Resume Prinsip Pembelajaran
Resume Prinsip Pembelajaran
NIM : 1913041015
A. Prinsip-Prinsip Belajar
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan
Berliner, 1984:335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada
siswa apabila bahan pelajaran sesusai dengan Kebutuhannya.
MOivasi mempunyai kaitan erat dengan dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatian dan dengan demikian timbul motivasi untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya.
2. Keaktifan
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipastikan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik
yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampila-keterampilan,dan sebagainya.
3. Keterlibatan Langsung/ Berpengalaman.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
John Dewey dengan “ learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh
siswa secara aktif, baik individual maupun berkelompok, dengan cara
memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar janagan diartikan keterlibatan
fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental
emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
dan perolehan pengetahuan, dalam penghanyatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali
yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya.
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagianya.
Teori lain yang menekan prinsip pengulangan adalah teori Psikoogi
Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal
Thorndike. Kalau pada KOneksionisme, belajar adalah pembentukan
hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning
respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh
stimulus yang dikondisikan.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam sesuatu medan atau
lapangan psikoilogis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi sesuatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu
mempelajari bahan belajarn maka timbullah motif untyk mengatasi
hanbatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka
ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan demgan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
6. Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.
Skinner. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui
dan mendapatkan hasil yang baik. Namun dorongan belajar itu
menutrut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan
tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. (Gage
dan Berliner, 1984:272).
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik
dalam ulangan. Nilai yang baik dapat mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning
atau penguatan positif.
7. Perbbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Pebedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang
dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.
a. Implementasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa
1. Perhatian dan Motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua
rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya
tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa
harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang
dipelajarinya. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya
untuk memperhatiakan rangsangan yang muncul dalam proses
pembelajaran.
Sedangkan implikasi motivasi bagi siswa adalah didasarinya oleh
siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus
dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.
2. Keaktifan
Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun
kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan
mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah
perolehan belajarnya secara efektif, pelajar dituntut untuk aktif secara
fisik, intelektual, dan emosional.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-
segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan
mereka memperolaeh pengalaman atau berpengalaman.
4. Pengulangan.
Implikasi prinsip ini adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk bersedia mengerjakan
latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan
kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan
pengulangan.
5. Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila
siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik
(Davis, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan
untuk memperoleh, memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada
dalam kegiatan pembelajaran.
6. Balikan dan Penguatan
Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera
diberikan penguatan (reinforcement) (Davis, 1987:32). Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan
sekligus pengutan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk
memperoleh balikan pengutan bentuk-bentuk prilaku siswa yang
memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban
dengan kunci jawaban, menerima kanyataan terhadap skor/nilai yang
dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar
yang jelek.
7. Pembelaan Individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda
satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap seswa belajar menurut
tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat
variasi kecepatan belajar(Davies, 1987:42). Kesadaran bahwa dirinya
berbeda dengan siswa yang lain, akan membantu siswa menentukan cara
belajar dan sarana belajar bagi diri sendiri.