Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

PADA NEONATUS
A. Definisi
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa serum secara signifikan lebih rendah
daripada rentang pada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai. Walaupun
hipoglikemia dapat terjadi dengan gejala neurologis, seperti letargi, koma, apnea, seizure
atau simpatomimetik, seperti pucat, palpitasi, diaforesis, yang merupakan manifestasi
dari respon terhadap glukosa, banyak neonatus dengan serum glukosa rendah
menunjukkan tanda hipoglikemia nonspesifik (Kliegman et al, 2011).
Serum glukosa pada neonatus menurun segera setelah lahir sampai 1-3 hari pertama
kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat, serum glukosa jarang beradadi bawah nilai 35
mg/dL dalam 1 - 3 jam pertama kehidupan, di bawah 40 mg/dL dalam 3-24 jam, dan
kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelah 24 jam (Kliegman et al, 2011).
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa plasma di
bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan dan kurang dari 45
mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya (Cranmer,2013). Estimasi rata-rata kadar glukosa darah
pada fetus adalah 15 mg/dL lebih rendah daripada konsentrasi glukosa maternal.
Konsentrasi glukosa akan kemudian berangsur-angsur menurun pada periode
postnatal. Konsentrasi di bawah 45 mg/dL didefinisikan sebagai hipoglikemia. Dalam 3
jam, konsentrasi glukosa pada bayi aterm normal akan stabil, berada di antara 50-80
mg/dL. Terdapat dua kelompok neonatus dengan risiko tinggi mengalami hipoglikemia,
yaitu bayi lahir dari ibu diabetik (IDM) dan bayi IUGR (Hay et al, 2007).
Dalam jurnal American Acssociation of Pediatrics, McGowen (2003) menyatakan
pada survei terakhir yang dilakukan oleh para ahli pediatric di Inggris menunjukkan
bahwa tidak ada konsensus untuk nilai kadar glukosa darah yang didefinisikan sebagai
hipoglikemia. Dengan catatan, konsentrasi yang berada pada nilai 1 mmol/L (20 mg/dL)
sampai 4 mmol/L (70 mg/dL) merupakan batas bawah normal. Definisi hipoglikemia
yang selama ini digunakan dibuat berdasarkan populasi penelitian pada konsentrasi
glukosa darah selama 48-72 jam pertama kehidupan, dengan hipoglikemia didefinisikan
sebagai kadar glukosa darah kurang dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata normal.
Secara fisiologis, hipoglikemia terjadi ketika ambilan glukosa tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan glukosa dan dapat terjadi melebihi rentang kadar glukosa normal.
Sebagai contoh, bayi aterm sehat berusia 2 jam dengan kadar glukosa darah 30 mg/dL
dapat tidak mengalami gangguan fungsi organ, tetapi pada stressed infantdapat
menunjukkan gejala fisiologis hipoglikemia pada kadar glukosa darah 50 mg/dL jika laju
hantaran glukosa pada organ spesifik, seprti otwak, kurang dari kecepatan metabolisme
glukosa. Belum ada penelitian yang menyatakan kosentrasi glukosa absolut yang
mengakibatkan adanya disfungsi organ baik jangka pendek maupun panjang.Pada
eksperimen dengan hewan percobaan, konsentrasi glukosa kurang dari 1 mmol/L (<20
mg/dL), jika terjadi lebih dari 1 jam dapat mengakibatkan lesi otak permanen. Tetapi
tanpa adanya bukti yang menunjukkan nilai batas kadar glukosa absolut, tidak ada
standar nilai glukosa darah yang dapat digunakan untuk mendefinisikan hipoglikemia
fisiologis.
Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang paling sering ditemukan pada
neonatus.Pada anak, hipoglikemia terjadi pada nilai glukosa darah kurang dari 40 mg/dL.
Sementara pada neonatus, hipoglikemia adalah kondisi dimana glukosa plasma kurang
dari 30 mg/dL pada 24 jam pertama kehidupan dan kurang dari 45 mg/dL setelahnya
(Cranmer, 2013).
B. Klasifikasi Hipoglikemia
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi
mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan
glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau
metabolisme.
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
c. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya
mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan
kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun
berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-
angka seperti terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau
serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
KELOMPOK DARAH
GLOKUSE <mg/dl
UMUR PLASMA/SERUM
Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
C. Etiologi
1. Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki
cadangan glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk glikogen).
2. Prematuritas
3. Post-maturitas
4. Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
5. Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin tinggi bayi
yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar insulin yang tinggi karena
ibunya memiliki kadar darah yang tinggi, sejumlah besar guladarah ini melewati
plasenta dan sampai ke janin selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan
sejumlah besar insulin.
6. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun dengan cepat
pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan, dimana aliran gula dari
plasenta secara tiba-tiba terhenti.
D. Patofisiologi
1. Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah.   Pada ibu
DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga
terjadi hipoglikemi.
2. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksiotak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. 
3. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes
melitus.
4. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidupselama
proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
5. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, dan gangguan pernapasan.
E. Pathway
F. Tanda Dan Gejala
Hipoglikemi asimtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam
kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat
pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin.
Juga termasuk dalam golongan inilah bayi dari ibu DM insulin dependen (IDM) dan ibu
menderita DM kehamilan (IGDM). Meskipun sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM
mempunyai kadar glukose < 30 mg/dl selama 2-6 jam kehidupan, ke-banyakan tidak
memperlihatkan akibat-akibat dari hipoglikemianya. Umumnya sembuh spontan, tetapi
sebagian kecil (10-20%) kadar gula tetap rendah. Beberapa di antaranya menunjukkan
respons yang baik terhadap suntikan glucagon 300 mikrogram atau 0,3 mg/kg BBim,
tidak lebih 1 mg total-nya.
Hipoglikemi neonates simtomatik gejalanya tidak khas, misalnya : apati, anoreksia,
hipotoni, apnu, sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran menurun, tremor, kejang
tonik/klonik, menangis tidak normal dan cengeng. Kebanyakan gejala pertama timbul
sesudah 24-28 jam kehidupan Pada Bayi/Anak Gejala-gejala dapat berupa: sakit kepala,
nausea, cemas, lapar, gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat, penglihatanb'erkunang-
kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia,strabismus, kejang, malas/lemah, tidak ada
perhatian dan gangguan tingkah laku. Hipoglikemi bisa disertai atau tidak dengan banyak
keringat dan takhikardi. Serangan ulang gejala-gejala tadi dapat terjadi pada waktu-waktu
tertentu setiap hari, se- hingga kita harus waspada terhadap kemungkinan hipogli-kemia.
Pemeriksaan glukose darah pada saat timbulnya gejala sangat penting untuk menegakan
diagnosa.
G. FAKTOR RESIKO
Bayi yang beresiko adalah:
1. Bayi prematur, atau bayi lewat bulan.
Definisinya adalah bayi yang lahir sebelum usia 36 minggu atau lebih dari 42
minggu. Bayi prematur atau lewat bulan tidak memiliki banyak cadangan glikogen
(gula kompleks yang bisa digunakan sewaktu-waktu kalau tubuh butuh glukosa),
juga mekanisme produksi gula darah mereka terganggu atau belum berkembang
dengan baik.
2. Bayi dari ibu penderita diabetes.
Sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mengeluarkan insulin kadar tinggi untuk
mengatasi tingginya kadar gula dalam darah ibu. Ketika ia lahir, ia tidak lagi
mendapat asupan gula dari ibunya, tetapi mekanisme sekresi hormon insulinnya
belum bekerja baik, sehingga kadar gula darah bayi turun secara drastis.
3. Bayi yang ibunya diberikan infus cairan gula dalam jumlah besar selama persalinan.
Mirip seperti bayi dari ibu penderita diabetes, bayi sebelumnya sudah mengeluarkan
insulin kadar tinggi untuk mengatasi tingginya kadar gula darah ibu yang diakibatkan
oleh pemberian infus cairan gula.
4. Bayi yang terlalu kecil atau terlalu besar dibanding umur kehamilannya.
Bayi yang terlalu kecil juga dikhawatirkan mekanisme produksi gula darah mereka
terganggu atau belum berkembang dengan baik. Sementara bayi yang terlalu besar
dikhawatirkan mengalami hyperinsulinism (sekresi insulin berlebih), terutama yang
memang lahir dari ibu penderita diabetes.
5. Bayi yang stres.
Misalnya mengalami kesulitan pernafasan, tekanan respiratori, atau persalinan yang
sulit.Intinya: bayi normal yang lahir tepat waktu kecil kemungkinan bahkan hampir
tidak ada kemungkinan mengalami hipoglikemia.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang
normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4.  Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
I. Penatalaksanaan Hipoglikemia
1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10-   20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.             
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi
glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
J. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya
seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
- ANC
- Perinatal
- Post natal
- Imunisasi
- Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
- Pemakaian parenteral nutrition
- Sepsis
- Enteral feeding
- Pemakaian Corticosteroid therapi
- Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
- Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
- Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
- Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
- Rasa lapar (bayi sering nangis)
- Nyeri kepala
- Sering menguap
- Irritabel
4. Data obyektif:
- Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
- Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
- Plasma glukosa < 50 gr/%.
5. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi, obstruksi jalan nafas
b. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d disfungsi system saraf pusat akibat
hipoglikemia
c. Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang b.d perubahan
metabolisme, dan kurang asupan makanan.
6. Perencanaan

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Intervensi mandiri: 1. Adanya bunyi

bersihan jalan tindakan 1. Auskultasi ronchi menandakan terdapat

nafas b.d keperawatan… bunyi nafas tambahan penumpukan secret

inflamasi, X24 jam : ronchi, wheezing. berlebihan di jalan nafas.

obstruksi jalan diharapkan jalan 2. Berikan posisi 2. Posisi

nafas nafas normal nyaman untuk memaksimalkan ekspansi

dengan kriteria mengurangi dispnea. paru dan menurunkan

hasil : 3. Bersihkan upaya pernapasan.

1. Frekuensi dan secret dari mulut dan 3. Mencegah obtruksi

irama nafas trakea : lakukan atau aspirasi. Penghisapan

dalam batas penghisapan sesuai dapat diperlukan bila klien

normal (16- keperluan. tak mampu mengeluarkan

20x/mnt) 4. Anjurkan sekret sendiri.

2. Tidak ada asupan cairan 4. Mengoptimalkan

sputum adekuat keseimbangan cairan dan

3. Klien mampu 5. Ajarkan batuk membantu mengencerkan


mengeluarkan efektif secret sehingga mudah di

sputum secara Intervensi keluarkan.

efektif kolaborasi : 5. Fisioterapi

6 .kolaborasi dada/back massage dapat

pemberian membantu menjatuhkan

oksigen secret yang ada di jalan

7. kolaborasi nafas.

pemberian 6. Meringankan kerja

broncodilator paru untuk memenuhi

sesuai indikasi. kebutuhan oksigen serta

memenuhi kebutuhan

oksigen dalam tubuh.

7. Broncodilator

meningkatkan ukuran

lumen percabangan

trakeobronkial sehingga

menurunkan tahanan

terhadap aliran udara.


Gangguan 1.   Agar pasien lebih
2 perfusi jaringan Setelah dilakukan Intervensi mandiri:
serebral b.d kooperatif
1.   Jelaskan kepada
disfungsi system tindakan
2.   Perubahan tekanan CSS
saraf pusat pasien tentang
keperawatan merupakan potensi resiko
akibat tindakan yang akan
hipoglikemia herniasi batang otak
selama…x24 jam dilakukan
3.   aktivitas seperti ini akan
2.  Pertahankan
diharapkan
meningkatkan intra thorak
posisi tirah baring
gangguan perfusi dan abdomen yang dapat
dengan posisi kepala
meningkatkan TIK
jaringan cerebral head up
3.   Bantu pasien 4.   Pengkajian
normal dengan
untuk berkemih, kecenderungan adanya
kriteria hasil :
membatasi batuk, perubahan tingkat
1.Tingkat
muntah, mengejan, kesadaran dan potensial
kesadaran
anjurkan pasien peningkatan TIK sangat
komposment
napas dalam selama berguna dalam menentukan
is
pergerakan lokalisasi
2.   2
4.   Pantau status 5.   Perubahan pada
.Disorientasi
neurologis dengan frekuensi jantung
tempat,
teratur mencerminkan
waktu, orang
5.   Pantau TTV trauma/tekanan batang otak
secara tepat
3.   3. TTV
dalam batas
normal (suhu
35,5ºC –
37,5ºC, nadi
60-100
x/menit,
tekanan
darah 120/80
mmHg)

3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Mandiri: 1. Untuk mengetahui

kurang dari tindakan 1. Kaji status status nutrisi pasien saat

kebutuhan tubuh keperawatan nutrisi pasien ini

yang b.d selama…x24jam 2. Jaga kebersihan 2. Untuk memberikan rasa

perubahan diharapkan mulut, anjurkan nyaman klien dan

metabolism, dan perubahan nutrisi untukmelakukan meningkatkan nafsu

kurang asupan kurang dari oral hygiene makan.

makanan kebutuhan tubuh 3. Kaji makanan 3. Untuk mengetahui

dapat teratasi kesukaan dan makanan yang disukai


dengan krireria makanan yg klien agar klien mau

hasil : tidak disukai makan

1. Intake nutrisi klien 4. Untuk mengetahui

tercukupi 4. Monitor berat adanya penurunan dan

2. Makan habis 1 badan klien kenaikan berat badan

porsi secara rutin. klien.

3. BB normal Intervensi 5. Nutrisi yang tepat sesuai

kolaborasi : anjuran ahli gizi dapat

5. Kolaborasi memenuhi kebutuhan

dengan ahli gizi asupan yang dibutuhkan

untuk tubuh

menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang

dibutuhkan

pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Cranmer, H. Neonatal Hypoglycemia. 2013. Emedicine Medscape.


Hay, W. 2008. The Newborn Infant. Lange Current Diagnosis and Treatment of Pediatrics.
McGraw-Hill : Denver-Colorado.
Herdman,  Heather.  2010.  Nanda International  Diagnosis Keperawatan  Definisi  dan
Klasifikasi  2009-  2011.  Jakarta: EGC

Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental  Practice. 
Inggris:  Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic  Hypoglycemia  With Glucagon:  an 
Underutilized Therapeutic  Approach.  Dove Press Journal

Lucille Packard Children’s Hospital at Stanford. 2013. Hypoglycemia in the Newborn.

McNaughton,  Candace  D.  2011. Diabetes  in  the  Emergency Department:  Acute 


Care  of Diabetes  Patients.  Clinical Diabetes

RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta :
Aulia Publishing

Setyohadi,  Bambang.  2011. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS WITH


DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL.
Naskah publikasi UMS.pdf

Anda mungkin juga menyukai