Anda di halaman 1dari 57

A.

KESEHATAN UDARA

 Fungsi,Tanggung Jawab dan Kegiatan SAR


1. Menyusun rencana persiapan SAR
2. Memelihara koordinasi sblm,slm,ssdah pelaksanaan SAR
3. Menyiapkan perlengkapan peralatan SAR
4. Berangkat laksanakan SAR

 Fungsi Tugas Kesehatan Udara


Melaksanakan dukungan kesehatan udara pada :
1. Pertolongan pertama 3. Evakuasi
2. Seleksi korban 4. Laporan
admin

 Tahapan SAR
1. Fase pencarian
Tim kesehatan (1 dokter,2 perawat udara) dengan peralatan perlengkapan P3K

2. Fase penyelamatan
Informasi diteruskan ke tim kesehatan pangkalan untuk siapkan perawatan lanjutan.

 Kegiatan Kesehatan Udara


1. Breefing (pilot dokter,perawat,pasien)
2. Masukan pasien ke pesawat
3. Siapkan obat selama perjalanan
4. Perawatan dalam penerbangan
5. Serah terima korban

 Sarana Pelaksanaan EMU


1. Casa 18 orang 3. BO 3 orang
2. Nomad 6 orang 4. Bell 3 orang

 Investigasi
Dokter udara punya kewenangan dalam melakukan penyelidikan kecelakaan pesawat udara dengan
mengunakan ilmu patologi pwenerbangan.

 Kesehatan Udara
1. Medical examination/Urikkes matra udara TNI AL

1
a. Kesehatan umum.
Sistem aliran darah,pernapasan,persarafan,pencernaan,saluran kemih.

b. Kemampuan penglihatan.
Visus,color vision,night vision,deep perception.

c. Kemampuan pendengaran.
Ketajaman pendengaran.

d. Neuro circulatory efficiency test/schneider index/physical effisiensy index.


Indeks ini sangat berharga untuk menentukan kondisi physik penerbang.

e. Penerbang yang siap terbang harus sehat jasmani & rohani 1) Anatomi fisiologi tubuh yang
memadai.
2) Tdk mengalami peny. infeksi.
3) Tdk sedang mengalami peny. metabolik.
4) Tanpa ada kecacatan tubuh bermakna.
5) Bebas psikosa dan neurosa.
f. Validitas medex urikkes matra udara TNI AL 6 bulan

2. Aviation medicine
Dampak penerbangan ke tubuh manusia a.
Gaya akselerasi
Yaitu perubahan dari kecepatan besar/arah/besar & arah

1) Koordinat Tubuh Sumbu X,Y,Z


2) Posisi
Jarak,sudut

3) Kecepatan/tingkat perubahan posisi


Translational (jarak-waktu),Angular (sudut-waktu)

4) Percepatan/Tingkat Perubahan Kecepatan


- Translational (jarak-waktu),Angular (sudut-waktu)
- Satuan Percepatan = G
5) Gaya/Force
- Gaya = Massa X Akselerasi

- Satuan Gaya = Dyne (gram-Cm/detik 2) atau Newton (kg-m/detik2)

- Gaya + GZ disebut “eye balls down”

- Gaya - GZ disebut “eye balls up”


6) Akselerasi singkat
Crash,Ejection,Wind blast,Ground landing a)
Dampak
- Cedera
- Tidak sadar,shock

2
b) Faktor yang berpengaruh
- Besar dan lamanya akselerasi
- Arah terhadap tubuh manusia
- Perubahan kecepatan,aktivitas,pemindahan energi
- Waktu terjadi dan frekwensinya
- Fiksasi tubuh
- Riwayat akselerasi sebelumnya
- Bantalan udara,ruang udara sekitar
c) Faktor Toleransi
- Umur dan kondisi phisik
- Abnormalitas anatomik
- Posisi tubuh dan ikatan tubuh
d) Teknik Perlindungan
- Struktur anti pecah kabin pesawat
- Struktur interior pesawat
- Pencegahan benturan sekunder dari kabin pesawat
- Pencegahan benturan elastis
7) Akselerasi terus menerus
Manuver pesawat a)
Dampak
- Pandangan kabur menyempit (Gray out)
- Pandangan gelap (Black out)
- Kongesti retina (Red out)
- Shock,tidak sadar,kejang,aritmia
- Ggn pernapasan,nyeri,pembuluh darah robek
- Kesulitan gerak,keterampilan menurun
b) Faktor yang berpengaruh
- Besar dan lamanya akselerasi
- Arah terhadap tubuh manusia
- Waktu terjadi dan frekwensinya
- Fiksasi tubuh
c) Faktor Toleransi
- Umur,bentuk tubuh dan kondisi phisik kardiovaskular
- Posisi tubuh dan ikatan tubuh
- Pengalaman sebelumnya
- Kelelahan,Gizi,kewaspadaan diri
d) Teknik Perlindungan

3
- Straining Maneuvers/M1 - L1
- G Suit
- Reorientasi posisi tubuh

4
- Positive Pressure Breathing
b. Penyakit dekompresi
1) Gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau pengembangan gas dalam rongga
tubuh,pada waktu tekanan udara luar menurun (pesud naik ke ketinggian).
2) Atmosphir
Makin tinggi tekanan udara berkurang,kadar oksigen berkurang

3) Hukum Boyle
Volume gas menurun dengan naiknya tekanan,volume gas naik dengan turunnya tekanan.
Trapped Gas :
- Pengembangan gas dlm rongga tubuh,semakin naik akan menimbulkan sakit
- Sakit pd traktus intestinal,akibat gas dalam saluran pencernaan
- Aerotitis media,pengembangan udara di telingah tengah
- Aerosinusitis,pengembangan udara dalam sinus
- Aerodontalgia,disebabkan oleh pengembangan gas dibawah tambalan gigi yang tidak
sempurna.
4) Hukum Henry
Jumlah gas yang larut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas dipermukaan cairan.
Penguapan Gas :
Penguapan gas Nitrogen dalam jaringan tubuh karena perubahan tekanan udara

- Bends : Nyeri pada sendi


- Kelainan kulit ; Gatal dan kemerahan
- Chokes : Batuk2 pendek yang sering disebabkan oleh emphysema submukosa trakhea dan
brokhi akibat penurunan tekanan udara luar
- Kelainan saraf : Diplopia,hilangnya penglihatan,parestesi,kelemahan sistem
motorik,hilangnya kesadaran.
Pederita kelainan saraf pd penyakit dekompresi dpt disembuhkan dengan cara
dikembalikan pada ground level,tetapi seringkali beberapa jam kemudian shock sehingga perlu
pengobatan dalam Hyperbaric Chamber. 5) Pencegahan
- Mempertahankan berat badan ideal
- Tingkat kesamaptaan jasmani yang tinggi
- Denitrogenasi
6) Pengobatan
- Masker O2 100%
Segera mendarat
-

-
-

5
Posisi terlentang

Tindakan medis yang sesuai gejala

c. Hipoksia
1) Secara umum definisi hypoxia adalah kekurangan oksigen didalam jaringan
2) Hypoxia di penerbangan
Suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tdk adekuatnya oksigenisasi
jaringan yg merupakan kelanjutan dari menurunnya tek parsial oksigen dalam udara yg dihisap
pd pernapasan
3) Klasifikasi hipoksia
a) Hypoxic hypoxia/hipoksia hipoksik
- Berkurangnya kadar oksigen dalam udara yang dihisap
- Proses diffusi membran alveoli terganggu,kadar oksigen arteri menurun
b) Hypemic or anemic hypoxia/hipoksia hipemik (anemik)
Kapasitas angkut oksigen dari darah menurun,akibat berkurangnya haemoglobin

(darah)

c) Histotoxic hypoxia/hipoksia histotoksik


Sel jaringan tubuh mengalami gangguan,jaringan tak dapat menggunakan oksigea kibat
dari keracunan,misalnya alkohol dan sianida
d) Stagnant hypoxia/hipoksia stagnan (iskemia)
- Keadaan dimana sirkulasi darah yang abnormal
- Keadaan carciac out put yang menurun dan venous pooling,akibat gaya G
4) Beratnya gejala hypoxia tergantung dari :
a) Altitude f) Individual factors:
b) Rate of ascent - Inherent tolerance
c) Duration at altitude - Physical fitness
d) Ambient temperature - Emotional state
e) Physical activity - Acclimatization
5) Kumpulan Gejala :
- Perasaan aneh atau pusing
- Euphoria,sikap dan psikis yang tidak menentu
- Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi,suram,kabur dan berkurangnya
penglihatan malam)

-
-

6
- Respons yg berkurang pd komunikasi verbal
- Pelupa dan bertindak masa bodoh
- Kesulitan mengontrol pesud
- Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan)
- Hilang kesadaran (hipoksia berat)
6) Bahaya Hypoxia dalam penerbangan
- Dapat menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan kematian sel otak.
- Contoh : Pada kabin presure yang tiba-tiba lost dipesawat 50.000 kaki (Rapid
Decompression),PO2 akan menjadi 20 mmHg, tidak sadar akan terjadi dalam 20 detik, &
kematian akan mengikuti 4-5 menit setelahnya.
7) Waktu Sadar Efektif (Time of Useful Conscioussness/T.U.C.)
Jangka waktu yang dimulai pada saat seseorang masuk pada kondisi kekurangan O 2 sampai
dengan saat bersangkutan tidak lagi mampu untuk
bertorientasi,berkonsentrasi,waspada,sadar dan bersikap/perilaku yang efektif baik mental
maupun phisik.
8) Pencegahan dan penangulangan Hypoxia
- Pengobatan adalah pemberian O2 100% pada udara inhalasi,
- Bila pernapasan terhenti pernapasan artifisial perlu diberikan bersama-sama dengan
pemberian 100% O2
- Bila ada kegagalan sirkulasi perifer maka sebabnya harus dicari dahulu baru pengobatan
diberikan sesuai dgn apa yg ditemukan
- Pencegahan hiperventilasi pd personil penerbangan terletak pada indoktrinasi,pengajaran
pemakaian perlengkapan oksigen dgn tepat
- Recovery hypoxia akan berlangsung cepat bila kebutuhan O 2 segera diberikan.
- Ambang kesadaran individu akan segera dicapai setelah pemberian O 2 dalam waktu 15
detik
- Pengalaman memperlihatkan bila penderita hypoxia bernapas dalam menggunakan O 2 dia
mungkin mengalami rasa pusing sejenak,tetapi akan segera hilang & disertai dengan
kembalinya semua fungsi menjadi normal namun performance dpt terganggu utk waktu 1
sp 2 jam setelah hypoxia berat.
d. Bising/fibrasi
1) Pengertian
- Suara yang tidak nyaman
- Suara yang tidak dikehendaki
-

-
-

7
- Suara yang dapat merusak fungsi pendengaran
2) Efek bising
- Fisik 3) - Psikis
Jenis bising

- Terus menerus - Impulsif


- Terputus-putus
4) Faktor yg mempengaruhi penurunan pendengaran
Intensitas ≥ 85 dB - Sifat
- bising
Frekuensi
- Umur
Lamanya
- Kepekaan
Posisi dan Jarak
Vibrasi
5) Pencegahan
a) Menggunakan alat pelindung b) Ruangan kedap suara telinga c) Ceramah & Pamflet
- Ear plug d) Medex
- Ear muff
- Helmet
e. Ritme circadian/jet lag
1) Stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah waktu (time zone) dengan menggunakan
pesawat udara
2) Gejala (bervariasi individuil) :
- Gangguan pola tidur
- Konsentrasi terganggu
- Pola pikir berubah
- Motivasi dan kinerja berkurang
- Lelah,letih,lesu,lemah + dehidrasi
3) Jet lag yang bersifat normal,berlangsung sementara.,dan dapat cepat pulih dalam waktu
singkat,Jet lag dapat mengenai setiap penumpang pada penerbangan jarak jauh (Long haul
flight),94% penumpang mengalaminya dan 45% dengan kategori jet lag berat.
4) Penerbangan jarak jauh intermeridian melintasi empat zona waktu atau lebih dapat
menimbulkan desinkronisasi fungsi organ tubuh
5) Upaya meringankan jet lag - Diet anti jet lag.
- Pengaturan tugas terbang
- Waktu istirahat
- Waktu tidur

-
-

8
- Obat-obat untuk mengurangi pengaruh jet lag.
f. Motion sicknes
1) Suatu kumpulan gejala yang tdd :
- Lemas - Sakit kepala
- Pucat - Daya pikir menurun
- Keringat dingin - Mual dan muntah
- Menguap
Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa.

2) Terbang gerakan 3 dimensi pitching rolling yawing


3) Etiologi
a) Vestibulogenik
- Timbul pd cuaca jelek,melakukan maneuver tajam (akrobatik)
- Gejala menghilang dgn cepat setelah mendarat
- Adaptasi dapat terjadi bila pengalaman terbang bertambah
b) Psikogenik
- Timbul walau pd cuaca baik atau pesud belum take off
- Gejala berlanjut setelah penerbangan selesai
- Sering tidak tercapai adaptasi
- Peranan emosi sangat besar,rasa takut terbang dan kecemasan
4) Rasa takut terbang (pilot)
Ada 2 penyebab yang sangat berlainan :

- Sebagai reaksi alamiah terhadap bahaya yang mengancam sehingga penerbang tidak
mampu lagi melaksanakan tugas penerbangannya secara efektif (The Flying
Decompensation Syndrome).
- Sebagai kelainan psikopatologik,akibat dari stres yang berhubungan dengan tugas terbang
(Phobic Neurosis) maupun tidak.
5) Tindakan
a) Latihan
- Adaptasi,tingkatkan jam terbang
- Motivasi terbang diciptakan
b) Penyesuaian ringan
- Makan sedikit
- Usahakan suhu udara dalam kockpit tetap dingin

-
-

9
- Melihat kedalam/keluar kockpit
- Terbang Straight & Level
c) Obat Anti Mabuk
- Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomiimetik
- Transderm Scopolamine 0,5 mg (Koyo pada post auricular patch)
d) Teknik Relaksasi
- Desensitisasi biofeedback
- Mental imagery
- Pengendalian pernapasan
g. Disorientasi
1) Berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-manusia-media) seseorang untuk
menentukan posisinya terhadap permukaan bumi,atau dengan benda2 di lingkungan
sekitarnya.
2) Macam disorientasi tempat
Leans

Illusi Somatogiral/Somatogyral Illusion

Illusi Okulogiral/Oculogyral Illusion

Efek dan Illusi Coriolis

- Illusi Somatografis
- Visual Autokinesis
- Circular Vection dan Linear Vection
- Giant Hand
3) Tindakan
- Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut terjadi.
- Mata merupakan satu2 nya alat orientasi yang dapat dipercaya.
- Latih keterampilan terbang instrumen.
h. Night flight
1) Kemampuan Mata Penerbang
- Visual acuity : dapat menemukan sasaran
- Color vision : dapat mengidentifisir signal flares
- Deep perception : mampu mendarat dan tinggal landas dengan aman
- Night vision : berguna maksimal pada operasi malam
2) Ciri Khas Penglihatan Malam

-
-

10
- Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya tampak bayangan hitam/Silhouette.
- Susah membedakan warna.
- Pusat penglihatan tidak pada fokus (sentral), melainkan terkonsentrasi pada bagian perifer
-/+ 20 derajat dari sentral (tidak memandang langsung).
- Dengan kekuatan cahaya yang sama dan diturunkan perlahan-lahan maka warna yang
menghilang lebih dahulu adalah ; Merah,Orange, Kuning,Hijau,Biru,Violet .
- Warna Merah dapat membantu adaptasi gelap.
- Hipoksia menurunkan kemampuan melihat.
- Mengalami Night Myopia dan Autokinetik Phenomen (waspada).
3. Medical evacuation
4. Kesehatan pangkalan udara
a. Lingkungan kerja penerbang
- Pesawat terbang - Bangunan perkantoran
- Apron - Bandar udara
- Hanggar - Geladak kapal
b. Terjangkit kuman penyakit
- Demam berdarah - Keracunan - Thypus
- Malaria makanan abdominalis
- Gigitan serangga - SARS - Tuberculose
- AIDS
c. Faktor kimia dan gas
- Bahan bakar pesawat - Gas buangan mesin piston/jet
- Minyak pelumas - Pemadam kebakaran
- Cairan hidrolik - Aviation gasolin
d. Penyakit akibat kerja
- Iritasi pada kulit - Kelainan paru
- Dermatitis kontak - Sakit kepala, capek, bingung,
- Sesak nafas mual, muntah e. Faktor fisik
- Panas  heat stroke, tumor kulit, terbakar, conjits, katarak
- Dingin  frosbite, menggigil, hipotermia
- Getaran  penurunan pandangan, predisposisi batu sal kemih
- Bising  ketulian
- Pencahayaan kurang  gangguan refraksi

-
-

11
- Radiasi  gangguan SSP, fatique,
- Ketinggian terbang  hipoksia, perforasi mt, odontalgia
- Akselerasi, penerbangan jauh  fatique. Ritme circardian
f. Sistem kerja dan beban kerja - Perencanaan tidak jelas
- Stress - Fatique

- Fobia - Senioritas

- Kebijakan & pedoman yg kurang - Kerahasiaan misi terbang

memadai - Kenyamanan kerja


- Stress lingk. Kerja
g. Faktor penyebab kecelakaan penerbangan Kesempatan berkarya
tidak ada
1) Manusia
Perhatian dari atasan
2) Mesin 3) Media
berkurang
4) Unsafe act
Kebijakan, prosedur kurang
- Merokok sembarang tempat memadai
- Medek tidak rutin Perencanaan program
- Memaksakan kehendak tidak jelas

5) Unsafe condition - Over convident


- Kemampuan keterbatasan fisik - Menganggap remeh
masalah
- Fatique
- Rutinitas
- Hipoksia
- Kesempatan profisiensi tidak ada - Tidak
ada yang mengarahkan
h. Almatkes di pesawat udara
- Firs aid kit kelengkapan kelaikan pesawat
- Kotak P3K kabin pesawat
- Tas bakes/tas dokter kelengkapan personel kes
- Almatkes kelengkapan Pesawat Ambulans udara

-
-

12
B. KESEHATAN PENERBANGAN

 Definisi
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang kelainan-kelainan akibat ketinggian atau penerbangan dan
bagaimana cara mengatasinya.

 Kelainan-kelainan akibat ketinggian atau penerbangan


1. Hipoksia
a. Yaitu suatu keadaan dimana jaringan otak kekurangan O 2 (oksigen) sampai mengakibatkan
gangguan fungsi.
b. Semakin tinggi tekanan udara semakin rendah saturasi oksigen dan suhu semakin dingin. c.
Hypoxic hypoxia
2. Gangguan gastrointestinal
Tekanan udara yang berubah dalam penerbangan diikuti gas-gas tubuh sesuai hukum boyle (volume
gas berbanding terbalik dengan tekanan udara).
3. Gangguan telinga
a. Gejala gangguan telinga seperti :
1) Telinga terasa penuh
2) BergEMUruh
3) Gangguan pendengaran
b. Valsafa
4. Gangguan pada gigi
Keadaan sakit pada gigi yang ditambal tetapi tidak sempurna.

5. Kelainan akibat penguapan gas


a. Bends
Rasa sakit pada sendi besar dan nyaman bila dibengkokan

b. Chokes
Rasa sakit dan sesak pada daerah dada.

6. Kelainan akibat percepatan


a. Kelainan terjadi akibat arah percepatan yang menimbulkan gangguan peredaran darah.
b. Biasanya terjadi pada penerbangan pesawat tempur.
7. Mabuk udara
Terjadi karena gerak tak lazim yang menimbulkan gangguan alat keseimbangan dan alat pencernaan.

EVAKUASI MEDIS UDARA (EMU)

 Materi EMU :
1. Kesh penerbangan.
2. Ambulance udara.

13
3. Evakuasi medis udara.
4. Pengenalan pesud,
a. Rotari wing.
b. Fix wing.
5. Embargasi dan debargasi.
6. Marceling.
7. Peralatan pendukung EMU.

 Evakuasi Udara.
Evakuasi udara adalah pemindahan/pengangkutan orang sehat/sakit dr suatu tempat ke tempat lain yg lebih
aman dgn pesawat udara.

 Macam Evakuasi Udara.


Menurut macamnya :

1. Evakuasi udara umum,mengangkut orang yg sehat/ jenazah.


2. Evakuasi udara medis,mengangkut sakit/ korban.

 Evakuasi Medis Udara (EMU [Aeromedical Evacuation {Medical Air Evacuation}])


1. Adalah segala usaha dan kgiat dalam rangka pemindahan korban perang,korban bencana alam,korban
kecelakaan dari satu tempat ke tempat lain yang lebih lengkap fasilitas kesehatannya dalam waktu
sesingkat-singkat-nya dengan menggunakan pesawat udara.
2. Awak medis ambulans udara (medical crew) :
Adalah suatu tim personil kesehatan yang dipimpin oleh seorang dokter penerbangan (flight surgeon)
atau perawat udara senior (senior flight nurse) yang bertugas di pesawat ambulans udara untuk
membawa korban/penderita dari pangkalan awal ke pangkalan tujuan.
3. Ambulans udara (ambulance flight) :
Fix wing (sayap tetap) atau rotary wing (sayap putar/helicopter),yang diperleng-kapi secara khusus
untuk me-ngangkut korban/ penderita. (km.operasi,obat2an,tandu,dll)
4. Tujuan evakuasi medis udara :
Ditinjau dari segi militer.

a. Tujuan kemanusiaan :
Yaitu menolong siapapun yang mendapat cedera atau menderita sakit demi menyelamatkan
jiwanya.

b. Tujuan kemasyarakatan :
Yaitu bantuan kepada sekelompok masyarakat yang mengalami musibah dengan akibat cedera
atau sakit,sehingga membutuhkan pertolongan medis segera dan rujukan ke tempat lain secara
cepat,aman dan nyaman.

14
 Ditinjau Dari Segi Militer
1. Organisasikan pemberian pertolongan medis lanjutan.
2. Meringankan beban pasukan yang sedang bertempur.
3. Mempertinggi moril pasukan yang sedang bertempur.
4. Membantu memperlancar gerakan operasi pasukan.
5. Menghindari penumpukan korban di pos pertolongan kesehatan terdepan.
6. Mengatasi kesulitan bila evakuasi medis melalui darat dan laut sukar dilaksakan.

 Unsur EMU
1. Awak Pesud
Pilot,Kopilot,Mekanik

2. Tim kes EMU I


Tim kes daerah Ops/Lan/KRI

3. Tim kes EMU II


Tim kes di Pesud

4. Tim kes EMU III


Tim kes penerima Lan,Kri,Rumkit

 Evakuasi Medis Udara.


Pengaruh penerbangan pada tubuh manusia.

1. Pengaruh fisiologis.
a. Mengalami perubahan krn berkurangnya tekanan ATM.
b. Mengalami perubahan krn berkurangnya tekanan parsial O 2.
c. Mengalami perubahan krn turunnya suhu udara.
2. Pengaruh psikologis.
Manusia berapa banyak jam terbangnya tetap masih ada kecemasan,apa lagi manusia dlm keadaan
sakit akan mengalami kecemasan yg akan berpengaruh pd fisiologis tubuhnya.
3. Pengaruh campuran.
Selain pengaruh pisiologis dan psikologis ada pengaruh yg lain spt : keadaan cuaca,sifat
pesawat,adanya turbulence,akselerasi Semua ini bisa mempengaruhi pisiologis tubuh manusia.

 Tekanan ATM
1. Permukaan air laut = 760 mmHg
PO2 = 21% x 760 = 159 mmHg

2. > 6 km = 354 mmHg


PO2 = 21% x 354 = 79 mmHg

3. > 10 km = 198 mmHg PO2 = 21% x 198 = 42 mmHg


4. > 16 km = 100 mmHg.

15
PO2 = 21% x 100 mmHg = 21 mmHg

Pd ketinggian 110 km prosentase gas masih tetap,krn masih ada pengaruh gerakan udara horizontal
dan vertikal. Di atas 110 km prosentase berubah.
 Suhu
1. Naik 1000 feet turun 2 ºC.
8-15 mail suhu tetap ± - 55 ºC. (ideal untuk penerbangan jet).

2. 15-30 mail suhu naik lagi.


a. 34 mail 10 ºC.
b. 50 mail 72 ºC.

 Ambulance Flight (AMB Udara)


1. AMB flight : adalah pesawat angkut fixwing/heli kopter yg di perlengkapi secara khusus untuk
mengangkut pasien/korban.
2. Kelengkapan AMB udara.
a. Untuk tidur pend : tandu,selimut,bantal,sprei.
b. Utk pemberian oxigen : tabung O2,masker,regulator.
c. Alat makan minum,pembuang kotoran/penampung muntah.
d. P3K,minor set,infus set,caairan,
e. Khusus medis yg perlu saja.
f. Flight surgion/flight nurse.
3. Jenis amblance udara.
a. Pesud sayap tetap :
1) Dakota.
2) Kassa : 12 ps
tandu.
3) Nomad : 3 ps tandu.
4) DC-9.
5) > C-130 hercules : 72 ps tandu.
6) > F- 27 troopship : 16 ps tandu.
7) C- 141 star lifter.
b. Pesud sayap putar (heli kopter).
1) BO-105 : 2 ps tandu
2) AH-12 wash : 1 ps tandu.
3) AS- 332 super puma : 5 ps tandu. 4) Bell 205 A : 3 ps tandu.
5) CH- 47C (hinook)

 Jenis Pesawat Udara Untuk EMU


1. Pesawat udara sayap tetap (fixed wing) untuk EMU :
a. Penggunaan :

16
1) Jarak yang ditempuh jauh.
2) Jumlah korban yang dievakuasi banyak.
3) Tempat pengambilan dan penerimaan korban memiliki landasan terbang. b. Jenis :
Casa-212,CN-235,C-130 Hercules,DC-9 Nightangel,C-141 Starlifter,C-5A Galaxy.

2. Pesawat udara sayap putar (rotary wing [helicopter]) untuk EMU :


a. Penggunaan :
1) Jarak yang ditempuh tidak jauh.
2) Jumlah korban sedikit.
3) Tempat pengambilan dan penerimaan korban tidak bisa didarati oleh pesawat udara sayap
tetap (hutan,tebing,kapal,gedung bertingkat).
b. Jenis :
NBO-105,Bell UH-1H/V Iroquois,Bell NB-412,Bell Jet Ranger,NAS-332 Super Puma,UH60A
Blackhawk,Boeing CH-47 Chinook,CH-53E Super Stallion.

 Karakteristik Helikopter
Hellycopter adalah pesawat bersayap berputar yang mampu terbang vertikal maupun horizontal,dengan
kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi.

 Standard Pasien EMU Helikopter


1. Helikopter NBO-105
Adalah helikopter ringan,hanya mampu mengangkut 2 orang pasien tandu atau 2 orang pasien duduk.
2. Helikopter NBELL-412
Adalah helikopter sedang,hanya mampu mengangkut 3 orang pasien tandu atau 8 orang pasien duduk.

 Pemasangan Tandu Di Pesud Heli BO.


1. Tandu pd heli BO terpasang di bagasi belakang diletakan dilanti pesawat dng posisi membujur.
2. Dpt dipasang dua (2) tandu.

 Embargasi Di Heli BO.


1. Psn ditempatkan di bagasi.
2. Pembuka pintu bergerak kebelakang heli.
3. Pintu terbuka beri kode.
4. Regu tandu bergerak menuju belakang heli
5. Masukan pasien tandu.
6. Posisi kepala di depan.
7. Regu tandu kembali kearah depan heli.
8. Pintu ditutup pembuka pintu kembali
9. Kedepan heli.
10. Marseler aksi.

17
 Debargasi Di Pesud BO.
1. Pembuka pintu bergerak ke blkg heli menunduk.
2. Buka pintu beri isyarat ke regu tandu.
3. Regu tandu bergerak masukan psn di blkg heli.
4. Keluarkan psn dgn posisi mundur.
5. Regu tandu bawa psn kearah depan heli.
6. Tutup pintu petugas kembali kedepan heli.
7. Marseler aksi.

 Pemasangan Tandu Di Pesud Bell.


1. Tandu pd pesud heli bell dipasang melintag badan pesud.
2. Tersusun tiga (3) rak.
3. Krn pemasangan melintang pd sisi belakang tandu terkait pd tiang
4. Penyangga,sisi depan terkait pd sabuk pengantung.

 Evakuasi Medis Udara Dengan Helicopter dan Pesawat Sayap Tetap (Aeromedical Evacuation By
Helicopter And Fixed Wing Aircraft).
1. Jenis evakuasi medis udara :
a. EMU berdasarkan fungsinya :
1) EMU medan (forward medical air evacuation).
2) EMU taktis (tactical medical air evacuation).
3) EMU strategis (strategical medical air evacuation).
b. EMU berdasarkan prioritasnya :
1) EMU rutin (routine medical air evacuation).
2) EMU khusus (special medical air evacuation).
3) EMU darurat (emergency medical air evacuation).
2. Klasifikasi korban :
a. Kode I : korban yang langsung akibat tempur.
b. Kode II : korban yang cedera akibat hal-hal yang non tempur,misalnya karena kecelakaan,dan
lain-lain.
c. Kode III : korban yang menderita penyakit umum.
d. Kode IV : korban yang menderita penyakit jiwa.
e. Kode A : korban yang perlu perawatan intensif.
f. Kode B : korban yang tidak memerlukan perawatan intensif.
g. Kode C : korban yang perlu diangkut dengan tandu.
h. Kode D : korban yang tidak perlu diangkut dengan tandu.

18
3. Indikasi EMU :
a. Prioritas 1 EMU :
Korban/ penderita yang jatuh dalam keadaan shock yang memerlukan tindakan resusitasi dan
bedah sedini mungkin :
1) Gawat pernafasan.
2) Perdarahan.
3) Luka ganda dan patah tulang pada tulang besar.
4) Luka bakar > 20%.
b. Prioritas 2 EMU :
Semua kasus yang memerlukan tindakan bedah sedini mungkin,dan mungkin perlu tindakan
resusitasi :
1) Cedera alat dalam termasuk perforasi saluran pencernaan.
2) Cedera pada saluran kemih.
3) Cedera dada tanpa kesukaran bernafas.
4) Cedera pembuluh darah besar yang perlu diperbaiki.
5) Cedera otak dan sumsum tulang belakang (terbuka atau tertutup).
6) Luka bakar < 20% pada wajah,kaki,tangan,alat kelamin dan selangka-ngan. c. Prioritas
3 EMU :
1) Semua cedera lain pada otak dan sumsum tulang belakang.
2) Luka pada jaringan lunak yang memerlukan perawatan luka.
3) Patah tulang pada tulang kecil dan dislokasi.
4) Cedera pada mata.
5) Cedera pada rahang dan wajah tanpa kesukaran bernafas.
6) Luka bakar < 20%.
4. Kontra indikasi EMU :
a. Keadaan korban yang sangat buruk,sehingga diperkirakan akan meninggal selama proses EMU
berlangsung.

b. Penyakit menular/penyakit karantina yang masih berada dalam keadaan “infectious”.


c. Tuberculose paru-paru dalam stadium “infectious”.
d. Keadaan shock.
e. Anaemia yang berat (hb < 50%).
f. Penyakit jantung isemik dalam fase akut (acute ischaemic heart disease).
g. Penyakit infark myocard dalam fase akut (acute myocardial infarction).
h. Penyakit ayan (epilepsi) yang belum terkontrol.
i. Penyakit jiwa yang bersifat agresif.
j. Penyakit paru-paru yang sangat mengganggu pernafasan : status asthmaticus,oedem paruparu.

k. Korban yang baru menjalani operasi saluran pencernaan.

19
l. Wanita hamil berusia kehamilan > 12 minggu.
m. Bayi yang berumur < 10 hari.
5. Tindakan khusus pada EMU :
a. Berkaitan dengan menurunnya tekanan partial oxygen :
1) Kelainan paru-paru dan dada.
2) Kelainan jantung.
3) Kelainan darah.
b. Berkaitan dengan pengembangan gas dalam tubuh :
1) Kelainan paru-paru.
2) Cedera.
3) Kelainan syaraf.
4) Pengumpulan gas dalam jaringan tubuh.
6. Indikasi EMU dengan helicopter :
a. Korban/penderita membutuhkan perawatan spesialis di trauma center.
b. Jarak yang di tempuh jauh.
c. Terdapat halangan-halangan bila diangkut lewat darat oleh karena kemacetan lalu-lintas darat.
d. Tempat bencana tidak dikenal atau sukar dimasuki lewat jalan darat.
e. Diperlukan pengiriman pasien-pasien kritis antar rumah sakit dengan cepat.
f. Diperlukan untuk pengangkutan staf medis atau peralatan medis ke tempat bencana.
7. Kontra indikasi EMU dengan helicopter :
a. Kondisi cuaca yang jelek.
b. Kesukaran untuk pendaratan helicopter disebabkan halangan-halangan setempat atau cahaya
yang kurang.
c. Cedera korban/penderita tidak cukup untuk perawatan spesialis di fasilitas-fasilitas perawatan
spesialis.
d. Penderita-penderita dengan gangguan kejiwaan yang masih agresif.
e. Tempat bencana dekat dengan rumah sakit yang dibutuhkan untuk perawa-tan korban/penderita.
8. Keuntungan EMU :
a. Korban dapat dirawat dengan cepat ke tempat perawatan kesehatan yang lebih lengkap dan lebih
baik fasilitasnya.
b. Korban dapat diangkut dari tempat yang jauh jaraknya dalam waktu yang singkat.
c. Korban dapat diangkut dengan cepat dari daerah yang sulit dimana SARana angkutan lain sukar
atau tidak mungkin melaksanakannya.
d. Mempertinggi moril korban dan petugas lapangan.
e. Kekenyalan dan kecepatan pesawat udara akan memberikan faktor keamanan yang lebih tinggi.
9. Kerugian EMU :
a. Keadaan cuaca dan malam hari.
b. Gangguan musuh.

20
c. Evakuasi berlebih.
d. Tempat terbatas dan sempit.

 Perhatian Khusus Untuk EMU Korban Kecelakaan Penyelaman (Diving Accident) :


1. Jika korban/penderita diangkut dengan helicopter atau pesawat udara lain yang tidak memiliki cabin
bertekanan (unpressurized aircraft),pesawat tersebut harus terbang serendah dan seaman
mungkin,lebih baik < 1.000 feet (+300 meter).
2. Setiap ketinggian terbang yang tidak perlu berarti pengurangan tekanan udara diluar dan memu
ngkinkan bertambah parahnya gejala-gejala atau komplikasi bagi korban/penderita.
3. Jika tersedia,selalu mengguna-kan pesawat udara dengan cabin bertekanan 1 atmosphere.
4. EMU darurat bagi korban/penderita kecelakaan penyelaman :
a. Korban/penderita yang membutuhkan EMU untuk perawatan lain atau ke fasilitas medis yang
lebih lengkap dengan segera setelah muncul ke permukaan air dari pengobatan.
b. Hanya dengan rekomendasi perwira kesehatan penyelaman.
c. EMU dengan pesawat udara dengan cabin bertekanan 1 ATA (atmosphere absolute),atau
unpressurized cabin dengan ketinggian terbang serendah dan seaman mungkin (tidak lebih dari
1.000 feet [+300 meter]),lebih baik.
d. Korban/penderita diberi pernafasan dengan oxygen 100%,jika tersedia.

 Prosedur Keselamatan Pada Waktu Loading Dan Unloading Ke Dan Dari Helicopter :
1. Saat sebuah helicopter mendarat,kegiatan-kegiatan di darat dikoordinir seorang petugas pelayanan
darurat.
2. Tugas seorang penolong adalah menjaga dan merawat korban dan mengawasi/ mengendalikan orang-
orang disekitarnya.
3. Penolong harus mengikuti petunjuk-petunjuk untuk menjamin keselamatan penolong sendiri di darat
sesuai standard keselamatan.
4. Pembawa tandu harus serendah mungkin posisinya pada saat membawa tandu kearah helicopter. Dan
harus menghindari baling-baling helicopter setiap saat.
5. Helicopter tidak boleh approach sebelum ada isyarat dari marshaler.
6. Pembawa tandu harus mendekati helicopter dengan sudut 45 derajat dari arah depan helicopter.
7. Jika helicopter berada di suatu lereng bukit dan keadaannya mengijinkan,pembawa tandu harus
mendekati helicopter dari sisi kaki bukit.
8. Petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh awak helicopter harus diikuti,dan tandu-tandu harus dibawa
secara paralel dengan tanah.
9. Batasi jalan masuk yang padat pada lingkaran bergaris tengah 50 meter,dan tetap awasi/kendalikan
hewan-hewan yang ada di dekat penolong.
10. Matikan api rokok dalam jarak 50 meter dari lokasi pendaratan helicopter,dan singkirkan/pindahkan
benda-benda/barang-barang yang tidak terikat,misalnya patahan-patahan ranting,daun-
daun,kertas,helm,topi,atau peralatan P3K.

21
11. Jika mEMU ngkinkan,mintalah seseorang untuk memegang (diatas kepalanya) 1 (satu) lembar/1 (satu)
buah benda yang ringan seperti kain verband,sebagai pengganti kantung angin (windsock) bagi awak
helicopter (air crew).
12. Setelah helicopter mendarat,berjongkok dan berlututlah pada posisi arah jam 10.00 dari hidung
helicopter di tempat yang bebas dari bilah baling-baling utama (main rotor blade),agar supaya
penerbang helicoptervdapat dengan jelas melihat tim kesehatan penolong dan koban/penderita yang
akan diangkut.
13. Jangan bergerak saat helicopter mendarat.
14. Jika helicopter sudah mendarat,tunggulah seorang awak helicopetr menEMU i tim kesehatan
penolong.
15. Jangan mendekati helicopter sebelum diperintahkan oleh awak helicopter.
16. Jangan menyentuh kabel hoist (winch lines) sampai ujung hoist menyentuh tanah/daratan/permukaan
air,karena mengandung listrik statis.
17. Jika diperintahkan mendekati helicopter,tundukkan kepala,bungkukkan badan dan berjalanlah kearah
pintu helicopter yag ditentukan.

 Prosedur Memasukkan (Loading) Pasien Ke Helicopter NBO-105


1. Helicopter NBO-105 adalah helicopter ringan,hanya mampu mengangkut 1 orang pasien tandu atau 2
orang pasien duduk.
2. Dibutuhkan 2 orang pembuka pintu ruangan barang helicopter,dan 4 orang regu tandu.
3. 2 orang pembuka pintu ruangan barang dan 4 orang regu tandu,beserta pasien tandu atau pasien
duduk mengambil posisi di titik kumpul,dengan arah 45 derajat di depan hidung helicopter.
4. Setelah helicopter mendarat,dan awak helicopter memberi isyarat,maka kedua orang pembuka pintu
ruangan barang lari dengan merunduk serendah mungkin kearah bagian pintu ruangan barang,dengan
1 orang melewati sisi kanan dan 1 orang lagi melewati sisi kiri helicopter. Dan membuka pintu ruangan
barang dengan hati-hati,dalam pengawasan awak helicopter. 1 orang memegangi pintu sebelah kanan
dan 1 orang lagi memegangi pintu sebelah kiri,agar pintupintu tersebut tetap terbuka.

 Petunjuk-Petunjuk Untuk Memasukkan (Loading) Pasien-Pasien Ke Helicopter Bell-412


1. Pasien-pasien tandu secara normal ditempatkan mulai dari deretan paling atas kebawah ke deretan
terbawah.
2. Awak helicopter mengawasi pemasukan pasien-pasien kedalam helicopter.
3. Pasien tandu yang paling parah cederanya ditempatkan di deretan tandu paling bawah untuk mEMU
ngkinkan perawatan pasien selama dalam penerbangan.
4. Pasien-pasien tandu yang menerima cairan infus tidak boleh ditempatkan di bagian paling atas dari
deretan tandu tetapi harus ditempatkan serendah mungkin di rak tandu.
5. Pasien-pasien dengan bidai traksi hare (hare traction) dengan penunjang bidai (splint supports) dan
footrest harus dimasukkan terakhir dan ditempatkan langsung di lantai helicopter.

22
 Susunan Penempatan Pasien Tandu Dan Pasien Duduk Di Helicopter Bell-412
1. Helicopter Bell-412 mempunyai susunan penempatan beberapa tandu dan tempat duduk.
2. Suatu perubahan,disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dalam kegiatan,dapat dilakukan dari satu
susunan penempatan ke susunan penempatan yang lain dalam beberapa menit.
3. Fasilitas-fasilitas untuk membawa pasien,terdiri 1 deretan terdiri dari 3 tandu yang terisi pasien
memanjang helicopter di setiap sisi di ruangan barang helicopter.
4. Susunan penempatan pasien yang normal digunakan di daerah bencana,untuk mengangkut sejumlah
besar pasien-pasien yang stabil keadaannya memberikan kapasitas maksimum helicopter untuk 6
pasien tandu atau sejumlah total 9 pasien duduk.
5. Susunan penempatan pasien yang normal adalah 3 pasien tandu (ditempatkan menyilang dalam cabin)
dan 4 pasien duduk (2 pasien di setiap sisi ruangan barang helicopter).
6. Maksimum muatan yang bisa diangkut helicopter harus dipertimbangkan. Kapasitas muatan bervariasi
dengan ketinggian terbang dan temperature udara.
7. Pilot helicopter memberi SARan kepada petugas di darat tentang kapasitas muatannya.

 Prosedur Memasukkan (Loading) Dan Mengikat 6 Pasien Tandu Dengan 4 Orang Regu Tandu Di
Helicopter Bell-412
Pada waktu memasukkan 6 pasien tandu dengan 4 orang regu tandu,pasien-pasien tandu dimasukkan dari
kedua sisi (dari sisi kanan dan dari sisi kiri) helicopter dan ditempatkan dari deretan paling atas ke deretan
paling bawah.

 Prosedur Memasukkan (Loading) Dan Mengikat 3 Pasien Tandu Dan 4 Pasien Duduk Dengan 4
Orang Regu Tandu Di Helicopter Bell-412
1. Pada waktu memasukkan pasien tandu dari sisi kanan helicopter,regu tandu (terdiri dari 4 orang)
bergerak ke samping helicopter dengan tandu mengarah tegak lurus ke ruangan barang helicopter;
selanjutnya regu tandu berpindah ke sebuah tonggak pemasang tandu.
2. Pembawa tandu no. 1 dan no. 3 menyerahkan pegangan-pegangan tandu mereka kepada awak
helicopter yang menempatkannya di penunjang-penunjang tandu (litter support bracketts) pada
bagian yang jauh dalam helicopter di rak tandu paling atas.
3. Pembawa tandu no. 2 dan no. 4 memasang pegangan-pegangan tandu bagian kaki di tempatnya.
4. Setelah tandu pertama terpasang di bagian paling atas dari penunjang tandu,regu tandu meninggalkan
helicopter untuk mendapat ijin memasukkan pasien tandu yang lain.
5. Pasien tandu kedua dan ketiga dimasukkan ke helicopter dengan cara yang sama seperti pasien tandu
pertama,dengan urutan pasien tandu kedua ditempatkan di deretan kedua dari atas (dibawah pasien
tandu pertama),dan pasien tandu ketiga ditempatkan di deretan paling bawah.
6. Setelah ketiga pasien tandu selesai dimasukkan dan ditempatkan di helicopter,pasien-pasien duduk
dipapah atau dituntun ke helicopter dan diarahkan ke tempat duduknya masing-masing.

 Prosedur Mengeluarkan Pasien-Pasien (Unloading) Dari Helicopter Bell-412

23
1. Mengeluarkan (unloading) pasien-pasien dari helicopter bell-412 adalah dengan cara kebalikan cara
memasukkan (loading) pasien-pasien.
2. Yang pertama dikeluarkan adalah pasien-pasien duduk.
3. Mengosongkan deretan pasien-pasien dengan cara yang pertama pasien tandi di deretan yang
terbawah,pasien tandu di deretan tengah,dan terakhir pasien tandu deretan teratas di satu sisi
helicopter dan kEMU dian di sisi yang lain.
4. Bila helicopter mengangkut campuran pasien tandu dan pasien duduk,pasien-pasien duduk
dikeluarkan lebih dulu dengan dipapah atau dituntun dari tempat duduknya masing-masing (mulai dari
sisi kanan,kEMU dian sisi kiri helicopter); dilanjutkan dengan mengeluarkan pasien-pasien tandu mulai
dari urutan terbawah.

5. Pada aba-aba “keluarkan pasien-pasien tandu !” Regu tandu bergerak ke helicopter dan para
pembawa tandu mengambil tempat masing-masing yang sebenarnya di dekat tandu. Regu tandu
mengerjakan tugasnya dengan urutan kebalikan pada memasukkan pasien-pasien tandu.

 Peruntukan SAR
1. Pencarian dari udara
2. Pengangkatan tim rescue menuju TKP.
3. Evakuasi korban.

 Peralatan SAR (Evakuasi)


1. Hoist : 2. Cargo sling :
a. Horse color a. Rescue net
b. Tandu N.R b. Jaring barang
c. Tandu horisontal 3. Tali :
a. Rappeling
b. Fly by escape

 Ketentuan Keselamatan
1. Berdiri paling dekat 30 Meter
2. Simpanlah semua barang ditempat yang aman
3. Bawalah benda yang dibawa serendah mungkin
4. Gunakan Kacamata Pelindung
5. Mendekat atau Menjauh Helicopter selalu dari depan agar pilot dapat melihat
6. Memuat dan membongkar muatan harus mendapat persetujuan dari crew atau pilot
7. Jangan mendekati/masuk kedalam helikopter tanpa pesan pilot
8. Jangan keluar helikopter sebelum ada isyarat ok
9. Jangan berdiri di bawah Helikopter atau daerah lepas landas
10. Jangan merokok sekitar 100 feet dari Helikopter

24
 Ketentuan Kerja Dengan Heli
1. Pimpinan team harus minta ijin kepilot/crew
2. Mendekat dari sisi depan atau dari bagian permukaan tanah yang rendah
3. Team Leader menyampaikan tanda pada anggota team bila semua sudah siap
4. Anggota team mendekat sesuai dengan team Leader
5. Mengikutin perintah crew dimana harus duduk
6. Menggunaakan seat belt selama terbang

 Prosedur Keluar
1. Tetap ditempat sampai crew Heli memeritahkan keluar
2. Tudukkan kepala dan amankan alat yang dibawah
3. Komandan team meninggalkan heli paling akhir

 Prosedur Keadaan Darurat


1. Semua Instruksi dari Pilot
2. Tetap tenang
3. Kencangkan Seat Belt
4. Lindungi kepala
5. Membuang alat-alat berat hanya Instruksi Pilot
6. Jangan menyentuh Panel Pesawat
7. Setelah mendarat diam sampai ada Instruksi keluar kacuali jika terbakar
C. Kesehatan Pangkalan
Mrpk salah satu bentuk giat operasional penyelenggaran kes di lant dlm rangka berikan duk & yan kes melalui
fungsi tugas dr sur2kes yg diselenggarakan utk berikan dukkes pd giat perorangan /sat ops TNI AL maupun
yankes pd prajurit beserta keluarganya guna peroleh kesejahteraan kes, air bersih, fas kebersihan pemukiman
& perkantoran serta faskes lainnya yg berupa sarana & prasarana, bekkes & matkes, sumber daya manusia
serta mobilitas sarana & prasarana kesehatan

 Jenis Kegiatannya
A. Dukungan kesehatan
1. Operasi dan latihan dilaut.
a. Operasi pertahanan laut
1) Peperangan di atas permukaan (kes kaa)
2) Peperangan bawah permukaan (kes bwh air)
3) Proyeksi kekuatan kedarat (kes amphibi)
4) Kes intel maritim
5) Peperangan elektronika
6) Sabotase bawah air (kes bawah air)
b. Operasi keamanan laut

25
1) Stabilitas kam diperairan yuridikasi nas (kes kpl atas air)
2) Penegakan hukum di laut (kes karantina)
3) Pam proyek vital (kes intel maritim)
c. Operasi intelijen maritim
1) Operasi penyelidikan (kes intel maritim)
2) operasi pengamanan (kes intel maritim)
3) Operasi penggalangan (kes intel maritim)
d. Operasi angkutan laut militer
1) Pendaratan adminintrasi (duklog kes)
2) Pergeseran pasukan (duklog kes)
3) Pergeseran logistik (duklog kes)
e. Survei & pemetaan hidro oceanografi (kes kaa & kes bwh air)
f. Penyelaman & penyelaman bawah air (kes hiperbarik)
g. Penerbangan (kes penerbangan) 1) Ops pengintaian taktis
2) Ops peperangan anti kpl selam
3) Ops pendaratan pasukan & ratan lintas heli
4) Ops duklog cepat
h. Kemampuan
1) Lan utk satops & dispersi kuat (admin kes)
2) Duk utk ketahanlamaan ops yg optimal dg :
a) Fasbek (admin kes)
b) Faswatpers (admin kes)
i. Operasi amphibi (kesehatan amphibi)
j. Operasi bakti sosial
1) Tugas kemanusiaan & 4) Rumkit lapangan bencana.

2) Operasi SAR
3) Penanggulangan pencemaran
2. Ops & lat han pangkalan (dukkes lan)
a. Dalkura d. Pam daerah basis
b. Pertahanan pangkalan e. Sabotase bawah air
c. Pam objek vital di pangkalan 3. Latkesdu (latihan kesehatan terpadu)
4. Kesehatan umum di pangkalan
a. Pam VIP dan VVIP
b. VIP (Very Important Person)
c. TMMD (Tentara Manunggal Membangun Desa)
d. BJRB (Bintal Juang Remaja Bahari) B. Uji pemeriksaan
kesehatan
e. Evakuasi medis
1. Reguler (tk I, II , III , IV)
f. Baksos (bakti sosial)

26
2. Penerimaan personel TNI AL / sipil 4. Penerimaan calon taruna
3. Penempatan personel
C. Pelayanan kesehatan b. Keskurehab (kesehatan kuratif
rehabilitatif)
1. Kesehatan perawatan kel (BK, BP)
3. Minkes
2. Kes promosi
a. Matkes (material kesehatan)
3. Kes prev
b. Minkes
4. Kes kurativ
c. Gudkes
5. Kes lingkungan hysan
6. Panitia kesehatan
8. Adminkes (administrasi
7. Binpers kes (pembinaan personil kesehatan)
kesehatan) a. Laporan kesehatan
1) Laptri (laporan triwulan)
2) Lap tahunan
3) Lapsus (laporan khusus)
b. Put
c. Penerimaan

 Bentuk Kes Pangkalan d. Distribusi

1. Kesla (kesehatan kelautan) e. Gudkes (gudang kesehatan)


a. Dukkes (dukungan kesehatan) f. RBK (bekal rutin kesehatan)
b. Urikes (uji pemeriksaan kesehatan) g. DPK (dana pemeliharaan
c. Kessus (kesehatan khusus) kesehatan)

2. Kesum (kesehatan umum) h. Binkes (pembinaan kesehatan)


a. Kesprev (kesehatan preventif)
 Tujuan Bin Dukkes Lan laks was hygene sanitasi, cegah wabah
Tujuannya adalah utk dpt kembalikan, pelihara, katkan moral & penyakit di rah lan.
kepercayaan prajurit beserta kel nya dg kembalikan kondisi
penderita melalui wat darurat, wat inap rmh sakit, wat jalan serta

 Penyelaman
Adalah aktivitas manusia di lingkungan bertekanan lebih dari satu atmosfir absolut ( 1 ATA )

 Faktor Fisika
1. Tekanan 5. Sifat gelombang suara
2. Gaya apung 6. Sifat pancaran sinar
3. Temperatur 7. Pengaruh visual dan isyarat propioseptif

27
4. Viskositas

 Unsur Tekanan Pada Penyelaman :


1. Tekanan karena air itu sendiri 2. Tekanan karena atmosfir di atas air

 Beberapa Hukum Yg Berlaku


1. Hukum boyle : volume suatu gas berbanding terbalik dengan tekanannya pd suhu tetap
p1v1=p2v2=p3v3=…

2. Hukum dalton : tekanan suatu campuran gas sama dengan jumlah tekanan parsiil masing2
gas p=p1+p2+p3+…

3. Hukum henry : banyaknya gas yg larut dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas tersebut
pada temperatur tetap
4. Hukum charles : pd volume tetap, temperatur suatu gas berbanding lurus dg tekanannya pv/=k

 Viskositas Air
Viskositas air yang tinggi dibanding dengan udara menambah beban energi yang mencolok sekali pada setiap
gerakan fisik.

 Fisiologi Penyelaman
1. Pengaruh biomekanis dari perubahan tekanan terhdp penyelam.
2. Bagian tubuh yang akan mendapat pengaruh lansung dari tekanan adalah rongga-rongga udara
fisiologis dalam tubuh :
a. Paru-paru c. Sinus-sinus paranasalis
b. Ruang telinga tengah d. Gigi

 Sistem Sirkulasi
Tissues Lung

28
3

Surface (1 ATA)
99 feet (4 ATA)

Nitrogen partial pressure = 0,8


Nitrogen partial pressure = 3,2

 Penyelam
1. Waktu turun (descent)
Tubuh mendapat penambahan tekanan dari luar

Penyusutan rongga-rongga fisiologis

Rongga-rongga fisiologis “relatif negatif “terhdp tekanan sekeliling
2. Waktu naik (ascent)
Penurunan tekanan luar

Rongga-rongga fisiologis “relatif positif“ terhdp tekanan sekeliling

Pengembangan (expasion) udara
3. Perlu equalisasi untuk penyamaan tekanan
a. Normal : Tuba eustachii satu-satunya saluran utk fungsi equailisasi tekanan udara dalam cavum
tympani dg tekanan di sekeliling
b. Fisiologis : Memompakan udara dr nasopharynx lewat tuba ke dlm cav tympani lbh sulit drpd
mengeluarkan udara dr cavum tympani ke nasopharynx
c. Cara :
1) Menelan atau menggerak-gerakkan mandibula  menggerakkan otot-otot sekeliling tuba
eustachii  musculus tensor palatini & stylopharyngeus memperbesar diameter tuba

2) Manuvra valsava
Menjepit hidung & memaksaklan udara masuk lewat tuba eustachii dalam keadaan
nasopharynx tertutup.

d. Perbedaan tekanan :
1) 90 mmHg  tidak memungkinkan pembukaan tuba secara aktif 2) 100 – 700 mmHg 
ruptura membrana tympani

29
 Telinga

A. Syarat-syarat calon penyelam


B. Pemeriksaan Kesehatan Calon Penyelam
1. Penyiapan sbg seorang penyelam udara kompresi
2. Penyiapan kesehatan
3. Penyiapan fisik
4. Penyiapan ketrampilan
5. Persyaratan umur
a. Tidak ada batas maksimun umur bagi calon penyelam sport atau rekreasi
b. Umur optimum antara 20-35 tahun.
c. Tidak kurang dari umur 16 tahun [CMAS, Word Federation For Underwater Activity]
d. Calon penyelam angkatan laut, komersial, pelatihan dilakukan tidak < umur 18 tahun dan tidak >
umur 30 tahun.

30
6. Riwayat ganguan kesehatan katagori diskualifikasi mutlak
a. Asthma g. Diabetes
b. Epilepsi h. Semua gangguan syaraf
c. Ruptur membran timpani i. Angina pektoris, infarkmyocard
d. Chronic bronchitis j. Ketagihan obat
e. Spontaneous pneumothorax k. Penyakit ginjal
f. Syncope l. Chronic sinusitis
7. Riwayat ganguan kesehatan katagori diskualifikasi relatif
a. Penurunan fungsi paru e. Kelainan ECG
b. Kelainan gigi f. Perokok berat
c. Scoliosis g. Migrain
d. Thoracotomy h. Vertigo
8. Riwayat gangguan kesehatan katagori disqualification temporarily
a. URI, sinusitis, seasonal allergic rhenitis e. Alcoholic or other drug intoxication
f. Pregnancy
b. Acut bronchitis
c. Acut gastroenteritis
d. Orthopedic injury
9. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik  paru, jantung dan pembuluh darah, THT, neurologi
b. Foto rontgen  survey tulang panjang
c. Laboratorium
d. Test kompresi
C. Pemeliharaan Kesehatan Untuk Penyelam
1. Larangan menyelam sementara
a. Penggunaan obat-obatan c. Setelah perawatan gigi
b. Setelah vaksinasi dan imunisasi
2. Pembatasan penyelam setelah terbang
a. Penyelam yg tlh melakukan tugas penyelaman
b. Setelah menyelam tdk dibenarkan unt terbang (12jam)
3. Pemeriksaan berkala
a. Pemerisaan kesehatan tiap 6 bln sekali unt penyelam rutin
b. Pemeriksaan 3 bln sekali unt Team Clearence Diving
c. Pemeriksaan kesh seblm n sesdh penyelaman, unt penyelam dalam ( >55 m)
d. Pemeriksaan berkala tahunan
4. Transportasi penyelam yang menderita dcs
a. Penerbangan tdk blh lebih dari 1000 feet (305 meter)
b. Skin diving kedalaman 25 feet (7,6 m) ; 5000 feet or 12 jam

31
c. Setelah kecelakaan, selama/sesudah melakukan skin diving

D. Kedaruratan Penyelaman
1. Kedaruratan adalah suatu keadaan yg tdk terduga yg memerlukan tindakan segera.

2. Mencegah terjadinya kedaruratan


a. Dengan latihan dan pengalaman yg didapat
b. Mengetahui benar tentang penyelaman
c. Merencanakan penyelaman dgn baik
3. Berdasarkan fisiologi dan pertolongan medis
a. Tidak membutuhkan rekompresi 1) Dekompresi yg tdk terlaksana/tdk
1) Kedaruratan sistim pernafasan memedai

2) Kedaruratan sifat fisik air 2) Emboli gas


3) Gangguan tehnik pelaksanaan penyelaman 3) Penyakit dekompresi
b. Tindakan yg memerlukan rekompresi

E. Penyelidikan Kecelakaan Bawah Air


Pada penyelidikan kecelakaan bawah air, ada 5 hal

1. Penyelam dan riwayat kesehatan yg 3. Profil dan riwayat penyelaman lampau 4. Peralatan
selam
2. Kondisi lingkungan penyelaman 5. Pemeriksaan autopsi

 Pendahuluan
Kehilangan kesadaran pada penyelam adalah penyebab utama kematian pada kecelakaan
penyelaman butuh aksi cepat & pertolongan pertama

(-) kesadaran di dlm air

Tenggelam

mati

Bukan krn beratnya perubahan pathofhysiology Hilang
media untuk pernapasan & aspirasi

 Penyebab

32
1. Hipoksia
a. Pada penyelam tahan napas
b. Saat naik tek , tek dlm paru , akibatkan O2 paru ke otak tak cukup
2. Hiperventilasi
a. Napas cepat dan dalam  CO2 banyak keluar
b. Ingin bernapas dirangsang penumpukan CO 2
c. O2 dlm paru dibawah titik kritis tapi kadar CO2 belum merangsang untuk bernapas
3. Tenggelam
a. Tidak sadar
b. Sadar
1) Terjebak 3) Keliru perkiraan 5) Panik

2) Alat selam rusak 4) Kesalahan tehnis


4. Kedinginan
a. Air dingin  tubuh  reflek tarik napas
b. Suhu < 27 °c  kesadaran hilang
c. Suhu turun lebih lanjut  jantung & napas berhenti  mati
d. Aliran darah   resiko DS 
5. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru)
a. Pada penyelam tahan napas > 40 meter
b. Vol paru < vol paru setelah ekspirasi  perdarahan   napas  tidak sadar
6. Luka karena binatang laut
a. Digigit : hiu, ular laut, octopus, kerang beracun
b. Disengat : ubur2, stone fish, sting ray
c. Penyelam harus kenali kehidupan bawah laut laut daerah tsb
7. Muntah dan tertelannya muntahan atau air laut
a. Penyebab :
1) Mabuk laut 5) Penyakit telinga tengah/dalam
2) Kehamilan 6) Membrana tympani robek
3) Rasa melayang 7) Minum alkohol
4) Menelan air laut 8) Infeksi saluran cerna
b. Muntah dapat menyumbat mouth piece dan masuk ke co2 absorben
8. Penyakit dekompresi
a. Jarang pada penyelam tahan napas
b. Mudah terjadi pada penyelaman dalam > 10 m dimana waktu periode dekompresi kurang dipatuhi
c. Mirip emboli otak
9. Keadan kesehatan lain
Penyelam yang menderita penyakit yang sebabkan tidak mampu kerja, jika terjadi dibawah air sangat
berbahaya dilarang menyelam pada penderita DM, penyakit jantung, epilepsi, dsb.
10. Ledakan bawah air

33
Penyebabnya jelas dan cedera yang diakibatkannya sangat berat

11. Barotrauma paru waktu naik (burst lung)


a. Age pada otak
b. Kehilangan kesadaran pada waktu mencapai permukaan, mungkin disebabkan terdapat udara
yang terperangkap di dalam paru
c. Bila ada batuk/dahak yang berdarah menyokong dx
12. Sinkop waktu naik
Diduga karena adanya sedikit regangan jaringan paru sewaktu naik yang mengganggu kembalinya
darah ke jantung sehingga tekanan darah menurun dan hilang kesadaran sebentar

13. Narkosis nitrogen


a. Kehilangan kesadaran bila bernapas dgn udara tekan pada kedalaman > 100m
b. Kesadaran hilang dipermukaan bukan karena nakosis nitrogen
14. Keracunan CO
a. Jarang terjadi
b. Mungkin pencemaran udara lewat knalpot kompresor terutama kompresor yang dengan mesin
diesel

15. Keracunan oksigen


Dapat terjadi keracunan akut pada otak bila tekanan partial O 2 melebihi 1,8 ata alat selam O2 murni
berbahaya bila digunakan di kedalaman > 9 – 10 m
16. Hipoksia akibat kerusakan alat /kesalahan tehnik
a. Karena penggunaan gas pernapasan yang salah
1) Perkiraan yg salah 2) Tercemar

b. Bila korban cepat ditolong dan tidak menelan air atau terjadi komplikasi lain bisa cepat kembali
normal

 Barotrauma
1. Definisi : kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidakseimbangan antara tek. udara rongga
udara fisiologis dalam tubuh dgn. tek. sekitar
2. Berdasar patogenesa:
a. Barotrauma waktu naik(descent)
b. Barotrauma waktu turun(ascent)
3. Barotrauma telinga
a. Barotrauma telinga : luar, tengah dan dalam
b. Paling sering terjadi
c. Bt telinga luar :
1) Bila mae tertutup
2) Gejala : perdarahan ptechiae, subcutan,kongesti pemb.drh m.tym
3) Terapi : bersihkan dgn H2O2, larangan menyelam sementara

34
d. Bt telinga tengah
1) Waktu turun sering terjadi tu.penyelam pemula
2) Cav. tym. terpisah dgn dunia luar oleh m. tym, dan berhub.dgn dunia luar mell t.
eustachii >> equalisasi : menelan, menggerakkan mandibula atau manuvra valsava 3)
Penyebab sumbatan : kongesti mukosa,otitis media,obstr.mek.,var.indiv.
4) Gx : nyeri,perdarahan mell.hidung atau mulut,perasaan buntu/tuli.
5) Tx : rest, dekongestan, ab
e. Bt telinga dalam
1) Biasanya sebagai kx.bt.tel.tengah waktu turun, ok. Melakukan valsava terlalu dipaksakan
2) Akibat ruptur for.rotundum dankebocoran cairan perilymph
3) Gejala : perasaan buntu, tuli sens., tinnitus, gangguan vestibular, mis. vertigo.
4) Terapi :
a) Ops. rekonstruksi memb. for. rotundum
b) Dilarang menyelam/man.valsava
c) Simptomatik
f. Barotr. sinus-sinus paranasalis
g. Barotr. gigi
h. Barotr. wajah
i. Barotr. kulit
j. Barotr. kepala dan badan

58

 Penyakit Dekompresi
Menyelam  tekanan meningkat
Kepermukaan  tekanan menurun Prosedur
dekompresi salah

Gelembung gas nitrogen

Penyakit dekompresi

Rekompresi (OHB)  resolusi gelembung

 Pengobatan
1. Pertolongan Pertama (RJP)
a. Penyelam harus dibawa secepat mungkin ke permukaan dan diangkat ke kapal atau ke pantai
b. Pasien yang tidak sadar diusahakan agar bisa secara pasif mengeluarkan nafasnya untuk mencegah
regangan paru yang berlebihan dan robekan paru.

35
c. Setelah tiba di permukaan, nilailah frekuensi pernafasan dan sirkulasi ( denyut nadi/ jantung )
korban
d. Bila pasien biru tapi bernapas, beri 100 % O 2, bila tak bernapas lakukan pernapasan buatan mulut
ke mulut
e. Hal ini bisa dimulai dan dikerjakan di dalam air diteruskan di kapal atau di pantai.
f. Bila denyut nadi tak teraba, lakukan pijat jantung.
g. Beri O2 100 % lewat masker pada penderita secepat mungkin.
h. Respirator tekanan positip Oxyviva, dan sebagainya hanya boleh digunakan dengan hatihati oleh
karena tekanan positip bisa memperberat gejala penderita burst lung.
i. Semua pertolongan kedaruratan harus terus dilakukan sampai didapatkan tindakan medis dengan
alat-alat yang lebih memuaskan.
2. Anamnesa
a. Sambil melakukan tindakan pertolongan, tanyakanlah pada orang–orang yang mengetahui apa
yang terjadi pada korban.
b. Dimana terjadinya ketidak sadaran (di dasar, sewaktu naik atau di permukaan), semua yang
terjadi sebelum korban tidak sadar, dan pengangkatan dari dalam air juga harus ditanyakan.
c. Akan lebih berguna lagi bila ada seseorang yang mengetahui riwayat kesehatan korban.
3. Tindakan khusus
Bila dx telah ditegakan dan dilakukan tidakan pertolongan seperti diatas maka tindakan khusus dapat
dilakukan yaitu :

a. Terus lakukan tindakan di atas di tempat kejadian hingga korban dipindahkan ke rumah sakit.
Jangan menghentikan tindakan selama diperjalanan ke rumah sakit kecuali bila telah dinyatakan
meninggal oleh dokter.
b. Pengobatan rekompresi sangat berguna untuk menyelamatkan jiwa pada kasus emboli udara di
otak, dan penyakit dekompresi berat. Bila meragukan, anggaplah korban sebagai kasus yang
memerlukan pengobatan rekompresi
c. Beberapa kelainan tertentu mungkin perlu diatasi secara sekunder :
1) Hipotermi
2) Menelan muntahan
3) Ledakan bawah air
4) Cidera tubuh terkena kapal dan hipoglikemi epilepsi, dan sebagainya.
d. Minta pertolongan pada dokter ahli penyelaman.
1) Didampingi seorang penyelam berpengalaman untuk beri keterangan pada petugas kesehatan
2) Rekompresi di dalam air bila ada dokter ahli dan perlu alat yang lengkap, bila terlalu lama
dalam air dingin bisa menyebabkan kematian

 Kesimpulan
Penyebab tersering dari kasus ketidaksadaran pada penyelaman adalah :

1. Hiperventilasi dan penyelaman tahan napas yang terlalu lama sehingga menyebabkan hipoksia.
36
2. Kesalahan tehnis penyelaman atau kerusakan alat selam yang mengakibatkan hipoksia atau near
drowning pada penyelam yang menggunakan udara tekan pada alat selam sirkuit terbuka seperti
Scuba.

 Pendahuluan
1. Kehilangan kesadaran pada penyelam adalah penyebab utama kematian pada kecelakaan
penyelaman 7. Muntah dan tertelannya muntahan atau
2. Butuh aksi cepat & pertolongan pertama air laut

 8. Penyakit dekompresi
(-) Kesadaran di dlm air  tenggelam  mati
  Hipoksia
Bukan krn beratnya perubahan pathofhysiology
1. Pada penyelam tahan napas
3. Hilang media untuk pernapasan & aspirasi
9. Keadan kesehatan lain
10. Ledakan bawah air
 Penyebab 11. Barotrauma paru waktu naik (burst lung)
1. Hipoksia 12. Sinkop waktu naik
2. Hiperventilasi 13. Narkosis nitrogen
3. Tenggelam 14. Keracunan co
4. Kedinginan 15. Keracunan oksigen
5. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru) 16. Hipoksia akibat kerusakan alat /kesalahan
6. Luka karena binatang laut tehnik

2. Saat naik tek , tek dlm paru , akibatkan O2 paru ke otak tak cukup

 Hiperventilasi
1. Napas cepat dan dalam  banyak keluar
2. Ingin bernapas dirangsang penumpukan CO2
3. O2 dlm paru dibawah titik kritis tapi kadar CO2 belum merangsang untuk bernapas

 Tenggelam
1. Sadar
2. Tidak sadar
a. Terjebak c. Keliru perkiraan e. Panik

b. Alat selam rusak d. Kesalahan tehnis

 Kedinginan

37
1. Air dingin  tubuh  reflek tarik napas
2. Suhu < 27 °C kesadaran hilang
3. Suhu turun lebih lanjut  jantung & napas berhenti  mati
4. Aliran darah   resiko ds 

 Barotrauma
1. Definisi : kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidakseimbangan antara tek. udara rongga
udara fisiologis dalam tubuh dgn. tek. sekitar
2. Berdasar patogenesa:
a. Barotrauma waktu naik (descent) b. Barotrauma waktu turun (ascent)

3. Barotrauma telinga
a. Barotrauma telinga : luar, tengah dan dalam
b. Paling sering terjadi
c. Bt telinga luar :
1) Bila mae tertutup
2) Gejala : perdarahan ptechiae, subcutan,kongesti pemb.drh m.tym
3) Terapi : bersihkan dgn H2O2, larangan menyelam sementara
d. Bt telinga tengah
1) Waktu turun sering terjadi tu.penyelam pemula
2) Cav. tym. terpisah dgn dunia luar oleh m. tym, dan berhub.dgn dunia luar mell t.
eustachii >> equalisasi : menelan, menggerakkan mandibula atau manuvra valsava 3)
Penyebab sumbatan : kongesti mukosa,otitis media,obstr.mek.,var.indiv.
4) Gx : nyeri,perdarahan mell.hidung atau mulut,perasaan buntu/tuli.
5) Tx : rest, dekongestan, ab
e. Bt telinga dalam
1) Biasanya sebagai kx.bt.tel.tengah waktu turun, ok. Melakukan valsava terlalu dipaksakan
2) Akibat ruptur for.rotundum dankebocoran cairan perilymph
3) Gejala : perasaan buntu, tuli sens., tinnitus, gangguan vestibular, mis. vertigo.
4) Terapi :
d) Ops. rekonstruksi memb. for. rotundum
e) Dilarang menyelam/man.valsava
f) Simptomatik
f. Barotrauma paru waktu turun (squeeze paru)
1) Pada penyelam tahan napas > 40 meter
2) Vol paru < vol paru setelah ekspirasi  perdarahan   napas  tidak sadar
g. Barotrauma paru waktu naik (burts lung)
1) Age pada otak
2) Kehilangan kesadaran pada waktu mencapai permukaan, mungkin disebabkan terdapat udara
yang terperangkap di dalam paru

38
3) Bila ada batuk/dahak yang berdarah menyokong dx
h. Barotr. sinus-sinus paranasalis
i. Barotr. gigi
j. Barotr. wajah
k. Barotr. kulit
l. Barotr. kepala dan badan

 Luka Karena Binatang Laut


1. Digigit : 2. Disengat :
a. Hiu a. Ubur2
b. Ular laut b. Stone fish
c. Octopus c. Sting ray
d. Kerang beracun

3. Penyelam harus kenali kehidupan bawah laut laut daerah tsb

 Muntah Dan Tertelannya Muntahan Atau Air Laut


1. Penyebab :
a. Mabuk laut e. Penyakit telinga tengah/dalam
b. Kehamilan f. Membrana tympani robek
c. Rasa melayang g. Minum alkohol
d. Menelan air laut h. Infeksi saluran cerna
2. Muntah dapat menyumbat mouth piece dan masuk ke CO 2 absorben

 Penyakit Dekompresi
Menyelam  tekanan meningkat

Kepermukaan  tekanan menurun Prosedur


dekompresi salah

Gelembung gas nitrogen

Penyakit dekompresi

Rekompresi (OHB)  resolusi gelembung

1. Jarang pada penyelam tahan napas


2. Mudah terjadi pada penyelaman dalam > 10 m dimana waktu periode dekompresi kurang dipatuhi

3. Mirip emboli otak

 Keadaan Kesehatan Lain


Penyelam yang menderita penyakit yang sebabkan tidak mampu kerja, jika terjadi dibawah air sangat
berbahaya dilarang menyelam pada penderita DM, penyakit jantung, epilepsi, dsb.

39
 Ledakan
Penyebabnya jelas dan cedera yang diakibatkannya sangat berat

 Sinkop Waktu Naik


Diduga karena adanya sedikit regangan jaringan paru sewaktu naik yang mengganggu kembalinya darah ke
jantung sehingga tekanan darah menurun dan hilang kesadaran sebentar

 Narkose Nitrogen
1. Kehilangan kesadaran bila bernapas dgn udara tekan pada kedalaman > 100m 2. Kesadaran hilang
dipermukaan bukan karena nakosis nitrogen

 Keracunan CO
1. Jarang terjadi
2. Mungkin pencemaran udara lewat knalpot kompresor terutama kompresor yang dengan mesin diesel

 Keracunan O2
Dapat terjadi keracunan akut pada otak bila tekanan partial O 2 melebihi 1,8 ata alat selam O2 murni berbahaya
bila digunakan di kedalaman > 9 – 10 m

 Hipoksia Akibat Kerusakan Alat Atau Kesalahan Tehnik


1. Karena penggunaan gas pernapasan yang salah
a. Perkiraan yg salah b. Tercemar

2. Bila korban cepat ditolong dan tidak menelan air atau terjadi komplikasi lain bisa cepat kembali normal

 Pengobatan
1. Pertolongan Pertama (RJP)
a. Penyelam harus dibawa secepat mungkin ke permukaan dan diangkat ke kapal atau ke pantai
b. Pasien yang tidak sadar diusahakan agar bisa secara pasif mengeluarkan nafasnya untuk mencegah
regangan paru yang berlebihan dan robekan paru.
c. Setelah tiba di permukaan, nilailah frekuensi pernafasan dan sirkulasi ( denyut nadi/ jantung )
korban

d. Bila pasien biru tapi bernapas, beri 100 % O 2, bila tak bernapas lakukan pernapasan buatan mulut
ke mulut
e. Hal ini bisa dimulai dan dikerjakan di dalam air diteruskan di kapal atau di pantai.
f. Bila denyut nadi tak teraba, lakukan pijat jantung.
g. Beri O2 100 % lewat masker pada penderita secepat mungkin.
h. Respirator tekanan positip Oxyviva, dan sebagainya hanya boleh digunakan dengan hatihati oleh
karena tekanan positip bisa memperberat gejala penderita burst lung.

40
i. Semua pertolongan kedaruratan harus terus dilakukan sampai didapatkan tindakan medis dengan
alat-alat yang lebih memuaskan.
2. Anamnesa
a. Sambil melakukan tindakan pertolongan, tanyakanlah pada orang–orang yang mengetahui apa
yang terjadi pada korban.
b. Dimana terjadinya ketidak sadaran (di dasar, sewaktu naik atau di permukaan), semua yang
terjadi sebelum korban tidak sadar, dan pengangkatan dari dalam air juga harus ditanyakan.
c. Akan lebih berguna lagi bila ada seseorang yang mengetahui riwayat kesehatan korban.
3. Tindakan khusus
Bila dx telah ditegakan dan dilakukan tidakan pertolongan seperti diatas maka tindakan khusus dapat
dilakukan yaitu :
a. Terus lakukan tindakan di atas di tempat kejadian hingga korban dipindahkan ke rumah sakit.
Jangan menghentikan tindakan selama diperjalanan ke rumah sakit kecuali bila telah dinyatakan
meninggal oleh dokter.
b. Pengobatan rekompresi sangat berguna untuk menyelamatkan jiwa pada kasus emboli udara di
otak, dan penyakit dekompresi berat. Bila meragukan, anggaplah korban sebagai kasus yang
memerlukan pengobatan rekompresi
c. Beberapa kelainan tertentu mungkin perlu diatasi secara sekunder :
1) Hipotermi
2) Menelan muntahan
3) Ledakan bawah air
4) Cidera tubuh terkena kapal dan hipoglikemi epilepsi, dan sebagainya.
d. Minta pertolongan pada dokter ahli penyelaman.
1) Didampingi seorang penyelam berpengalaman untuk beri keterangan pada petugas kesehatan
2) Rekompresi di dalam air bila ada dokter ahli dan perlu alat yang lengkap, bila terlalu lama
dalam air dingin bisa menyebabkan kematian

 Kesimpulan
Penyebab tersering dari kasus ketidaksadaran pada penyelaman adalah :

1. Hiperventilasi dan penyelaman tahan napas yang terlalu lama sehingga menyebabkan hipoksia.
2. Kesalahan tehnis penyelaman atau kerusakan alat selam yang mengakibatkan hipoksia atau near
drowning pada penyelam yang menggunakan udara tekan pada alat selam sirkuit terbuka seperti
Scuba.
3. Keracunan CO2 pada penyelam yang menggunakan alat selam sirkulasi tertutup.

41
a. Tujuan Rekompresi
1.  uk gelembung gas
a. Percepat resolosi
b. Kurang tekanan arteri, vena, nervus, limfe, sel
2.  gradien difusi sehingga gas keluar
3. Atasi iskemi dan hipoksia
4. Fungsi normal jaringan

b. O2 Treatment Table 5

c. O2 Treatment Table 6

42
d. Tabel 6 A US Navy

e. Penting :
1. Pemilihan gas dan pembatasan kompresi
2. Tabel terapi yang sesuai
3. Kompresi sampai kedalaman dimana gejala berkurang

43
DIAGNOSA KEPERAWATAN MATRA LAUT DAN HIPERBARIK
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Kecemasan b/d defisit Pasien dan/atau keluarga akan 1. Dokumentasikan pemahaman pasien / keluarga 1. Dengan mengetahui pemahaman pasien tentang
pengetahuan tentang menyatakan : terapi HBO, kita dapat mengukur tingkat
tentang pemikiran dan tujuan terapi HBO, prosedur
terapi oksigen hiperbarik 1. Alasan untuk terapi oksigen pengetahuan pasien.
dan prosedur perawatan yang terlibat dan potensi bahaya terapi HBO.
hiperbarik
2. Tujuan terapi 2. Mengidentifikasi hambatan pembelajaran.
3. Prosedur yang terlibat dengan 3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar termasuk 2. Untuk mengurangi kecemasan pasien.
terapi oksigen hiperbarik 3. Pasien memahami proses dan tindakan terapi
informasi mengenai hal – hal berikut :
4. Potensi bahaya dari terapi HBO.
oksigen hiperbarik a. Tujuan dan hasil yang diharapkan dari terapi
HBO
b. Urutan prosedur perawatan dan apa yang
diharapkan ( yaitu tekanan, temperatur, suara,
perawatan luka )
c. Sistem pengiriman oksigen
d. Telinga teknik kliring
e. Barotrauma paru
f. Pencegahan toksisitas oksigen
4. Memberikan kesempatan terus untuk diskusi dan
instruksi. 4. Dengan memberikan kesempatan pada pasien
untuk bertanya, kita dapat mengetahui hal – hal
5. Menyediakan pasien dan/atau keluarga dengan
yang belum dipahami oleh pasien.
brosur informasi mengenai terapi HBO.
5. Brosur dapat membantu pasien untuk
memahami terapi HBO.
92
6. Menjaga pasien dan/atau keluarga diberitahu 6. Dengan menjelaskan semua prosedur, pasien
tentang semua prosedur. akan mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan kepada dirinya.
7. Dokumen pasien / keluarga instruksi,
7. Pasien dapat mengenal lingkungan HBO dan
menggunakan konfirmasi bentuk instruksi dan
untuk mengetahui adanya gangguan selama
bentuk instruksi pasien umum.
terapi HBO.

2. Potensi cidera yang Pasien tidak akan mengalami 1. Membantu pasien masuk dan keluar dari ruang 1. Memudahkan pasien dalam menjalani terapi
berkaitan dengan pasien cidera apapun. tepat. HBO.
transfer in/out dari ruang, 2. Mengamankan peralatan di dalam ruang sesuai 2. Untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan
ledakan peralatan, dengan kebijakan dan prosedur. juga demi keamanan serta kenyamanan pasien.
kebakaran, dan/atau
3. Mencegah terjadinya perubahan tekanan dan
peralatan dukungan
3. Memantau peralatan dan supplies untuk perubahan volume selama terapi HBO.
medis.
tekanan dan volume. 4. Mencegah terjadinya kebakaran.
4. Mengikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai
kebijakan dan prosedur yang ditentukan. 5. Memantau terjadinya emboli udara.
5. Memonitor adanya udara di IV dan tekanan tubing
line invasif, udara semua harus dikeluarkan dari
tabung jika ada. 6. Mencatat segala tindakan sesuai dengan
6. Dokumen yang semua line invasif atau menghapus prosedur.
udara bertekanan sebelum ruang dan
depressurization.
3. Potensi barotrauma ke Tanda-tanda dan terjadinya tanda 1. Mengelola dekongestan, per perintah dokter, 1. Menghidari perubahan tekanan yang besar
telingga, sinus, gigi, dan dari barotrauma akan diakui, sebelum perawatan terapi oksigen hiperbarik. selama mengalami infeksi saluran pernapasan
paru-paru, atau gas emboli ditangani, dan segera dilaporkan. bagian atas atau serangan alergi.
serebral b/d perubahan 2. Sebelum perawatan menginstruksikan pasien dalam 2. Berusaha untuk membuka tuba eustakius dan
tekanan udara di dalam mengurangi tekanan.
teknik pemerataan telinga, seperti menelan,
ruang oksigen hiperbarik.
mengunyah, menguap, manuver valsava
dimodifikasi, atau memiringkan kepala.
3. Menilai kinerja pasien teknik pemerataan telinga 3. Agar tidak terjadi barotrauma.
sebagai ruang bertekanan terjadi.

45
4. Mengingatkan pasien untuk bernapas dengan 4. Meminimalkan terjadinya potensial barotrauma.
normal selama perubahan tekanan. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk mengetahui
5. Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS apakah ET / Manset Trach perlu di isi dengan NS
sebelum tekanan udara. agar mencegah terjadinya emboli.
6. Memberikan tindakan pertolongan dengan
segera.
6. Memberitahukan operator ruang multiplace jika 7. Mencatat segala kondisi pasien selama proses
pasien tidak dapat mencapai persamaan tekanan. tindakan untuk menentukan intervensi
7. Dokumen penilaian. selanjutnya.
8.

8. Terus memantau pasien selama terapi oksigen


hiperbarik untuk tanda-tanda dan gejala barotrauma a. Perawatan saat pre chamber, intra chamber
termasuk: dan post chamber untuk meminimalkan
a. Ketidakmampuan untuk menyamakan resiko barotrauma.
telinga, atau sakit di telinga dan / atau sinus
(terutama setelah pengobatan awal, dan b. Memaksimalkan keefektifan terapi
setelah perawatan berikutnya). HBOT
b. Peningkatan tarif dan / atau kedalaman c. Mendeteksi secara dini adanya
pernafasan pneumothorax.
c. Tanda dan gejala dari pneumotoraks, termasuk:
1) Tiba-tiba nyeri dada tajam
2) Kesulitan, bernafas cepat
3) Gerakan dada abnormal pada sisi yang
terkena, dan
4) Takikardia dan/ kecemasan 9. Kolaborasi dengan dokter untuk mencapai hasil
terapi HBOT yang maksimal.
9. Mengikuti perintah dokter hiperbarik untuk
manajemen pasien.

46
4. Potensi toksitas oksigen Tanda dan gejala keracunan 1. Penilaian hasil laporan pasien ke dokter hiperbarik 1. TTV dilakukan untuk deteksi dini adanya
yang b/d pemberian oksigen akan diakui dan segera dari: potensi toksisitas O2 dan mengidentifikasi
oksigen 100 & pada ditangani. a. Suhu tinggi tubuh adanya infeksi.
tekanan atmosfir
b. Riwayat penggunaan steroid
meningkat.
c. Riwayat kejang oksigen
d. Dosis tinggi vitamin C atau aspirin menggunakan
e. Fi O2 > 50%, dan
f. Faktor risiko tinggi lainnya sebagai approriate
2. Memantau pasien selama terapi oksigen hyperbarik
dan tanda-tanda dokumen dan gejala keracunan
2. Mencegah terjadinya keracunan O2.
oksigen sistem saraf pusat termasuk: a. Mati rasa
dan berkedut
b. Dering di telinga atau halusinasi pendengaran
lainnya
c. Rasa pusing
d. Penglihatan kabur
e. Gelisah dan mudah tersinggung dan
f. Mual
(Catatan: SSP toksisitas oksigen pada akhirnya dapat
mengakibatkan kejang)
3. Mengubah sumber oksigen 100% untuk udara untuk
pasien jika tanda-tanda dan gejala muncul, dan 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
memberitahukan kepada dokter hiperbarik. pertolongan segera untuk mencegah terjadinya
4. Monitor pasien selama terapi oksigen hiperbarik komplikasi selanjutnya.
dan tanda-tanda dokumen dan gejala keracunan
oksigen paru, termasuk: 4. Penilaian awal terhadap tanda dan gejala
a. Substernal iritasi atau pembakaran keracunan O2 penting dilakukan.

47
b. Sesak di dada
c. Batuk kering (terhenti-henti)
d. Kesulitan menghirup napas penuh, dan
e. Nafas yang sulit pada pengerahan tenaga
5. Kolaborasi dengan dokter hiperbarik untuk
5. Memberitahukan dokter hiperbarik jika
tandatanda dan gejala keracunan oksigen paru tindakan selanjutnya.
muncul.
5. Potensial untuk pengiriman Tanda dan gejala pengiriman 1. Menilai kondisi pasien, kebutuhan, dan 1. Untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien
gas tidak memadai terapi oksigen yang tidak memadai keterbatasan untuk system gas terbaik pengiriman dan efektivitas kebutuhan oksigen yang
yang b/d system akan diakui dan dilaporkan cocok : digunakan pasien dalam terapi HBO
pengiriman dan kebutuhan segera. a. Tudung kepala untuk anak-anak dengan cat
pasien/ keterbatasan. wajah, atau per preferensi pasien
b. Masker wajah
c. “ T” bagian untuk pasien yang intubasi atau
trakeostomi
d. Ventilator untuk pasien intubated yang
memerlukan bantuan ventilasi
2. Memonitor respon pasien dengan system 2. Untuk mengetahui lebih awal efek samping
pengiriman oksigen, termasuk kemampuan mereka ( komplikasi) yang dirasakan pasien dalam terapi
untuk mentolerir system yang dipilih. HBO bisa saja terjadi karena maneuver falsava
yang dilakukan oleh pasien tidak sesuai oleh
instruksi perawat tender.
3. Untuk fungsi kolaborasi perawat tender dengan
3. Membantu teknisi hiperbarik dengan system operator hiperbarik
pengiriman, yang sesuai.
Tudung kepala a. Untuk informasi penggunaan yang efektif
a. Membantu pasien dengan aplikasi dan pada pasien
penghapusan tudung b. Agar oksigen yang dihirup oleh pasien tidak
b. Setelah perakitan periksa kebocoran keluar dari tudung kepala

48
c. Amati pasien untuk tanda- tanda dan gejala c. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda
penumpukan CO2 termasuk kegelisahan komplikasi penumpukan CO2 dalam
tubuh akibat kadar O2 dalam tubuh
berlebih

Masker
a. Membantu pasien dengan aplikasi topeng dan a. Agar pemberian oksigen menggunakan
penghapusan, dan reposisi topeng yang aplikasi topeng dapat terhirup dengan
diperlukan maksimal
b. Periksa kebocoran dan kelangsungan segel b. Agar pasien dapat menghirup oksigen
terhadap wajah pasien 100% sesuai kebutuhan tanpa adanya
kebocoran oksigen

T-Piece
a. Proses setup a. Untuk persiapan alat-alat (T-Piece) siap
digunakan.
b. Tindakan monitor pasien, kedalam respirasi, b. Untuk mengkaji fungsi respirasi pasien.
dan mendengarkan suara nafas.
c. Memberitahukan dokter hiperbarik jika pasien c. Untuk fungsi kolaborasi perawat dan dokter
mengalami kesulitan bernafas dan hisap yang dalam mengidentifikasi komplikasi yang
diperlukan. timbul akibat THBO.

Ventilator
a. Manajemen dokumen ET manset dengan NS a. Untuk pengkajian riwayat penggunaan
sebelum turunnya. ventilator pada pasien kemudian untuk
dicocokkan sesuai dengan penggunaan
HBOT.
b. Suction menjaga peralaatan didekatnya dan b. Untuk menghisap lender atau secret yang
siap untuk digunakan ( suction sesuai menumpuk pada pasien.
keabutuhan ).

49
c. Monitor dan volume tidal dokumen pasien, c. Untuk mengidentifikasi keadaan klinis
laju pernapasan dan bunyi nafas sebelum pasien sebagai format pengkajian
bertekanan ruang, setelah tekanan udara perawat maupun dokter.
ruang, maka setiap 30-60 menit atau seperti
yang diperintahkan.
d. Monitor pasien untuk gangguan pernapasan, d. Untuk mendeteksi secepatnya gangguan
dan memberitahu dokter hiperbarik jika jelas. pernapasan yang terjadi pada pasien
e. Memberikan oksigen secara manual pasien jika akibat proses HBOT.
perlu tingkat TCPO2 monitor dan tingkat PO2 e. Untuk mengetahui pemenuhan oksigen
ABG sebagai mana diperintahkan. (saturasi oksigen) didalam tubuh.
f. Memberitahukan dokter hiperbarik
pembacaan abnormal.
f. Sebagai bentuk kerja sama perawat
dengan dokter untuk mengetahui
proknosis penyakit pasien.
6. Kecemasan dan Pasien akan mentolerir 1. Menilai pasien untuk setiap sejarah kecemasan 1. Untuk mengidentifikasi claustrophobia pada
ketakutan yang pengobatan oksigen hiperbarik. kurungan, dan menyampaikan informasi yang pasien bahwa ruang tera[I HBO sempit dan
berhubungan dengan relevan dengan dokter hiperbarik. memberikan pengetahuan sekilas tentang
perasaan kecemasan informasi pelaksanaan HBOT.
kurungan terkait dengan 2. Melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai 2. Pemberian edukasi dan obat dapat mengurangi
ruang oksigen hiperbarik.
pendidikan yaitu obat, ruang berkeliling. kecemasan pasien terhadap tindakan terapi.
3. Untuk mengetahui lebih awal penurunan kondisi
3. Selama perawatan terapi oksigen hiperbarik, pada pasien selama dilakukan terapi agar tidak
memantau dan menilai tanda dan gejala jatuh dalam keadaan kritis.
kecemasan continemen, termasuk: a. Gelisah
b. Ketidakmampuan untuk mentolerir masker wajah
atau tudung kepala.
c. Laporan perasaan tertutup atau terjebak.
4. Menjalin kontak mata dengan pasien. 4. Sebagai komunikasi non verbal antar

50
perawat dengan pasien.
5. Meyakinkan pasien bahwa dia aman. 5. Memberikan keyakinan kepada pasien untuk
proses keamanan dan kenyamanan selama
HBOT.
6. Pasien terlibat dalam pemecahan masalah atau 6. Sebagai komunikasi interpersonal dalam
perasaannya kecemasan kurungan. problem solving akan kecemasan yang dialami
pasien.
7. Member obat anti kecemasan setiap perintah 7. Sebagai terapi medis penunjang dari dokter
dokter hiperbarik dan menilai efektifitas atau atau tenaga medis untuk mengurangi
pengobatan. kecemasan.
8. Memberitahukan dokter hiperbarik respon pasien 8. Bentuk kolaborasi tindakan antar perawat dan
terhadap anti kecemasan, langkahlangkah dan dokter.
kemampuan untuk mentolerir kurungan.
9. Dokumen hasil intervensi.
9. Sebagai pertanggung jawaban perawat akan
segala tindakan atau prasat yang telah
dilakukan.
7. Rasa sakit yang terkait Pasien akan menyatakan 1. Menilai pengalaman pasien sakit apakah rasa sakit 1. Mengetahui penyebab peningkatan rasa sakit
dengan masalah medis kepuasan dengan manajemen meningkat selama terapi oksigen hiperbarik dan perawatan tindak lanjut memungkinkan
yang terkait. nyeri. 2. Mengobati pasien untuk nyeri sebelum terapi evaluasi keefektifan pengobatan
oksigen hyperbarik, sesuai kebutuhan, dan manfaat 2. Mengurangi atau menghilangkan nyeri pada
dokumen analgesik memiliki analgesik selama waktu terapi HBO dan tidak mengganggu
pengobatan terapi oksigen hiperbarik keefektifan terapi HBO
3. Mereposisi pasien untuk kenyamanan.
3. Terapi HBO 2 jam lamanya , sehingga
mengurangi rasa ketidaknyamanan dan
mengoptimalkan oksigen 100% menjangkau
4. Menghindari obat IM segera sebelum perawatan. semua organ atau jaringan
4. Mencegah atu menghindari efek samping yang
ditimbulkan oleh obat IM selama terapi

51
HBO

8. Ketidaknyamanan yang Pasien akan mentolerir iklim 1. Berkala menilai kenyamanan pasien dengan 1. Respon pasien terhadap rasa nyaman berbeda-
b/d perubahan suhu dan internal ruangan. kelembaban dan suhu beda, sehingga perawat harus mengetahui
kelembaban di dalam respon masing-masing pasien
ruang hiperbarik. 2. Menawarkan tindakan kenyamanan pasien 2. Membantu meningkatkan mengembalikan
(misalnya, selimut, botol air panas, atau kain kenyamanan pasien terhadap ruang hiperbarik
dingin)
9. Potensi individu tidak Pasien akan dapat memenuhi 1. Memberikan dukungan dan dorongan tanpa 1. Membantu mengidentifikasi dan membenarkan
efektif berhubungan prosedur perawatan terapi melebihi harapan tujuan pengobatan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya
dengan stress mengatasi oksigen hiperbarik. usaha pemecahan masalah
penyakit dan/ atau miskin 2. Meningkatkan perasaan aman . jika pasien sudah
system dukungan
2. Membahas kemampuan pasien untuk mengatasi merasa aman, pasien akan memiliki kesempatan
psikososial.
pengasuh lainnya, dan tetap informasi kemajuan untuk mengembangkan koping adaptif atau
dan membantu pendekatan kemampuan memecahkan masalah.
3. Pasien mungkin akan merasa lebih bebas dalam
konteks hubungan ini untuk menunjukkan
3. Memfasilitasi komunikasi antara pasien dan/ atau perasaan tidak tertolong atau tanpa tenaga dan
keluarga dan anggota staf lainnya terapi hiperbarik untuk mendiskusikan perubahan yang diperlukan
oksigen. dalam kehidupan pasien.
4. Menyediakan petunjuk untuk membanu pasien
dalam mengembangkan kemampuan koping
5. Sebagai catatan untuk perkembangan dan
4. Mendorong pasien, jika mampu, untuk membahas kemajuan pasien selama mengikuti terapi.
keprihatinan dan perasaan.

5. Dokumen bersangkutan diskusi dan penilaian.

10. Potensi disritmia Tanda dan gejala disritmia 1. Monitor pembacaan EKG, sementara pasien berada di 1. Disritmia umum pada pasien dengan
berkaitan dengan akan diakui dan segera dalam ruangan. penyakit katup. Disritmia atrium paling
patologi penyakit. ditangani. umum, berkenaan dengan peningkatan

52
tekanan dan volume atrium. Abnormalitas
konduksi dapat juga terjadi, misalnya pada
penyakit katup aortic, karena penurunan
arteri koroner.
2. Perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan
nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung
pada sirkulasi sistemik atau perifer. Meskipun
tidak semua disritmia mengancam hidup,
2. Memonitor dan mendokumentasikan arus tekanan penanganan cepat untuk mengakhiri disritmia
darah seperti yang ditunjukkan. diperlukan pada adanya gangguan curah jantung
dan perfusi jaringan.
3. Ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium
secara merugikan mempengaruhi irama dan
kontraktilitas jantung. Memperbaiki hipokalemia
mungkin perlu untuk mengakhiri beberapa
disritmia ventrikuler.
4. Jalan masuk paten diperlukan untuk pemberian
3. Menilai dan mendokumentasikan tanda-tanda
obat darurat.
hipokalemia pada pasien dengan infeksi akut fasiitis.
5. Membantu untuk mengetahui secara dini jika
ada kelainan dan segera menghentikan terapi
jika ada tanda kegawatan.
4. Mempertahankan infuse IV sebagaimana
6. Perubahan pada hasil laboratorium yang
diperintahkan.
menunjukkan ketidaknormalan dapat
5. Memantau tekanan invasive dan nilai-nilai catatan
mempengaruhi keefektifan dari terapi.
seperti yang ditunjukkan.
7. Memberitahukan jika ada kelainan pada pasien
yang berguna untuk menentukan terapi
6. Memperoleh sampel laboratorium seperti yang selanjutnya apakah terapi akan diteruskan atau
diperintahkan. dihentikan.

7. Memberitahu dokter hiperbarik yang diperlukan

53
11. Potensial untuk defisit Tanda dan gejala defisit volume 1. Menilai keseimbangan cairan dan elektrolit dan 1. Memberikan pedoman untuk penggantian
volume cairan cairan akan diakui dan segera hidrasi menjaga dan / atau mendukung tekanan per cairan.
berhubungan dengan dilaporkan. physicianorder.
dehidrasi atau pergeseran 2. Monitor pasien I & C seperti yang ditunjukkan. 2. Memberikan pedoman untuk penggantian
cairan.
cairan.
3. Monitor tanda vital pasien seperti yang 3. Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk
ditunjukkan. perkiraan kasar kehilangan volume cairan (TD <
90 mmhg dan nadi >110 diduga 25% penurunan
volume atau ±1000ml).

12. Perubahan perfusi jaringan Tanda dan gejala penurunan 1. Lakukan penaksiran dasar neurologis sebelum 1. Mempengaruhi penetapan intervensi
serebral yang b/d: fungsi neurologis yang akan perawatan. kerusakan atau kemunduran tanda atau gejala
1. Keracunan CO diakui dan dilaporkan segera. neurologis atau kegagalan memperbaikinya
2. Dekompresi setelah fase awal memerlukan tindakan
3. Infeksi akut fasiitis pencegahan dan/atau pasien harus
4. Gas emboli dipindahkan ke ruangan perawtan kritis (ICU)
untuk melakukan pemantauan terhadap
5. Lainnya
peningkatan TIK.
2. Memantau dan memeriksa dokumen neurologis per 2. Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran
Protokol-kondisi khusus yang ditetapkan. dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui
lokasi, luas dan kemajuan atau resolusi
kerusakan SSP.
3. Bandingkan penilaian neurologis berlangsung 3. Menentukan tingkat kesadaran.
dengan penjajagan baseline.
4. Menilai dan mendokumentasikan fungsi motorik 4. Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan
dan sensorik pasien. kemampuan merespon pada rangsangan
eksternal merupakan petunjuk keadaan
kesadaran terbaik pada pasien.
5. Menyediakan reorientasi dan dukungan emosional 5. Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi.
yang diperlukan.

54
6. Menyediakan tes neuro-psikometri seperti yang 6. Mengindikasikan adanya peningkatan TIK atau
diperintahkan. menandakan nyeri ketika pasien tidak dapat
mengungkapkan keluhannya.
7. Beritahu dokter hyperbarik perubahan yang 7. Memantau status keadaan pasien dan
signifikan seperti yang ditunjukkan. mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
13. Potensi perubahan dalam Pasien akan mengalami 1. Menilai dan dokumentasi keluhan pasien mual. 1. Mengetahui adanya efek samping akibat tekanan
kenyamanan, cairan, dan penurunan gejala mual dan oksigen 100%.
elektrolit b.d mual dan muntah. 2. Menjaga integritas jalan nafas untuk mencegah 2. Tekanan oksigen 100% dapat menyebabkan
muntah. aspirasi terjadinya aspirasi.
3. Beritahu dokter hiperbarik pasien mual dan 3. Sebagai tindakan kolaborasi dengan tim medis
mengelola pengobatan seperti yang diperintahkan. untuk mencegah pasien jatuh ke keadaan yang
4. Pasang NGT tube jika diperintahkan. lebih buruk.
4. Mencegah untuk tidak terjadi aspirasi dan
5. Memantau dan mendokumentasikan jumlah dan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi pasien.
emesis pada catatan pasien untuk input dan output. 5. Mengetahui dan mencegah terjadinya dehidrasi
karena masukan yang kurang dan pengeluaran
yang berlebihan.
14. Pemeliharaan kesehatan Pasien atau keluarga melaporkan 1. Menilai untuk defisit pengetahuan yang berkaitan 1. Pengetahuan pasien/keluarga dapat
b.d defisit pengetahuan gejala untuk terapi hiperbarik dengan patologi yang mendasari. mempengaruhi proses kesembuhan secara
untuk : berikutnya. cepat.
1. Manajemen luka 2. Diskusikan dengan pasien dan atau intruksikan 2. Adanya biaya dalam suatu pengobatan
kronis pemenuhan pemasukan dan kebutuhan keluarga menjadi faktor yang mempengaruhi terapi
2. Pembatasan penyakit termasuk biaya. lanjutan.
dekompresi lebih Penyembuhan Luka
lanjut. a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga a. Prinsip dasar terapi oksigen hiperbarik
3. Melaporkan gejala tentang prinsip-prinsip dasar penyembuhan luka dapat dipahami pasien dan keluarga
setelah keracunan dan efek terapi oksigen hiperbarik dalam terutama dalam penyembuhan luka.
karbn monoksida. penyembuhan.
b. Berikan informasi pengaruh merokok pada b. Zat – zat berbahaya yang terkandung
penyembuhan luka. dalam rokok dapat menghambat

55
pertumbuhan sel-sel baru dalam proses
penyembuhan luka.
c. Tanyakan bagaimana adekuat diet protein, Protein, cairan dan vitamin C berfungsi
c.
cairan, dan vitamin C dalam meningkatkan dalam pertumbuhan jaringan baru.
penyembuhan luka.
d. Konsultasi dengan tim perawatan kesehatan Tindakan kolaborasi dengan tim medis
d. dalam penggunaan obat dapat
multidisiplin seperti yang diperintahkan.
mempercepat penyembuhan luka.
e. Intruksikan prosedur perawatan luka dan Penjelasan prosedur secara dini dirasa
e. sangat perlu karena dapat mengurangi
persediaan.
kecemasan pasien dan keluarga dalam
proses pengobatan yang akan dijalani.

Penyakit Dekompresi
a. Istrahat untuk menghindari alkohol dan kafein, Alkohol dan kafein dapat menyebabkan
a. penekanan pada SSP, aktivitas berat dapat
mendorong cairan dan diet yang cukup,
menghindari aktivitas berat, dan menghindari memperparah keadaan dekompresi dan
mandi air panas atau mandi selama 24 jam vasodilatasi dapat dikurangi.
setelah selesai terapi oksigen hiperbarik.
b. Hubungi departemen hiperbarik atau Diviers
Alert Network (DAN) jika ada gejala kembali. Pencegahan dan penanganan dini
b. terhadap efek dari terapi oksigen
c. Hindari paparan ketinggian selama 72 jam atau
hiperbarik dapat maksimal.
menyelam dibawah air tanpa rekomendasi
dokter. Perbedaan tekanan atmosfer dan tekanan
c. bawah laut dapat mengakibatkan
d. Memperkuat pentingnya tindak lanjut setelah
dekompresi mendadak.
pulang.
Edukasi post terapi oksigen hiperbarik
d. dapat meminimalkan efek samping.

56
Keracunan Karbon Monoksida
a. Anjurkan pasien dan keluarga untuk melaporkan a. Pendeteksian dini terhadap keracunan
gejala perubahan perilaku, kelesuan, muntah karbon monoksida sangat penting untuk
persisten, sakit kepala persisten, peningkatan penanganan cepat terhadap gangguan yang
kehilangan memori, nyeri dada, tremor, ataksia mungkin terjadi.
atau haid yang tidak teratur.
b. Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan
kendaraan, tungku atau mesin sampai b. Keadaan yang bisa menimbulkan gangguan
sepenuhnya diperiksa dan diperbaiki oleh kesadaran terutama pada penurunan
tenaga profesional. kesadaran dapat dikurangi agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
c. Dokumentasi pasien dan atau keluarga dengan c. Dokumentasi secara tertulis merupakan
perintah tertulis. suatu pertanggungjawaban bagi setiap
tindakan yang sudah dilakukan.
d. Ajarkan pasien dan keluarga dan d. Edukasi tindakan post terapi penting
dokumentasikan, demonstrasikan kembali bila diketahui oleh pasien dan keluarga untuk
perlu. penanganan mandiri.

57

Anda mungkin juga menyukai