Anda di halaman 1dari 6

Nama: Rizki Agustiyan Andriani

Nim: 30901800151

KASUS

Seorang perempuan 31 th P2 nifas hari pertama dirawat di bangsal kebidanan. Saat ini klien
mengatakan masih nyeri pada perut, ASI belum keluar, klien juga terdapat luka post episiotomy,
berat badan bayi 3300 gr, bayi menangis terus karena asi belum keluar, putting menonjol, ibu
mengatakan masih lemas untuk beraktivitas TD : 120 mmHg, nadi 72x/mnt, pernafasan 12x/mnt,
suhu :37 c.

1. Apakah yang dimaksud periode post partum


Periode postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat–alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal berlangsung selama enam
minggu atau 42 hari.
2. Perubahan fisiologis & psikologs apa saja yang dapat terjadi pada ibu post partum

1. Perubahan fisiologis pada ibu post partum menurut Rustam Muchtar, 1998:

 Perubahan pada Uterus: Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi
akibat perubahan hialin, dan pembuluh– pembuluh yang lebih kecil menggantikannya.
Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada
ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di dalam
jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.
 Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus: Tepi luar serviks, yang berhubungan
dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium
serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya
dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah
menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan kanal kembali terbentuk.
Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke
penampakannya sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada
lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi cirri khas serviks
para.
 Involusi korpus Uteri: Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang
berkontraksi terletak kira – kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian
besar terdiri atas miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis.
Dinding anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing – masing tebalnya 4
sampai 5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi,
uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil yang
hiperemesis dan berwarna ungu kemerah – merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai
menyusut, sehingga dalam 2 minggu orga ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ
ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus
segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi
sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.
 Regenerasi Endometrium: Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas
bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan
merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari
proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar
tersebut.Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat
melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup
oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.

2. Perubahan psikologi masa post partum menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap
yaitu:

 Periode Taking In: Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi.
 Periode Taking Hold: Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi.
 Periode Letting Go: Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi ( Persis Mary H, 1995:     ). Hal ini akan mengakibatkan
depresi pasca-persalinan (depresi postpartum). Berikut ini gejala-gejala depresi pasca-
persalinan:
A. Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur
B. Nafsu makan hilang
C. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control
D. Terlalu cemas atau tidak pcrhatian sama sekali pada bayi
E. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
F. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
G. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
H. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
3. Apakah pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu post partum

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b. Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas dan istirahat
a. Apakah ibu tampak kelelahan, keletihan ?
b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis pasca persalinan ?

b. Adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan ?


5. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?


b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
P : Palitaif yaitu yang meningkatkan atau mengurangi nyeri
Q : Qualitas / Quantitas yaitu frekwensi dan lamanya keluhan
dirasakan, deskripsi sifat nyeri
R : Regio / tempat yaitu lokasi sumber dan penyebarannya
S : Skala yaitu derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai
T : Time yaitu kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan
berlangsung.

e. Apakah nyerinya mengganggu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan

penampilan tubuhnya saat ini ?

4. Apakah masalah-masalah keperawatan yang dapat muncul pada periode post partum
1. Terjadinya Infeksi
Saat masa nifas, tubuh akan mudah terkena infeksi. Masalah infeksi ini bisa
terjadi pada rahim, infeksi panggul, infeksi perineum dan abses adneksa. Jika dibiarkan,
maka infeksi ini berbahaya bagi keselamatan tubuh. Selain itu saat masa nifas, payudara
juga akan rawan mengalami infeksi. Payudara akan mengalami sakit dan mengeluarkan
nanah dan nyeri.

2. Terjadi Pendarahan Pada Vagina


Pendarahan melalui vagina seringkali disebut dengan Hemoragi Post Partum, hal ini
dapat menyebabkan anemia pada ibu. Hemoragi Post Partum, ini bisa disebabkan karena
trauma pada saat proses persalinan. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang
cukup untuk mengurangi risiko ini.

3. Kelainan Pada Payudara

Setelah melahirkan, umumnya payudara akan mengalami keluhan. Payudara akan terasa
penuh dan sakit. Hal ini disebabkan terjadinya penumpukan ASI. Kompres dengan air dingin
untuk mengurangi rasa sakitnya dan mengurangi rasa nyeri.

4. Sakit Kepala dan Suhu Tubuh yang Meningkat


Sakit kepala umum terjadi saat hamil, namun jika keadaan ini terus berlanjut setelah
melahirkan maka hal ini perlu diwaspadai. ibu, harus segera memeriksakan ke dokter. Suhu
tubuh pun semakin meningkat setelah hari pertama melahirkan, namun jika suhu semakin
meningkat ibu perlu mengkhawatirkan keadaan ini.

5. Munculnya Postpartum Blues


Postpartum Blues adalah sindrom yang biasa menyerang ibu setelah melahirkan.
Perasaan tidak nyaman dan gelisah. Postpartum Blues juga menyebabkan tubuh menjadi
kurang percaya diri. Bila sampai pada tahap yang akut, ibu bahkan tidak ingin melihat
bayinya sendiri. Kondisi ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mom dan juga si
kecil.
6. Bagaimanakah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu post partum
 Dx :Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.........rasa
nyeri teratasi
 Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya
ketidaknyamanan.
 Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
3) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
4) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
5) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
6) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

 Dx : Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI


 Tujuan : Setelah dilakukan demostrasi tentang teknik menyusui

selama ...... diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.

 Kriteria hasil: Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,


menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi

dipuaskan setelah menyusui, ASI keluar dengan lancar.

 Intervensi :

1) Dorong ibu untuk menyusui, dengan tepat

2) Sediakan pendidikan menyusui yang cukup dan dukungan

3) Instruksikan orangtua mengenal tanda bayi merasa lapar

4) Instruksikan orangtua mengenai pentingnya memberikan makan

sebagai aktivitas yang memelihara, yang menyediakan kesempatan

untuk terjadinya kontak mata dan kedekatan secara fisik

5) Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus menerus antara

bayi dan orangtua

Anda mungkin juga menyukai