Penalaran (Reasoning)
Penalaran (Reasoning)
PENALARAN (REASONING)
Dosen: Rafini Amyulianty, S. E., M.S.Ak
Disusun oleh:
1. Aurelia Epivani Dirman (1217210024)
2. Iwanina salsabila s. (1217210173)
3. Krisma Rah Sangga (1217210080)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah Penalaran dalam Penelitian Akuntansi ini
dengan baik walaupun masih ada kekurangan didalamnya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada selaku ibu Rafini Amyulianty, S. E., M.S.Ak Dosen mata kuliah Teori
Akuntansi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini sangat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penalaran logis dalam Pengembangan d a n P e n e l i t i a n
A k u n t a n s i . K a m i j u g a m e n y a d a r i s e p e n u h n y a b a hw a d i d a l a m makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, usulan,
dan saran demi perbaikan makalah yang kami buat di tugas berikutnya. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah4
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………........4
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Penalaran...............................................................................................................................5
2.1.1 Asersi.........................................................................................................................5
2.1.2 keyakinan...................................................................................................................5
2.1.3 Argumen....................................................................................................................5
2.2 Penalaran Deduktif dalam Akuntansi..................................................................................6
2.3 Aspek Manusia Dalam Penalaran........................................................................................7
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Penalaran
Dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi
(assertion). Pernyataan dapat berupa teori (penjelasan) tentang suatu fenomena atau realitas
alam, ekonomik, politik, atau sosial. Penalaran perlu diajukan dan dijabarkan untuk membentuk,
mempertahankan, atau mengubah keyakinan bahwa sesuatu (misalnya teori, pernyataan, atau
penjelasan) adalah benar. Penalaran melibatkan inferensi (inference) yaitu proses penurunan
konsekuensi logis dan melibatkan pula proses penarikan kesimpulan /konklusi (conclusion) dari
serangkaian pernyataan atau asersi. Proses penurunan simpulan sebagai suatu konsekuensi logis
dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran mempunyai peran penting dalam
pengembangan, penciptaan, pengevalusian, dan penggujian suatu teori atau hipotesis.
Teori (pernyataan –pernyataan teoritis) merupakan sarana untuk menyatakan suatu keyakinan
sedangkan penalaran merupakan proses untuk mendukung keyakinan tersebut. Oleh krena itu,
keyakinan (terhadap suatu teori atau pernyataan) berkisar antara lemah sampai kuat sekali atau
memaksa (compelling) bergantung pada kualitas atau kefektifan penalaran dalam menimbulkan
daya bujuk atau dukungan yang dihasilkan.
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: asersi
(assertion), keyakinan (belief), dan argument (argument). Struktur penalaran menggambarkan
hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap
keyakinan tentang suatu pernyataan.
2.1.1 Asersi
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu
(misalnya teori) adalah benar. Bila seseorang mempunyai kepercayaan (confidence) bahwa
statemen keuangan itu bermanfaat bagi investor adalah benar, maka pernyataan ‘statemen
keuangan itu bermanfaat bagi ‘investor’ merupakan keyakinannya.
Beberapa asersi dalam akuntansi:
Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu elemen pembentuk (ingredient)
argument dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan). Artinya,
keyakinan yang dihasilkan dinyatakan dalam bentuk asersi pula. Dengan demikian, asersi
merupakan unsur penting dalam penalaran karena asersi menjadi komponen argument
(sebagai masukan penalaran) dan merupakan cara untuk merepresentasi atau mengungkapkan
keyakinan (sebagai keluaran nalar).
2.2.2 Keyakinan
Hambatan untuk menalar sering muncul akibat orang mempunyai kepentingan tertentu
(vested interest) yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak
suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argument.
Dalam dunia akademik merupakan suatu ciri penting lingkungan akademik yang kondusif
untuk pengembangan pengetahuan dan profesi (khususnya akuntansi). Kebebasan akademik
harus diartikan sebagai kebebasan untuk berbeda pendapat secara akademik dalam suatu forum
yang memungkinkan akademis berargumen secara terbuka. Sikap akademis yang patut dihargai
adalah kebersedian untuk berargumen.
Sikap ilmiah menuntut akademis (termasuk pengelola suatu isntitusi) untuk berani membaca
dan memahami gagasan alternatif dan, kalau gagasan valid dan menuju keperbaikan, bersedia
membawa gagasan tersebut kekelas atau diskusi ilmiah dan bukan malahan mengisolasinya.
Keberanian dan kebersediaan seperti itu merupakan suatu ciri sikap ilmiah dan akademik yang
sangat terpuji (respected). Ini tidak berarti bahwa ilmuwan /akademis harus selalu setuju dengan
suatu gagasan. Ketidaksetujuan dengan suatu gagasan itu sendiri (setelah berani membaca)
merupakan suatu sikap ilmiah asal dilandasi dengan argument yang bernalar dan valid.
Ketidakbenaran dan ketidakbersediaan itulah yang merupakan sikap tidak ilmiah akademik dan
justru hal ini sering terjadi dalam dunia akademik tidak hanya pada masa sekarang terjadi juga
masa lalu.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pratik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula. Teori yang sehat harus
dilandasi oleh penalaran yang sehat karena teori akuntansi menuntut kemampuan penalaran yang
memadai. Penalaran merupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan akan asersi.
Unsur –unsur penalaran adalah asersi, keyakinan, dan argument. Interaksi antara ketiganya
merupakan bukti rasional untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataab teori. Asersi
merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas.
Keyakinan merupakan kebersedian untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. Argument
adalah proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaitan secara
logis.
Asersi dapat dinyatakan secara verbal atau struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan
fakta merupakan jenis tingkatan asersi. Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi jenis
tingkatan asersi yang terendah.
Keyakinan merupakan hal yang dituju oleh penalaran. Keyakinan mengandung beberapa
sifat penting yaitu: kebenaran, bukan pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai,
berkekuatan, veridical, dan bertempa.
Aspek manusia sangat berperan dalam argument khususnya apabila suatu kepentingan pribadi
atau kelompok terlibat dalam suatu perdebatan. Orang cendrung bersedia menerima penjelasan
sederhana atau penjelasan pertama kali didengar. Sebagai manusia, orang tidak dapat mengakui
kesalahan. Bila keputusan terlanjur diambil padahal keputusan tersebut mengandung kesalahan,
orang cenderung melakukan rasionalisasi bukan lagi argument untuk mendukung keputusan.
Karena tradisi atau kepentingan orang sering bersikap persisten terhadap keyakinan yang terbukti
salah.