Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS MALARIA

Dosen Pembimbing: Hasby Pri Choiruna, S.Kep,Ns., M. Kep.

KELOMPOK 1

Riza Reswadi 1910913420007


Denty Puji Septia Parman 1910913420003
Bunga Indryan Noor Rindu Lestari 1910913420002
Mareta Ernani Widiyastuti 1910913420001
Maria Wahdah 1910913420004
Ariani Setianingsih 1910913420005
Hilma Nurazizah 1910913420006
Aditya Mulia Pratama 1910913410017
Muhammad Iqbal Maulana 1910913410016
Novita Dewi Kartika Putri 1810913420021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2020

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN

1
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS
MAKALAH TOTURIAL
MALARIA

OLEH KELOMPOK I

Banjarbaru, Februari 2020

DOSEN PEMBIMBING

HASBY PRI CHOIRUNA, S. Kep, Ns. M. Kep

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “LAPORAN TUTORIAL
KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS MALARIA”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama kepada bapak dan ibu dosen pengajar mata
kuliah Keperawatan Penyakit Tropis, tutor, orang tua dan kepada teman-teman
yang banyak menyumbangkan pemikiran dan tenaga sehingga dapat
memperlancar penyelesaian pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang
membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang “LAPORAN TUTORIAL
KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS MALARIA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, Februari 2020

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. SKENARIO LATAR BELAKANG MASALAH II (LBM II)


Tn. Widi (25 tahun) dirawat di RS Banjarbaru dengan riwayat
pekerjaan sebagai penambang emas di hutan. Berdasarkan hasil pemeriksaaan
lab.darah terdapat plasmodium vivax. Klien mendapat obat anti malaria,
analgesik-antipiretik. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan Ners
Rinda didaapatkan data TD 120/80 mmHg, RR 18 x/menit, N 80 x/menit,
suhu 40°C, terdapat jaundice. Klien mengatakan sakit kepala dan nyeri di
daerah persendian seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5. Klien
mengatakan sulit tidur pada malam hari. Klien tidur mulai jam 24.00-04.00
WITA.

B. ANALISA KASUS
1. Langkah I : Klarifikasi/identifikasi istilah (clarify terms)
a. Jaundice
Perubahan warna kulit pada mata, kuku jadi berwarna kuning Karena
adanya peningkatan bilirubin. nilai normalnya 0,2 – 1,2 mg/dl.
b. Plasmodium Vivax
Plasmodium parasit yang menyebabkan malaria vivax yang dibawa
oleh nyamuk Anopheles betina dengan masa inkubasi 7–14 hari.
c. Anti malaria
Anti Folat yang menghambat nyeri

2. Langkah II : Membuat daftar masalah (define the problems)


a. Pengertian malaria
b. Etiologi malaria
c. Tanda dan gejala penyakit malaria
d. Pengobatan malaria
e. Patofisiologi malaria
f. Pemeriksaan penunjang malaria

4
g. Klasifikasi malaria
h. Perbedaan DBD dengan Malaria
i. Apakah ada hubungan pekerjaan tambang emas dengan kejadian
malaria
j. Komplikasi
k. Diagnosa yang sering muncul
l. Asuhan Keperawatan
m. Pencegahan malaria
n. Faktor Risiko yang menyebabkan malaria

3. Langkah III : Menganalisa masalah


a. Pengertian malaria
Penyakit akut yang bisa menjadi kronik yang di sebabkan oleh
protozoa plasmodium melalui gigitan nyamuk anopheles betina pada
pagi dan senja hari.
b. Etiologi malaria
Parasit Plasmodium yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Anopheles
Betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut, parasit masuk ke dalam
tubuh dan menempati organ hati kemudian parasit dapat tumbuh dan
berkembang biak.
c. Tanda dan gejala
Nyeri sendi, peningkatan suhu tubuh, terdapat jaundice, diare,
anoreksia, anuria, dan kesadaran menurun.
3 gejala klasik malaria yaitu terjaidnya trias malaria berlangsung 6 –
10 jam :
1) Stadium dingin (cold stage)
Berlangsung 15 menit – 1 jam. Dimulai dengan mengigil, nadi
cepat tetapi lemah dan pucat.
2) Stadium demam (hot stage)
Berlangsung 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan, muka
merah, sakit kepala, nadi menjadi kuat kembali dan suhu tubuh
meningkat hingga 41°C atau lebih.

5
3) Stadium berkeringat (sweating stage)
Berlangsung 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak,
suhu tubuh kembali turun, biasanya penderita merasa lemah
tetapi masih dapat kembali beraktivitas.
d. Pengobatan malaria
1) Pemberian ACT
2) Injeksi Artesunat
3) Anti malaria, analgetik dan antipiretik
4) Anti muntah (emetik)
e. Patofisiologi
(Sasaran belajar)
f. Pemeriksaan penunjang malaria
Pemeriksaan malaria dengan apusan darah atau dengan Rapid
Diagnostic Test, dan bisa juga ditambah dengan pemeriksaan
bilirubin, albumin, SGOT, SGPT, serta pemeriksaan gula darah.
g. Klasifikasi malaria
1) Vivax
2) Palcifarum
3) Ovale
4) Malarie
5) Knowlesi
h. Perbedaan DBD dengan Malaria
1) DBD disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus, sedangkan malaria disebarkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles Betina.
2) DBD disebabkan oleh Virus Dengue, sedangkan malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium Vivax.
i. Apakah ada hubungan pekerjaan tambang emas dengan kejaidan
malaria
Nyamuk Anopheles hidup di tempat yang lembab seperti hutan
sangat cocok untuk perkembangbiakkannya. Malaria merupakan

6
penyakit endemik (daerah tertentu), daerah endemis malaria di
Indonesia antara lain Nusa Tenggara, Papua dan Lampung.
j. Komplikasi
Malaria serebral, anemia berat, edema paru, gagal ginjal akut,
penurunan kesadaran dan kematian.
k. Diagnosa keperawatan yang muncul :
1) Hipertermi
2) Nyeri akut
3) Gangguan pola tidur
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5) Risiko syok hipovolemik
6) Intoleransi aktivitas
7) Risiko ketidakseimbangan elektrolit
l. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
2) Diagnosa keperawatan
3) Intervensi
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Disharge planning
m. Pencegahan malaria
1) Menghindari berpergian ke daerah hutan
2) Menggunakan lotion anti nyamuk
3) Dianjurkan untuk tidak memakai baju yang berwarna gelap
4) Menggunakan kelambu anti myamuk
5) Vaksinasi malaria
n. Faktor Risiko yang menyebabkan malaria
1) Lingkungan
2) Pendidikan
3) Pengetahuan
4) Sikap dan perilaku
5) Pekerjaan tertentu

7
Langkah IV : Mendaftar semua penjelasan secara sistematis lalu
meringkas

4. Langkah V : Menerapkan sasaran belajar (Formulate learning objectives)


a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang pengertian
malaria
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang etiologi
malaria

8
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang manifestasi
klinis malaria
d. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang pengobatan
penyakit malaria
e. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
patofisiologi penyakit malaria
f. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
pemeriksaan penunjang penyakit malaria
g. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang klasifikasi
penyakit malaria
h. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang perbedaan
DBD dengan malaria
i. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang apakah ada
hubungan pekerjaan di tambang emas dengan malaria
j. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang komplikasi
malaria
k. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang diagnose
keperawatan yang mungkin muncul pada malaria
l. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang asuhan
keperawatan yang sesuai dengan LBM II
m. Mahasiswa mengetahui strategi pengendalian malaria di Indonesia
n. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang faktor risiko
yang mungkin muncul pada malaria

9
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah (Nurarif, 2015, hal. 227).
Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang
disebabkan oleh satu atau lebih spesies plasmodium, ditandai dengan panas
tinggi bersifat intermitten, anemia, dan hepato-splenomegali. Untuk
memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan darah tepi (apusan tebal atau
tipis) untuk konfirmasi adanya parasite plasmodium. (Pudjiadi, 2009, hal. 179)
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam darah merah manusia,
ditularkan oleh nyamuk malaria (Anpoheles) betina, dapat menyerang semua
orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi,
anak-anak, serta orang dewasa. (Sutarjo, 2016, hal. 194)

B. ETIOLOGI
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung,
reptile, dan mamalia.
Plasmodium terdiri dari 4 spesies:
1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (Malignan
malaria).
2. Plasmodium vivax menyebakan malaria tertian (Benigna malaria).
3. Plasmodium malariae.
4. Plasmodium ovale.
(Nurarif, 2015, hal. 227)

10
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria
proxysm) secara berurutan :
a. Periode dingin. Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita
sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur. 
b. Periode panas. Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri
kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode
ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat. 
c. Periode berkeringat. Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti
seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai
dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
2. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah

11
(Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus
costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya
merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar
lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus
dan fossa iliaca dekstra.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran
eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang. (Mansjoer. dkk, Hal. 411)
4. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah.
Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a. Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah
merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel
darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan 
b. Ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin
oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan
hepatoseluler. 
c. Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar
hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif
(Corwin, 2000, hal. 571).

12
5.  Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps
dapat bersifat:
a. Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang
berkembang biak.
b. Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
ke darah dan berkembang biak.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis dengan menggunakan cairan
giemsa untuk menentukan :
a. Ada tidaknya parasite malaria (positif atau negatif).
b. Menentukan jenis spesies dan stadium plasmodium.
c. Kepadatan parasite.
2. Pemeriksaan dengan uji diagnostic cepat (Rapid Diagnostic Test).
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasite malaria,
dengan menggunakan metode imunokromatografi. Sebelum
menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan dan tanggal
kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017 hal. 7)
3. Pemeriksaan darah rutin lengkap
Pemeriksaan penunjang lain meliputi: darah rutin, kimia darah (gula
darah, serum bilirubin, SGOT, SGPT, albumin, ureum, kreatinin) dan
foto toraks (Fitria, J., Sabiq, A. 2018.)

13
E. KOMPLIKASI
1. Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate of
25%, mentmeski dengan treatment terbaik. Kebanyakan kematian
disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak umur 6 bulan-3
tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat
meyelamatkan anak dengan malaria. Penderita biasanya meninggalkan
sequelae (seperti , hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P
falciparum melakukan sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga Seizures
dan comabiasa terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria ,
anak yang mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian. 
2. Perdarahan terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah karena
parasitemia yang tinggi menyebabkan gangguan intrakoagulasi. 
3. hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal terkait
glucose-6-phosphatase dehydrogenase (G-6-PD) deficiency or an
antibody-mediated yang menyebabkan destruksi eritrosit.
4. Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis, hypersplenism,
erythrocyte survival memendek , bone marrow suppressn. Malarial anemia
bisa sangat parah dan menyebabkan kematian. 
5. Parasite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat
menyeababkan hypoglycemia, serta berasosiasi dengan quinine and
quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan cerebral
malaria 
6. Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut. Jarang
dapat diamati sekarang lebih diakibatkan karena profilaksis terapi dengan
menggunakan quinine. Komplikasi lainnya adalah : 
7. Pulmonary edema 
8. Hyperpyrexia 
9. Circulatory collapse (algid malaria) 
10. Jaundice

14
F. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan

dengan hal- hal sebagai berikut:

1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :

Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tapi juga

terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan

anemia dan anoksia jaringan. Pada hemolisis intravaskuler yang berat

dapat terjadi hemoglobinuria (black water fever) dan dapat menyebabkan

gagal ginjal

2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag

Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag

yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin

mungkin berasal dari saluran pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat

melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin yang

ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi

parasit malaria. TNF dan sitokin lainnya menimbulkan demam,

hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa.

3. Sekuetrasi eritrosit

Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.falciparum dapat

membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan

tersebut mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan

berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P.falciparum

terhadap endothelium kapiler darah alat dalam, sehingga skizogoni

berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel

15
pada endotelium dan membentuk gumpalan yang membendung kapiler

yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.

Manifestasi klinis penderita malaria ini sangat beragam, dari yang

tanpa gejala sampai dengan yang berat. Di daerah endemis malaria,

manifestasi klinis tersebut sudah sangat dikenal oleh tenaga kesehatan

bahkan penderita dapat mendiagnosis penyakitnya sendiri. Pada daerah

non endemis diperlukan pengalaman untuk mengarah ke diagnosis malaria

antara lain pengetahuan epidemiologis, status malaria daerah asal atau

tempat tinggal, mengetahui riwayat tindakan medis yang pernah didapat

(transfusi darah, suntikan), riwayat penyakit dan berpergian dari penderita

tersebut.

Gejala klinis mulai tampak setelah 1 hingga 4 minggu setelah

infeksi dan umumnya mencakup demam dan menggigil. Hampir seluruh

pasien dengan malaria akut memiliki episode demam, sesuai dengan

tipikal demam masing-masing plasmodium. Menggigil dapat terjadi secara

tidak teratur, terutama pada infeksi Plasmodium falciparum. Gejala

lainnya yaitu sakit kepala, keringat yang meningkat, nyeri punggung, nyeri

otot, diare, nausea, vomiting, dan batuk. Banyak faktor yang

mempengaruhi manifestasi klinis tersebut antara lain:

1. Status kekebalan yang biasanya berhubungan dengan tingkat endemisitas

tempat tinggalnya.

2. Beratnya infeksi (kepadatan parasit).

3. Jenis dan strain Plasmodium (spesies, resisten obat antimalaria atau

Chesson strain).

16
4. Status gizi.

5. Sudah minum obat antimalaria.

6. Keadaan lain penderita (bayi, hamil, orang tua, menderita sakit lain dan

lainlain.

7. Faktor genetik (HbF, defisiensi G6PD, ovalositosis dan lain-lain)

Secara umum, bila kepadatan parasit tinggi, biasanya risiko menjadi

malaria berat lebih besar. Walaupun demikian tidak jarang didapatkan

penderita malaria berat dengan kepadatan parasit rendah dan sebaliknya.

Hal ini dapat terjadi karena manifestasi klinis malaria dipengaruhi oleh

banyak faktor. Malaria berat umumnya disebabkan oleh P. falciparum. Di

samping itu malaria falsiparum merupakan jenis malaria yang telah

dilaporkan resisten terhadap klorokuin maupun multidrug. Di Irian dikenal

P. vivax Chesson strain yang lebih sulit dapat disembuhkan. Status gizi

sangat mempengaruhi kekebalan tubuh terhadap infeksi terutama pada

anak-anak, sehingga tak mengherankan malaria pada anak kurang gizi

sering berkembangmenjadi berat.

PHATWAY

17
Sporozoa masuk Gigitan nyamuk
ketubuh Anopheles

Eritrosit yang mengandung


parasit melekat di
endothelium kapiler

Tropozoid Eritrosit mengandung


ribuan merozoid pecah Hb menurun

Skizon pecah

Skizon mikro dan


masuk makro
gametosid
Induksi sitolisis
eritrosit O2 dalam darah turun O2 dalam otak turun

Pelepasan produk
met. toksik kedalam Anemia dan hipovolemi TIK
darah meningkat

Perubahan kesadaran
Respon inflamasi
sistemik
Risiko syok intoleransi aktivitas
hipovolemik
Intake cairan menurun
Myalgia dan atralgia Resiko penurunan perfusi jar.
otak
Diaforesisi poliuri
Nyeri ggn orientasi Mual muntah

Resiko Ketidakseimbangan
ketidakseimbangan nutrisi < dari keb intake nutrisi turun
elektolit tubuh

Hipertermi

(Sumber : Nurarif, Amin Huda, S. Kep, Ns dan Hardhi Kusuma, S, Kep, Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi
Jilid II. Jogjakarta: Mediaction Jogja)

G. FAKTOR RISIKO

18
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria
adalah (Fitria, J., Sabiq, A. 2018) :
1. Ras atau suku bangsa
Pada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS) cukup
tinggi sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum karena HbS
dapat menghambat perkembangbiakan P.falciparum.
2. Kekurangan enzim tertentu
Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6 Phosphat Dehidrogenase (G6PD)
memberikan perlindungan terhadap infeksi P. falciparum yang berat.
Defisiensi terhadap enzim ini merupakan penyakit genetik dengan
manifestasi utama pada wanita.
3. Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan
Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam
darahnya dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak
mungkin terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada
kebanyakan daerah tropis dan subtropics, walaupun Amerika Serikat,
Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah
setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang
datang dari daerah endemis. Malaria congenital, disebabkan oleh
penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya
malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran
darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT
secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan
dengan ACT oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal
dan hipnozoidal.
I. PENGOBATAN

19
1. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi
a. Malaria falsiparum dan Malaria vivaX
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat inim menggunakan
ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama
dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan
untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang
tertera di bawah ini:

Tabel 1.
Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin

Jumlah tablet per hari menurut berat badan


<4 kg 4-6kg >6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥60kg
Hari Jenis obat 0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
Bulan Bulan Bulan tahun tahun Tahun tahun tahun
1-3 DHP ⅓ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1

Tabel 2.
Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin

Jumlah tablet per hari menurut berat badan


<4 kg 4-6kg >6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥60kg
0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
Hari Jenis obat
Bulan Bulan Bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ⅓ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1
Catatan :

20
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.
1) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada
tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan
berat badan.
b. Apabila pasien P.falciparum dengan BB >80 kg datang kembali
Sediaan Darah masih positif P.falciparum, maka diberikan DHP
dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria
vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama
tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
c. Pengobatan malaria ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP
ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
d. Pengobatan malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama
3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak diberikan primakuin
1) Pengobatan infeksi campur P. falciparum+ P.
vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari
serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14
hari.
Tabel 3.
Pengobatan infeksi campur P.falciparum P.vivax/P.ovale dengan DHP +
Primakuin

Jumlah tablet per hari menurut berat badan


<4 kg 4-6kg >6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥60kg
0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
Hari Jenis obat

21
Bulan Bulan Bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ⅓ ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1

Catatan :
a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat
badan, apabila penimbangan berat badan tidak dapat
dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat
badan (pada tabel pengobatan), maka dosis yang
dipakai adalah berdasarkan berat badan.
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan
berat badan ideal.
d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

2. Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama


dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya. Pada ibu hamil
tidak diberikan Primakuin.
Tabel 4.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks pada ibu hamil
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester I-III (0-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan


perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu
penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat
anti malaria.

3. Pengobatan Malaria Berat

22
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit
(RS) atau puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga
kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka
penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan
diagnosis serta pengobatan.

b. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan


Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap,
pasien malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang
lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)
c. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau
Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak
tersedia dapat diberikan kina drip.

1) Kemasan dan cara pemberian artesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg


serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul
yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya dicampur
untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat.
Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9%
sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml
(10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan.

Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena


sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4
mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita
mampu minum obat.

Contoh perhitungan dosis : Penderita


dengan BB = 50 kg.
Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg
Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali

23
pemberian.
Bila penderita sudah dapat minum obat, maka
pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT
lainnya (3 hari) + primakuin (sesuai dengan jenis
plasmodiumnya).

2) Kemasan dan cara pemberian kina drip


Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk
malaria berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak
tersedia artesunat intramuskular/intravena.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%.
Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.

Pemberian kina pada dewasa :

a) loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam


500 ml (hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau
NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama.

b) 4jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau


NaCl 0,9%.

c) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10


mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hati overload
cairan) dekstrose 5 % atau NaCl.

d) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5%


atau NaCl 0,9%.

e) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di


atas sampai penderita dapat minum kina per-oral.

f) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv


diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10
mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam. Kina oral
diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada
orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil.
Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak

24
pemberian kina perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak :


Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur
< 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa
5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan
selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat
minum obat.
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena
toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
d. Pengobatan malaria berat pada ibu hamil

Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan


dengan memberikan artesunat injeksi atau kina HCl drip
intravena.

J. PERBEDAAN DBD DAN MALARIA

a. Malaria

penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa genus

Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan


pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria
merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang
disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam
darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa

b. DBD

DBD adalah manifestasi perdarahan dan kegagalan sirkulasi.


DBD diklasifikasikan menjadi empat derajat, yaitu derajat I,
derajat II, derajat III, dan derajat IV, dimana SRD termasuk
kedalam derajat III dan IV. Peningkatan permeabilitas kapiler

25
lanjut pada stadium ini mengakibatkan perembesan plasma
yang massif ke ruang interstisial yang menyebabkan
hipovolemia sehingga menimbulkan berbagai manifestasi dan
komplikasi yang kompleks. (Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;
3.3)
K. DISCHARGE PLANING
1. Rawat Jalan

Pada penderita rawat jalan evaluasi pengobatan dilakukan


pada hari ke 3, 7, 14, 21 dan 28 dengan pemeriksaan klinis
dan sediaan darah secara mikroskopis. Apabila terdapat
perburukan gejala klinis selama masa pengobatan dan evaluasi,
penderita segera dianjurkan datang kembali tanpa menunggu
jadwal tersebut di atas.

2. Rawat Inap
Pada penderita rawat inap evaluasi pengobatan dilakukan
setiap hari dengan pemeriksaan klinis dan darah malaria
hingga klinis membaik dan hasil mikroskopis negatif. Evaluasi
pengobatan dilanjutkan pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 dengan
pemeriksaan klinis dan sediaan darah secara mikroskopis
3. Pencegahan malaria
Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap risiko malaria, mencegah gigitan
nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan
menggunakan kelambu berinsektisida, repelen, kawat kasa
nyamuk dan lain- lain.
Bisa juga dengan memasang kawat kasa pada pintu dan
jendela (fentilasi) agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah
(Alami, R. Adriyani, R. 2016).
Obat yang dapat digunakan untuk kemoprofilaksis adalah
doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2 hari
sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4

26
minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih
dari 6 bulan

27
L. ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA VIVAX
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
. KEPERAWATAN HASIL
1. Hipertermi b/d penyakit NOC NIC
Termoregulasi Perawatan Demam
Definisi: Suhu inti tubuh di Setelah dilakukan asuhan - Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
atas kisaran normal diurnal keperawatan dalam 1x1 jam, - Monitor warna kulit dan suhu
karena kegagalan termo- diharapkan dengan - Berikan obat atau cairan IV (Antipiretik)
regulasi. - Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,
Kriteria hasil: tergantung pada fase demam
Batasan karakteristik:  Peningkatan suhu - Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan
 Gelisah kulitdalam rentang demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab demam
 Kulit teraba hangat normal (dari skala 1 ke 5)
 Hipertermiberkurang Pengaturan Suhu
(dari skala 1 ke 5) - Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
 Sakit kepala - Pasang alat pengukur suhu inti secara kontinyu, sesuai
berkurang(dari skala 1 ke kebutuhan
4) - Monitir suhu dan warna kulit
Keterangan : - Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala hipertermi

28
1. Berat - Tingkatkan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Cukup Berat - Gunakan matras pendingin, selimut yang mensirkulasikan
3. Sedang air, mandi air hangat, kantong es atau bantalan gel, dan
4. Ringan kateterisasi pendingin intravascular untuk menurunkan
5. Tidak ada suhu tubuh, sesuai kebutuhan
- Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
- Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan

Monitor Tanda-Tanda Vital


- Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
- Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh
secara terus menerus dengan tepat
- Monitir dan laporkan tanda dan gejala hipertermia
- Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
2. Gangguan Pola tidur b/d NOC NIC
halangan lingkungan Tidur Manajemen Lingkungan / Kenyamanan
Setelah dilakukan asuhan - Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola
Definisi: Interupsi jumlah keperawatan 1x12 jam lingkungan dan kenyamanan yang optimal

29
waktu dan kualitas tidur diharapkan dengan - Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan untuk
akibat factor eksternal waktu istirahat
Kriteria Hasil : - Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
Batasan Karakteristik:  Jam tidur dalam rentang - Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan pasien
 Kesulitan jatuh tidur normal (dari skala 1 ke 5) - Sesuaikan pencahayaan untuk memenuhi kebutuhan
 Ketidakpuasan tidur  Pola tidur dalam rentang kegiatan pasien, hindari cahaya langsung pada mata

 Menyatakan tidak merasa normal (dari skala 1 ke 5)

cukup istirahat  Kualitas tidur dalam Pemberian Obat


rentang normal (dari - Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai dengan
skala 1 ke 5) keakuratan dan keamanan pemberian obat
 Efisiensi tidur dalam - Verifikasi resep obat sebelum pemberian obat
rentang normal (dari - Beritahu pasien mengenai jenis obat, alasan pemberian
skala 1 ke 5) obat dan hasil yang diharapkan
 Suhu ruangan yang - Bantu pasien dalam pemberian obat
nyaman dalam rentang - Gunakan perintah, aturan dan prosedur yang sesuai dalam
normal (dari skala 1 ke 5) metode pemberian obat
Keterangan : - Monitor pasien terhadap efek terapeutik obat
1. Sangat terganggu - Dokumentasikan pemberian obat dan respon pasien
2. Banyak terganggu

30
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Peningkatan Tidur
 Kesulitan memulai tidur - Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
teratasi (dari skala 1 ke 5) - Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi pasien terhadap
 Nyeri teratasi (dari skala pola tidur
1 ke 5) - Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi
Keterangan : pisik/psikologis/keadan yang mengganggu tidur
1. Berat - Anjurkan pasien/keluarga untuk memantau pola tidur
2. Cukup Berat - Sesuaikan lingkungan(pencahayaan, kebisingan) untuk
3. Sedang meningkatkan tidur
4. Ringan - Anjurkan pasien untuk menghindari makanan dan
5. Tidak Ada minuman yang mengganggu tidur
- Bantu pasien untuk membatasi tidur siang
- Sesuaikan jadwal pemberian obat tidur untuk mendukung
tidur/siklus bangun pasien
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai tekhnik
untuk meningkatkan tidur

31
Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus
- Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas
hidup pasien, misalnya tidur
- Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
- Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan, misalnya suhu
ruangan, pencahayaan, atau kebisingan
- Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
- Berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
- Beritahu dokter jika tindakan tindakan tidak berhasil atau

32
jika keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari
pengalaman nyeri sebelumnya

3. Nyeri akut berhubungan NOC NIC


dengan agen cedera biologis Kontrol nyeri Pemberian analgetik
(mis,infeksi,iskemia,neoplas Setelah dilakukan tindakan  Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas dan
ma) keperawatan 1x4 jam keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
diharapkan nyeri akut dapat  Cek perintah pengobatan meliputi obat,dosis,dan
Definisi : pengalaman sensori berkurang dengan kriteria frekuensi obat analgetik yang diresepkan
dan emosional tidak hasil:  Cek adanya riwayat alergi obat
menyenangkan dengan 1. Mengenali kapan  Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta
kerusakan jaringan aktual nyeri terjadi (dari dalam pemilihan analgetik,rute dan dosis dan
atau potensial, atau skala 1 ke 4) keterlibatan pasien,sesuai kebutuhan
digambarkan sebagai suatu 2. Mengambarkan  Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain
kerusakan (international for faktor penyebab nyeri yang dapat untuk memfasilitasi penurunan nyeri
the study of pain) awitan (dari skala 1 ke 3)  Beri analgetik sesuai waktu paruhnya,terutama
yang tiba-tiba atau lambat 3. Menggunakan pada nyeri berat
dengan intensitas dari ringan tindakan pencegahan
 Berikan analgetik tambahan dan/atau pengobatan
hingga berat terjadi konsisten (dari skala 1 ke 3)
jika diperlukan untuk meningkatkan efek

33
atau berulang tanpa akhir 4. Menggunakan pengurangan nyeri
yang dapat diantisipasi atau tindakan
diprediksi dan berlangsung pengurangan (nyeri) B. Manajemen nyeri
lebih dari tiga (>3) bulan tanpa analgesik (dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x4 jam
skala 1 ke 3) diharapkan nyeri akan berkurang dengan kriteria hasil:
5. Menggunakan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
analgesik yang meliputi
direkomendasikan lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas,i
(dari skala 1 ke 3) ntensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
6. Mengenali apa yang 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan
terkait dengan gejala dengan pemantauan yang ketat.
nyeri (dari skala 1 ke 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
3) penyebab nyeri berapa lama nyeri akan
7. Melaporkan nyeri dirasakan,dan antisipasi dari ketidaknyamanan
yang terkontrol (dari akibat prosedur
skala 1 ke 3) 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
Keterangan:
1. Tidak pernah
menunjukkan NIC

34
2. Jarang menunjukkan Terapi Relaksasi
3. Kadang-kadang  Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
menunjukkan dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
4. Sering menunjukkan nyaman,jika memungkinkan
5. Secara konsisten  Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya
menunjukkan relaksasi,misalnya bernafas dalam,menguap,pernafasan
perut,atau bayangan yang menyenangkan
NOC  Tunjukkan dan praktikkan tehnik relaksasi kepada
A. Tingkat nyeri klien
Setelah dilakukan  Dorong klien untuk mengulang praktik teknik
tindakan keperawatan relaksasi,jika memungkinkan
1x4 jam diharapkan Evaluasi laporan individu terkait dengan relaksasi yang
pasien merasakan nyeri dicapai secara teratur,dan monitor ketegangan otot secara
yang dirasakan menjadi periodik,denyut nadi,tekanan darah,dan suhu tubuh yang
ringan dengan kriteria tepat.
hasil:
1. Nyeri yang
dilaporkan (dari
skala 1 ke 3)

35
2. Panjangnya
episode nyeri
(dari skala 1 ke
3)
3. Tidak bisa
istirahat (dari
skala 1 ke 3)
4. Ketegangan otot
(dari skala 1 ke
3)
5. Frekuensi nafas
(dari skala 1 ke
3)
6. Tekanan darah
(dari skala 1 ke
3)
Keterangan :
1. Berat
2. Cukup berat

36
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

37
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual di dalam darah.
2. Klasifikasi malaria ada 5 yaitu falciparum, vivax, ovale, malariae, dan
knowlesi.
3. Tanda dan gejala yang khas pada malaria adalah adanya Trias Malaria
yaitu periode dingin, periode panas, dan periode berkeringat.
4. Pengobatan malaria berbeda-beda pada masing-masing jenis dan
klasifikasi.
5. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit malaria yaitu
hipertemi, nyeri, dan gangguan tidur.

B. SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih aktif lagi dalam toturial.
Penjelasan atau jawaban agar lebih terperinci dan mendalam agar
pembahasan dapat toturial lebih menarik.

38
DAFTAR PUSTAKA

Alami, R. Adriyani, R. 2016. Tindakan Pencegahan Malaria Di Desa Sudorogo

Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Jurnal Promkes Vol. 4 no. 2

Desember 2016.

Fitria, J., Sabiq, A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous Vol 4 No 2, 2018

Kementerian Kesehenatan RI, 2017. Buku saku Penatalaksanaan Malaria. Jakarta

Machlusil Husna, dkk, 2016. Aspek Biomolekul dan update terapi malaria

serbral. Laboratorium FK Universitas Brawijaya, Malang. Indonesia

Nurarif, Amin Huda, S. Kep, Ns dan Hardhi Kusuma, S, Kep, Ns. 2015. Aplikasi

Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc

Edisi Revisi Jilid II. Jogjakarta: Mediaction Jogja.


Pudjiadi, Antonius H., Badriul Hegar, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI.
Yobi Syumarta, Akmal M. Hanif, Erlina Rustam. Jurnal Kesehatan Andalas.
2014; 3(3)

39

Anda mungkin juga menyukai