6/Ags/2015
74
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
maupun timbul seketika dan tidak Korban kekerasan seksual dalam rumah
4
direncanakan. tangga harus melaporkan peristiwa yang telah
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang terjadi kepada penegak hukum guna
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 kepentingan proses peradilan pidana, karena
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tanpa adanya pengaduan dari saksi atau
Tangga, Keutuhan dan kerukunan rumah tangga korban, maka peristiwa pidana yang terjadi
yang bahagia, aman, tenteram, dan damai dalam rumah tangga tidak dapat diselesaikan
merupakan dambaan setiap orang dalam melalui proses hukum dan akan mengakibatkan
rumah tangga. Negara Republik Indonesia korban tidak mendapatkan perlindungan
adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan hukum yang memadai dan keadilan untuk
Yang Maha Esa dijamin oleh Pasal 29 Undang- dirinya.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.Dengan demikian, setiap orang B. RUMUSAN MASALAH
dalam lingkup rumah tangga dalam 1. Bagaimanakah terjadinya kekerasan seksual
melaksanakan hak dan kewajibannya harus dalam rumah tangga ?
didasari oleh agama.Hal ini perlu terus 2. Bagaimanakah delik aduan terhadap
ditumbuhkembangkan dalam rangka perkara kekerasan seksual dalam rumah
membangun keutuhan rumah tangga. tangga?
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 C. METODE PENELITIAN
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Karya tulis ini disusun dengan menggunakan
Tangga.I. Umum, Perkembangan dewasa ini metode penelitian yuridis normatif dan melalui
menunjukkan bahwa tindak kekerasan secara metode ini dapat ditelaah peraturan
fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah perundang-undangan yang mengatur mengenai
tangga pada kenyataannya terjadi sehingga delik aduan dalam perkara kekerasan seksual
dibutuhkan perangkat hukum yang memadai dalam rumah tangga serta teori-teori dari ahli
untuk menghapus kekerasan dalam rumah hukum yang ada dalam literatur-literatur dan
tangga. Pembaruan hukum yang berpihak pada karya-karya ilmiah hukum dan untuk
kelompok rentan atau tersubordinasi, menjelaskan beberapa istilah dan pengertian,
khususnya perempuan, menjadi sangat maka digunakan kamus-kamus hukum.Untuk
diperlukan sehubungan dengan banyaknya mengumpulkan bahan-bahan hukum yang
kasus kekerasan, terutama kekerasan dalam diperlukan, penulis melakukan studi
rumah tangga.Pembaruan hukum tersebut kepustakaan.
diperlukan karena undang-undang yang ada
belum memadai dan tidak sesuai lagi dengan PEMBAHASAN
perkembangan hukum masyarakat.Oleh karena 1. Perkara Kekerasan Seksual Dalam Rumah
itu, diperlukan pengaturan tentang tindak Tangga
pidana kekerasan dalam rumah tangga secara Tindakan kekerasan merupakan wujud
tersendiri karena mempunyai kekhasan, penindasan dan pelanggaran hak asasi yang
walaupun secara umum di dalam Kitab Undang- dilakukan seseorang kepada orang lain,
Undang Hukum Pidana telah diatur mengenai kelompok tertentu kepada kelompok lain,
penganiayaan dan kesusilaan serta orang dewasa, anak-anak, majikan kepada
penelantaran orang yang perlu diberikan pembantunya dan laki-laki kepada
nafkah dan kehidupan. perempuan.Tindakan ini mencerminkan pihak
yang kuat cenderung superior dan
menempatkan pihak yang lemah sebagai
4
Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan korbannya.5
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
5
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan
Anak Korban Kekerasan RingkasanStandar Pelayanan Terhadap Korban Kekerasan Seksual Advokasi Atas Hak
Minimal (SPM)Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Asasi Perempuan, Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama,
Dan Anak Korban Kekerasan. Bandung, 2011, hal. 54.
75
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
76
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
emosional, kerugian ekonomi atau perampasan unsur ini mengutamakan adanya pelaku
yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik (seorang atau beberapa orang).12
karena tindakan (by act) maupun karena Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka
kelalaian (by omission)”. Rancangan Deklarasi suatu perbuatan yang dilaksanakan oleh
dan Resolusi Konggres PBB ke-7 yang kemudian seseorang harus memenuhi persyaratan supaya
menjadi Resolusi MU-PBB 40/34.9 dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana.
Menurut Kamus Hukum, Korban ialah: : Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai
orang-orang yang secara individual atau suatu peristiwa pidana ialah sebagai berikut:
kolektif, telah mengalami penderitaan, meliputi 1. Harus ada suatu perbuatan. Maksudnya,
penderitaan fisik atau mental, penderitaan memang benar-benar ada suatu kegiatan
emosi, kerugian ekonomis atau pengurangan yang dilakukan oleh seseorang atau
substansial hak-hak asasi melalui perbuatan- beberapa orang. Kegiatan itu terlihat
perbuatan atau pembiaran (omission) yang sebagai suatu perbuatan tertentu yang
melanggar hukum pidana yang berlaku di dapat dipahami oleh orang lain sebagai
negara-negara anggota yang meliputi juga sesuatu yang merupakan peristiwa.
peraturan hukum yang melarang 2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang
penyalahgunaan kekuasaan.10 dilukiskan dalam ketentuan hukum. Artinya
Korban akibat perbuatan manusia, korban perbuatan sebagai suatu peristiwa hukum
akibat perbuatan manusia dapat menimbulkan memenuhi isi ketentuan hukum yang
perbuatan kriminal misalnya: korban kejahatan berlaku pada saat itu. Pelakunya memang
perkosaan, korban kejahatan politik dan yang benar-benar telah berbuat seperti yang
bukan bersifat kriminal (perbuatan perdata) terjadi. Pelaku wajib
misalnya : korban dalam bidang Administratif, mempertanggungjawabkan akibat yang
dan lain sebagainya.11 ditimbulkan dari perbuatan itu. Berkenaan
Peristiwa pidana yang juga disebut tindak dengan syarat ini, hendaknya dapat
pidana (delict) ialah suatu perbuatan atau dibedakan bahwa ada suatu perbuatan
rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan yang tidak dapat dipersalahkan itu dapat
hukuman pidana.Suatu peristiwa hukum dapat disebabkan dilakukan oleh seseorang atau
dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau beberapa orang lain yang mengganggu
memnuhi unsur-unsur pidananya. Unsur-unsur keselamatannya dan dalam keadaan
itu terdiri dari: darurat;
1. Objektif 3. Harus terbukti adanya kesalahan yang
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang dapat dipertanggungjawabkan. Maksudnya
bertentangan dengan hukum dan bahwa perbuatan yang dilakukan olehs
mengindahkan akibat yang oleh hukum seseorang atau beberapa orang itu dapat
dilarang dengan ancaman hukum.Yang dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang
dijadikan titik utama dari pengertian disalahkan oleh ketentuan hukum;
objektif di sini adalah tindakannya. 4. Harus berlawanan dengan hukum. Artinya,
2. Subjektif suatu perbuatan yang berlawanan dengan
Yaitu perbuatan seseorang yang berakibat hukum dimaksudkan kalalu tindakannya
tidak dikehendaki oleh undang-undang.Sifat nyata-nyata bertentangan dengan aturan
hukum;
5. Harus tersedia ancaman hukumannya.
Maksudnya kalau ada ketentuan yang
mengatur tentang larangan atau keharusan
9
Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan Bagi Korban dalam suatu perbuatan tertentu, ketentuan
Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of ini memuat sanksi ancaman hukumannya.
basic Principle of justice for victim of crime and abuse of Ancaman hukuman itu dinyatakan secara
power).
10
Anonim, Kamus Hukum, PT. Citra Umbara, Bandung, tegas berupa maksimal hukumannya yang
2008, hal. 226-227.
11 12
J.E. Sahetapy, Victimologi sebuah Bunga Rampai, Sinar Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi 2. PT.
Harapan, Jakarta, 1987, hal.35. Radja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 175.
77
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
harus dilaksanakan oleh para pelakunya. pemulihan dan kerahasiaan; korban bisa
Kalau di dalam suatu ketentuan tidak didampingi oleh bukan advokat; korban dapat
dimuat ancaman hukuman terhadap suatu memberikan kuasan kepada orang lain untuk
perbuatan tertentu, dalam peristiwa melaporkan KDRT; dan penetapan jumlah
pidana, pelaku tidak perlu melaksanakan minimal sanksi pidana, namun selain adanya
hukuman tertentu.13 kelebihan dalam UU PKDRT, ada pula beberapa
kelemahan atau celah hukum utama yang
2. Delik Aduan Terhadap Perkara Kekerasan terkandung dalam undang-undang ini hingga
Seksual Dalam Rumah Tangga menghambat upaya penghapusan KDRT di
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Indonesia, yaitu:
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan 1. UU PKDRT tidak mempunyai hukum acara
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Pasal 51: sendiri sehingga aparat penegak hukum
Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana kembali berpedoman pada KUHP yang kaku
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) merupakan dan tidak ramah terhadap korban KDRT;
delik aduan. 2. Dengan tidak mempunyai hukum acara
Pasal 52: Tindak pidana kekerasan psikis sendiri, UU PKDRT juga tidak memberikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) peluang bagi metode penyelesaian sengketa
merupakan delik aduan. alternatif selain pengadilan (misalnya
Pasal 53:Tindak pidana kekerasan seksual mediasi), padahal pengadilan tidak selalu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 yang tepat dan cocok dalam menangani kekhasan
dilakukan oleh suami terhadap isteri atau perkara KDRT;
sebaliknya merupakan delik aduan. 3. UU PKDRT memberikan peluang
Pasal 46: Setiap orang yang melakukan pemberlakuan KUHP karena tidak ada aturan
perbuatan kekerasan seksual sebagaimana yang mencabut berlakunya ketentuan dalam
dimaksud pada Pasal 8 huruf a dipidana dengan tindak pidana sejenis (tidak seperti UU
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
tahun atau denda paling banyak dalam klausulanya menutup kemungkinan
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah). tersebut);
Pengesahan UU PKDRT merupakan tonggak 4. Ancaman pidana UU PKDRT berbentuk
bersejarah dalam penanganan perkara KDRT. alternatif (penjara atau denda); seharusnya
Beberapa kelebihan UU ini dibandingkan KUHP berbentuk kumulatif (penjara atau denda)
adalah: hingga lebih bisa memberikan efek jera pada
1. UU PKDRT telah membawa kasus KDRT dari pelaku KDRT;
wilayah privat suami-istri ke ranah publik; 5. UU PKDRT tidak mengatur ancaman bagi
2. Saksi korban yang selama ini terabaikan bisa pelaku untuk membayar sejumlah uang
dijadikan dasar hukum dengan ditambah kepada korban untuk pemulihan akibat
satu alat bukti lain; KDRT. Ancaman denda dalam UU ini
3. Lingkup rumah tangga tidak hanya meliputi dibayarkan kepada negara.15
suami-istri, tetapi lebih diperluas lagi sesuai Penerbitan UU PKDRT memang masih
isi Pasal 2 UU PKDRT; menuai kontroversi karena di satu sisi para
4. Lingkup KDRT tidak hanya kekerasan fisik, legislator KDRT merupakan suatu tindak pidana,
tetapi juga mencakup kekerasan psikis, tapi di sisi lain mayoritas jenis kekerasan masih
penelantaran rumah tangga,dan seksual.14 bersifat delik aduan yang membatasi orang lain
Selain kelebihan di atas, UU PKDRT juga untuk ikut menangani. Para perancang UU ini
memiliki beberapa keunggulan lainnya, yaitu: memang bermaksud untuk menerapkan
pengakuan hak-hak korban atas perlindungan, “pidana keseimbangan” yaitu menindak pelaku
KDRT di satu sisi, tetapi secara bersamaan ingin
13 memelihara kutuhan rumah tangga. Sebagai
Ibid, hal. 175-176.
14
Fatahillah A. Syukur, Mediasi Perkara KDRT (Kekerasan delik aduan maka sanksi pidana merupakan
Dalam Rumah Tangga) Teori dan Praktek di Pengadilan
Indonesia, CV.Mandar Maju, Cetakan Ke-1.Bandung,
15
2011.hal. 46. Ibid, hal. 47.
78
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
upaya terakhir (ultimatum remedium); apabila hukum yang berhubungan dengan kesalahan
terjadi perdamaian maka perkara akan dicabut dan dilakukan oleh orang yang mampu
dan keuntuhan keluarga tetap terjaga.16 bertanggung jawab.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Perbuatan pidana adalah perbuatan yang
tentang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
(KUHAP) Pasal 1 angka (25): Pengaduan adalah pidana tertentu, bagi barang siapa yang
pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak melanggar larangan tersebut.22 Dapat juga
yang berkepentingan kepada pejabat yang dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah
berwenang untuk menindak menurut hukum perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang
seorang yang telah melakukan tindak pidana dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu
aduan yang merugikannya. Laporan pengaduan: diingat bahwa larangan ditujukan kepada
“masalah-masalah yang disampaikan oleh perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian
masyarakat kepada komisi yudisial yang berisi yang ditimbulkan oleh kelakuan orang),
dugaan pelanggaran kehormatan, keluruhan sedangkan ancaman pidanya ditujukan kepada
martabat serta perilaku hakim”.17 orang yang menimbulkan kejadian itu.23
Delik aduan: “delik yang hanya dapat Antara larangan dan ancaman pidana ada
dituntut karena adanya pengaduan dari pihak hubungan yang erat, oleh karena di antara
yang dirugikan”.18 Delik, delict, delikt, kejadian itu ada hubungan yang erat pula. Yang
strafbaar feit, offence, criminal act: “istilah satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain.
yang umum dipakai dalam perundang- Kejadian tidak dapat dilarang jika yang
undangan Indonesia ialah “tindak pidana” suatu menimbulkan bukan orang dan orang tidak
istilah yang sebenarnya tidak tepat, karena dapat diancam pidana, jika tidak karena
delik itu dapat dilakukan berbuat atau kejadian yang ditimbulkan olehnya dan justeru
bertindak yang disebut pengaikan (Belanda: untuk menyatakan hubungan yang erat itu,
nalaten; Inggris: negligence) perbuatan yang maka dipakailah perkataan perbuatan, yaitu
diharuskan.19 Oleh karena itu orang Belanda suatu pengertian abstrak yang menunjuk pada
memakai istilah strafbaarfeit yang jika dua keadaan konkret: pertama, adanya
diterjemahkan harfiah berarti peristiwa yang kejadian yang tertentu dan kedua adanya orang
dapat dipidana.Dipakai istilah feit maksudnya yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.24
meliputi perbuatan dan pengabaian.20 Penerapan sanksi dalam suatu perundang-
Kata delik berasal dari bahasa latin, yakni undangan pidana bukanlah sekedar masalah
delictum. Dalam bahasa Jerman disebut delict, teknis perundang-undangan semata, melainkan
dalam bahasa Perancis disebut delit dan dalam bagian tak terpisahkan dari substansi atau
bahasa Belanda disebut delict. Dalam Kamus materi perundang-undangan itu sendiri.Artinya,
Besar Bahasa Indonesia, arti delik diberi dalam hal menyangkut masalah penalisasi,
batasan sebagai berikut: “perbuatan yang dapat kriminalisasi dan deskriminalisasi harus
dikenakan hukuman karena merupakan dipahami secara komprehensif baik segala
pelanggaran terhadap undang-undang tindak aspek persoalan substansi atau materi
pidana”.21 Ada golongan penulis yang pertama perundang-undangan pada tahap kebijakan
merumuskan delik itu sebagai suatu kesatuan legislasi.25
yang bulat seperti simons yang merumuskan Keberadaan sanksi tindakan menjadi urgen
bahwa strafbaar feit ialah kelakuan yang karena tujuannya adalah untuk mendidik
diancam dengan pidana yang bersifat melawan kembali pelaku agar mampu menyesuaikan diri
16
Ibid, hal. 48.
17 22
Penerbit, Citra Umbara, Op.cit, hal. 235. Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, PT.
18
Ibid, hal. 86. Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 59
19 23
Jur. Andi Hamzah, Op.cit, hal. 47. Ibid.
20 24
Ibid, hal. 48. Ibid, hal. 59-60.
21 25
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Whimbo Pitoyo, Panduan Praktisi Hukum
Sinar Grafika. Cetakan Kedua, Desember, 2005, Jakarta, Ketenagakerjaan, (Penyunting) Widy Octa & Nur A.
hal. 7 Cetakan Pertama, Visimedia, Jakarta, 2010, hal. 91.
79
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
80
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
81