Anda di halaman 1dari 11

BAB I

Ilustrasi Kasus

Nama : Nn. A
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Pasir jaya - cikupa
Nomer rekam medis : 027XX

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa di Puskesmas Pasir Jaya pada tanggal 22 Januari
2019, pukul 10.17 WIB

Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama demam sejak 6 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan utama demam sejak 6 hari yang lalu, demam akan
meningkat pada saat sore menjelang malam hari dan akan turun pada pagi hari namun pasien
tidak mengukur suhu tubuhnya ketika demam. Pasien mengaku tidak habis berpergian jauh.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki keluhan seperti sesak nafas, rasa berdebar-debar,
ataupun rasa seperti ingin pingsan. Pasien merasa penyakitnya sangat mengganggu
aktivitasnya sebagai pelajar dan ia pun telah mengkonsumsi obat bodrex untuk mengurangi
demam namun demamnya tidak kunjung membaik.

Keluhan Tambahan
Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu sakit kepala seperti ditimpa beban berat
yang terjadi secara terus menerus, skala sakit kepala yang dirasakan adalah 6 dari 10 dan
akan sedikit membaik sesudah mengkonsumsi obat. Keluhan lainnya adalah terasa pegal pada
bagian mata, mulut yang terasa pahit dan mual.
Pasien akan merasa mual terutama sesaat setelah pasien makan namun tidak sampai
muntah, mual akan membaik ketika pasien berbaring, pasien mengaku belum mengkonsumsi
obat apapun untuk meredakan rasa mualnya. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut,
nyeri dirasakan pada bagian tengah perut (umbilical) pasien dan memiliki skala 5 dari 10.
Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan. Pasien mengaku tidak terdapat
gangguan pada BAB dan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Selain itu pasien tidak
memiliki penyakit jantung, darah tinggi, darah rendah, diabetes, kolestrol, dan asam urat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami gejala
yang serupa dengan yang dialami pasien. Pasien mengaku bahwa tidak adanya riwayat
penyakit jantung, darah tinggi, asam urat, diabetes, dan kolestrol pada anggota keluarganya.

Riwayat Pengobatan
Pasien telah mengkonsumsi bodrex untuk meringankan sakit kepala dan demam yang
dirasakannya namun pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk menringankan mual
dan nyeri perut yang dirasakannya. Pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat jangka
Panjang.

Riwayat Kebiasaan
Pasien sering mengkonsumsi makanan yang dijual dikantin dan didepan sekolahnya
dan jarang mengkonsumsi makanan yang dimasak oleh ibunya dirumah. Pasien juga
mengatakan bahwa ia sangat menyukai makanan yang asin dan pedas. Pasien tidak memiliki
riwayat kebiasaan seperti merokok dan minum-minuman beralkohol.

Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun makanan
Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan Tanda Vital
 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Tingkat kesadaran : Kompos mentis
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 76 kali/ menit
 Suhu tubuh : 38,1° C
 Berat badan : 52 Kg
 Tinggi Badan : 158 cm
 BMI : 20,8 (Normal)

2. Pemeriksaan Generalis
 Kepala
- Wajah normal simetris
- Tidak ada lesi, ruam, bekas luka, masa, deformitas, sianosis/kebiruan, kemerahan
 Hidung
- Tidak ditemukan nafas cuping hidung
- Bentuk hidung normal dan tidak ada deformitas
- Tidak ditemukan secret yang berlebih
 Mata
- sclera tidak ikterik
- konjungtiva tidak anemis
 Kulit
- Tidak ditemukan adanya sianosis dan jaundice
 Toraks
Inspeksi : tidak ditemukan pectus excavatum, pectus carinatum dan barrel chest
 Jantung
- Auskultasi : Suara jantung normal S1-S2
 Paru
- Auskultasi : Suara nafas vesicular tidak ada rhonci atau wheezing
 Abdomen
- Inspeksi :
o Tidak ditemukan adanya masa
o Tidak ditemukan adanya memar
o Tidak ditemukan adanya bekas operasi
o Tidak ditemukan adanya darm contour dan darm steifung
- Auskultasi : Tidak terdapat peningkatan bising usus
- Perkusi : Timpani pada seluruh bagian abdomen
- Palpasi :
o Ditemukan adanya nyeri tekan pada area umbilikal
o Hepar dan limpa tidak teraba
o Ketok CVA negatif

Pemeriksaan penunjang
Karena keterbatasan alat yang dimiliki puskesmas maka tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang pada pasien ini, namun akan lebih baik jika dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan darah lengkap, uji TUBEX, uji widal dan kultur bakteri dari tinja

Resume
Pasien Nn.A 15 tahun datang dengan keluhan utama demam sejak 6 hari yang lalu,
demam akan meningkat pada sore menjelang malam hari dan akan menurun pada saat pagi
hari. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu sakit kepala seperti ditimpa beban berat yang
terjadi secara terus menerus, skala sakit kepala yang dirasakan adalah 6 dari 10 dan akan
sedikit membaik sesudah mengkonsumsi obat. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa pegal
pada bagian mata, mulut yang terasa pahit dan mual setelah makan. Pasien juga mengeluhkan
adanya nyeri perut, nyeri dirasakan pada bagian tengah perut pasien dan memiliki skala 5 dari
10. Pasien juga mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan. Pasien telah mengkonsumsi
obat bodrex. Pasien sering mengkonsumsi makanan asin dan pedas yang dijual
disekolah.Pada pemeriksaan tanda-tanda vital terdapat peningkatan suhu tubuh dan pada
pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada area umbilical

Diagnosis
 Diagnosis kerja : Suspek Febris Demam Tifoid
 Diagnosis banding : Hepatitis A
Bab II
Tinjauan Pustaka

Definisi
Demam tifoid (enterik) merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
bakteri patogen invasif, yaitu Salmonella typhi.

Epidemiologi
Di seluruh dunia, ada sekitar 21-27 juta kasus demam enterik (tifoid), dengan
200.000-600.000 kematian per tahun. Insiden tahunan tertinggi (> 100 kasus / 100.000
penduduk) di Asia Selatan dan Asia Tenggara; sedang (10-100 kasus / 100.000) di seluruh
Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); dan rendah
di bagian dunia lain.

Demam tifoid dan paratifoid bersifat endemik dan sporadik di Indonesia. Demam
tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dengan insidens tertinggi pada anak-anak. Sumber
penularan S.typhi ada dua, yakni pasien dengan demam tifoid atau pasien karier. Transmisi
terjadi melalui air yang tercemar S.typhi pada daerah endemik sedangkan pada daerah
nonendemik, makanan yang tercemar karier merupakan sumber penularan utama.[2]

Etiologi
Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi bioserotipe
A, B, atau C. Kedua spesies Salmonella ini berbentuk batang, berflagel, aerobik, serta Gram
negatif. [2]

Patofisiologi
S. typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.
Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus,
mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. S. typhi memiliki
fimbria khusus yang dapat menempel ke lapisan epitel plak Peyeri sehingga bakteri tidak
dapat difagositosis. Setelah menempel, bakteri memproduksi protein yang mengganggu
lapisan brush border usus dan memaksa sel usus untuk membentuk kerutan membran yang
akan melapisi bakteri dalam vesikel. Bakteri dalam vesikel akan menyebrang melewati
sitoplasma sel usus dan dipresentasikan ke makrofag.
Bakteri memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari serangan sistem
imun seperti polisakarida kapsul Vi, penggunaan makrofag sebagai kendaraan, dan gen
Salmonella pathogenicity island-2 (SPI-2).
Setelah sampai kelenjar getah bening mesenterika, bakteri kemudian masuk ke aliran
darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi bakteremia pertama yang asimtomatik.
S.typhi juga bersarang dalam sistem retikuloendotelial terutama hati dan limpa, dimana
kuman meninggalkan sel fagosit, berkembang biak, dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga
terjadi bakteremia kedua dengan gejala sistemik. S.typhi menghasilkan endotoksin yang
berperan dalam inflamasi local pada jaringan tempat kuman berkembang biak, merangsang
pelepasan zat pirogen, dan leukosit jaringan sehingga muncul demam dan gejala sistemik
lain. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri.
Apabila proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat terjadi.

Gejala
Masa tunas sekitar 10-14 hari. Gejala yang timbul bervariasi :
 Pada minggu pertama, muncul tanda infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak nyaman di
perut, batuk, dan epistaksis. Demam yang terjadi berpola seperti anak tangga dengan
suhu makin tinggi dari hari ke hari, lebih rendah pada pagi hari dan tinggi pada sore
hari.
 Pada minggu kedua, gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif,
lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung berwarna merah, disertai tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran.[3]

Pemeriksaan Diagnostik
 Uji widal
- Deteksi titer antibodi terhadap S.typhi, S.paratyphi yakni aglutinin O (dari tubuh
kuman) dan aglutinin H (flagela kuman). Pembentukan aglutinin mulai terjadi
pada akhir minggu pertama demam, puncak pada minggu keempat, dan tetap
tinggi dalam beberapa minggu dengan peningkatan aglutinin O terlebih dahulu
baru diikuti aglutinin H. Aglutinin O menetap 4-6 bulan sedangkan aglutinin H
menetap 9-12 bulan. Titer antibodi O >1:320 atau antibodi H >1:640 menguatkan
diagnosis pada gambaran klinis yang khas.

 Uji TUBEX
- Uji semikuantitatif kolometrik untuk deteksi antibodi anti S.typhi O9. Hasil positif
menunjukkan infeksi Salmonellae serogroup D dan tidak spesifik S.typhi. Infeksi
S.paratyphi menunjukkan hasil negatif. Sensitivitas 75-80% dan spesifisitas 75-
90%.

 Kultur darah
- Hasil positif memastikan demam tifoid namun hasil negatif tidak menyingkirkan.
Bab III
Pembahasan Kasus

Pasien Nn.A datang dengan keluhan utama demam sejak 6 hari yang lalu, demam
akan meningkat pada saat sore menjelang malam hari dan akan turun pada pagi hari namun
pasien tidak mengukur suhu tubuhnya ketika demam. Pasien mengaku tidak habis berpergian
jauh. Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki keluhan seperti sesak nafas, rasa berdebar-
debar, ataupun rasa seperti ingin pingsan. Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu sakit
kepala seperti ditimpa beban berat yang terjadi secara terus menerus, skala sakit kepala yang
dirasakan adalah 6 dari 10 dan akan sedikit membaik sesudah mengkonsumsi obat. Keluhan
lainnya adalah terasa pegal pada bagian mata, mulut yang terasa pahit dan mual. Pasien akan
merasa mual terutama sesaat setelah pasien makan namun tidak sampai muntah, mual akan
membaik ketika pasien berbaring, pasien mengaku belum mengkonsumsi obat apapun untuk
meredakan rasa mualnya. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri perut, nyeri dirasakan pada
bagian tengah perut (umbilical) pasien dan memiliki skala 5 dari 10. Pasien juga
mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan.
Pasien telah mengkonsumsi obat bodrex untuk meredakan sakit kepala namun tidak
berpengaruh pada demam pasien namun pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk
menringankan mual dan nyeri perut yang dirasakannya. Pasien tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan yang dijual
dikantin sekolah. Pasien juga mengaku bahwa ia sangat menyukai makanan yang asin dan
pedas. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi. Hasil anamnesis diatas sesuai dengan
teori yang telah disampaikan pada BAB II.
Gejala yang dialami Nn.A yaitu demam yang meningkat pada wakti sore menjelang
malam hari dan menurun pada waktu pagi hari, nyeri perut, mual, dan sakit kepala
merupakan gejala yang biasa timbul pada pasien yang menderita demam tifoid (sesuai teori).
Pada pemerikasaan tanda-tanda vital ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh dan
nyeri pada regio umbilical abdomen pasien. Hasil pemeriksaan fisik pada Nn. A
menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori yang telah disampaikan pada BAB II, yaitu pada
pemeriksaan fisik pasien tifoid dapat ditemukan adanya peningkatan suhu dan nyeri perut.
Belum dilakukan pemeriksaan lab pada pasien ini dikarenakan keterbatasan alat-alat
puskesmas, namun sebaiknya pasien ini diperiksa darah lengkap, uji tubex, uji widal dan
kultur tinja untuk mengetahui jenis organisme yang menginfeksi pasien. Pada pasien demam
tifoid akan ditemukan peningkatan pada aglutinin O terlebih dahulu baru diikuti aglutinin H
pada uji widal dan menunjukan skor 4-6 pada uji TUBEX. Namun sekarang ini uji widal
sudah tidak dipakai lagi.

Tatalaksana
 Istirahat dan perawatan untuk mencegah komplikasi
 Diet lunak dan terapi suportif (antipiretik, antiemetik, cairan yang adekuat)
 Antibiotik, dengan pilihan antara lain:
- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari per oral /IV hingga 7 hari bebas demam
- Tiamfenikol 4 x 500 mg
- Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 2 minggu
- Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/KgBB selama 2 minggu
- Seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam perinfus sekali sehari,
selama 3-5 hari
- Golongan fluorokuinolon;
 Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari.
 Kombinasi antibiotik diberikan peda tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik
 Pada kehamilan: ampisilin, amoksisilin, seftriakson.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, saya menentukan bahwa
diagnosa kerja pada pasien adalah demam tifoid bukan hepatitis A karena lebih banyak
manifestasi klinis demam tifoid yang terjadi pada pasien. Pada hepatitis A biasa ditemukan
adanya jaundice pada kulit dan mata pasien namun tidak ditemukan pada pasien ini. Demam
yang terjadi pada pasien dengan hepatitis A persistent dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
namun pola demam pada pasien ini naik turun. Urin pada pasien penderita hepatitis A
berwarna gelap dan feses berawarna pucat namum pasien tidak mengeluhkan adanya
gangguan ini.
CASE REPORT
CLINICAL EXPOSURE III
(Suspek Demam Tifoid)

Sinta Marina
01071170152
Pembimbing : dr. Mega
Puskesmas Pasir Jaya

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
LIPPO KARAWACI, TANGERANG
2019
Daftar Pustaka

1. Widodo J. Demam Tifoid. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,


Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.

2. Lesser CF, Miller SI. Salmonellosis. Dalam: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL,
Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, penyunting. Harrison’s principles of internal
medicine. Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill; 2012.

3. World health organization (WHO). Background document: The diagnosis, treatment


and prevention of typhoid fever, Communicable Disease Surveillance and Response
Vaccines and Biologicals. Geneva: WHO; 2009.

Anda mungkin juga menyukai