Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR KELUARGA

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1

1. Alizza Qotrunnada (920173002)


2. Desi Ratnasari (920173011)
3. Devi Oktania (920173012)
4. Eva Noor Hadiyanti (920173018)
5. Ihda Maulidya Paramita (920173021)
6. Irfan Sahzuri (920173022)
7. Istidiah Puspaning Tyas (920173025)
8. Kelvina (920173027)
9. Puput Puji Rahayu (920173038)
10. Vera Zulfi Nofita Sari (920173045)
11. Noor Efa Yumaeda (920173140)
12. Panji Nur Prasetya Adi (920173141)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


JALAN GANESHA PURWOSARI - KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini dengan judul ‘’Konsep Dasar Keluarga” sebagai penugasan mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kiranya dapat berguna bagi pendidikan kesehatan khususnya bagi
perawat dan pembaca
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.kami mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari seluruh pembaca sehingga makalah ini menjadi lebih
sempurna.

Kudus, 11 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………..………………………………………………………...….2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...……..3

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...4

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Keluarga.……………………....…………………………………5-7

2.2 Konsep Keluarga Sejahtera………………… ………………………………......8-9

2.3 Peran dan Fungsi Keluarga……………………………………………………..9-10

2.4 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga………………………………………..10

2.5 Tahap Perkembangan Keluarga………………………………………………..11-14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….15

3.2 Saran………………………………………………………………………………15

BAB IV DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan
keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab
itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di
Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah
satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target
pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga
secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan
sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang
kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan
perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.
Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk melengkapi teori
teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana konsep keluarga itu?


1.2.2 Bagaimana konsep keluarga sejahtera ?
1.2.3 Apa peran dan fungsi keluarga ?
1.2.4 Bagaimana ruang lingkup keperawatan keluarga ?
1.2.5 Bagaimana tahap perkembangan keluarga itu sendiri ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui konsep keluarga


1.3.2 Untuk memahami konsep keluarga sejahtera
1.3.3 Untuk mengetahui peran dan fungsi keluarga
1.3.4 Untuk memahami tentang ruang lingkup keperawatan keluarga
1.3.5 Untuk mengetahui tentang tahap perkembangan keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi
yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).

Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

 Tipe atau Jenis Keluarga


Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh
karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat harus
memahami tipe keluarga yang ada yaitu sebagai berikut :
 Traditional
a.      The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak
b.      The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c.       Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d.      The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e.       The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan
f.       The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g.      Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
h.      Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i.        Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
j.        Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k.      The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian
atau ditinggal mati)

 Non-Tradisional
a.      The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.      The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
c.       Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d.      The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e.       Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
f.       Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
pernikahan karena beberapa alasan tertentu
g.      Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
h.      Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i.        Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j.        Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k.      Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

 Tugas Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga


dalah pihak ayah.
b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
c. Equlitarian, yang memegang dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
2.2 Konsep Keluarga Sejahtera

 “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas,
2001:1011).

 “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan
Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga


harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

 Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan : )


1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat
tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan,
rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.
Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah
anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan
penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan
mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak
teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-
kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan
kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat
tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat
adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat
dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-
benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota
keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan
hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang
dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya
kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-
sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf
hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat
diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2.      Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan,
karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan
kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman
batin anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
o Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
o Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
o Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita
rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

2.3 Peran dan Fungsi Keluarga

Posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :

o Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 
o Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
o Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

 Fungsi Keluarga : )

 Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak
dewasa.
 Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
 Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
 Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
 Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan
ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
 Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-
sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga
bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
 Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
 Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
 Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

2.4 Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga

a. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dengan


melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatangizi, pemeliharaan
kesehatan baik individu maupun semua anggota keluarga, pemeliharaan
kesehatan lingkungan,olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
b. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatanterhadap keluarga melalui kegiatan imunisasi,pemeriksaan
kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjunganrumah,
pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan
pemeliharaankehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit
ataumasalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah,
perawatanorang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit,
perawatan ibuhamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada,
ataupun perawatan talipusat bayi baru lahir.
d. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah
ataukeluarga-keluarga yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta
dancacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta,
patch tulangdan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke,
batuk efektifpada penderita TBC, dll.
e. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita
(anggota keluarga) ke masyarakatyang karena penyakitnya dikucilkan oleh
masyarakat seperti, penderita AIDS,kusta dan wanita tuna susila.
2.5 Tahap Perkembangan Keluarga

1.      Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need)
secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan
dan KB.
 Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
 Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam
sehari.
 Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja,
sekolah atau berpergian.
 Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
 Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran
kesehatan.
2.      Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi.
Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
 Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
 Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
pertahun.
 Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah.
 Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat.
 Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
 Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
 Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
 Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
3.      Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga
telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d
n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
 Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
 Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
 Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
 Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
 Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi
daerah.

4.      Keluarga Sejahtera III


Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
 Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
  Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan
atau yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
 Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan,
sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan
yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera.

 Tahap Pembentukan Keluarga : )


a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk
rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas utama keluarga untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih
sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat
bergantung kepada orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas
keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma
agama, norma-norma sosial budaya, dsb.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,
mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak
belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam  tahap ini
anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh
karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi
dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
i.   Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem


keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Dari definisi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

3.2  Saran

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga melalui pendalaman


keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan
kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu
perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Andarmoyo, 2012. Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Graha Ilmu.


Harmako.2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga


Komang Ayu, 2012. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :
Sagung seto
Sudiharto. 2011. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai