Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Nama : Ni Kade Mas Ayu Putri Laksmi Dewi


NIM : P07120219015
Kelas : 1A/ S.Tr Keperawatan

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Jurusan Keperawatan

2020
PRINSIP & TEKNIK PEMBERIAN OBAT

A. PRINSIP 12 BENAR
Seorang perawat yang professional adalah dapat memberikan obat secara
benar dan efektif dengan berpegangan pada prinsip 12 benar, yaitu :
1. Benar Klien
Sebelum memberikan pastikan perawat memberikan obat kepada klien yang
benar, dengan cara :
a. Periksa identitas klien (gelang identitas, papan identitas)
b. Tanyakan langsung kepada klien
c. Jika pasien tidak mampu merespon verbal perhatikan respon non verbal
2. Benar Obat
Sebelum memberi obat, label pada botol atau kemasan harus diperiksa 3 kali :
a. Kemasan obat diambil dari rak
b. Botol atau kemasan dibandingkan dengan obat yang diminta
c. Saat botol atau kemasan dikembalikan ke rak
3. Benar Dosis Obat
Sebelum memberi obat, perawat harus memiksa dosis obat yang akan
diberikan. Jika perawat ragu perawat harus konsultasi dengan apoteker atau
pembuat resep (dokter).
4. Benar Waktu Pemberian
Obat harus diberikan pada waktu yang tepat, sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Untuk mencapai atau mempertahankan kadar di dalam darah yang
memadai.
5. Benar Cara Pemberian (Rute)
a. Rute pemberian obat harus benar
b. Faktor yang menentukan rute pemberian obat :
 Keadaan umum pasien
 Kecepatan respon yang diingikan
 Sifat kimiawi dan fisik obat
 Serta tempat kerja yang diinginkan
c. Rute pemberian obat diantaranya :
 Oral
 Parental
 Topikal
 Rektal
 Inhalasi
6. Benar Dokumentasikan
a. Setelah memberi obat perawat wajib mencatat informasi mengenai obat yang
telah diberikan.
b. Pencatatan meliputi :
 Nama obat
 Dosis
 Rute
 Waktu
 Tanggal
 Respon klien
 Nama perawat
 Dan tanda tangan
7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasien, keluarga dan masyarakat terutama yang berkaitan dengan obat
seperti :
a. Manfaat obat
b. Penggunaan obat yang baik dan benar
c. Alasan pemberian terapi obat
d. Hasil yang diharapkan setelah pemberian obat
e. Efek samping
f. Reaksi obat dengan obat atau dengan makanan
g. Perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit
8. Benar Hak Klien Untuk Menolak
Perawat harus memberikan inform consent dalam pemberian obat dan klien
memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut.
9. Benar Pengkajian
Sebelum memberi obat perawat harus melakukan pengkajian, seperti
memeriksa tanda-tanda vital (TTV).
10. Benar Evaluasi
Setelah memberi obat perawat harus mengevaluasi atau memantau efek kerja
obat terhadap pasien.
11. Benar Reaksi terhadap Makanan
Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat, ada obat yang
diberikan setelah makan, sebelum makan atau tidak boleh bersamaan dengan
makanan tertentu
12. Benar Reaksi dengan Obat Lain
Kaji saat memberikan beberapa jenis obat sekaligus dalam waktu yang
bersamaan. Biasanya obat yang satu dengan yang lainnya menimbulkan efek
saling menguatkan atau saling meniadakan.

B. BERBAGAI TEKNIK PEMBERIAN OBAT


1. Oral
Yang dimaksud pemberian obat per oral adalah pemberian obat melalui mulut.
Tujuannya adalah :
- Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran
oral.
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan rusaknya kulit dan jaringan.
- Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet,
sirup, kapsul dan puyer.
Cara per oral tidak dapat dipakai pada :
- Pasien yang mual-mual
- Muntah
- Semi koma
- Pasien yang ajan menjalani pengisapan cairan lambung
- Pasien yang mempunyai gangguan menelan
- Alergi obat.
Alur pemberian obat secara per oral adalah melalui mulut masuk saluran
intestinal (lambung), penyerapan obat melalui membrane mukosa pada
lambung dan usus, memberi efek sistemik, termudah dan paling sering
digunakan.

a. Sublingual
Pemberian obat secara sublingual adalah pemberian obat dengan cara
meletakkan obat di bawah lidah. Obat yang sering diberikan dengan cara ini
adalah obat nitrogliserin yaitu obat vasodilator. Dengan cara sublingual obat
bereaksi dalam waktu satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam
waktu 3 menit. Tujuan dari pemberian obat sublingual adalah :
- memperoleh efek lokal dan sistemik.
- memperoleh aksi kerja obat lebih cepat dibandingkan dengan oral.
- menghindari kerusakan obat oleh hepar.
Perhatian :
- obat tidak boleh ditelan.
- biarkan berada di bawah lidah sampai obat habis diabsorbsi seluruhnya.
b. Bukal
Obat diletakkan diantara gigi dan selaput lendir pada pipi bagian
dalam. Pasien dianjurkan untuk membiarkan obat pada selaput lendir pipi
sampai obat hancur dan diabsorbsi. Jarang dilakukan, hanya pada jenis
preparat hormone dan enzim yang menggunakan metode ini.
Keuntungan pemberian obat secara oral, bukal dan sublingual adalah :
- Nyaman bagi klien
- Ekonomis
- Dapat menimbulkan efek lokal maupun sistemik
- Jarang membuat klien cemas
Kerugian atau kontraindikasi :
- Cara ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna,
motilitas menurun (setelah anastesi umum atau implamasi lokal) dan reseksi
bedah suatu bagian saluran cerna.
- Bila obat dihancurkan oleh sekresi lambung
- Cara oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan.
- Klien tidak sadar atau bingung
- Obat dapat mengiritasi saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecap
rasa yang tidak enak.
2. Parenteral
Pemberian obat secara parenteral lazimnya dikaitkan dengan pemberian obat
secara injeksi baik intradermal, subkutan, intramuskuler, maupun intravena.
Pemberian obat secara parenteral mempunyai banyak risiko antara lain merusak
kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, dan lebih mahal.
a. Intracutan
Injeksi intradermal atau intracutan merupakan injeksi yang ditusukkan
pada lapisan dermis atau di bawah epidermis/ permukaan kulit. Lazim
digunakan pada test tuberculin, skin test atau test untuk mengetahui reaksi
alergi terhadap obat tertentu dan vaksinasi. Area yang lazim digunakan adalah
lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas dan punggung pada area
scapula.
b. Intramuskuler
Injeksi intramuskuler merupakan injeksi ke dalam otot tubuh.
Area yang lazim digunakan adalah :
- Deltoid (lengan atas bagian luar)
- Dorsogluteal, digunakan pada orang dewasa dan anak-anak di atas umur 3
tahun
- Ventrogluteal
- Vastus lateralis
- Rectus femoris.
Area ini digunakan karena massa otot yang besar, vakularisasi baik dan
jauh dari syaraf. Pada saat injeksi jarus diatur pada posisi tegak lurus (900).
c. Intravena
Jalur intravena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang
diberikan dapat bereaksi dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat.
Injeksi intravena biasanya dilakukan secara langsung atau melalui infus pada
pasien yang terpasang infus. Bila secara langsung maka biasanya dicari vena
yang besar yaitu vena basilica dan vena sepalika pada lengan.
Keuntungan pemberian obat secara parenteral :
- Digunakan jika cara oral dikontraindikasikan
- Absorbs lebih cepat
- Dimungkinkan dalam kondisi kritis atau terapi jangka panjang.
Kerugian atau kontraindikasi pemberian obat secara parenteal :
- Risiko infeksi dan obat mahal
- Risiko kerusakan jaringan seperti pada penyuntikan insulin
- Bahayanya lebih besar apabila terjadi kesalahan karena absorbsinya cepat
- Menimbulkan rasa nyeri dan cemas pada pasien
- Hindari pada pasien yang cenderung mengalami perdarahan.
d. Subcutan
Injeksi subcutan diberikan dengan menusukkan area di bawah kulit yaitu pada
jaringan lemah dibawah dermis. Area yang lazim dipakai adalah lengan atas
bagian luar dan paha bagian depan. Pada pemakaian jangka lama perlu dirotasi
pada area yang berbeda. Jenis obat yang lazim diberikan adalah vaksin, obat
pre operasi, narkotika, insulin dan heparin.

3. Topical
Pemberian obat topical adalah obat yang diberikan melalui kulit atau
membrane mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local. Efek sistemik bisa
timbul jika kulit klien tipis, konsentrasi obat tinggi, dan jika obat bersentuhan
dengan kulit dalm jangka waktu lama. Beberapa jenis obat dikemas dalam bentuk
obat luar seperti lotion, bubuk, pasta, dipakai untuk obat gangguan dermatologis.
Keuntungan dari pemberian obat secara topical adalah tidak menimbulkan rasa
nyeri dan efek samping yang timbul terbatas. Sedangkan kerugian atau
kontraindikasinya adalah :
- Untuk pengolesan di daerah luas, obat diperlukan dalam jumlah yang banyak
- Klien yang kulitnya tergores berisiko mengalami absorpsi obat dan efek
sistemik yang cepat.
Yang termasuk pemberian obat secara topical adalah :
- Pemberian obat kulit (dermatologis)
- Irigasi dan instalasi mata
- Instilasi hidung dan telinga
- Irigasi dan instilasi vagina
- Pemberian obat per rectal
a. Mata
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva
mata. Instilasi mata adalah tindakan meneteskan atau memberi obat pada mata.
b. Hidung
Instilasi hidung merupakan pemberian obat melalui tetesan hidung.
Biasanya diberikan dengan tujuan :
- Menimbulkan astrigent efek yang merupakan efek obat dalam
mengkerutkan selaput lendir yang bengkak.
- Menyembuhkan infeksi pada rongga.
c. Kulit
Pemberian obat kulit (dermatologis) dapat diberikan pada kulit dengan
cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan, dioleskan.
Prinsip kerja pemberian obat pada kulit antara lain :
- Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.
- Bersihkan kulit sebelum memberikan obat
- Ambil obat dari tempatnya dengan ujung spatel lidah dan buka dengan
tangan
- Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus
- Oleskan obat tipis-tipis, kecuali ada petunjuk lain
- Bila menggunakan kompres atau kapas lembab, maka pelembab harus
steril.
d. Vagina
Irigasi vagina merupakan suatu prosedur vagina dengan aliran air yang
pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk :
- Memasukkan larutan antimikroba guna mencegah pertumbuhan
mikroorganisme penyebab infeksi.
- Mengeluarkan kotoran dalam vagina.
- Mencegah perdarahan.
- Mengurangi peradangan.
Instilasi vagina dilakukan dengan tujuan mengobati infeksi atau
menghilangkan rasa nyeri, gatal pada vagina.
Obat dapat berupa cream, jelly, atau suppositoria.
e. Rektal
Pemberian obat per rectal (suppositoria) adalah pemberian obat melalui
rectal, bisa dalam bentuk cairan (enema), atau dalam bentuk kapsul yang besar
dan panjang (suppositoria).
Keuntungan penggunaan suppositoria adalah :
- Tidak menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.
- Dapat diabsorpsi dengan baik melalui dinding permukaan rectum.
Prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat
dalam bentuk enema atau suppositoria adalah :
- Untuk mencegah peristaltic, lakukan enema retensi secara pelan dengan
cairan sedikit dan gunakan rectal tube kecil.
- Selama enema berlangsung anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan
bernafas melalui mulut untuk merileksikan spingter.
- Anjurkan pasien berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian
enema.
- Obat suppositoria harus disimpan dalam lemari es karena bisa mencair
dalam suhu kamar.
- Gunakan pelindung jari atau sarung tangan.
- Anjurkan pasien tetap berbaring selama 20 menit setelah obat masuk.
C. SOP PEMBERIAN OBAT PARENTERAL (INTRAVENA)

Pengertian Pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam


pembuluh darah vena menggunakan spuit

Tujuan 1. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering


digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat.
2. Menghindari kerusakan jaringan.
3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.

Prosedur : 1. Buku catatan pemberian obat


Persiapan 2. Kapas alkohol
alat 3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang sesuai
5. Aquabidest steril
6. Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
7. Bak spuit
8. Baki obat
9. Plester
10. Kasa steril
11. Bengkok
12. Perlak pengalas
13. Pembendung vena (torniket)

Pra interaksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis klien


(mengetahui TTV, therapy, resep obat yang diberikan,
indikasi, kontraindikasi, riwayat alergi, dan hal lain yang
diperlukan)
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat yang diperlukan
4. Siapkan obat dengan prinsip benar dari ampul atau vial.
Periksadengan teliti. Pastikan semua udara dikeluarkan.

Tahap 1. Beri salam dan perkenalan diri


orientasi 2. Identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan dengan gelang identitas
3. Tanyakan kondisi dan keluhan klien
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu
dilakukan klien
5. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan

Tahap kerja 1. Jaga privasi klien


2. Cuci tangan
3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan
daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan
apabila tertutup buka atau ke ataskan.
4. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan 57
dilakukan penyuntikan.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet)
pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat
atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau
membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.
8. Ambil spuit yang berisi obat.
9. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas
dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut
penyuntikan 15-30 derajat
10. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet
pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
11. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan
penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol,
dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
12. Lepas sarung tangan
13. Rapikan klien dan atur dalam posisi nyaman

Terminasi 1. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan, berikan


umpan balik positif
2. Kontrak pertemuan selanjutnya
3. Bereskan alat-alat
4. Cuci tangan.

Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan (tanggal,


jam, obat, yang diberikan, respon pasien selama
dilakukannya prosedur, tanda tangan nama terang)
D. SOP MEMBERIKAN OBAT MELALUI VAGINAL DAN REKTAL

Pengertian Tindakan pemberian obat melalui vagina dan rectal


Tujuan Mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri, terbakar,
ketidaknyamanan) dan mengobati saluran vagina atau serviks
(infeksi, peradangan).
Prosedur : 1. Supositoria vaginal dan rectal
Persiapan Alat 2. Handuk
3. Pispot
4. Duk
5. Pelumas larut air
6. Sarung tangan bersih
7. Tisu
8. Pembalut
9. Bengkok
Preorientasi 1. Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
2. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada pasien /
keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama pasien
Tahap Kerja 1. Tawarkan pasien untuk BAK atau BAB
2. Jaga privasi pasien.
3. Cuci tangan kemudian gunakan handscone
4. Buka pakaian bawah Pemberian obat melalui vaginal
5. Bersihkan vaginal
6. Lepaskan supositoria dari pembungkusnya dan beri pelumas
disekitar ujungnya
7. Dengan tangan non dominan regangkan lipatan labia
8. Masukkan ujung supositoria kedalam vagina sesuai panjang jari
telunjuk (7,5-10cm)
9. Tarik jari dan bersihkan pelumas sisa disekitar orifisium dan
labia
10. Instruksi pasien untuk tetap pada posisi telentang selama 10
menit
11. Berikan pembalut sebelum pasien melakukan ambulasi
Pemberian obat melalui rectal
12. Minta pasien untuk posisi sims fleksi ke depan
13. Periksa kondisi anus eksternal dan palpasi dinding rectal
14. Buka sarung tangan. Ganti dengan yang baru
15. Buka obat supositoria dari wadah, beri pelumas pada ujung
dengan jeli
16. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut untuk
merilekskan spinkter anal
17. Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan anda.
Lalu masukkan obat supositoria perlahan melalui anus.
Masukkan telunjuk ±10 cm pada orang dewasa, 5 cm anak-anak.
(Wong, 1999). Tarik jari andaa dan berikan area. Instruksikan
pasien untuk tetap terbaring selama 5 menit
18. Rapikan pasien
19. Buka sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
5. Bereskan peralatan
6. Cuci tangan.
Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan (tanggal, jam,
obat, yang diberikan, respon pasien selama dilakukannya prosedur,
tanda tangan nama terang).

Anda mungkin juga menyukai