
ۡ ۖٗ ْ ۡ ‫ٱعبُدُوا ْ ٱلل َّ َ اَل‬
‫سنٗا وَبِذِي‬ َٰ ‫ن إ ِ ۡح‬ ِ ‫ه وَ ت ُ شرِكُوا بِهِۦ شَ ۡ ٔ‍يا وَب ِ وَٰٱللِد َ ۡي‬ ۡ َ‫۞و‬
‫ب‬
ِ ُ ‫جن‬ُ ‫ج!!ارِ ۡٱل‬ َ ‫ى وَ ۡٱل‬ ۡ
ٰ َ ‫ج!!ارِ ذِي ٱلقُ ۡرب‬ َ ‫ين وَ ۡٱل‬ِ ِ ‫سك‬َٰ ‫مۡٱل‬
َ َ‫ى و‬ٰ ‫م‬ َ َٰ ‫ى وَ ۡٱليَت‬ ۡ
ٰ َ ‫ٱلقُ ۡرب‬
َ
‫ه اَل‬
َ َّ ‫ن ٱ لل‬
َّ ِ ‫منُك ُ ۡۗم إ‬َٰ ‫ملَك َ ۡتأ ۡي‬ َ ‫م!!ا‬ َ َ‫يل و‬
ِ ِ ‫سب‬ َّ ‫ن ٱل‬ َ ‫ب ب ِ ۡٱل‬
ِ ‫ج ۢن‬
ِ ‫ب وَ ۡٱب‬ ِ ‫ح‬ ِ ‫صا‬َّ ‫وَٱل‬
٣٦ ‫ُورا‬ ً ‫م ۡختَااٗل فَخ‬ ُ ‫ن‬ َ ‫من كَا‬ َ ‫ب‬ ُّ ‫ح‬ِ ُ‫ي‬
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri 4

Di antara akhlak yang terpenting kepada tetangga adalah 5 :

a. Menyampaikan ucapan selamat ketika tetangga sedang bergembira.


b. Menjenguknya tatkala sakit.
c. Bertakziyah ketika ada keluarganya yang meninggal.
d. Menolongnya ketika memohon pertolongan.
e. Memberikan nasehat dalam berbagai urusan dengan cara yang ma’ruf.

3. Berbicara Baik atau Diam

Perkataan seseorang itu menentukan bahagia atau tidak nya seseorang tersebut.
Seseorang yang menggunakan lisannya dengan baik akan mendapatkan sebuah
penghormatan, sanjungan, serta bisa diberikan pahala oleh Allah Swt. Sebaliknya,
jika seseorang itu tidak mampu menggunakan lisannya dengan baik maka hal-hal
yang buruk akan terjadi pada dirinya, seperti : dikucilkan, dihina, bahkan akan
mendapatkan dosa dari Allah Swt.

Memang sulit mengontrol lisan agar selalu berkata baik atau diam. Akan tetapi,
kalau berusaha membiasakannya, tidaklah sulit untuk melaksanakannya apalagi
kalau hanya sekedar diam. Bagaimanapun, jika perkataan itu tidak mempunyai
manfaat dan tidak berguna, alangkah lebih baiknya diam.

4
Q.S An-Nisa’ : 36
5
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis Akidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum (Bandung : Pustaka Setia).
hlm. 49

10
‫قال رسو ل هللا ص ّل هللا عليه و سلم الصمت حكمة و قليل‬: ‫عن انس قال‬
‫فاعله‬.
Artinya:
Dari Anas .ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW.,” Diam itu suatu
kebijaksanaan, tetapi sedikit orang yang berbuatnya .”

(dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, dengan sanad yang dha’if,dan ia menyahihkan


bahwa hadis tersebut mauquf dari ucapan Luqman Hakim) 6.

Tidaklah bagus jika selamanya hanya berdiam dan tentu itu bukanlah sebuah
perbuatan yang bijaksana. Ada pepatah yang mengatakan “Silent is Golden, and
Speaking at the right time is Diamond” (Anonymous) yaitu “ Diam itu emas, dan
Berbicara waktu yang tepat adalah Berlian. “ Oleh karena itu, kita dianjurkan
mendengarkan perkataan seseorang dahulu dan baru menanggapinya.

6
Ibid, Hlm. 50

11
KESIMPULAN

Salah satu kesempurnaan iman seorang mukmin adalah mencintai


saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan
maupun kebahagiaan saudaranya seiman yang didasarkan atas keimanan yang
teguh kepada allah swt.

Diantara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah tidak mau menyakiti


saudaranya seiman selain itu, ia pun berusaha untuk berhijrah (pindah) dari
melakukan perbuatan yang dilarang Allah kepada perbuatan yang diridhai-Nya .

Untuk kesempurnaan iman dan sebagai salah satu tanda keimanan kepada
Allah SWT. dan hari akhir, seorang  mukmin harus memuliakan tetangga, tamu,
dan berkata atau diam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Atha, Abdul Qadir Ahmad. 2002. Adabun-Nabi. ( Jakarta : Pustaka Azam ).


Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 2016. Al-Lu’lu’ Wal Marjan Mutiara Hadits Sahih
Bukhari dan Muslim. ( Jakarta : Ummul Qura’).
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2012. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al- Bukhari.
( Jakarta : Pustaka Azzam ).
Syafe’i, Rachmat. 2000. Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum.
( Bandung : Pustaka Setia ).

13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai