Anda di halaman 1dari 2

Merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir.

Konsep gebrakan merdeka belajar


supaya membentuk siswa yang kompeten, cerdas, dan berbudi luhur. Situasi
pendidikan saat ini umumnya sangat tradisional, konservatif, birokratis dan resisten
terhadap perubahan. Oleh karena itu untuk menyelamatkan generasi muda ini adalah
melalui kemerdekaan belajar”. Startegi pembelajaran merdeka belajar lebih
menekankan pada kemampuan minimum, meliputi literasi, numerasi, dan kurvei
karakter. Hal ini mampu menciptakan Nuansa pembelajaran yang sesuai, karena Guru
berperan sebagai fasilitator terhadap murid sehingga membentuk karakter peserta
didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi.

(Sulfemi & Qodir, 2017) SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
melaksanakan proses pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis
kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja dan mempunyai
keahlian terapan sehingga menghasilkan kegunaan sosial. (A.A.I.N. Marhaeni, 2015)
Hasil evaluasi implementasi kurikulum 2013 hasil dengan data dilapangan
menunjukkan bahwa Implementasi pengembangan diri masih parsial dan belum
terintegrasi. Hal ini menunjukan perlunya perubahan baru dalam lembaga pendidikan
di SMK. Dengan dilahirkan nya program sistem merdeka belajar yang baru ini,
berharap mampu memberikan kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik
memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah
diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok normatif, adaptif dan
kelompok produktif.
(U.S, 2015) Setiap perubahan pada sektor pendidikan perlunya melakukan
pengamatan berbagai bentuk operasional di lapangan sebagai tindak lanjut dan
implikasi dari perubahan kebijakan tersebut. Setiap kendala harus segera diantisipasi
sebelum menimbulkan masalah yang besar dan kompleks. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya kendala yaitu: waktu, harapan-harapan dari pihak orangtua, prasaran yang
kurang memadai, situasi pendidikan yang tidak sesuai, dan guru-guru kurang
memiliki keterampilan dan pengetahuan dikaitkan dengan kurikulum baru tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
A.A.I.N. Marhaeni, L. P. A. (2015). ASESMEN AUTENTIK DAN PENDIDIKAN
BERMAKNA: IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 A.A.I.N. Jurnal Pendidikan
Indonesia, 4(1), 499–509. https://doi.org/10.1300/J104v33n03_08
Sulfemi, W. B., & Qodir, A. (2017). HUBUNGAN KURIKULUM 2013 DENGAN
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK PELITA CIAMPEA. Jurnal Ilmiah
Edutecno, 17(106), 1–12.
U.S, S. (2015). Arah Pendidikan di Indonesia dalam Tataran Kebijakan dan Implementasi.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(2), 111–121.
https://doi.org/10.30998/formatif.v2i2.92

Anda mungkin juga menyukai