Enumerasi Dan Isolasi
Enumerasi Dan Isolasi
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penghitungan jumlah total koloni bakteri.
2. Untuk mengetahui kelayakan sampel yang diuji layak untuk dikonsumsi
II. MATERI DAN METODE
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode penghitungan
bakteri dengan pengenceran terhadap sampel bahan. Pertama alat dan bahan
disiapkan terlebih dahulu, yaitu sampel bahan makanan berupa Cilok, botol yang
berisi 90 mL air steril, dua buah cawan Petri yang telah disterilkan, dua buah
tabung reaksi yang telah berisi air steril 9 mL, vortex, mikropipet, medium
Nutrient Agar, dan lampu Bunsen. Percobaan dimulai dengan cilok diiris menjadi
bagian kecil, kemudian ditimbang sampai di dapatkan berat 10 gram. Setelah
ditimbang cilok tersebut dimasukkan ke dalam botol yang berisi 90 mL air steril,
kemudian botol dikocok sampai homogen. Setelah itu sampel diambil sebanyak 1
mL menggunakan mikropipet ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL air
steril sehingga didapatkan faktor pengenceran 10-2, kemudian sampel pada tabung
reaksi dihomogenkan dengan vortex. Dilakukan hal yang sama untuk faktor
pengenceran 10-3. Sampel yang telah homogen dimasukkan ke dalam masing-
masing cawan Petri yang telah diberi label, lalu dituangkan medium Nutrient
Agar dibagian atasnya. Setelah itu cawan Petri digoyangkan secara perlahan
hingga homogen. Cawan Petri kemudian diinkubasi selama 24 jam.
( Terlampir )
3.2. Pembahasan
Pada percobaan pertama menggunakan sampel minuman yaitu susu sapi.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada cawan Petri dengan
CFU
faktor pengenceran 10-1 adalah sebesar 510 x 101 , sedangkan jumlah bakteri
ml
CFU
pada cawan Petri dengan faktor pengenceran 10-2 adalah sebesar 51 x 102 .
ml
Jumlah mikroba yang didapatkan menyatakan bahwa susu tersebut layak untuk
dikonsumsi, karena sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan (Dahal et
al.,2010).
Percobaan kedua menggunakan sampel minuman yaitu susu kedelai.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah bakteri pada cawan Petri dengan
CFU
faktor pengenceran 10-1 adalah sebesar 12 x 101 , sedangkan jumlah bakteri
ml
CFU
pada cawan Petri dengan faktor pengenceran 10-2 adalah sebesar 1 x 102 .
ml
Proses pembuatan susu kedelai yang tidak menggunakan alat dan bahan yang
baik, maka susu kedelai akan terkontaminasi bakteri contohnya adalah bakteri
E.coli ( Herberth and Cox, 1978).
Percobaan ketiga menggunakan sampel makanan padat yaitu cilok. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa jumlah bakteri pada cawan Petri dengan faktor
CFU
pengenceran 10-2 adalah sebesar 70 x 102 , sedangkan jumlah bakteri pada
gr
CFU
cawan Petri dengan faktor pengenceran 10-3 adalah sebesar 47 x 103 , total
gr
koloni yang di dapatkan kurang dari batas maksimum cemaran mikroba yaitu
CFU
1×106 (BPOM-RI,2009).
gr
Percobaan keempat menggunakan sampel makanan padat yaitu nugget.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah bakteri pada cawan Petri dengan
CFU
faktor pengenceran 10-2 adalah sebesar 43 x 102 , sedangkan jumlah bakteri
gr
CFU
pada cawan Petri dengan faktor pengenceran 10-3 adalah sebesar 40 x 103 .
gr
Beberapa bakteri yang ditemukan sebagai patogen dalam nugget adalah
Salmonella sp. ( Bhaisare et al.,2014 ).
Pada percobaan kelima menggunakan sampel makanan sempol. Hasil
yang didapatkan menunjukan bahwa jumlah bakteri pada cawan Petri dengan
CFU
faktor pengenceran 10-2 adalah sebesar 236 x 102 , sedangkan jumlah bakteri
gr
CFU
pada faktor pengenceran 10-3 yaitu sebesar 42 x 103 . Menurut ketentuan
gr
CFU
BPOM batas cemaran mikroba pada daging olahan yaitu 1x 10 5 (SNI,
gr
2009).
Percobaan keenam menggunakan sampel saos. Hasil pengamatan
CFU
didapatkan hasil faktor pengenceran 10-1 sebesar 100 x 101 , sedangkan hasil
gr
CFU
faktor pengenceran 10-2 sebesar 15 x 102 . Apabila melebihi batas aman yang
gr
CFU
ditentukan yaitu 104 maka saus tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
gr ,
(Mansauda dkk, 2014).
IV. KESIMPULAN
Metode pengenceran merupakan cara biasa dipergunakan untuk
menghitung jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam suatu sampel, dengan
melakukan seri pengenceran dari sebuah sampel yang diujikan kemudian di
tumbuhkan pada medium. Hasil yang dinyatakan dalam satuan Colony
Forming Units ( CFU ), dengan standar koloni 30-300 CFU agar tidak terjadi
kepadatan atau kurangnya populasi mikroba yang pada akhirnya akan
menyulitkan proses enumerasi. Penyebab cemaran mikroba secara umum ialah
kurang higenis dan amannya bahan maupun alat yang digunakan proses
persiapan bahan baku, pengolahan, penyimpanan, penyajian ataupun karena
kandungan dari bahan sampel itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ramona, Y., dkk. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Labolatorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Udayana.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang
Yulneriwarni, 2008. Mikroba, dari habitat ke industri. Makalah. Disampaikan
dalam Simposium Biologi Industri, Fakultas Biologi Universitas
Nasional, Jakarta 11 November 2008.
Dahal, L.R., Dainik, B., Nepali, K. and Ramashish, S. (2010) Total bacterial
counts of raw milk in Eastern Terai of Nepal. J. Agric. Envir., 11: 46- 47.
Herbert, S.D., and Cox, D.J., 1978, An Anaerobic Glove Box for the Isolation and
Cultivationof Methanogenic Bacteria, Journal of Applied Bacteriology,
45:411-415
BPOM RI. 2009. Peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan
republic Indonesia nomor 00.05.4101384. tentang Kriteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional dan Fitokosmetika .Jakarta :
Kepala BPOM
Bhaisare, Darshana B, Thyagarajan D, Churchil RR, Punniamurthy N. 2014.
Bacterial Pathogens in Chicken Meat : Review. International Journal of
Life Sciences Research. 2(3):1–7.
Mansauda, K. L. R., Fatimawali dan N. Kojong, 2014. Analisis Cemaran Bakteri
Coliform Pada Saus Tomat Jajanan Bakso Tusuk yang Beredar Di
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3 (2) : 37 – 44.
LAMPIRAN
( Berat Cilok )
Tabung Reaksi
( Alat dan Bahan ) Tabung
( Sebelum Inkubasi )
( Sesudah Inkubasi )
Faktor pengenceran 10-2 Faktor pengenceran 10-3