Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. IV/No.

6/Ags/2015

DELIK ADUAN TERHADAP PERKARA mengakibatkan kerugian bagi korban.Undang-


KEKERASAN SEKSUAL DALAM Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
RUMAH TANGGA1 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Oleh: George Mayor2 Rumah Tangga. Pasal 51: Tindak pidana
kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam
ABSTRAK Pasal 44 ayat (4) merupakan delik aduan.Setiap
Negara berpandangan bahwa segala bentuk orang yang melakukan perbuatan kekerasan
kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah seksual dipidana dengan pidana penjara paling
tangga, adalah pelanggaran hak asasi manusia lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling
dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
serta bentuk diskriminasi. Perkembangan rupiah).Delik aduan merupakan kejahatan yang
dewasa ini menunjukkan bahwa tindak dapat dituntut apabila ada pengaduan dari
kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan pihak yang menjadi korban kekerasan seksual
penelantaran rumah tangga pada kenyataannya yang dirugikan. Dari hasil penelitian dapat
terjadi sehingga dibutuhkan perangkat hukum ditarik kesimpulan bahwa terjadinya kekerasan
yang memadai untuk menghapus kekerasan seksual dalam rumah tangga akibat adanya
dalam rumah tangga. Secara umum di dalam pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah terhadap orang yang menetap dalam lingkup
diatur mengenai penganiayaan dan kesusilaan rumah tangga tersebut dan pemaksaan
serta penelantaran orang yang perlu diberikan hubungan seksual terhadap salah seorang
nafkah dan kehidupan.Dari latar belakang di dalam lingkup rumah tangganya dengan orang
atas, maka yang menjadi permasalahan dalam lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
karya tulis ini yaitu bagaimana terjadinya tertentu. Delik aduan terhadap kekerasan
kekerasan seksual dalam rumah tangga dan seksual dalam rumah tangga, baik yang
bagaimana delik aduan terhadap perkara dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
kekerasan seksual dalam rumah tangga. Karya sebaliknya.
tulis ini menggunakan metode penelitian yuridis
normatif dan melalui metode ini dapat ditelaah A. PENDAHULUAN
peraturan perundang-undangan yang mengatur Salah satu praktik seks yang dinilai
mengenai delik aduan dalam perkara kekerasan menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual.
seksual dalam rumah tangga serta teori-teori Artinya praktik hubungan seksual yang
dari ahli hukum yang ada dalam literatur- dilakukan dengan cara-cara kekerasan,
literatur dan karya-karya ilmiah hukum dan bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai
untuk menjelaskan beberapa istilah dan agama serta melanggar hukum yang berlaku,
pengertian, maka digunakan kamus-kamus kekerasan ditunjukkan untuk membuktikan
hukum. Untuk mengumpulkan bahan-bahan bahwa pelakunya memiliki kekuatan baik fisik
hukum yang diperlukan, penulis melakukan maupun non fisik dan kekuatannya dapat
studi kepustakaan. Hasil penelitian dijadikan alat untuk melakukan usaha-usaha
menunjukkan bahwa tindakan kekerasan jahatnya itu.3
merupakan wujud penindasan dan pelanggaran Dari sisi tempat kejadian, kekerasan
hak asasi yang dilakukan seseorang kepada terhadap perempuan dapat terjadibaik di ruang
orang lain, kelompok tertentu kepada domestik seperti dalam rumah tangga, maupun
kelompok lain, orang dewasa, anak-anak, di ruangpublik misalnya di tempat kerja,
majikan kepada pembantunya dan laki-laki sekolah, rumah sakit, dan di tempatumum
kepada perempuan. Hubungan seksual yang lainnya, bahkan juga di daerah bencana dan
dipaksakan merupakan bentuk kekerasan yang konflik.Dari sisi waktu, kekerasan dapat terjadi
baik di waktu pagi, siang, maupunmalam, baik
1 di waktu istirahat maupun waktu melakukan
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
Sumbu, SH, MH; Grees Thelma Mozes, SH, MH; Alfred aktivitas,kemudian juga baik direncanakan
Rondonuwu, SH, MH.
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, Cetakan I,
080711599 Penerbit Nuansa. Bandung, Juli 2006, hal. 60

74
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

maupun timbul seketika dan tidak Korban kekerasan seksual dalam rumah
4
direncanakan. tangga harus melaporkan peristiwa yang telah
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang terjadi kepada penegak hukum guna
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 kepentingan proses peradilan pidana, karena
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tanpa adanya pengaduan dari saksi atau
Tangga, Keutuhan dan kerukunan rumah tangga korban, maka peristiwa pidana yang terjadi
yang bahagia, aman, tenteram, dan damai dalam rumah tangga tidak dapat diselesaikan
merupakan dambaan setiap orang dalam melalui proses hukum dan akan mengakibatkan
rumah tangga. Negara Republik Indonesia korban tidak mendapatkan perlindungan
adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan hukum yang memadai dan keadilan untuk
Yang Maha Esa dijamin oleh Pasal 29 Undang- dirinya.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.Dengan demikian, setiap orang B. RUMUSAN MASALAH
dalam lingkup rumah tangga dalam 1. Bagaimanakah terjadinya kekerasan seksual
melaksanakan hak dan kewajibannya harus dalam rumah tangga ?
didasari oleh agama.Hal ini perlu terus 2. Bagaimanakah delik aduan terhadap
ditumbuhkembangkan dalam rangka perkara kekerasan seksual dalam rumah
membangun keutuhan rumah tangga. tangga?
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 C. METODE PENELITIAN
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Karya tulis ini disusun dengan menggunakan
Tangga.I. Umum, Perkembangan dewasa ini metode penelitian yuridis normatif dan melalui
menunjukkan bahwa tindak kekerasan secara metode ini dapat ditelaah peraturan
fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah perundang-undangan yang mengatur mengenai
tangga pada kenyataannya terjadi sehingga delik aduan dalam perkara kekerasan seksual
dibutuhkan perangkat hukum yang memadai dalam rumah tangga serta teori-teori dari ahli
untuk menghapus kekerasan dalam rumah hukum yang ada dalam literatur-literatur dan
tangga. Pembaruan hukum yang berpihak pada karya-karya ilmiah hukum dan untuk
kelompok rentan atau tersubordinasi, menjelaskan beberapa istilah dan pengertian,
khususnya perempuan, menjadi sangat maka digunakan kamus-kamus hukum.Untuk
diperlukan sehubungan dengan banyaknya mengumpulkan bahan-bahan hukum yang
kasus kekerasan, terutama kekerasan dalam diperlukan, penulis melakukan studi
rumah tangga.Pembaruan hukum tersebut kepustakaan.
diperlukan karena undang-undang yang ada
belum memadai dan tidak sesuai lagi dengan PEMBAHASAN
perkembangan hukum masyarakat.Oleh karena 1. Perkara Kekerasan Seksual Dalam Rumah
itu, diperlukan pengaturan tentang tindak Tangga
pidana kekerasan dalam rumah tangga secara Tindakan kekerasan merupakan wujud
tersendiri karena mempunyai kekhasan, penindasan dan pelanggaran hak asasi yang
walaupun secara umum di dalam Kitab Undang- dilakukan seseorang kepada orang lain,
Undang Hukum Pidana telah diatur mengenai kelompok tertentu kepada kelompok lain,
penganiayaan dan kesusilaan serta orang dewasa, anak-anak, majikan kepada
penelantaran orang yang perlu diberikan pembantunya dan laki-laki kepada
nafkah dan kehidupan. perempuan.Tindakan ini mencerminkan pihak
yang kuat cenderung superior dan
menempatkan pihak yang lemah sebagai
4
Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan korbannya.5
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
5
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
Anak Korban Kekerasan RingkasanStandar Pelayanan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi Atas Hak
Minimal (SPM)Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Asasi Perempuan, Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama,
Dan Anak Korban Kekerasan. Bandung, 2011, hal. 54.

75
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Hubungan seksual yang dipaksakan Undang-Undang Nomor Undang-Undang


merupakan bentuk kekerasan yang Nomor 21 Tahun 2007tentangPemberantasan
mengakibatkan kerugian bagi korban. Tindak Pidana Perdagangan Orang, seperti
Kekerasan ini mencerminkan bahwa kekuatan Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa
fisik laki-laki merupakan faktor alamiah yang persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak
lebih hebat dibandingkan perempuan.Laki-laki terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan
telah tampil menjadi semacam kekuatan yang paksa, perbudakan atau praktik serupa
bercorak represif yang menempatkan perbudakan, penindasan, pemerasan,
perempuan sebagai korban.Kekuatan laki-laki pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi,
yang lebih unggul secara fisik dibandingkan atau secara melawan hukum memindahkan
dengan perempuan telah salah digunakan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan
untuk melecehkan, menindas dan menodai hak- tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
hak asasi perempuan.Perempuan akhirnya kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk
menempati posisi sebagai subordinasi mendapatkan keuntungan baik materiil
kebutuhan seksual laki-laki.6 maupun immateriil (Pasal 1 angka 7).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 5: tubuh lain dari korban untuk mendapatkan
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas
dalam rumah tangga terhadap orang dalam pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan
lingkup rumah tangganya, dengan cara: (Pasal 1 angka 8).
a. kekerasan fisik; Ancaman kekerasan adalah setiap
b. kekerasan psikis; perbuatan secara melawan hukum berupa
c. kekerasan seksual; atau ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan
d. penelantaran rumah tangga. tubuh, baik dengan atau tanpa menggunakan
Larang (Ind); melarang; memerintahkan sarana yang menimbulkan rasa takut atau
supaya tidak melakukan sesuatu; tidak mengekang kebebasan hakiki seseorang (Pasal
memperbolehkan berbuat sesuatu.7 1 angka 12). Anak korban kejahatan adalah
Pasal 8: Kekerasan seksual sebagaimana anak anak-anak yang menderita mental, fisik,
dimaksud dalam Pasal 5 huruf (c) meliputi: sosial akibat perbuatan jahat yang dilakukan
a. pemaksaan hubungan seksual yang orang lain yang mencari pemenuhan
dilakukan terhadap orang yang menetap kepentingan diri yang bertentangan dengan hak
dalam lingkup rumah tangga tersebut; adan kewajiban pihak korban. Misalnya
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap menjadi korban perlakuan salah (antara lain
salah seorang dalam lingkup rumah pelecehan), penelantaran, perdagangan anak,
tangganya dengan orang lain untuk tujuan pelacuran, pencabulan, penganiayaan,
komersial dan/atau tujuan tertentu. perkosaan baik yang dilakukan oleh ibu, bapak,
Penjelasan Pasal 8: Yang dimaksud dengan saudara atau anggota masyarakat lain.8
“kekerasan seksual” dalam ketentuan ini adalah Menurut Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar
setiap perbuatan yang berupa pemaksaan Keadilan Bagi Korban Kejahatan dan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of
seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak basic Principle of justice for victim of crime and
disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan abuse of power) mendefinisikan korban adalah:
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau “Orang yang secara individual maupun
tujuan tertentu. kelompok telah menderita kerugian, termasuk
cedera fisik maupun mental, penderitaan
6
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
8
Terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi Atas Hak Koesparmono Irsan, Hak Asasi Dikaitan dengen
Asasi Perempuan). PT. Refika Aditama. Bandung. 2011, Penegakan Hukum, Dalam, Tapi Omas Ihromi,Sulistyowati
hal. 46. Irianto, Dan Achie Sudiarto Luhulima, (Penyunting),
7
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam, PT. Rineka Penghapusan DiskriminasiTerhadap Wanita, Cetakan ke 1,
Cipta, Jakarta, 2009, hal. 242 Alumni, Bandung, 2000, hal hal. 259.

76
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

emosional, kerugian ekonomi atau perampasan unsur ini mengutamakan adanya pelaku
yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik (seorang atau beberapa orang).12
karena tindakan (by act) maupun karena Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka
kelalaian (by omission)”. Rancangan Deklarasi suatu perbuatan yang dilaksanakan oleh
dan Resolusi Konggres PBB ke-7 yang kemudian seseorang harus memenuhi persyaratan supaya
menjadi Resolusi MU-PBB 40/34.9 dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana.
Menurut Kamus Hukum, Korban ialah: : Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai
orang-orang yang secara individual atau suatu peristiwa pidana ialah sebagai berikut:
kolektif, telah mengalami penderitaan, meliputi 1. Harus ada suatu perbuatan. Maksudnya,
penderitaan fisik atau mental, penderitaan memang benar-benar ada suatu kegiatan
emosi, kerugian ekonomis atau pengurangan yang dilakukan oleh seseorang atau
substansial hak-hak asasi melalui perbuatan- beberapa orang. Kegiatan itu terlihat
perbuatan atau pembiaran (omission) yang sebagai suatu perbuatan tertentu yang
melanggar hukum pidana yang berlaku di dapat dipahami oleh orang lain sebagai
negara-negara anggota yang meliputi juga sesuatu yang merupakan peristiwa.
peraturan hukum yang melarang 2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang
penyalahgunaan kekuasaan.10 dilukiskan dalam ketentuan hukum. Artinya
Korban akibat perbuatan manusia, korban perbuatan sebagai suatu peristiwa hukum
akibat perbuatan manusia dapat menimbulkan memenuhi isi ketentuan hukum yang
perbuatan kriminal misalnya: korban kejahatan berlaku pada saat itu. Pelakunya memang
perkosaan, korban kejahatan politik dan yang benar-benar telah berbuat seperti yang
bukan bersifat kriminal (perbuatan perdata) terjadi. Pelaku wajib
misalnya : korban dalam bidang Administratif, mempertanggungjawabkan akibat yang
dan lain sebagainya.11 ditimbulkan dari perbuatan itu. Berkenaan
Peristiwa pidana yang juga disebut tindak dengan syarat ini, hendaknya dapat
pidana (delict) ialah suatu perbuatan atau dibedakan bahwa ada suatu perbuatan
rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan yang tidak dapat dipersalahkan itu dapat
hukuman pidana.Suatu peristiwa hukum dapat disebabkan dilakukan oleh seseorang atau
dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau beberapa orang lain yang mengganggu
memnuhi unsur-unsur pidananya. Unsur-unsur keselamatannya dan dalam keadaan
itu terdiri dari: darurat;
1. Objektif 3. Harus terbukti adanya kesalahan yang
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang dapat dipertanggungjawabkan. Maksudnya
bertentangan dengan hukum dan bahwa perbuatan yang dilakukan olehs
mengindahkan akibat yang oleh hukum seseorang atau beberapa orang itu dapat
dilarang dengan ancaman hukum.Yang dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang
dijadikan titik utama dari pengertian disalahkan oleh ketentuan hukum;
objektif di sini adalah tindakannya. 4. Harus berlawanan dengan hukum. Artinya,
2. Subjektif suatu perbuatan yang berlawanan dengan
Yaitu perbuatan seseorang yang berakibat hukum dimaksudkan kalalu tindakannya
tidak dikehendaki oleh undang-undang.Sifat nyata-nyata bertentangan dengan aturan
hukum;
5. Harus tersedia ancaman hukumannya.
Maksudnya kalau ada ketentuan yang
mengatur tentang larangan atau keharusan
9
Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan Bagi Korban dalam suatu perbuatan tertentu, ketentuan
Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of ini memuat sanksi ancaman hukumannya.
basic Principle of justice for victim of crime and abuse of Ancaman hukuman itu dinyatakan secara
power).
10
Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara, Bandung, tegas berupa maksimal hukumannya yang
2008, hal. 226-227.
11 12
J.E. Sahetapy, Victimologi sebuah Bunga Rampai, Sinar Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi 2. PT.
Harapan, Jakarta, 1987, hal.35. Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 175.

77
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

harus dilaksanakan oleh para pelakunya. pemulihan dan kerahasiaan; korban bisa
Kalau di dalam suatu ketentuan tidak didampingi oleh bukan advokat; korban dapat
dimuat ancaman hukuman terhadap suatu memberikan kuasan kepada orang lain untuk
perbuatan tertentu, dalam peristiwa melaporkan KDRT; dan penetapan jumlah
pidana, pelaku tidak perlu melaksanakan minimal sanksi pidana, namun selain adanya
hukuman tertentu.13 kelebihan dalam UU PKDRT, ada pula beberapa
kelemahan atau celah hukum utama yang
2. Delik Aduan Terhadap Perkara Kekerasan terkandung dalam undang-undang ini hingga
Seksual Dalam Rumah Tangga menghambat upaya penghapusan KDRT di
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Indonesia, yaitu:
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan 1. UU PKDRT tidak mempunyai hukum acara
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Pasal 51: sendiri sehingga aparat penegak hukum
Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana kembali berpedoman pada KUHP yang kaku
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) merupakan dan tidak ramah terhadap korban KDRT;
delik aduan. 2. Dengan tidak mempunyai hukum acara
Pasal 52: Tindak pidana kekerasan psikis sendiri, UU PKDRT juga tidak memberikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) peluang bagi metode penyelesaian sengketa
merupakan delik aduan. alternatif selain pengadilan (misalnya
Pasal 53:Tindak pidana kekerasan seksual mediasi), padahal pengadilan tidak selalu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 yang tepat dan cocok dalam menangani kekhasan
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau perkara KDRT;
sebaliknya merupakan delik aduan. 3. UU PKDRT memberikan peluang
Pasal 46: Setiap orang yang melakukan pemberlakuan KUHP karena tidak ada aturan
perbuatan kekerasan seksual sebagaimana yang mencabut berlakunya ketentuan dalam
dimaksud pada Pasal 8 huruf a dipidana dengan tindak pidana sejenis (tidak seperti UU
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
tahun atau denda paling banyak dalam klausulanya menutup kemungkinan
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). tersebut);
Pengesahan UU PKDRT merupakan tonggak 4. Ancaman pidana UU PKDRT berbentuk
bersejarah dalam penanganan perkara KDRT. alternatif (penjara atau denda); seharusnya
Beberapa kelebihan UU ini dibandingkan KUHP berbentuk kumulatif (penjara atau denda)
adalah: hingga lebih bisa memberikan efek jera pada
1. UU PKDRT telah membawa kasus KDRT dari pelaku KDRT;
wilayah privat suami-istri ke ranah publik; 5. UU PKDRT tidak mengatur ancaman bagi
2. Saksi korban yang selama ini terabaikan bisa pelaku untuk membayar sejumlah uang
dijadikan dasar hukum dengan ditambah kepada korban untuk pemulihan akibat
satu alat bukti lain; KDRT. Ancaman denda dalam UU ini
3. Lingkup rumah tangga tidak hanya meliputi dibayarkan kepada negara.15
suami-istri, tetapi lebih diperluas lagi sesuai Penerbitan UU PKDRT memang masih
isi Pasal 2 UU PKDRT; menuai kontroversi karena di satu sisi para
4. Lingkup KDRT tidak hanya kekerasan fisik, legislator KDRT merupakan suatu tindak pidana,
tetapi juga mencakup kekerasan psikis, tapi di sisi lain mayoritas jenis kekerasan masih
penelantaran rumah tangga,dan seksual.14 bersifat delik aduan yang membatasi orang lain
Selain kelebihan di atas, UU PKDRT juga untuk ikut menangani. Para perancang UU ini
memiliki beberapa keunggulan lainnya, yaitu: memang bermaksud untuk menerapkan
pengakuan hak-hak korban atas perlindungan, “pidana keseimbangan” yaitu menindak pelaku
KDRT di satu sisi, tetapi secara bersamaan ingin
13 memelihara kutuhan rumah tangga. Sebagai
Ibid, hal. 175-176.
14
Fatahillah A. Syukur, Mediasi Perkara KDRT (Kekerasan delik aduan maka sanksi pidana merupakan
Dalam Rumah Tangga) Teori dan Praktek di Pengadilan
Indonesia, CV.Mandar Maju, Cetakan Ke-1.Bandung,
15
2011.hal. 46. Ibid, hal. 47.

78
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

upaya terakhir (ultimatum remedium); apabila hukum yang berhubungan dengan kesalahan
terjadi perdamaian maka perkara akan dicabut dan dilakukan oleh orang yang mampu
dan keuntuhan keluarga tetap terjaga.16 bertanggung jawab.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Perbuatan pidana adalah perbuatan yang
tentang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
(KUHAP) Pasal 1 angka (25): Pengaduan adalah pidana tertentu, bagi barang siapa yang
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak melanggar larangan tersebut.22 Dapat juga
yang berkepentingan kepada pejabat yang dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah
berwenang untuk menindak menurut hukum perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang
seorang yang telah melakukan tindak pidana dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu
aduan yang merugikannya. Laporan pengaduan: diingat bahwa larangan ditujukan kepada
“masalah-masalah yang disampaikan oleh perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian
masyarakat kepada komisi yudisial yang berisi yang ditimbulkan oleh kelakuan orang),
dugaan pelanggaran kehormatan, keluruhan sedangkan ancaman pidanya ditujukan kepada
martabat serta perilaku hakim”.17 orang yang menimbulkan kejadian itu.23
Delik aduan: “delik yang hanya dapat Antara larangan dan ancaman pidana ada
dituntut karena adanya pengaduan dari pihak hubungan yang erat, oleh karena di antara
yang dirugikan”.18 Delik, delict, delikt, kejadian itu ada hubungan yang erat pula. Yang
strafbaar feit, offence, criminal act: “istilah satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.
yang umum dipakai dalam perundang- Kejadian tidak dapat dilarang jika yang
undangan Indonesia ialah “tindak pidana” suatu menimbulkan bukan orang dan orang tidak
istilah yang sebenarnya tidak tepat, karena dapat diancam pidana, jika tidak karena
delik itu dapat dilakukan berbuat atau kejadian yang ditimbulkan olehnya dan justeru
bertindak yang disebut pengaikan (Belanda: untuk menyatakan hubungan yang erat itu,
nalaten; Inggris: negligence) perbuatan yang maka dipakailah perkataan perbuatan, yaitu
diharuskan.19 Oleh karena itu orang Belanda suatu pengertian abstrak yang menunjuk pada
memakai istilah strafbaarfeit yang jika dua keadaan konkret: pertama, adanya
diterjemahkan harfiah berarti peristiwa yang kejadian yang tertentu dan kedua adanya orang
dapat dipidana.Dipakai istilah feit maksudnya yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.24
meliputi perbuatan dan pengabaian.20 Penerapan sanksi dalam suatu perundang-
Kata delik berasal dari bahasa latin, yakni undangan pidana bukanlah sekedar masalah
delictum. Dalam bahasa Jerman disebut delict, teknis perundang-undangan semata, melainkan
dalam bahasa Perancis disebut delit dan dalam bagian tak terpisahkan dari substansi atau
bahasa Belanda disebut delict. Dalam Kamus materi perundang-undangan itu sendiri.Artinya,
Besar Bahasa Indonesia, arti delik diberi dalam hal menyangkut masalah penalisasi,
batasan sebagai berikut: “perbuatan yang dapat kriminalisasi dan deskriminalisasi harus
dikenakan hukuman karena merupakan dipahami secara komprehensif baik segala
pelanggaran terhadap undang-undang tindak aspek persoalan substansi atau materi
pidana”.21 Ada golongan penulis yang pertama perundang-undangan pada tahap kebijakan
merumuskan delik itu sebagai suatu kesatuan legislasi.25
yang bulat seperti simons yang merumuskan Keberadaan sanksi tindakan menjadi urgen
bahwa strafbaar feit ialah kelakuan yang karena tujuannya adalah untuk mendidik
diancam dengan pidana yang bersifat melawan kembali pelaku agar mampu menyesuaikan diri

16
Ibid, hal. 48.
17 22
Penerbit, Citra Umbara, Op.cit, hal. 235. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, PT.
18
Ibid, hal. 86. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 59
19 23
Jur. Andi Hamzah, Op.cit, hal. 47. Ibid.
20 24
Ibid, hal. 48. Ibid, hal. 59-60.
21 25
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Whimbo Pitoyo, Panduan Praktisi Hukum
Sinar Grafika. Cetakan Kedua, Desember, 2005, Jakarta, Ketenagakerjaan, (Penyunting) Widy Octa & Nur A.
hal. 7 Cetakan Pertama, Visimedia, Jakarta, 2010, hal. 91.

79
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

dengan lingkungannya.Sanksi tindakan ini lebuh PENUTUP


menekankan nilai-nilai kemanusiaan dalam A. Kesimpulan
reformasi dan pendidikan kembali pelaku 1. Terjadinya kekerasan seksual dalam
kejahatan. Pendidikan kembali ini sangat rumah tangga akibat adanya pemaksaan
penting karena hanya dengan cara ini, pelaku hubungan seksual yang dilakukan
dapat menginsyafi bahwa apa yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
itu bertentangan dengan nilai-nilai lingkup rumah tangga tersebut dan
26
kemanusiaan. pemaksaan hubungan seksual terhadap
Bahwa sanksi dalam hukum pidana adalah salah seorang dalam lingkup rumah
merupakan reaksi atas pelanggaran hukum tangganya dengan orang lain untuk
yang telah ditentukan undang-undang, mulai tujuan komersial dan/atau tujuan
dari penahanan, penuntutan sampai, sampai tertentu. Kekerasan seksual adalah setiap
pada penjatuhan hukuman oleh hakim.Simon perbuatan yang berupa pemaksaan
menyatakan, bahwa bagian terpenting dari hubungan seksual, pemaksaan hubungan
setiap undang-undang adalah menentukan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau
sistem hukum yang dianutnya.Masalah tidak disukai, pemaksaan hubungan
kebijakan menetapkan jenis sanksi dalam seksual dengan orang lain untuk tujuan
hukum pidana, tidak terlepas dari masalah komersial dan/atau tujuan tertentu.
penetapan tujuan yang ingin dicapai dalam 2. Delik aduan terhadap kekerasan seksual
pemidanaan.27 dalam rumah tangga, baik yang dilakukan
Masih terbatasnya pemahaman aparat oleh suami terhadap isteri atau
penegak hukum baik dari jajaran Kepolisian, sebaliknya. Delik aduan ini merupakan
Kejaksaan dan Pengadilan tentang substansi kejahatan yang hanya dapat dituntut
peraturan perundang-undangan yang apabila ada pengaduan dari pihak yang
dimaksudkan untuk melindungi perempuan dan menjadi korban kekerasan seksual yang
anak korban kekerasan. Hal ini tentu akan dirugikan.Delik aduan semacam ini
mempengaruhi pula kepada implementasi disebut delik aduan mutlak, artinya
proses hukum atas pemenuhan hak korban memang deliknya mutlak harus ada
khususnya terkait sikap dan keberpihakan aduan.
aparat penyidik terhadap hak korban. Selain itu,
hal yang mempengaruhi pelaksanaan proses B. Saran
hukum adalah adanya kasus kekerasan 1. Terjadinya kekerasan seksual dalam
terhadap perempuan yang rumah tangga tentunya sangat
laporan/pengaduannya dicabut kembali oleh merugikan pihak korban, Oleh karena itu
korban, dan selanjutnya aparat penegak hukum korban berhak mendapatkan
menerima permintaan dari korban untuk tidak perlindungan dari pihak keluarga,
melanjutkan perkaranya. Keterbatasan jumlah kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
polisi untuk melakukan monitoring apa yang advokat, lembaga sosial, atau pihak
terjadi di kemudian hari antara pelaku dan lainnya baik sementara maupun
korban menyulitkan pencegahan terjadinya berdasarkan penetapan perintah
pengulangan kasus kekerasan.28 perlindungan dari pengadilan. Korban
memerlukan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan medis; penanganan
secara khusus berkaitan dengan
26
Ibid, hal. 91 kerahasiaan korban; pendampingan oleh
27
Ibid, hal. 92. pekerja sosial dan bantuan hukum pada
28
Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dengan ketentuan peraturan perundang-
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan undangan; dan pelayanan bimbingan
Anak Korban Kekerasan (RingkasanStandar Pelayanan rohani.
Minimal (SPM)Bidang Layanan TerpaduBagi Perempuan
Dan Anak Korban Kekerasan), hal. 22-23.

80
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

2. Delik aduan terhadap kekerasan seksual Marpaung Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum


dalam rumah tangga dapat diproses Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
sesuia dengan prosedur hukum yang Jakarta. 2005.
berlaku apabila pihak korban membuat Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum
pengaduan, sehingga diperlukan Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Grafika,
kesadaran hukum anggota keluarga Jakarta, November 2009.
untuk menuntut memperjuangkan hak- Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi
hak sebagai korban dengan mengadukan Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
peristiwa kekerasan seksual dalam rumah Nuh Muhammad, Etika Profesi Hukum, CV
tangga kepada aparatur hukum. Hal ini Pustaka Setia, Bandung, 2011.
memerlukan didukungan oleh pihak Nuraeny Henny, Tindak Pidana Perdagangan
keluarga bekerjasama dengan kepolisian, Orang, (Kebijakan Hukum Pidana
kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga danPencegahannya), Cetakan Pertama,
sosial, atau pihak lainnya. Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Panjaitan Irwan Petrus & Chairijah, Pidana
DAFTAR PUSTAKA Penjara Dalam Perspektif Penegak Hukum
Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara, Masyarakat dan Narapidana, CV. Indhili. Co,
Bandung, 2008. Jakarta, Juni 2009.
Dirdjosisworo Soedjono, Pengantar Ilmu Pitoyo Whimbo, Panduan Praktisi Hukum
Hukum, Ed. 1. Cet. 13. PT. RadjaGrafindo. Ketenagakerjaan, (Penyunting) Widy Octa &
Jakarta. 2010. Nur A. Cetakan Pertama, Visimedia, Jakarta,
Djamali Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, 2010.
Edisi 2. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta, Sahetapy J.E., Victimologi sebuah Bunga
2009. Rampai, Sinar Harapan, Jakarta, 1987.
Gosita Arif, Kumpulan Makalah Masalah Soeroso Hadiati Moerti, Kekerasan Dalam
Korban, Akademika Presindo, Jakarta,2003. Rumah Tangga (KDRT), Cetakan Pertama,
Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. 2012. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta,
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Cetakan 6. Jakarta, 2009.
(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika, Syamsuddin Aziz, Tindak Pidana Khusus,
Jakarta, 2008. Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta,
Huraerah Abu, Kekerasan Terhadap Anak, 2011.
Cetakan I, Penerbit Nuansa. Bandung, Juli Syukur A. Fatahillah, Mediasi Perkara KDRT
2006. (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Teori dan
Irsan Koesparmono, Hak Asasi Dikaitan dengen Praktek di Pengadilan Indonesia, CV.Mandar
Penegakan Hukum, Dalam, Tapi Omas Maju, Cetakan Ke-1.Bandung, 2011.
Ihromi,Sulistyowati Irianto, Dan Achie Wahid Abdul dan Muhammad Irfan,
Sudiarto Luhulima, (Penyunting), Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan
Penghapusan DiskriminasiTerhadap Wanita, Seksual Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan,
Cetakan ke 1, Alumni, Bandung, 2000. Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama,
Krisnawati Emeliana, Aspek Perlindungan Anak . Bandung, 2011.
CV. Utomo, Bandung, 2005. Waluyadi, Pengetahuan Dasar Hukum Acara
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Pidana, (Sebuah Catatan Khusus) Buku Ini
Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, Berguna Bagi Para Mahasiswa Fakultas
2011. Hukum dan Untuk Para Praktisi Dapat
Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni, Dijadikan Sebagai Pedoman, Mandar Maju.
Nusya A. Kamus Hukum Lengkap (Mencakup Bandung, 1999.
Istilah Hukum & Perundang-Undangan Wiyanto Roni, Asas-Asas Hukum Pidana
Terbaru) Visimedia, Cet. l. Jakarta, 2012. Indonesia, CV. Mandar Maju. Cetakan Ke-1.
Bandung. 2012.

81

Anda mungkin juga menyukai