Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

(AKHLAK YANG UTAMA DAN AKHLAK YANG HINA)

Disusun oleh:

Ramdan Hafizh

Purwani

Studi Agama-Agama(A)

Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2019

Jl.Ir.H.Juanda N 95,Ciputat 15412, Indonesia


Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa,karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu,kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Tangerang, 26 November 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam
Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk
memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan ajaran
Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.

Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak .


belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang
memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan.
Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang harus disesuaikan dengan suatu kondisi dan
situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai baik dan
buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek
kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan
yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak
Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai
dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran memang dapat
menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)

Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada
kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh
pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu
dipelihara dan dikembangkan.
Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan
kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari sumber
yang sama yauti Allah SWT.

Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan
yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya
bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan
pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat
spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran.

Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu
sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah
Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral
standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

a.       Bagaimana pengertian akhlak yang utama?

b.      Bagaimana pengertian akhlak yang hina ?

c.       Apa saja pendidikan akhlak yang utama ?

d.      Bagaimanakah cara menanggulangi akhlak yang hina?

1.3.Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:

1.              Untuk mendiskripsikan pengertian akhlak yang utama

2.              Untuk menjelaskan pengertian akhlak yang hina.


3.              Untuk mengetahui tentang pendidikan akhlak yang utama.

4.              Untuk memahami cara menanggulangi akhlak yang hina.

Adapun kegunaannya adalah:

1.      Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.

2.      Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Akidah Akhlak.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak yang Utama

Akhlak yang utama atau akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia atau
terpuji. Akhlak yang baik itu dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula yaitu
sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasil-rasul-Nya.

Misalnya :

a. Bertaqwa kepada Allah SWT

“Dan bertaqwalah  kepada Ku, hai orang-orang yang berakal”. (QS Al-Baqarah : 197)

Rasulullah juga telah bersabda yang mana artinya adalah sebagai berikut :

“Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah suatu keburukan
dengan kebaikan, niscaya akan menghapuskannya dan bergaullah dengan sesma
manusia dengan akhlak yang baik”
(H.R Tirmidzi dari Abu Dzar dan Mu’adz bin Jabal)

b. Berbuat baik kepada kedua orang tua.

Allah SWT telah berfirman:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia.dan
hendaklah kamu berbuat baik kepad ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

(QS Al-Isra’ : 23)

Rasulullah juga telah bersabda

“Ridha Allah SWT itu terletak pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murkanya kedua orang tua”

(H. R Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr)

c. Suka Menolonh Orang yang Lemah

Allah SWT telah berfirman dalam surat  Al-Maidah : 2


“Dan tolong menolonglah kamu  dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan
tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”.

Rasulullah juga telah bersabda :

“Dan Allah akan menolong hambaNya, selama hambaNya itu suka menolong
saudaranya”

(H.R Muslim dari Abu Hurairah)

B. Pengertian Akhlak yang Hina

Akhlak yang hina atau akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela / akhlak
yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah (tercela) ialah akhlak yang lahir  dari
sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya.

Misalnya :

a. Musryik (menyekutukan Allah)

Sebagaiman firman Allah SWT :

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata ‘sesungguhnya Allah


ialah Al Masih putra Maryam’ padahal Al Masih sendiri berkata ‘ Hai Bani
Israil, sembahlan Allah  Tuhanku dan Tuhanmu!’. Sesungguhnya orang-orang
yang mempersekutukan  (sesuatu dengan) Allah, maka pastilah Allah
mengharamkam surga kepadanya dan tempatnya adalah neraka. Orang-orang
zalim itu tidaklah mendapat seorang penolong pun”

(QS Al Maidah : 72).

Rasulullah SWA juga bersabda yang artinya sebagai berikut :

“Tidaklah kalian mau kuberi tahukah sebesar-besarnya dosa besar? (beliau


mengatakan demikian demikian sampai 3 kali). Para sahabat
menjawab,”Tentu ya Rasulullah “. Rasulullah SAW bersabda yang demikian
itu adalah musryik (menyekutukan Allah)”.

(I. R Bukhari dan Muslim)

b. Pergaulan Bebas (zina)

Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina , sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk”

(QS Al-Isra’ : 32)

Rasulullah telah bersabda yang artinya :

“tidak ada suatu dosa pun setelah musryik (menyekutukan Allah) yang lebih
besar di sisi Allah dari pada seseorang yang meletakkan spermanya kepada
kamaluan perempuan yang tidak halal baginya”

(H. R Ahmad dan Thabari dari Abdullah bin Al-Harits)


c. Meminum Minuman Keras (narkoba)

Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Maidah : 90

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi,


berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan”

(QS Al-Maidah : 90)

Rasulullah dalam hal ini telah bersabda :

“Jauhilah minum minuman keras, karena dia merupakan kunci segala


keburukan”

(H.R Al-Hakam dari Ibnu Abbas r.a)

C. Pendidikan Akhlak yang Utama

Pendidikan akhlak sebagai roh atau jiwa pendidikan Islam, dalam proses
penjelasannya membutuhkan dasar yang kokoh sebagai pijakan yang dapat
mengantarkan pada tercapainya tujuan yang dicita-citakan. Dasar pendidikan akhlak
secara garis besar didasarkan pada dua sumber, yaitu al Qur’an dan al hadits.

a. Al Qur’an diturunkan pertama kali dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung


nilai-nilai pendidikan, hal itu memberikan isyarat bahwa tujuan al Qur’an yang
terpenting adalah pendidikan, sebagaimana firman Allah berikut ini:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5)

Islam, dalam ajarannya jelas menitik beratkan pada pembentukan akhlak yang
sempurna menuju insan sempurna. Nabi Muhammad yang merupakan Nabi terakhir
merupakan sosok yang sempurna. Ia menjadi panutan bagi seluruh umat Islam dari
zaman dahulu sampai zaman sekarang, seperti tersebut dalam QS. al Ahzab ayat 21:
      
      
          

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.” (QS. al Ahzab: 21)

Dalam QS. Al Qalam ayat 4 juga disebutkan tentang akhlak:  


         

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al Qalam:4

b. Al Hadits Rasulullah dididik oleh Allah dengan proses ta’dib bukan tarbiyah
sebagaimana pengakuan Nabi sendiri sebagai berikut: Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik
pendidikanku. (HR. Bukhari dan Muslim)

Al Qur'an dan Hadits sebagai syari’at telah memberikan dasar yang


mendasari ajaran akhlak. Dari sumber tersebut jelas bahwa akhlak bertujuan
mendidik pribadi manusia supaya menjadi sumber kebaikan dalam kehidupan
masyarakatnya dan tidak menjadi pintu keburukan meskipun terhadap seseorang,
ia juga bertujuan menegakkan keadilan dan menciptakan masalah bagi semua
pihak.
c. Dasar Peraturan Pemerintah Dasar yang berasal dari peraturan-peraturan
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pendidikan dan pembinaan akhlak. Adapun dasar pendidikan akhlak
adalah dasar yang bersifat operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur
tentang pelaksanaan pendidikan termasuk pendidikan akhlak adalah UU Sisdiknas
bab II 11 pasal 4 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsan.

Akhlakul karimah merupakan barometer tinggi rendahnya derajat seseorang


sekalipun orang itu pandai setinggi langit, namun jika ia suka melanggar norma-
norma agama maka ia tidak bisa dikatakan orang yang mulia.

Akhlakul karimah tidak hanya menentukan tinngi rendahnya derajat seseorang


akan tetapi mencakup pula derajat suatu bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan mulia
karena kemuliaan dan kebesarannya, kalau mereka berakhlak jahat dan hinakarena
yang akan tinggal itu bukan kemewahan dan kebesarannya melainkan akhlaknya.

Oleh karena itu akhlak menjadi peninggalan kekal yang akan terhapus selama
dunia di huni manusia, sedang kemewahan dan kebesaran itu akaj lenyap bila bangsa
itu hancur dan binasa. Lenyapnya kemuliaan suatu bangsa karena kehilangan akhlak
yang baik dan utama dari mereka, demikian pula sebaliknya kekalnya suatu bangsa
karena kekalnya akhlak-akhlak dari mereka.

Seorang pujangga Mesir bernama Ahmad Syauqi dalam salah satu qubahannya:
Sesungguhnya suatu bangsa akan menjadi jaya dan terhormat selama bangsa itu
memiliki akhlak yang luhur, apabila bangsa itu telah kehilangan akhlak yang luhur,
maka bangsa itu akan musnah dan hancur lembur.

Oleh karena itu masalah akhlak itu tidak bisa dianggap sepele, karena mencakup
masyarakat luas, yang akan mengangkat drajat manusia ke tingkat yang semulia-
mulianya, namun bila salah jalan justru akan membawa mareka kepada derajat yang
serendah-rendahnya. Masalah akhlak pada masa sekarang ini pada umumnya
kejahatan mengatasi kebaikan,kebatilan mengatasi kebenaran, pencemaran menjadi
perbuatan yang lumrah dilakukan orang.

Pada masa sekarang orang tua sangat mengkhawatirkan moral anaknya, karena
rusaknya pergaulan dikalangan manusia, khususnya pada masa remaja. Masa yang
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipengaruhi oleh hawa
nafsu dan bujukan setan. Namun manusia tidak bisa semata-mata mengandalkan
teknologi dan ilmu pengetahuan ini untuk membimbingnya ke jalan kebajikan dan
mengesampingkan ajaran dan tuntutan agama.

Kaum muslim sebaiknya mempraktekkan akhlakul karimah ini,


karena  kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah sebagai penyempurna akhlak yang
baik dan utama

Oleh karena itu  setiap muslim berkewajiban mendidik dirinya sendiri dan ank-
anaknya supaya berakhlak baik. Dan di perguruan tinggi masalah akhlak ini perlu
mendapat perhatian. Janganlah mereka hanya mementingkan ilmu pngetahuan dan
teknologi saja, sedangkan akhlak tidak diperhatikan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi serta penghidupan yang serba mewah itu,
tidaklah memiliki arti apa-apa kalau mereka dan anak-anak mereka berakhlak jahat
dan hina, karena ketiadaan akhlak yang baik itu bisa membawa mereka kepada
kerusakan dan kerendahan.

Dalam keseluruhan agama Islam akhlak menempati kedudukan istimewa dan


sangat penting, karena Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang
mulia sebagai misi pokok risalah Islam, beliau bersabda yang artinya :

“Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

(H.R  Baihaqi)

Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam sebagai Rasulullah
Saw pernah mendefenisikan agama itu dengan akhlak yang baik.

       Dan orang yang paling dicintai serta dekat dengan Rasulllah SAW nanti pada hari
kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Rasulullah menjadikan baik
buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
D. Cara Menanggulangi Akhlak yang Hina

Dari permasalahan tersebut, penulis mengutip dari saran Khalid bin Hamid Al-
Hazmi untuk menanggulangi keburukan akhlak, beliau memberikan saran berikut:

Cara yang dapat menyelamatkan manusia dari pusat keburukan akhlak dengan
mengajak generasi muda untuk memperkuat sikap agamanya, kemudian memberikan
orientasi dengan benar dan selalu mengawasinya dengan cara nasehat atau saran-
saran, tiga macam cara tersebut dapat mempercepat kebehasilan bila dibantu oleh
sarana informasi yang memadai.

Sarana informasi, berupa televisi, radio dan buku-buku sangat membantu untuk
mempercepat penanaman sikap dan perilaku baik. Karena sarana informasi tersebut
apabila digunakan dengan baik dapat menjadi misi dalam mendidik generasi muda.

Adapun konsep yang dikatakan oleh Al-Hazmi sebagai konsep penanggulangan


akhlak buruk yang meliputi beberapa upaya, antara lain:

 Menyebarluaskan tuntunan ilmu agama

 Menerapkan secara konsisten sanksi hukum agama

 Menghidupkan kegiatan agama dan sosial di masjid

 Memberdayakan sarana informasi

 Memperluas wawasan pemikiran

 Berupaya untuk menjaga dan membenahi diri masing-masing warga negara

 Bergaul dengan orang-orang yang baik perilakunya

Dan menghindari keburukan akhlak, dapat melalui tiga macam metode yaitu:

 upaya pencegahan atau tindakan repsesif )

 upaya pengawasan, pemeliharaan atau tindakan preventif )


 dan upaya penanggulangan (rehabilitasi) atau tindakan kuratif ).

Metode tersebut, sudah ada tuntutannya dalam agama, sehingga kehidupan


manusia dapat diarahkan kepada hal-hal yang baik, serta yang berguna untuk
menjaga kelangsungan hidup sesama manusia. Perlu diketahui bahwa hampir tidak
ada sama sekali kebaikan yang dapat diambil dari pergaulan dengan orang-orang
yang berakhlak buruk, kecuali keburukan, penyesalan, dan kesengsaraan.

Sepakat para ahli ilmu akhlak menyampaikan tuntutannya, bahwa perilaku


manusia yang diharapkan baik, harus selalu bergaul dengan orang-orang baik pula.
Karena orang yang mencari kebaikan harus bergaul dengan orang baik.

Akhlak baik atau akhlak buruk yang dimiliki temannya pasti mempengaruhinya,
karena selalu bersama-sama dengannya. Maka salah satu upaya untuk menghiasi diri
dengan akhlak yang terpuji, harus selalu bergaul dengan orang yang baik akhlaknya,
agar terbawa arus baik dan menjadi kebiasaan hingga menjadi karakter yang baik
pula.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu akhlakul karimah yaitu akhlak
yang terpuji (yang mulia). Akhlak yang baik itu dilahirkan oleh sifat-sifat yang
baik pula yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya, misalnya
bertaqwa kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, suka menolong
orang yang lemah. Karena akhlak yang baikakan memberatkan timbangan
kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah juga bersabda bahwa
tidak ada satu pun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang
hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik.

Selain akhlakul karimah juga ada akhlakul madzmumah yaitu akhlak yang
tercela / akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah ialah akhlak yang lahir
dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasulNya, seperti
musryik, pergaulan bebas (zina) dan minum minuman keras.

Pendidikan akhlak yang baik itu berdasarkan kepada al quran dan hadis juga
dasar dari peraturan pemerintah. Sedangkan cara menanggulangi akhlak yang
hina itu menggunakan 3 metode yaitu metode pencegahan,pengawasan dan
metode penanggulangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1]DR.H.Yunahar.1999.Kuliah Akhlak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar offset.hal

[2] DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari.2006.Keistimewaan Akhlak


Islam.Bandung:Pustaka Setia

[3] Drs.KH.Ahmad Dimyathi Badruzzaman,M.A.2004.Panduan Kuliah


Agama Islam.Bandung:Sinar Baru
[4] Malik, muhamad rizki.2016.Upaya-upaya penanggulangan akhlak
buruk.http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=959

Anda mungkin juga menyukai