KELOMPOK 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2020
1
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS
MAKALAH TOTURIAL
MALARIA
OLEH KELOMPOK I
DOSEN PEMBIMBING
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “LAPORAN TUTORIAL
KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS MALARIA”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada bapak dan ibu dosen pengajar mata
kuliah Keperawatan Penyakit Tropis, tutor, orang tua dan kepada teman-teman
yang banyak menyumbangkan pemikiran dan tenaga sehingga dapat
memperlancar penyelesaian pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang “LAPORAN TUTORIAL
KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS MALARIA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. ANALISA KASUS
1. Langkah I : Klarifikasi/identifikasi istilah (clarify terms)
a. Jaundice
Perubahan warna kulit pada mata, kuku jadi berwarna kuning Karena
adanya peningkatan bilirubin. nilai normalnya 0,2 – 1,2 mg/dl.
b. Plasmodium Vivax
Plasmodium parasit yang menyebabkan malaria vivax yang dibawa
oleh nyamuk Anopheles betina dengan masa inkubasi 7–14 hari.
c. Anti malaria
Anti Folat yang menghambat nyeri
4
g. Klasifikasi malaria
h. Perbedaan DBD dengan Malaria
i. Apakah ada hubungan pekerjaan tambang emas dengan kejadian
malaria
j. Komplikasi
k. Diagnosa yang sering muncul
l. Asuhan Keperawatan
m. Pencegahan malaria
n. Faktor Risiko yang menyebabkan malaria
5
3) Stadium berkeringat (sweating stage)
Berlangsung 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak,
suhu tubuh kembali turun, biasanya penderita merasa lemah
tetapi masih dapat kembali beraktivitas.
d. Pengobatan malaria
1) Pemberian ACT
2) Injeksi Artesunat
3) Anti malaria, analgetik dan antipiretik
4) Anti muntah (emetik)
e. Patofisiologi
(Sasaran belajar)
f. Pemeriksaan penunjang malaria
Pemeriksaan malaria dengan apusan darah atau dengan Rapid
Diagnostic Test, dan bisa juga ditambah dengan pemeriksaan
bilirubin, albumin, SGOT, SGPT, serta pemeriksaan gula darah.
g. Klasifikasi malaria
1) Vivax
2) Palcifarum
3) Ovale
4) Malarie
5) Knowlesi
h. Perbedaan DBD dengan Malaria
1) DBD disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus, sedangkan malaria disebarkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles Betina.
2) DBD disebabkan oleh Virus Dengue, sedangkan malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium Vivax.
i. Apakah ada hubungan pekerjaan tambang emas dengan kejaidan
malaria
Nyamuk Anopheles hidup di tempat yang lembab seperti hutan
sangat cocok untuk perkembangbiakkannya. Malaria merupakan
6
penyakit endemik (daerah tertentu), daerah endemis malaria di
Indonesia antara lain Nusa Tenggara, Papua dan Lampung.
j. Komplikasi
Malaria serebral, anemia berat, edema paru, gagal ginjal akut,
penurunan kesadaran dan kematian.
k. Diagnosa keperawatan yang muncul :
1) Hipertermi
2) Nyeri akut
3) Gangguan pola tidur
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5) Risiko syok hipovolemik
6) Intoleransi aktivitas
7) Risiko ketidakseimbangan elektrolit
l. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
2) Diagnosa keperawatan
3) Intervensi
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Disharge planning
m. Pencegahan malaria
1) Menghindari berpergian ke daerah hutan
2) Menggunakan lotion anti nyamuk
3) Dianjurkan untuk tidak memakai baju yang berwarna gelap
4) Menggunakan kelambu anti myamuk
5) Vaksinasi malaria
n. Faktor Risiko yang menyebabkan malaria
1) Lingkungan
2) Pendidikan
3) Pengetahuan
4) Sikap dan perilaku
5) Pekerjaan tertentu
7
Langkah IV : Mendaftar semua penjelasan secara sistematis lalu
meringkas
8
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang manifestasi
klinis malaria
d. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang pengobatan
penyakit malaria
e. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
patofisiologi penyakit malaria
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
pemeriksaan penunjang penyakit malaria
g. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang klasifikasi
penyakit malaria
h. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang perbedaan
DBD dengan malaria
i. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang apakah ada
hubungan pekerjaan di tambang emas dengan malaria
j. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang komplikasi
malaria
k. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang diagnose
keperawatan yang mungkin muncul pada malaria
l. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang asuhan
keperawatan yang sesuai dengan LBM II
m. Mahasiswa mengetahui strategi pengendalian malaria di Indonesia
n. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang faktor risiko
yang mungkin muncul pada malaria
9
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah (Nurarif, 2015, hal. 227).
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang
disebabkan oleh satu atau lebih spesies plasmodium, ditandai dengan panas
tinggi bersifat intermitten, anemia, dan hepato-splenomegali. Untuk
memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan darah tepi (apusan tebal atau
tipis) untuk konfirmasi adanya parasite plasmodium. (Pudjiadi, 2009, hal. 179)
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam darah merah manusia,
ditularkan oleh nyamuk malaria (Anpoheles) betina, dapat menyerang semua
orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi,
anak-anak, serta orang dewasa. (Sutarjo, 2016, hal. 194)
B. ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung,
reptile, dan mamalia.
Plasmodium terdiri dari 4 spesies:
1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (Malignan
malaria).
2. Plasmodium vivax menyebakan malaria tertian (Benigna malaria).
3. Plasmodium malariae.
4. Plasmodium ovale.
(Nurarif, 2015, hal. 227)
10
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
proxysm) secara berurutan :
a. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita
sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur.
b. Periode panas. Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri
kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode
ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti
seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai
dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
11
(Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus
costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya
merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar
lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus
dan fossa iliaca dekstra.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)
4. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah.
Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah
merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel
darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan
b. Ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin
oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan
hepatoseluler.
c. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar
hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif
(Corwin, 2000, hal. 571).
12
5. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps
dapat bersifat:
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang
berkembang biak.
b. Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
ke darah dan berkembang biak.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis dengan menggunakan cairan
giemsa untuk menentukan :
a. Ada tidaknya parasite malaria (positif atau negatif).
b. Menentukan jenis spesies dan stadium plasmodium.
c. Kepadatan parasite.
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test).
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasite malaria,
dengan menggunakan metode imunokromatografi. Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017 hal. 7)
3. Pemeriksaan darah rutin lengkap
Pemeriksaan penunjang lain meliputi: darah rutin, kimia darah (gula
darah, serum bilirubin, SGOT, SGPT, albumin, ureum, kreatinin) dan
foto toraks (Fitria, J., Sabiq, A. 2018.)
13
E. KOMPLIKASI
1. Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate of
25%, mentmeski dengan treatment terbaik. Kebanyakan kematian
disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak umur 6 bulan-3
tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat
meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan
sequelae (seperti , hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P
falciparum melakukan sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga Seizures
dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria ,
anak yang mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian.
2. Perdarahan terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah karena
parasitemia yang tinggi menyebabkan gangguan intrakoagulasi.
3. hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal terkait
glucose-6-phosphatase dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an
antibody-mediated yang menyebabkan destruksi eritrosit.
4. Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism,
erythrocyte survival memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia
bisa sangat parah dan menyebabkan kematian.
5. Parasite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat
menyeababkan hypoglycemia, serta berasosiasi dengan quinine and
quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan cerebral
malaria
6. Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang
dapat diamati sekarang lebih diakibatkan karena profilaksis terapi dengan
menggunakan quinine. Komplikasi lainnya adalah :
7. Pulmonary edema
8. Hyperpyrexia
9. Circulatory collapse (algid malaria)
10. Jaundice
14
F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tapi juga
gagal ginjal
mungkin berasal dari saluran pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat
melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin yang
3. Sekuetrasi eritrosit
15
pada endotelium dan membentuk gumpalan yang membendung kapiler
tersebut.
lainnya yaitu sakit kepala, keringat yang meningkat, nyeri punggung, nyeri
tempat tinggalnya.
Chesson strain).
16
4. Status gizi.
6. Keadaan lain penderita (bayi, hamil, orang tua, menderita sakit lain dan
lainlain.
Hal ini dapat terjadi karena manifestasi klinis malaria dipengaruhi oleh
P. vivax Chesson strain yang lebih sulit dapat disembuhkan. Status gizi
PHATWAY
17
Sporozoa masuk Gigitan nyamuk
ketubuh Anopheles
Skizon pecah
Pelepasan produk
met. toksik kedalam Anemia dan hipovolemi TIK
darah meningkat
Perubahan kesadaran
Respon inflamasi
sistemik
Risiko syok intoleransi aktivitas
hipovolemik
Intake cairan menurun
Myalgia dan atralgia Resiko penurunan perfusi jar.
otak
Diaforesisi poliuri
Nyeri ggn orientasi Mual muntah
Resiko Ketidakseimbangan
ketidakseimbangan nutrisi < dari keb intake nutrisi turun
elektolit tubuh
Hipertermi
(Sumber : Nurarif, Amin Huda, S. Kep, Ns dan Hardhi Kusuma, S, Kep, Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Jilid II. Jogjakarta: Mediaction Jogja)
G. FAKTOR RISIKO
18
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria
adalah (Fitria, J., Sabiq, A. 2018) :
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup
tinggi sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS
dapat menghambat perkembangbiakan P.falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.
Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan
manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan
Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam
darahnya dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak
mungkin terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada
kebanyakan daerah tropis dan subtropics, walaupun Amerika Serikat,
Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah
setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang
datang dari daerah endemis. Malaria congenital, disebabkan oleh
penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya
malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran
darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT
secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan
dengan ACT oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal
dan hipnozoidal.
I. PENGOBATAN
19
1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi
a. Malaria falsiparum dan Malaria vivaX
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat inim menggunakan
ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama
dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan
untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang
tertera di bawah ini:
Tabel 1.
Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin
Tabel 2.
Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin
20
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan
berat badan.
b. Apabila pasien P.falciparum dengan BB >80 kg datang kembali
Sediaan Darah masih positif P.falciparum, maka diberikan DHP
dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria
vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama
tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
c. Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
d. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama
3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak diberikan primakuin
1) Pengobatan infeksi campur P. falciparum+ P.
vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14
hari.
Tabel 3.
Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale dengan DHP +
Primakuin
21
Bulan Bulan Bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ⅓ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1
Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat
badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat
dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat
badan (pada tabel pengobatan), maka dosis yang
dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan
berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
22
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit
(RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga
kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka
penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.
23
pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT
lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya).
24
pemberian kina perinfus yang pertama.
a. Malaria
b. DBD
25
lanjut pada stadium ini mengakibatkan perembesan plasma
yang massif ke ruang interstisial yang menyebabkan
hipovolemia sehingga menimbulkan berbagai manifestasi dan
komplikasi yang kompleks. (Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;
3.3)
K. DISCHARGE PLANING
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan
setiap hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria
hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi
pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis
3. Pencegahan malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap risiko malaria, mencegah gigitan
nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa
nyamuk dan lain- lain.
Bisa juga dengan memasang kawat kasa pada pintu dan
jendela (fentilasi) agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah
(Alami, R. Adriyani, R. 2016).
Obat yang dapat digunakan untuk kemoprofilaksis adalah
doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari
sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4
26
minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih
dari 6 bulan
27
L. ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA VIVAX
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
. KEPERAWATAN HASIL
1. Hipertermi b/d penyakit NOC NIC
Termoregulasi Perawatan Demam
Definisi: Suhu inti tubuh di Setelah dilakukan asuhan - Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
atas kisaran normal diurnal keperawatan dalam 1x1 jam, - Monitor warna kulit dan suhu
karena kegagalan termo- diharapkan dengan - Berikan obat atau cairan IV (Antipiretik)
regulasi. - Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,
Kriteria hasil: tergantung pada fase demam
Batasan karakteristik: Peningkatan suhu - Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan
Gelisah kulitdalam rentang demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab demam
Kulit teraba hangat normal (dari skala 1 ke 5)
Hipertermiberkurang Pengaturan Suhu
(dari skala 1 ke 5) - Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Sakit kepala - Pasang alat pengukur suhu inti secara kontinyu, sesuai
berkurang(dari skala 1 ke kebutuhan
4) - Monitir suhu dan warna kulit
Keterangan : - Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala hipertermi
28
1. Berat - Tingkatkan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Cukup Berat - Gunakan matras pendingin, selimut yang mensirkulasikan
3. Sedang air, mandi air hangat, kantong es atau bantalan gel, dan
4. Ringan kateterisasi pendingin intravascular untuk menurunkan
5. Tidak ada suhu tubuh, sesuai kebutuhan
- Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
- Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan
29
waktu dan kualitas tidur diharapkan dengan - Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan untuk
akibat factor eksternal waktu istirahat
Kriteria Hasil : - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
Batasan Karakteristik: Jam tidur dalam rentang - Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan pasien
Kesulitan jatuh tidur normal (dari skala 1 ke 5) - Sesuaikan pencahayaan untuk memenuhi kebutuhan
Ketidakpuasan tidur Pola tidur dalam rentang kegiatan pasien, hindari cahaya langsung pada mata
30
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Peningkatan Tidur
Kesulitan memulai tidur - Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
teratasi (dari skala 1 ke 5) - Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien terhadap
Nyeri teratasi (dari skala pola tidur
1 ke 5) - Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi
Keterangan : pisik/psikologis/keadan yang mengganggu tidur
1. Berat - Anjurkan pasien/keluarga untuk memantau pola tidur
2. Cukup Berat - Sesuaikan lingkungan(pencahayaan, kebisingan) untuk
3. Sedang meningkatkan tidur
4. Ringan - Anjurkan pasien untuk menghindari makanan dan
5. Tidak Ada minuman yang mengganggu tidur
- Bantu pasien untuk membatasi tidur siang
- Sesuaikan jadwal pemberian obat tidur untuk mendukung
tidur/siklus bangun pasien
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai tekhnik
untuk meningkatkan tidur
31
Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus
- Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas
hidup pasien, misalnya tidur
- Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan, misalnya suhu
ruangan, pencahayaan, atau kebisingan
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
- Berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
- Beritahu dokter jika tindakan tindakan tidak berhasil atau
32
jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya
33
atau berulang tanpa akhir 4. Menggunakan pengurangan nyeri
yang dapat diantisipasi atau tindakan
diprediksi dan berlangsung pengurangan (nyeri) B. Manajemen nyeri
lebih dari tiga (>3) bulan tanpa analgesik (dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x4 jam
skala 1 ke 3) diharapkan nyeri akan berkurang dengan kriteria hasil:
5. Menggunakan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
analgesik yang meliputi
direkomendasikan lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas,i
(dari skala 1 ke 3) ntensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
6. Mengenali apa yang 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan
terkait dengan gejala dengan pemantauan yang ketat.
nyeri (dari skala 1 ke 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
3) penyebab nyeri berapa lama nyeri akan
7. Melaporkan nyeri dirasakan,dan antisipasi dari ketidaknyamanan
yang terkontrol (dari akibat prosedur
skala 1 ke 3) 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
Keterangan:
1. Tidak pernah
menunjukkan NIC
34
2. Jarang menunjukkan Terapi Relaksasi
3. Kadang-kadang Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
menunjukkan dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
4. Sering menunjukkan nyaman,jika memungkinkan
5. Secara konsisten Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
menunjukkan relaksasi,misalnya bernafas dalam,menguap,pernafasan
perut,atau bayangan yang menyenangkan
NOC Tunjukkan dan praktikkan tehnik relaksasi kepada
A. Tingkat nyeri klien
Setelah dilakukan Dorong klien untuk mengulang praktik teknik
tindakan keperawatan relaksasi,jika memungkinkan
1x4 jam diharapkan Evaluasi laporan individu terkait dengan relaksasi yang
pasien merasakan nyeri dicapai secara teratur,dan monitor ketegangan otot secara
yang dirasakan menjadi periodik,denyut nadi,tekanan darah,dan suhu tubuh yang
ringan dengan kriteria tepat.
hasil:
1. Nyeri yang
dilaporkan (dari
skala 1 ke 3)
35
2. Panjangnya
episode nyeri
(dari skala 1 ke
3)
3. Tidak bisa
istirahat (dari
skala 1 ke 3)
4. Ketegangan otot
(dari skala 1 ke
3)
5. Frekuensi nafas
(dari skala 1 ke
3)
6. Tekanan darah
(dari skala 1 ke
3)
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat
36
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
37
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah.
2. Klasifikasi malaria ada 5 yaitu falciparum, vivax, ovale, malariae, dan
knowlesi.
3. Tanda dan gejala yang khas pada malaria adalah adanya Trias Malaria
yaitu periode dingin, periode panas, dan periode berkeringat.
4. Pengobatan malaria berbeda-beda pada masing-masing jenis dan
klasifikasi.
5. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit malaria yaitu
hipertemi, nyeri, dan gangguan tidur.
B. SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih aktif lagi dalam toturial.
Penjelasan atau jawaban agar lebih terperinci dan mendalam agar
pembahasan dapat toturial lebih menarik.
38
DAFTAR PUSTAKA
Desember 2016.
Machlusil Husna, dkk, 2016. Aspek Biomolekul dan update terapi malaria
Nurarif, Amin Huda, S. Kep, Ns dan Hardhi Kusuma, S, Kep, Ns. 2015. Aplikasi
39