Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MAKALAH

ASUHAN KEPERWATAN PADA NY.X DENGAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI AKIBAT VAGINITIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna
mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi.
Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan
perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu
dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna, 2010).

Vaginitis merupakan masalah ginekologis yang paling sering terjadi pada 90%
wanita remaja di dunia, kondisi ini disebabkan oleh Vaginosis bakterial (50%),
Candidiasis vulvovaginal (75%), Trikomoniasis (25%) (Kespro Info, 2009). Penelitian-
penelitian sebelumnya telah melaporkan angka kejadian vaginitis di beberapa negara,
diantaranya Thailand 33 %, Afrika-Amerika 22,7 %, London 21 %, Indonesia 17 %,
Jepang 14 %,Swedia 14 %, dan Helsinki 12 % (Rukmana, 2010).

B. Rumusanmasalah

Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus Katarak yang
meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan vaginitis dan analisa
kesenjangan teori dankasus.

C. Tujuan

1. Tujuanumum

Untuk mengetahui konsep teori dan kasus mengenai asuhan keperawatan pada
klien dengan vaginitis serta kesenjangan antara teori dengan kasus tersebut.
2. Tujuankhusus

a. Untuk mengetahui definisivaginitis

b. Untuk mengetahui klasifikasi vaginitis


2
c. Untuk mengetahui etiologivaginitis

d. Untuk mengetahui manifestasi klinisvaginits

e. Untuk mengetahui patofisiologivaginitis

f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan vaginitis secarateori

g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan vaginitis secarakasus

h. Untuk mengetahui kesenjangan antara asuhan keperawatan teori dengan


asuhan keperawatan kasus yang di alamiklien
D. Manfaat

Manfaat penyusunan laporan ini sebagai tambahan pengetahuan


mengenai konsep teori, proses asuhan keperawatan dengan gangguan
vaginitis agar dapat di aplikasikan dengan baik dilahan praktik maupun
dimasyarakat untuk kedepannya.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Vaginitis adalah suatu keadaan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). (Purwoastuti, dkk,2015).
Vaginitis adalah inflamasi vagina yang di cirikan oleh perubahan sekresi
cairan vagina, yang dapat banyak, berbau, dan urulen, dan dapat diikuti oleh disuria
dan pendarahan vagina. Sering terdapat gatal pada vulva, dan klien umumnya
mengeluh ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia. (Black and Hawks,
2009).

Klasifikasi dari vaginitis sesuai mikrooganisme penyebabnya antara lain:

1. Bakterialvaginosis

Bakterial vaginosis merupakan penyebab tersering dari vaginitis (40-45%).


Penyakit ini ditandai dengan perubahan secara kompleks baik jumlah dan fungsi
dari flora normal. Jumlah dan konsentrasi hidrogen peroksida akan menurun
sedangkan pertumbuhan dari mikroorganisme patogen (Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus sp, Mycoplasma hominis, Atopobium vaginae, dll) meningkat (Lamont
et al., 2011).

Vaginitis bakterial juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan infeksi


seksual seperti infeksi oleh karena Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis,
HIV dan virus herpes simplex tipe 2 (Sessa et al.,2013).
2. Candidiasis
Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi yeast pada vagina dan vulva yang
disebabkan beberapa tipe Candida, yang paling sering yaitu
Candida albicans, dapat bersifat asimptomatis maupun simptomatis (Pudjiati,

Soedamadi. 2009)
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan
parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Penyakit ini mempunyai
hubungan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. T-vaginalis
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus
urogenitalis bagian bawah, baik pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat
ditemukan pada vagina, urethra, kantong kemih atau saluran parauretral (Van der
Pol,2007).

Gambar 1. Vaginitis
(Sumber: Linda j. Vorvicek. 2011 )
B. Anatomi fisiologis

1. Anatomi

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genetalia eksterna dan organ
genetalia interna. Organ genetalia eksterna dan vagina adalah bagian untuk
senggama, sedangkan organ genetalia interna adalah bagian untuk ovulasi
untuk pembuahan sel telur, transfortasi, imflamasi dan tumbuh kembang
janin. (Prawiroharjo,2009).

Gambar 3. Komponen Superfisial Perineum


(Sumber: Drife, J. Magowan.2004)

 Organ genitaliaeksterna

1) Mons veneris : disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang


menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan
sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga (Black & Hawks, 2009).

2) Labia mayora : merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk


lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan ini terdiri dari:
a) Bagian luar ; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris (Black & Hawks,2009).
b) Bagiandalam;tanpa rambut,merupakan selaput yang
Mengadung kelenjar sebasea (lemak) (Black & Hawks, 2009).
3) Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa
rambut. Dibagian atas klitoris, labia minora bertemu membentuk
prepusium klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk
prenulum klitoris, labia minora ini mengelilingi orifisium vagina
(Corwin, E.2009).
4) Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif dan analog dengan penis pada laki-laki (Corwin,
E.2009).
5) Vestibulum : merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh
kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan
kedua labia minora. Pada vestibulum terdapat muara urethra, dua lubang
saluran kelenjar Bartholini dan dua lubang saluran kelenjar skene
(Corwin, E. 2009).
6) Kelenjar Bartholini : kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina,
karena dapat mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir sangat meningkat
saat hubungan seks (Corwin, E.2009).
7) Hymen (selaput dara) : merupakan jaringan yang menutupi lubang
vagina. Bersifat rapuh dan mudah robek, hymen ini berlubang sehingga
menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat
menstruasi (Corwin, E. 2009).
8) Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena
terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis.
Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus
vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh
muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina
(Prawirohardjo,2009).
9) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda- beda.
Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat
dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput
dara (himen). Himen ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang
semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang
bersekat (septum) (Prawirohardjo,2009).
10) Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata4 cm.
Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis
dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
 Organ genitalia interna

1) Liang senggama (vagina) : adalah liang atau saluran yang


menghubungankan vulva dengan rahim. Terletak di antara saluran
urinary dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut
rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding
belakang10 cm.
2) Rahim (Uterus) : adalah suatu struktur otot yang cukup kuat,
bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga
dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara
kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola
lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari
tiga bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk
segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga
rahim (kavum uteri). Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam
kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-
2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya
40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara.
3) Saluran telur (tuba falopii) adalah saluran yang keluar dari
kornurahimkanandankiri,panjangnya12-13cm,diameter-8 mm
4) Indung telur (ovarium) : terdapat dua indung telur, masing-
masing di kanan dan di kiri rahim, dilapisi mesovarium dan
tergntung di belakang ligalatum. Bentuknya seperti buah almon,
sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x 1,5-2 cm x
0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium,
liga ovarika, dan liga infundibulopelvikum.
 Organ tambahan

1) Payudara

Payudara wanita yang disebut juga glandula mamaria adalah alat


reproduksi wanita, setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan
meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. D topang oleh
ligamentum suspensorium sehingga tetap stabil. Berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda), dari jaringan yang meluas ke
ketiak atau axilla (di sebut cauda axillaris).

2.Panggul(pelvis)

Panggul merupakan salah satu jalan lahir yang memiliki fungsi yang
lebih dominan daripada jalan lahir (Ummi et all, 2011).

2.Fisiologi

 Menstruasi dansiklusnya

Menstruasi atau haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat


lurunya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak
mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk
menerimah implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan
ini akan luru, darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini
terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan
menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi. (Riani,
2009).
 Siklusmenstuasi

1. Fase menstruasi : selama 2 – 8hari.

Terjadi bila ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus loteum


menghentikan produksi hormon ektrogen dan progesteron. Turunnya
kadar ekstrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga
terjadi pendarahan. Fase mensturasi berlangsung kurang lebih 5 hari.
Darah yang keluar selama mensturasi berkisar 50-150ml (Riani, 2009).

2. Fase pra-ovulasi (fasepoliferasi)

Hormon pembebas gonadropin yang disekresikan oleh hipotalamus


akan memicu hipopise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu
pematangan polikel dan merangsang polikel untuk mensekresikan
hormon ekstrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan
kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar estrogen
juga menyebabkan serviks (leher rahim). Untuk mengsekresikan lendir
yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi menetralkan suasana asam
pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma. (Riani, 2009).
3. Faseovulasi
Jika siklus mensturasi seorang perempuan 28 hari. Maka ovulasi terjadi
pada hari ke 14. Peningkatan kadar ekstrogen menghambat sekresi
FSH, kemudian hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel peristiwa ini disebut
ovulasi. (Riani, 2009).
4. Fase pasca ovulasi (fasesekresi)
Berlangsung selama 14 hari sebelum mensturasi berikutnya. Walaupun
panjang siklus mensturasi berbeda-beda, fase pasca-ovulasi ini selalu
sama yaitu 14 hari sebelum mensturasi berikutnya. Follikel de Graff
(follikel matang) yang
Telah melepaskan oosit sekunsder atas berkerut dan menjadi korpus
luteum. Korpus luteum menekresikan hormon progesteron dan masih
mengekresikan hormon estrogen namun tidak sebanyak ketika
berbentuk follikel. Progesteron mendukung kerja ekstogen untuk
mempertebal dan menumbuhkan pembuluh darah pada endometrium
serta mempersiapkan endometrium untuk menerima imflantasi enbrio
jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan
korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit
mensekresikan hormon, sehingga kadar progesteron dan ekstrogen
menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya mensturasi
demikian seterusnya. (Riani, 2009).

Gambar 7. Siklus Menstruasi


(Sumber: Riani. 2009)

C. Etiologi

1. Infeksi

 Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus).

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang


biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau
mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara
benary fision dalam badan intrasitoplasma.(Purwoastuti&walyani,2015)

Trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang


mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang
berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan
Retikulat (BR) atau Badan Inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300
nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan
badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak infeksius.
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada
gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C. Trachomatis dan
servisitis karena organisme lain. (Purwoastuti&walyani,2015)
 Jamur
Kandidiasis (candidia albicans), trichomonas vaginalis, dan vaginosis bakterial
adalah penyebab vaginitis yang paling umum. Dimana Trichomonas vaginalis
tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam stadium Tropozoit
Bentuknya oval atau piriformis, memiliki 4 buah flagel anterior, flagel ke 5
menjadi axonema dari membran bergelombang (membrana undulant), pada
ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga untuk
melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan iritasi, memiliki 1
buah inti, memiliki sitostoma pada bagian anterior untuk mengambil makanan,
perkembangbiakan dengan cara belah pasang.Penyebab lain meliputi
perubahan flora.
 Protozoa (misalnya trichomonasvaginalis)

 Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virusherpes)

2. Zat atau benda yang bersifatiritatif

a. Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks danspons.

Benda-benda yang dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina
seperti tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal
dari selimut, celana dan lainnya dapat menyebabkan keputihan (Suryana, 2009).
Masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak yang dapat melukai
epitel vagina misal tampon kondom dan benang AKDR (Saifuddin,2006).

b. Pembilas vagina

Untuk membersihkan vagina dengan air, sebaiknya dilakukan dengan


menggunakan shower toilet. Cara membersihkan vagina dengan shower toilet
adalah dengan menyemprot permukaan luar vagina pelan-pelan dan
menggosoknya dengan tangan. Membilas vagina dengan cairan khusus boleh saja,
tapi tidak dianjurkan, asal
Jangan terlalu sering dan pilih yang tanpa parfum dengan ph-nya netral agar

tidak mempengaruhi phvagina

c.Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori, dan tidak


menyerapkeringat.

Celana dalam yang paling baik dari katun, karena dapat menyerap keringat
dengan sempurna. Celana dari bahan satin ataupun bahan sintetik lainnya, justru
menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab. Bahan pakaian luar pun
perlu diperhatikan seorang wanita. Bahan dari jeans memiliki pori-pori yang
sangat rapat, sehingga tidak memungkinkan udara untuk mengalir secara leluasa.
Kondisi yang lembab dan basah bisa menjadi tempat pertumbuhan jamur dan
kuman yang dapat menimbulkan keputihan (Purwoastuti&walyani, 2015).
c. Perubahanhormonal
Kontrasepsi suntik Depo-provera adalah suatu senyawa obat yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, dan mempunyai efek progesterone yang
kuat dan sangat efektif. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti
kontrasepsi hormonal lainnya. Depo- provera sangat cocok untuk program post
partum, hal tersebut karena tidak mengganggu laktasi. Kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestine ada dua macam yaitu: depo medroxy progesteron
asetat (DMPA), mengandung 150 mg, yang diberikan
Setiap 3 bulan satu kali, serta depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang

mengandung 200 mg, diberikan setiap 2 bulan. Suntikan diberikan pada hari

ketiga-kelima pasca pesalinan atau segera diberikan setelah keguguran dan masa

interval sebelum hari kelima haid, disuntikan lewat intra muscular

(Saifuddin,2006).
D. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah maka organisme yang berpotensi
patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. Albicans pada kasus
infeksi monolia serta G. Vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non
spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala.
Pada mekanisme lainyya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan
bukan merupakan bagian flora normal seperti trichomonas vaginalis dan nisseria
gonorrhoea dapat menimbulkan gejala (Heneffer & Schust, 2008). Gejala yang
timbul bila proses meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang
menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan
komponen respon peradangan lainnyya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus
vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi
T. Vaginalis atau C. Albicans,Organisme tertentu yang menarik leukosit ,
termasuk T.Vaginalis , menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan
vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk
sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan
ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainyya dapat merusak sel-
sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya (Corwin, E.2009).

E.Manifestasiklinis

Manifestasi vaginistis dicirikan dengan perubahan sekresi cairan


vagina (lekorea) yang berjumlah banyak, berbau, dan bersifat purulen,
kadang disertai dengan disuria dan perdarahan pada vagina. Wanita dengan
vaginitis sering mengeluhkan gatal pada vulva, dan klien umumnya
mengeluhkan ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia (Black, J M
dan Hawks, J H, 2014).
Menurut Sinklair & Webb (1992) dalam Febri (2014), manifestasi
yang terdapat pada vaginitis dibagi menjadi dua yaitu :
1. Vaginitisakut

Pada sekitar vagina akan didapatkan pruritus, terasa panas,


eritema, edema, perdarahan, nyeri (mungkin sangat, menyebabkan
tidak mampu berjalan, duduk dan retensi urine akut), Ulserasi serta
adanya vesikel. (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014).
2. Vaginitis Kronik

Jika vaginitis sudah dalam tahap kronik, didapatkan Inflamasi


hebat dengan edema minimal, pruritus hebat dengan ekskoriasi, infeksi
sekunder dengan daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha
yang berdekatan, anus, sekitar paha, lesi ulseratif disebabkan :
granuloma, karsinoma, melanoma, dan hasil akhir mungkin berupa
ekstruksi vulva (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014).

E. Komplikasi

Menurut ( Purwoastuti, E & Walyani E S. 2015) yaitu:

1. Ketidaknyamanan yang tidak hilang

2. Infeksi kulit (darigarukan)

3. Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi


kandida)
Menurut Manuba (2007), komplikasi yang ditimbulkan pada ibu
hamil adalah:
1. Prematur rupturofmembran

2. Karioamnionitis

3. Persalinanprematur

4. Infeksi bayineonatus

a. Sepsis

b. Meningitis

5. Infekksi postpartum dalambentuk:


a. Endometritispuerpalis

Peningkatan konsentrasi flora anaerob, yang sebagian


mungkin karena perubahan ph, bisa meningkatkan angka
endometritis.
b. Komplikasi infeksipuerpalis

F. Pemeriksaanpenunjang

1. Pemeriksaan preparatbasah

Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes nacl 0,9% pada
sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass.
Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue
cells yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri
Sehingga tepinya tidak terlihat jelas. Pemeriksaan ini memilki sensivitas
60% dan spesifitas 98% (Srinivasan, 2008).
2. Whifftest

Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu


tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat
pelepasan amin dan asam organik hasil dari bakteri anaerob (Srinivasan,
2008).
3. Teslakmus

Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Ditemukan


kadar ph > 4,5 (Srinivasan, 2008).
4. Pewarnaangram

Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan peningkatan jumlah


bakteri anaerob (Srinivasan, 2008).
5. Kulturvagina

Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis


bakterial vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada
perempuan normal (Srinivasan, 2008).
6. Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob,karena

Lactobacillus tidak menghasilkan zat tersebut. (Srinivasan, 2008).

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis


bakterial vaginosis, diantaranya adalah:

G. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

 Vaginitistrichomonas

Metronidazol per oral 2 x 500 mg selama 7 hari, sangat efektif


untuk mengeradikasi T. Vaginalis dari semua bagian tubuh.
Perempuan hamil dapat diterapi dengan metronidazol dosis tunggal.
Semua pasangan seksual harus diterapi sebelum mereka melakukan
hubungan kelamin (Price & Wilson,2005).
Efek samping dari metronidazole mungkin termasuk mual,
muntah, sakit kepala, insomnia, pusing, mengantuk, ruam, kering
mulut, dan rasa logam (Schalkwyk & Yudin. 2015).
 Vaginitischlamidia

Azythromycin 1 mg dosis tunggal, merupakan protocol


pengobatan yang dianjurkan CDC untuk infeksi C. Trachomatis
sangat manjur dan tidak diperlukan uji pascapengobatan (test of cure).
Azythromicin adalah terapi yang lebih disarankan karena hanya sekali
pemberian serta dapat diresepkan dan diminum langsung dibawah
pengawasan disebagian klinik PMS (Price & Wilson, 2005).
 Vaginosisbakteri
Terapi lini pertama adalah metronidazol oral 500 mg dua kali
sehari (Schalkwyk & Yudin. 2015).

e. Nonfarmakologi

Tujuan dari perawatan dalam kondisi ini adalah untuk menghindari


pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah kedalam gejala.
(Purwoastuti&walyani,2015)
Diantaranya :

1. Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar,


menghindari stockingnilon.
2. Perendaman dalam garam mandi, hindari sabun.

3. Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untukmrencuci.

4. Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan


mengobati sekunder dermtitis memengaruhivulva.
5. Perlakukan dengan krim anti jamursebelum setiap periode
menstruasi dan sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh.
Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-
kadang diperlakukan tetapi hal ini mungkin sendiri menyebabkan
dermatitits atau hasil dalamnon-proliferasi.
6. Anti jamur oral obat-obattan (itrakonazol atau flukonazol) dapat
diambil secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali
sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi tergantung
pada keparahan gejala.
7. Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari
dapat membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi
kehadiran (albicans dan non candidaalbicans).

62
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitasklien

Nama : Ny.X

Umur : 37tahun

Jeniskelamin : Perempuan

Pekerjaan : Marketing produk makanan


tanggalpengkajian : 11 April 2016
Diagnosamedis : Vaginitis
2. Keluhanutama
Ny. X mengatakan, “gatal-gatal di daerah vagina dan sekitarnya.”

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatansekarang

Ny. X mengatakan. “sudah seminggu gatal-gatal di daerah vagina


dan sekitarnya, Gatal sangat mengganggu terutamapada malam hari.
b. Riwayat kesehatanterdahulu
Ny. X mengatakan, “pada awalnya gatal-gatal itu terasa ketika
melakukan kegiatan fisik baik di saat di rumah maupun di tempat kerja
sehingga banyak keringat. Kemudian setelah tiga hari keluar keputihan
yang lebih banyak dari biasanya, berbau amis seperti susu basi.”
Ny. X mencoba minum dan cebok dengan ramuan tradisional (daun
sirih) tetapi tidak sembuh.
c. Riwayat kesehatankeluarga
Tidak terdapat data dalam kasus.

d. Riwayat Ginekologi dan obstetri

1. Riwayat menstruasi
63
Ny. X menarche pada usia 13 tahun. Pola menstruasi 1 bulan sekali
dengan lama 5-7 hari. Tidak ada keluhan menjelang atau
selamamenstruasi.
2. Riwayat obstrektif
Ny. X memiliki dua anak.

3. Riwayat kontrasepsi

Ny. X memakai alat kontrasepsi suntikan Depoprovera 3 bulan


sekali.

4. Pola pemenuhan aktivitas

Istirahat dan tidur : gatal-gatal sangat menganggu terutaa pada malam


hari.

5. Riwayat Psikososial, spiritual, budaya Tidak terdapat data dalam


kasus.

64
6. Pemeriksaanfisik

a. Keadaan Umum
Orientasi :Baik
Kesadaran : Compos Mentis(E4V5M6)

b. Tanda-tandavital

TD : 110/90 mmhg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 37,70C

RR : 28x/menit

c. Genital

Tidak terdpat dalam kasus.

7. Pemeriksaan penunjang

Tidak terdapat data dalam kasus.

8. Terapi yang diberikan

Tidak terdapat data dalam kasus.


1. Analisa data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS: Gangguan rasa nyaman
Aktifitas di dalam maupun diluar rumah
Klien mengatakan, “sudah seminggu
yang memicu keringat
Gatal-gatal di daerah vagina dan
Sekitarnya.” Akumulasi keringat di area vagina
Klien juga mengatakan, “keluar
Keputihan yang lebih banyak dari Meningkatkan kelembaban vagina

Biasanya, berbau amis seperti susu basi”


Pemicu peningkatan perkembangbiakan
Bakteri patogen

DO: (candida albican)

- RR: 28x/menit
Interaksi glikoprotein kandida dengan
permukaan epitel
Kandida mengeluarkan zat keratinolitik
Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel

Kemotatik Neutrofil

64
Reaksi radang
VAGINITIS
Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin,


serontinin, dan endopeptidase)

Aktivasi ujung saraf C praritoseptis

Menghantarkan inpuls sepanjang serabut


saraf sensori

Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis


Dipersepsikan gatal
Gangguan rasa nyaman : gatal

DS:
Aktifitas di dalam maupun diluar rumah Risiko infeksi
Klien mengatakan,”gatal semakin
yang memicu keringat
mengganggu pada malamhari”
Klien juga mengatakan,”keluar
Akumulasi keringat di area vagina
Keputihan yang lebih banyak dari Meningkatkan kelembaban vagina
Biasanya, berbau amis seperti susu basi”
Pemicu peningkatan perkembangbiakan
DO: Bakteri patogen
- Suhu : 37,70C (candida albican)

Interaksi glikoprotein kandida dengan


permukaan epitel
Kandida mengeluarkan zat keratinolitik
Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel

Kemotatik Neutrofil

Reaksi radang
VAGINITIS
Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin,


Serontinin, dan endopeptidase)

Aktivasi ujung saraf C praritoseptis


Menghantarkan inpuls sepanjang serabut
saraf sensori

Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis


Dipersepsikan gatal
GANGGUAN RASA NYAMAN :
GATAL

Hasrat untuk menggaruk


Timbul robekan jaringan epidermiskulit
Jaringan parut terbuka pada genital
Resiko jalan masuknya patogenik
Risiko infeksi

DS: Aktifitas di dalam maupun diluar rumah Risiko kerusakan integritas kulit
yang memicu keringat
Klien mengatakan, “sudah seminggu
gatal-gatal di daerah vagina dan
Akumulasi keringat di area vagina
sekitarnya.”
Meningkatkan kelembaban vagina
DO: -
Pemicu peningkatan perkembangbiakan
bakteri patogen
(candidaalbican)

Interaksi glikoprotein kandidadengan


permukaanepitel

Kandida mengeluarkan zat keratinolitik


Hidrolisis fosfolipid membran sel epitel
Kemotatik Neutrofil
Reaksi radang
VAGINITIS
Respon tubuh

Pelepasan mediator kimia (histamin,


serontinin, dan endopeptidase)

Aktivasi ujung saraf C praritoseptis


Menghantarkan inpuls sepanjang serabut
saraf sensori

Input eksitasi dilamina-1korna dorsalis


Dipersepsikan gatal
Gangguan rasa nyaman : gatal
Hasrat untuk menggaruk
Resiko kerusakan integritas kulit

2. Diagnosakeperawatan

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gatal

2. Risiko Infeksi faktor risiko perubahan phsekresi

3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik(menggaruk)

3.Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
NO NOC NIC Rasional
Keperawatan

1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pruritas Medications Pruritus Medications


nyaman keperawatan selama 4 x 24
berhubungan jam diharapkan gangguan 1. Tentukan penyebab dari gatal- 1. Menetahui awal
dengangatal rasa nyaman dapat teratasi. gatal
Penyebab terjadinya
Dengan kriteria hasil:
gatal-gatal padakien
Comfort status : Physical

2. Anjurkan klien untuk tidak 2. Mengurangi rasagatal-


 Dapat mengontrol Menggunakan celana dalam Gatal yang menjadi
gejala berbahan sintesisnilon. penyebab utama dari
 Kesehatan fisik baik klien

 Perawatan dan
3. Mengurangi keringat
3. Anjurkan klien untuk
Kebersihan diri yang berlebihan pada
menghindari lingkungan dengan
membaik klien
cuaca yang panas.

4. Membantu mengurangi
4. Kolaborasi pemberiansalep.
rasa gatal yang berlebih
padaklien

5. Membantu klien dalam


5. Kolaborasi pemberian mengurangi penyebab
antihistamin utama rasa gatal yang
dirasakanberlebihan

2 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection protection : Infection protection


Berhubungan Keperawatan selama 4 x 24 1. Monitor tanda dan gejala infeksi. 1. Untuk menentukan
Dengan faktor jam diharapkan risiko Pemeriksaan selanjutnya
Resiko perubahan infeksi dapat teratasi. Pada klien
Ph sekresi Dengan kriteria hasil:
Risk control 2. Mengetahui tanda dan
2.Periksa kulit dan membran gejala yang lainnya dari

 Cepat Mukosa vagina adanya pemeriksaan tersebut

mengidentifikasikan kemerahan, ukuran, bau, dan


Jumlah cairan yang berlebih.
faktorresiko
 Dapat memonitor faktor
resikopersonal 3.Instruksikan pasien meminum
Antibiotik yang diinstruksikan.
Tissue integrity skin and 3. Membantu untuk
muccusmembranes Mengurangi rasa gatal
4. Ajarkan klien dan keluargauntuk Yang diarasakan klien
 Tidak terdapateritema
Menghindari infeksi. 4. Menambah pengetahuan
 Tidak terdapatlesi Pada klien dan keluarga
Tentang menghindari dari
Infeksi
Perinealcare Perineal care

1. Periksa kondisi perineum dari 1. Mengetahui keadaan


keadaan patologi seperti infeksi, patologi klien dari hasil
kerusakan kulit, dankemerahan. pemeriksaan pada
perineum
2. Bersihkan bagian perineum 2. Menhindari penyebaran
secara teliti danmenyeluruh. infeksi padaklien
3. Tentukan pemberian medikasi 3. Membantu proses
seperti jenis bakterial dan anti penyembuhan padaklien
fungi.
3 Risiko erusakan Setelah dilakukan tindakan
integritas kulit keperawatan selama 4 x 24 Cast care :maintenance Cast care :maintenance
berhubungan jam diharapkan aresiko
dengan faktor kerusakan integritas kulit 1. Monitor tanda-tanda infeksi
mekanik dapat teratasi. Dengan seperti bau, eritema, dandemam.
1. Dapat menentukan
(menggaruk) kriteria hasil:
tindakan pemeriksaan
Tissue integritas : skin and
selanjtnya padaklien
Mucous membranes 2. Mengetahuijaringan
2. Monitor sirkulasi dan fungsi
Yang mengalami
 Tidak adalesi Jaringan yang mengalami Kerusakan pada klien
kerusakan.
 Tidak adaeritema

3. Anjurkan klien untuk tidak 3. Mencegah area yang


menggaruk area yang mengalami terinfeksi agar tidak
gatal. terjadi gatal yang
berlebihan padaklien

4. Menghindari penyebaran
4. Ajarkan klien dan kelurga tentang
infeksi yang dapat terjadi
perawatan vulvahygiene.
pada klien dan
keluarganyaselanjutnya

Skin care
Skin care

1. Menghindari penyebaran
1. Bantu klien untuk menghindari
infeksi yang lebih pada
penggunaan sprei berstekstur
klien
kasar.
2. Mencegah terjadinyaph
2. Anjurkan pada klien untuk Yang berlebihan yang
membersihkan dengan sabun dapat menimbulkan
antibacterial yang sesuai dengan infeksi pada klien
ph normal(3,8-4,2). 3. Mengurangi rasa gatal
3. Kolaborasi pemberian antibiotic yang menjadi penyebab
topical. utama pada klien
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis kasus Ny. X, didapatkan bahwa Ny. X mengalami rasa gatalpada
area genitalia eksterna (luar), sehingga memunculkan masalah keperawatan yang lebih
kompleks, oleh karena itu muncul beberapa tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan perawat dalam kasus tersebut. Dengan membuat kajian literartur kembali
sebagai tolak ukur dalam membuat nursing care plan yang sesuai denganklien.

B. Saran

1. Bagimasyarakat

Diharapkan agar setiap perempuan bisa menjaga kebersihan pada area


genitalia ekterna (luar). Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi pada
area genitalia eksterna.
2. Bagimahasiswa
Dapat memahami pengertian dan memahami model serta konsep dari
“Vaginitis” serta memberikan dorongan, semangat, serta pemikiran- pemikiran
yang baru bagi para pembaca.

3. Bagipendidikan

Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
dalam pembuatan asuhan keperawatan selanjutnya.
4. Bagikesehatan
Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK. Diharapkan juga sebagai
petugas kesehatan agar jeli dalam mencari masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien dan mampu mencari solusi dalam menangani masalah tersebut

78
DAFTAR PUSTAKA

Black dan hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Alih bahasa : Mulyanto, Etall. Ed.8. Buku
2. Singapore: Elsevier.
Drif J Magouw, (ed). (2004). Clinical pelvic anatomy in clinical obsetric gynaecology.

Saunders.
Febri, Auliani A. (2014). Asuhan Keperawatan Vaginitis. Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis. Sumbar.
Https://books.google.co.id. Diakses 18 April 2016.
Kurniawati, D dan Hanifah M (2009). Obgynacea (Obsetri dan Ginekologi).

Yogyakarta : TOSCA Entreprise.


Linda j.vorvick, MD, (2011). Medical Director. Medex northwest division of physician assistant studies, university of washington, school of medicine.
Also reviewed by david zieve, MD, MHA, MEDICAL DIRECTOR, A. D. E.M., inc.
Manuba, (2007). “Pengantar Kuliah Obstetri”. Jakarta: EGC.
Pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual (2011). Http://spiritid.or.id/ dokumen/ pedoman-ims. 2011. Pdf. Diakses 18 April 2016.
Price & Wilson. (2005). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: Pendit, Brahm, dkk. Jakarta: EGC.
Purwoastuti dan walyani, (2015). Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Yogyakarta : pustaka baru press.

Anda mungkin juga menyukai