Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh:
Rohani Safitri ( 170802007 )

Dosen Pengampu:
Nur Fitriyana, M. Psi, Psikolog

PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian atau mengumpulkan informasi atau data merupakan
aspek yang penting dari penelitian. Ketika para peneliti psikologi pendidikan ingin
mengetahui–misalnya, apakah sering bermain video games dapat mengurangi
pembelajaran siswa, menyantap makanan bergizi dapat meningkatkan perhatian
di kelas, atau waktu istirahat yang banyak bisa mengurangi ketidakhadiran –
mereka bisa memilih dari banyak metode pengumpulan informasi penelitian. Tiga
metode dasar yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi
pendidikan adalah deskriptif, korelasional, dan eksperimental. Berikut ini adalah
bagan dari metode penelitian :

Penelitian Observasi Observasi


Deskriptif Naturalistis
Wawancara &
Quesioner
Observasi
Tes Partisipan
Metode
Penelitian Terstandardisasi
Penelitian
Korelasional
Studi Kasus

Studi Etnografis
Penelitian
Eksperimental

1. Penelitian Deskriptif
Tujuan dari metode penelitian ini adalah mengamati dan merekam
perilaku. Penelitian deskriptif tidak bisa membuktikan apa yang menyebabkan
beberapa fenomena, tetapi penelitian ini bisa memperlihatkan informasi penting
tentang perilaku dan sikap seseorang. Adapun bagian dari penelitian Deskriptif
diantaranya adalah:

a) Observasi
Observasi ilmiah sangatlah sistematis, seorang peneliti diharuskan
mengetahui apa yang ia cari, melakukan observasi secara adil, dengan
akurat merekam dan mengkategorikan apa yang ia lihat, dan secara efektif
mengkomunikasikan observasinya. Cara umum untuk merekam observasi adalah
dengan menuliskannya dengan steno atau simbol.
Selain itu, perekam, kamera video, lembar kode khusus, cermin satu
arah, dan komputer semakin sering digunakan agar observasi menjadi semakin
akurat, dapat dipercaya, dan efisien. Observasi Naturalistis (naturalistic
observation) sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini,
peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang
yang sedang melakukan penelitian. Observasi partisipan (participant observation)
terjadi ketika peneliti atau pengamat terlibat secara aktif sebagai seorang partisipan
dalam sebuah aktivitas atau situasi.

b) Wawancara dan Kuisioner


Para psikolog pendidikan menggunakan wawancara dan kuisioner (survey)
untuk mencari tahu tentang pengalaman, keyakinan, dan perasaan anak-anak atau
para guru. Wawancara dan survey yang bagus mencakup pertanyaan yang konkret,
spesifik, dan tidak ambigu, serta beberapa cara untuk memastikan keaslian
jawaban. Salah satu masalah yang terpenting adalah bahwa banyak individu
memberikan jawaban yang diinginkan oleh lingkungan social (social desirable
answer), merespon dalam cara yang mereka kira merupakan yang paling diterima
dan diinginkan oleh masyarakat daripada bagaimana sebenarnya pemikiran atau
perasaan mereka. Teknik melakukan wawancara dengan terampil dan pertanyaan
yang dapat meningkatkan respons yang jujur, sangatlah penting untuk
mendapatkan informasi yang akurat. Masalah lain dari wawancara dan survey
adalah bahwa para responden terkadang berbohong.
c) Tes Terstandardisasi
Tes terstandardisasi memiliki prosedur yang sama untuk
administrasi dan skoringnya. Tes ini menilai ketangkasan dan keterampilansiswa
dalam bidang yang berbeda. Tes ini bisa memberikan ukuran hasil untuk studi
penelitian, informasi yang membantu para psikolog dan pendidik membuat
keputusan tentang seorang siswa, dan perbandingan prestasi siswa lintas
sekolah, wilayah, atau Negara. Contoh tes terstandardisasi yang ada di Indonesia
adalah Ujian Nasional (UN).

d) Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu penelitian yang mendalam terhadap
seseorang. Studi kasus sering digunakan ketika suatu keadaan tertentu dalam
kehidupan seseorang yang tidak bisa ditiru, baik untuk alasan praktis maupun
etis. Meskipun studi kasus memberikan gambaran yang dramatis dan
mendalam tentang kehidupan seseorang, seorang peneliti harus memperhatikan
interpretasinya. Subjek dari kasus ini unik, dengan komposisi genetic dan
serangkaian pengalaman yang tidak dimiliki oleh siapapun. Untuk alasan ini,
penemuan tersebut seringkali tidak sesuai untuk analisis statistic dan mungkin
tidak sama untuk orang lain.

e) Studi Etnografis
Terdiri atas deskripsi yang mendalam dan interpretasi perilaku dalam
sebuah kelompok budaya atau etnis yang mencakup keterlibatan langsung dengan
partisipan. Jenis studi ini meliputi observasi dalam keadaan alami dan wawancara,
biasanya studi etnografis merupakan proyek jangka panjang

2) Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan kekuatan hubungan
antara dua atau lebih peristiwa atau sifat. Penelitian korelasional sangat
bermanfaat karena semakin kuat dua peristiwa berkorelasi (berhubungan atau
berkaitan), semakin efektif peneliti memprediksikan satu dari yang lain.
Namun, korelasi tidaklah sama dengan sebab akibat. Variabel dapat
berkorelasi positif, berkorelasi negatif, atau tidak berkorelasi. Contoh dari korelasi
positif adalah hubungan antara prestasi membaca dan prestasi matematika.
Secara umum, seseorang yang memiliki kemampuan membaca di atas rata-
ratajuga akan memiliki kemampuan matematika di atas rata-rata. Tentu saja,
beberapa siswa yang mahir membaca mungkin saja tidak mahir dalam
matematika, dan sebaliknya.Tapi rata-rata, keterampilan dalam satu bidang
akademis berkorelasi positif dengan keterampilan dalam bidang akademik
lainnya.Ketika salah satu variabel tinggi, yang lain juga cenderung tinggi. Contoh
dari korelasi negatif adalah hari absen dan nilai. Semakin sering siswa tidak hadir di
kelas, nilainya akan cenderung semakin rendah,ketika salah satu variabel tinggi,
yang lain cenderung rendah. Dengan variabel berkorelasi, sebaliknya, tidak ada
korespondensi antara mereka. Sebagai contoh, prestasi siswa di DKI Jakarta,
mungkin sama sekali tidak berhubungan dengan tingkat motivasi siswa di
Balikpapan, Kalimantan Timur.

3) Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental memungkinkan para psikolog pendidikan
untuk menentukan sebab-akibat perilaku. Penelitian eksperimental merupakan
satu-satunya metode yang bisa dipercaya untuk menentukan penyebab dan
dampak. Eksperimen melibatkan setidaknya satu variable independen dan satu
variable dependen. Variabel independen adalah factor yang dimanipulasi,
eksperimental, dan berpengaruh. Label independen mengindikasikan bahwa
variable ini bisa diubah secara independen dengan faktor yang lain. Variabel
dependen adalah faktor yang diukur dalam sebuah eksperimen. Variable ini
bisa berubah ketika variable independen dimanipulasi. Label dependen
digunakan karena nilai dari variable ini bergantung pada apa yang terjadi
pada para partisipan dalam eksperimen tersebut ketika variable independen
dimanipulasi.
Dalam eksperimen, variable independen terdiri atas pengalaman yang
berbeda yang diberikan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental dan
satu atau lebih kelompok control. Kelompok eksperimental adalah kelompok
yang pengalamannya dimanipulasi. Kelompok control adalah kelompok
perbandingan yang diperlakukan sama seperti kelompok eksperimental, kecuali
untuk faktor yang dimanipulasi. Kelompok control berfungsi sebagai dasar yang bisa
dibandingkan dengan dampak dari kondisi yang dimanipulasi. Prinsip penelitian
eksperimen yang penting lainnya adalah penempatan acak (random assignment).
Para peneliti menentukan para partisipan dalam kelompok eksperimental dan control
secara acak. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan bahwa hasil dari eksperimen
tersebut muncul dari perbedaan yang sebelumnya telah ada pdi antara kelompok-
kelompok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2018). Metode Penelitian Pssikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Syah, M. (2007). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai