Pencemaran Air Di Indonesia
Pencemaran Air Di Indonesia
"Kita juga perlu melihat PR (pekerjaan rumah) yang tersisa, misalnya dari hasil
pendataan Potensi Desa 2018, kita masih melihat ada 2.200 desa yang masih
mengalami pencemaran tanah," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin
(21/1).
Selain itu, menurut BPS, masih ada 16 ribu desa yang menghadapi pencemaran air
dan udara. "Ini tentunya PR-PR yang perlu kita garisbawahi dan ke depan kita juga
perlu menangani," kata Suhariyanto.
Dia menjelaskan pula bahwa 2,8 persen rumah tangga yang berada di kawasan
hutan merupakan rumah tangga yang melakukan kegiatan perladangan berpindah.
"Ini tentunya perlu mendapat perhatian supaya keberadaan perladangan berpindah
ini tidak merusak lingkungan tetapi sebaliknya menimbulkan keinginan untuk
melestarikan hutan di Indonesia," ujarnya.
"Perlu dan harus kita akui sejujurnya bahwa persepsi masyarakat kepada
lingkungan hidup menempati prioritas di bawah kepentingan ekonomi dan sosial.
Karena itu, ke depan berbagai kebijakan mengenai lingkungan hidup harus
terintegrasi dengan indikator sosial dan ekonomi seperti yang tercantum dalam
SDGs (tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan)," tuturnya.
SOLUSI:
Hal pertama yang sangat sulit untuk dilakukan dalam penanggulangan ini
yaitu dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya menghindari
terjadinya pencemaran tanah.
Mengurangi penggunaan barang-barang yang dapat mencemari tanah serta
sulit terurai dalam jangka waktu yang panjang.
melakukan reboisasi pada lahan-lahan tandus sehingga mampu
menumbuhkan kembali pohon-pohon yang berfungsi sebagai penyerap air
saat hujan.
SAMPAH PLASTIK MASIH MENJADI MASALAH DI BALI
Masalah sampah plastik tetap menjadi perhatian bagi beberapa pihak, baik dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta khususnya, Pemerintah Kota
Denpasar.
"Terkait dengan revitalisasi, tadi wali kota sudah menjelaskan pada saya sungai-
sungai di Kota Denpasar ini jadi perhatian beliau, dan menurut saya itu sangat
baik, untuk itu kami akan mendukung, saya sudah tanya berapa dananya, nanti
dilihat berapa yang bisa didukung oleh Pemerintah Pusat tapi menurut saya Bali
sudah kita "declare" sebagai pusat untuk regional capacity center," kata Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya Bakar, di Tukad Badung,
Kamis (20/6/2019).
Ia mengatakan, dalam pertemuan antar negara pada Desember tahun lalu di Bali,
beberapa negara sepakat untuk bekerja keras dalam menangani sampah laut.
Menurutnya, sampah plastik yang memenuhi sungai dan lautan telah menyebabkan
masalah selama bertahun-tahun, seperti menyumbat saluran air, meningkatnya
resiko banjir dan permasalahan lingkungan yang sangat serius.
Pihaknya juga melakukan dialog bilateral dengan Belanda dan Inggris terkait
Marine Litter, dan peran Bali dalam penanganan sampah laut yang tetap menjadi
masalah.
Selain itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi 70 persen
sampah plastik di laut, untuk itu Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 83 Tahun 2018, tentang penanganan sampah laut.
SOLUSI: